• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Analisis Pengaruh Sektor-sektor Ekonomi dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bogor

Sektor yang memiliki peran yang terkecil adalah Sektor Listrik, Gas dan

Air bersih sebesar 1,20 persen per tahun, sedangkan sektor yang memiliki peran

terbesar dalam pembentukan tenaga kerja adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran sebesar 23,65 persen per tahun (Tabel 5.1). Skala Angka 1,20 sampai

23,65 ini dibagi tiga dan sektor yang masuk dalam kelompok yang memiliki peran

besar dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor yang menyerap tenaga kerja

lebih besar sama dengan 14,96 persen per tahun (14,96 ≤ KB). Sektor yang masuk dalam kelompok yang memiliki peran sedang dalam menyerap tenaga kerja

adalah sektor yang memiliki peran dalam menyerap tenaga kerja lebih besar sama

dengan 7,48 sampai kurang dari 14,96 persen per tahun (7,48 ≤ KS < 14,96). Sedangkan sektor yang masuk dalam kelompok yang memiliki peran yang kecil

dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor yang memiliki peran dalam

menyerap tenaga kerja yang lebih kecil dari 7,48 persen per tahun (7,48 > KK).

Sektor yang memiliki peran besar dalam penyerapan tenaga kerja adalah

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 23,65 persen per tahun. Sektor

kedua adalah Sektor Industri yag menyerap tenaga kerja sebesar 19,52 persen per

tahun. Sektor Pertanian menempati urutan ketiga dalam menyerap tenaga kerja

yaitu sebesar 17,70 persen per tahun. Sektor Jasa menempati urutan keempat

memiliki peran sedang dalam menyerap tenaga kerja adalah Sektor Bangunan dan

Konstruksi yang menyerap tenaga kerja 7,66 persen per tahun.

Tabel 5.1. Penyerapan Tenaga Kerja Tiap Sektor-sektor Ekonomi Tahun 1993-2003 (dalam persen)

Tahun Sektor 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Rata-rata Pertanian 20,1 21,92 13,77 16,99 12,11 12,26 12,95 19,36 29,39 27,38 9,13 18,71 Pertambaga dan penggalian 2,74 3,00 0,97 0,71 1,22 0,62 1,18 1,66 1,48 1,05 1,04 1,37 Industri Pengolahan 21,39 20,49 21,60 19,44 19,44 17,58 20,14 18,20 19,68 14,95 21,81 19,52 Listrik, gas dan air

bersih 0,3 0,80 1,02 8,61 0,30 0,56 0,30 0,46 0,11 0,28 0,66 1,2 Bangunan dan Konstruksi 6,12 7,91 9,54 16,41 6,93 8,66 5,58 6,21 5,47 6,38 5,04 7,66 Perdaganggan hotel dan restoran 20,32 17,93 26,06 14,86 28,82 26,67 28,06 25,37 20,22 24,59 27,42 23,66 Trasportasi dan komunikasi 6,09 7,42 6,22 1,09 7,35 11,69 6,77 8,48 6,90 9,61 7,98 7,24 Keu, persewaan dan

jasa perusahaan 1,68 1,30 1,51 13,57 2,31 2,05 2,05 0,97 1,86 1,98 1,93 2,83 Jasa-jasa 20,91 19,22 19,29 8,29 20,77 19,88 22,90 19,27 14,87 13,76 14,95 17,65

Sumber: BPS. Kab. Bogor (diolah)

Sektor yang memiliki peran yang kecil dalam menyerap tenaga kerja

adalah Sektor Transportasi dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan, Sektor Pertambangan dan Penggalian dan Sektor Listrik, Gas

dan Air bersih. Sektor Transportasi dan Komunikasi menyerap tenaga kerja

sebesar 7,24 persen per tahun. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

menyerap tenaga kerja sebesar 2.83 persen per tahun sedangkan Sektor

Pertambangan dan Penggalian menyerap tenaga kerja sebesar 1,37 persen per

tahun. Sektor Listrik, Gas dan Air bersih menyerap tenaga kerja sebesar 1,2

persen per tahun.

Lima sektor ekonomi yang digunakan dalam analisis pengaruh

pertumbuhan per kapita terhadap distribusi pendapatan, dua sektor masuk dalam

sektor yag memiliki peranan besar dalam menyerap tenaga kerja. Sektor yang

masuk kelompok besar adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Transportasi dan

Komunikasi masuk dalam kelompok yang memiliki peranan yang kecil dalam

menyerap tenaga kerja.

5.2. Analisis Pertumbuhan Per Kapita Sektor-sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor

Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan per kapita Sektor Listrik, Gas

dan Air bersih, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Transportasi dan

Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa

terhadap distribusi pendapatan dilakukan pengolahan data dengan Eviews 4.1 dan

diperoleh hasil estimasi yang dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Berdasarkan tabel tersebut, model dinyatakan sebagai berikut :

LNRG = 11,22516 – 0,048940 LNLIST + 0,784748 LNPD

– 0,269732 LNTK – 0,421393 LNKEU – 0,740443 LNJS + ε

Tabel 5.2. Hasil Estimasi Model Pengaruh Pertumbuhan per Kapita Sektor-sektor Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Bogor

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistik Prob

LNTK -0,269732 0,424218 -0,635833 0,5528 LNPD 0,784748 0,370275 2,119367 0,0876 LNLIST -0,048940 0,067370 -0,726436 0,5001 LNJS -0,740443 0,240125 -3,083574 0,0274 LNKEU -0,421393 0,264563 -1,592790 0,1721 C 11,22516 3,107678 3,612071 0,0153 R-squared 0,816215 F-statistik 4,441130

Ajusted R-squared 0,632429 Prob(F-Statistik) 0,063742

Pengambilan keputusan diterima atau tidaknya model ini didasarkan

pada hasil pengujian terlebih dahulu karena variabel-variabel yang digunakan

dalam model masih merupakan penduga. Untuk dapat diterima sebagai model

yang baik, suatu model ekonometrika harus memenuhi tiga kriteria yaitu kriteria

ekonometrika, kriteria statistik dan kriteria ekonomi yang akan dijabarkan sebagai

berikut :

A. Analisis Kriteria Ekonometrika

Berdasarkan hasil regresi diatas, maka sebelumnya perlu dilakukan

pengujian ekonometrika. Uji ini digunakan untuk melihat apakah asumsi-asumsi

dari metode ekonometrika tersebut dapat dipenuhi atau terjadi pelanggaran.

1. Uji Heteroskedastisitas

Pendeteksian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat hasil white heteroscedasticity test . Suatu model terbebas dari masalah heteroskedastisitas jika probabilitas Obs*R-squared dari white heteroscedasticity test lebih besar dari taraf nyata yang digunakan pada model. Nilai probabilitas Obs*R-squared dalam

metode ini adalah 0.357518, lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0.1.

Hal ini menunjukan bahwa model terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

2. Uji Autokorelasi

Pendeteksian autokorelasi dapat menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Suatu model terbebas dari masalah autokorelasi jika nilai probabilitas obs* squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan pada model.

Tabel 5.3. Uji Autokorelasi melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

F-statistic 0,902697 Probability 0,493274

Obs*R-squared 4,132716 Probability 0,126646

Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada Tevel 5.3, nilai probabilitas

Obs*R-squared dari Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test pada model penelitian ini adalah sebesar 0.126646 lebih besar taraf nyata yang digunakan

yaitu 0.1. Hal ini menunjukan bahwa model terbebas dari masalah autokorelasi.

3. Uji Multikolinier

Dengan uji Klein ada tidaknya masalah multikolinier dilihat dengan

membandingkan koefisien korelasi majemuk (R2) dengan r2 . Jika R2 > r2 maka

masalah multikolinier dapat diabaikan.

Tabel 5.4. Hasil Uji Multikolinier melalui Correlation Matrix

LNLIST LNKEU LNJS LNPD LNTK LNLIST 1,000000 0,620631 -0,409741 -0,527768 -0,732384 LNKEU 0,620631 1,000000 -0,535930 -0,358676 -0,813282 LNJS -0,409741 -0,535930 1.000000 0,698696 0,776020 LNPD -0,527768 -0,358676 0,698696 1.000000 0,795458 LNTK -0,732384 -0,813282 0,776020 0,795458 1,000000

Berdasarkan uji multikolinier yang ditunjukan pada Tabel 5.4 dapat

dilihat bahwa nilai-nilai koefisien korelasi majemuk (r2) antar variabel independen

lebih kecil dari nilai R2 dengan nilai 0,816215. Dengan hal ini maka masalah

multikolinier dapat diabaikan.

Berdasarkan ketiga uji asumsi klasik, ternyata model yang digunakan

terbebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinier. Hal ini

B. Analisis Kriteria Statistik 1. Uji t

Uji t digunakan untuk untuk mengetahui signifikasi pengaruh

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Tolak Ho bila IthitungI < tα artinya variabel signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 0,1 atau 10 persen.

Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 5.1, variabel pertumbuhan per kapita Sektor

Jasa dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran berpengaruh nyata terhadap rasio gini,

sedangkan variabel pertumbuhan per kapita Sektor Listrik, Gas dan Air bersih dan

Sektor Transportasi dan Komunikasi tidak berpengaruh nyata pada rasio gini.

Sektor Listrik, Gas dan Air bersih tidak signifikan mempengarui karena

walaupun sektor ini memiliki laju pertumbuhan rata-rata yang tinggi sebesar 7,71

persen per tahun, namun sektor ini hanya menyerap tenaga kerja dalam jumlah

yang kecil yaitu sebesar 1,2 persen per tahun (Tabel 1.1 dan Tabel 5.1) . Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan yang tinggi tersebut hanya dinikmati sedikit

orang. Sebaliknya Sektor Transportasi dan Komunikasi tidak sigifikan

mempengaruhi rasio gini karena sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang yaitu

sebesar 3,84 persen per tahun namun setiap tahun sektor ini menyerap tenaga

kerja sebesar 7,24 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan

dalam sektor ini yang relatif kecil dibagi-bagi oleh banyak tenaga kerja, selain itu

banyaknya calo dan pungutan liar membuat pendapatan tenaga kerja dalam sektor

2. Uji F

Uji ini digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas secara

serentak berpengaruh pada variabel terikatnya. Variabel-variabel bebas secara

serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya jika nilai probabilitas

F-statistik lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan dalam model. Berdasarkan

hasil regresi pada Tabel 5.1 dapat dilihat nilai probabilitas F-statistik sebesar

0.080431, lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0.1. hal ini berarti

variabel-variabel bebes secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel

terikatnya.

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat sejauh mana variabel

bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya. Untuk melihat nilai

koefisien determinasi pada hasil regresi Tabel 5.1, menggunakan nilai R-squared.

Nilai R-squared pada hasil regresi sebesar 0,816215 yang berarti variabel bebas

dalam model dapat menerangkan keragaman variabel terikat sebesar 0,816215

persen dan sisanya diterangkan variabel bebas lain di luar model.

C. Analisis Kriteria Ekonomi

Dalam kriteria ekonomi, hasil pendugaan tersebut dicocokkan dengan

teori ekonomi dan kesesuaian kondisi sosial yang terjadi pada ruang lingkup

penelitian. Kesesuaian model dengan kriteria ekonomi dilihat dari tanda parameter

dugaan. Nilai elastisitas pertumbuhan per kapita Sektor Listrik, Gas dan Air

sektor ini sebesar 1 persen akan menurunkan rasio gini sebesar 0,048940 persen.

Namun variabel pertumbuhan per kapita Sektor Listrik, Gas dan Air bersih tidak

berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen.

Nilai elastisitas pertumbuhan per kapita Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran sebesar 0,784748, menunjukkan peningkatan pertumbuhan per kapita

sektor ini sebesar 1 persen menyebabkan rasio gini meningkat sebesar 0,784748

persen. Artinya, jika pertumbuhan per kapita Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran meningkat maka distribusi pendapatan semakin memburuk. Hal ini

kerena untuk masuk dalam Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memerlukan

modal yang besar (Djojohadikusumo, 1955). Karena memerluka modal yang

relatif besar, maka yang dapat masuk dalam sektor ini adalah masyarakat kaya

sedangkan tenaga kerja yang bekerja dalam sektor ini hanya mendapatkan upah

atau gaji yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Karena adanya kekuatan

modal yang lebih dominan menyebabkan jika kuntungan meningkat dalam kurun

waktu tertentu maka seluruh keuntungan tersebut masuk pada pemilik modal

(Yustika, 2002). Hal inilah yang menyebabkan distribusi pendapatan semakin

timpang.

Elastisitas pertumbuhan per kapita Sektor Transportasi dan Komunikasi

sebesar -0,269732 menunjukkan bahwa kenaikan pertumbuhan per kapita sektor

ini sebesar 1 persen akan menurunkan rasio gini sebesar 0,269732 persen. Artinya

jika pertumbuhan per kapita Sektor Transportasi dan Komunikasi meningkat

sektor Transportasi dan Komunikasi tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 10

persen.

Elastisitas pertumbuhan per kapita Sektor Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan sebesar -0,421393, menunjukkan bahwa jika pertumbuhan per

kapita sektor ini meningkat 1 persen maka rasio gini juga menurun sebesar

0,421393 persen. Artinya jika pertumbuhan per kapita Sektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan meningkat maka distribusi pendapatan semakin

membaik. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan jika jasa yang

dihasilkan meningkat per satuan waktu maka produktivitas tenaga kerjanya

meningkat sehingga akan meningkatkan keuntungan dan pendapatan. Peningkatan

pendapatan ini akan meningkatkan kesejahteraan sehingga distribusi pendapatan

semakin membaik. Selain itu dalam Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan

memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan khusus sehingga gaji yang

diperoleh pun relatif tinggi sehingga kesejahteraan tenaga kerjanya terjamin

(Kamaluddin, 1992).

Elastisitas pertumbuhan per kapita Sektor Jasa sebesar -0,740443,

menunjukkan bahwa jika pertumbuhan per kapita Sektor Jasa meningkat 1 persen

maka rasio gini juga menurun sebesar 0,740443 persen. Artinya jika pertumbuhan

per kapita Sektor Jasa meningkat maka distribusi pendapatan semakin membaik.

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang digunakan meningkatnya pertumbuhan per

kapita sektor jasa menunjukkan jasa yang dihasilkan meningkat per satuan waktu

yang berarti produktivitas tenaga kerjanya meningkat sehingga pendapatan akan

yang cukup besar yaitu sebesar 17,65 persen per tahun (Tabel 5.1), sehingga

ketika kesejahteraan tenaga kerja sektor ini meningkatnya maka distribusi

Dokumen terkait