Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
PT. Anugrah Cita Era Food merupakan hasil pengembangan usaha dari PT. Sentral Multirasa Utama untuk mengembangkan produk baru. PT. Sentral Multirasa Utama didirikan pada tanggal 2 Mei 1986, namun pada saat itu hanya berstatus home industry dengan nama PD Sumber Baru berdasarkan SK Menteri Perindustrian nomor 342/32.03.15/AI/bT.1/XI/87 dengan jumlah pekerja 15 orang. Perusahaan ini memulai produksi perdana tanggal 14 Mei 1986. Jenis produk yang dibuat pertama kali adalah keripik kentang dengan merk dagang
“TES”.
Didukung dengan kualitas produk yang baik produk PT. Sentral Multirasa Utama mulai dikenali dan digemari masyarakat. PT. Sentral Multirasa Utama berusaha memenuhi kepuasan pelanggan dengan memproduksi produk-produk snack yang bermutu, aman dan sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Segmentasi pasarnya pun berkembang, tidak hanya untuk kalangan anak-anak tapi juga mulai merambah ke modern market dengan brand Mr. Hottest.
Pada tahun 2008 PT. Sentral Multirasa Utama melakukan revitalisasi dan pembaruan desain kemasan serta mutu produk. Dengan pertumbuhan yang pesat pada tahun 2009 perusahaan melakukan ekspansi dengan menambah pabrik baru yang diberi nama PT Anugrah Cita Era Food dikawasan Branta Mulia Citeureup Bogor. Didasari dengan karya dan inovasi kemudian muncul beragam varian produk dengan kualitas yang lebih baik.
Pada tahun 2010 dengan maksud dan tujuan lebih dikenal dan lebih mendekatkan diri pada masyarakat didirikanlah ACEFOOD GROUP sebagai holding group PT. SENTRAL MULTIRASA UTAMA dan PT. ANUGRAH CITA ERA FOOD. Dibawah pimpinan dan direksi yang baru perusahaan mengalami perkembangan yang pesat, berbagai inovasi produk, sistem managemen, dan berbagai fasilitas mulai diterapkan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
Inovasi adalah kunci kesuksesan perusahaan, dengan didukung fasilitas dan teknologi tercipta produk keripik singkong flat cut dengan brand “KRIKONG”
dan beberapa produk extrudat seperti corn stik, corn chips, snack bantal, dan twiscorn. Distribusi produk semakin menyebar dari pasar tradisional, pasar modern dan ekspor. Untuk mewujudkan resolusi go global, ACEFOOD telah memenuhi pasar internasional seperti Australia, New Zealand, Filipina, Brunei Darusalam, Malaysia, Singapura, Amerika, China dan Korea.
12
Visi Perusahaan :
Perusahaan makanan ringan dan minuman yang dikenal dan dikonsumsi di seluruh dunia
Misi Perusahaan :
1. Memproduksi makanan dan minuman yang aman dan berkualitas tinggi. 2. Menggunakan teknologi yang canggih dan modern.
3. Mengimplementasikan dan sertifikasi Total Quality System : GMP, HACCP dan ISO.
4. Membangun channel distribusi Nasional dan Internasional.
5. Membangun top of mind Brands yang dicintai oleh masyarakat Indonesia dan Internasional.
6. Merekrut sumber daya manusia yang handal, terbaik dan dapat dipertanggungjawabkan di bidangnya.
7. Membangun sumber daya manusia yang bisa berkarya dan tumbuh bersama-sama perusahaan.
8. Menciptakan lingkungan kerja yang dinamis, tentram dan sejahtera.
9. Menjadi berkat bagi sesama dan berpartisipasi dalam kegiatan Corporate Social Responsibility.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT Anugrah Cita Era Food disusun berdasarkan kepentingan perusahan yang dituangkan ke dalam bagian-bagian operasional dan fungsional. Setiap bagian-bagian tersebut bertanggung jawab pada setiap satu level di atasnya dengan pimpinan tertinggi dipegang jabatan manager. Setiap bagian di bawahnya akan dipimpin oleh seorang supervisor agar dapat saling berkoordinasi antar departemen ataupun antar bagian dalam satu departemen. Struktur organisasi PT. Anugrah Cita Era Food dapat dilihat pada Lampiran 2.
Proses Produksi Corn Chips
Proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Pada perusahaan ini proses produksi dilakukan setiap hari dan untuk menghasilkan produk corn chips terdiri dari beberapa tahap proses produksi. Proses diawali dari penerimaan bahan baku, kemudian tahap persiapan dilanjutkan ke tahap produksi dan yang terakhir tahap pengemasan. Setiap tahapan proses dilakukan pengendalian mutu yang dilakukan oleh Quality Control (QC). Proses produksi corn chips dapat dilihat pada Gambar 4.
13
Pengecekan Quality Control (QC)
Pengendalian Mutu Bahan Baku
Pengendalian Mutu Pada Proses
Pengecekan Quality Control (QC)
Pengecekan Quality Control (QC)
Pengendalian Mutu Kemasan
Gambar 4. Diagram alir proses produksi Corn Chips Tahapan proses produksi corn chips sebagai berikut :
1. Sortasi
Pada tahap sortasi yaitu jagung diayak menggunakan alat distoner yang bertujuan untuk memisahkan jagung dari kontaminasi seperti bonggol jagung, batu, logam, serangga dan lainnya.
2. Cooking
Tahap cooking yaitu jagung direbus dengan ditambahkan dengan Calsium Hydroxyde yang bertujuan agar kulit ari jagung mengelupas. Penambahan Calsium Hydroxyde sebanyak 1% dari jumlah bahan baku (jagung pipil). 3. Soaking
Kedatangan jagung
Kedatangan bumbu Kedatangan Calsium
hydroxyde
Kedatangan minyak sawit
Sortasi (distoner) Jagung pipil (Raw)
Perebusan (cooking) Perendaman (Soaking) Penggilingan (milling) Pencucian (Washing) Pembentukan adonan Pemotongan (cutting) Penyimpanan (Storege) Pengemasan (Packing) Penggorengan (frying) Pendinginan (cooling) Pembumbuan (Seasoning)
Sesuai Tidak Reject/Rework
14
Tahap soaking yaitu proses perendaman selama 8-12 jam yang bertujuan untuk meningkatkan kadar air sebesar 10% dan melunakan tekstur jagung untuk mempermudah dalam proses penggilingan.
4. Washing
Setelah waktu perendaman telah cukup dilakuan proses pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan kulit ari jagung dan kontaminan. Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan air dengan standar air minum yang bertekanan.
5. Milling
Proses milling yaitu proses pembuatan adonan dimana jagung yang telah dicuci digiling dengan ketebalan yang sudah ditetapkan dan tingkat kehalusan tertentu, yang berguna untuk mempermudah dalam proses pencetakan.
6. Pembentukan Adonan
Setelah sudah menjadi adonan, adonan tersebut dibentuk dan dimasukkan ke dalam mesin ekstruder untuk proses pemotongan.
7. Cutting
Pada proses pemotongan panjangnya produk disesuaikan dengan kebutuhan, 2.5 - 3.5 cm untuk produk small pack dan 4 - 6 cm untuk produk medium pack dan curah.
8. Frying
Produk yang telah dipotong akan langsung masuk ke fryer dan akan dilakukan proses penggorengan dengan suhu 1850C-1950C selama 90-105 detik.
9. Cooling
Produk corn chips yang sudah matang harus melewati proses cooling yang tujuan untuk menghisap minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam produk corn chips tersebut sehingga kadar minyak dan kadar air yang terkandung menjadi lebih rendah.
10.Seasoning
Tahapan seasoning yaitu tahapan pembumbuan, bumbu yang digunakan aneka rasa (barbeque, keju panggang, balado padang, keju nacho, original dan sambal limau) pada tahapan ini tingkat kerataan bumbu harus diperhatikan agar rasa produk corn chips ini dapat diterima oleh konsumen. 11.Packing
Jika produk corn chips telah melewati proses pengecekan mutu dan berkualitas baik, produk ini lalu dikemas dengan ukuran kemasan small pack 15 g, medium pack 90 g dan kemasan curah 2.5 kg.
12.Storage
Tahap akhir adalah tahap penyimpanan sebelum dilakukan proses pendistribusian kepada pelanggan.
Standar Mutu Produk Corn Chips
Menurut ISO (International Organization for Standardization) standar adalalah spesifikasi teknis atau dokumen setara yang tersedia untuk masyarakat, dihasilkan dari konsesus atau persetujuan umum yang didasarkan kepada IPTEK atau pengalaman agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat serta
15
diakui oleh badan yang berwenang baik tingkat nasional, regional atau internasional. Menurut prosedur QC PT. Anugrah Cita Era Food (2013) pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan. Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses dan hasil produksi (jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Dalam pengendalian mutu ini semua kondisi barang diperiksa berdasarkan standar yang ditetapkan, bila terdapat penyimpangan dari standar dicatat untuk dianalisis, dan hasil analisis tersebut digunakan untuk perbaikan sistem kerja sehingga produk yang bersangkutan sesuai dengan standar yang ditentukan. Pelaksanaan pengawasan mutu dan kegiatan produksi baru dilaksanakan secara terus menerus untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rencana standar agar dapat dengan segera diperbaiki.
Untuk menjamin kesesuaian mutu barang terhadap spesifikasi, maka dilaksanakan prosedur pengawasan mutu produk melalui inspeksi dan pengetesan. Garis besar pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Setiap bahan yang baru diterima dan/atau selama penyimpanan di Gudang Bahan, akan disampling dan diperiksa oleh QC Dept sesuai spesifikasi. Hasil
pemeriksaan dilaporkan dengan kondisi status : ”diterima, dipending, dan ditolak”.
2. QC Dept melakukan inspeksi di Gudang Bahan dan Gudang Jadi. Pemeriksaan meliputi kelengkapan label status dan ketentuan lain yang diperlukan. Barang yang menyimpang mutunya akan ditahan untuk dilakukan pemeriksaan ulang, melalui koordinasi dengan R&D Dept. Hasil pemeriksaan
dilaporkan dengan kondisi status : ”diterima, dipending, dan ditolak”
3. Setiap batch produk dalam proses disampling dan diperiksa oleh QC Dept sesuai spesifikasi. Hasil pemeriksaan dilaporkan dengan kondisi status :
”diterima, reproses, dipending, dan ditolak”.
4. Selama proses produksi QC Dept. melakukan inspeksi proses pengolahan. Bila ditemukan penyimpangan mutu, maka QC Dept. memutuskan menahan barang dalam proses dan proses produksinya dengan koordinasi Dept. produksi.
5. Barang jadi di Gudang Jadi adalah produk yang telah lolos proses inspeksi dan pengetesan.
6. Dalam pelaksanaan inspeksi dan pengetesan, QC Dept. memberi label tanda status pemeriksaan barang.
7. Secara periodik dilakukan kalibrasi alat ukur untuk menjamin keandalan peralatan inspeksi dan tes yang dipakai.
8. Untuk membantu menjamin barang dan setiap tahap proses memenuhi spesifikasi, perlu dilakukan GMP di lapangan dengan baik.
9. QC Dept. juga mengontrol bahaya pest melalui pelaksanaan Pest Control. 10.Setiap dokumen/catatan yang dipakai harus terkendali.
11.Dalam menangani keluhan konsumen, QC Dept. mempunyai referen sampel yang selalu disampling setiap batchnya.
12.Bila ada penyimpangan terhadap mutu produk / proses, QC memastikan penahanan sementara sampai ditemukan tindakan perbaikannya.
16
PT. Anugrah Cita Era Food menetapkan standar mutu untuk produk yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Standar mutu produk corn chips harus dapat tercapai mulai pada saat penerimaan bahan baku, proses produksi, proses pengemasan dan sebelum produk sampai di konsumen. Pada saat penerimaan bahan baku dilakukan pengawasan mutu bahan baku, pengawasan mutu yang dilakukan untuk bumbu dari segi penampakkan (warna dan aroma) serta kadar garam, untuk jagung pipil dari segi jumlah butir rusak (jamur), butir warna lain, butir pecah (patahan), kontaminan, pest serta kadar air, sedangkan pengawasan mutu untuk minyak sawit dari segi warna, aroma, kontaminan, pest serta % FFA (Free Fatty Acid). Standar mutu bahan baku dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar mutu bahan baku
Bahan Baku Indikator Standar Pengujian Target
Bumbu Warna Analisis sensori Sesuai dengan kriteria
bumbu
Aroma Analisis sensori
Kadar garam Analisis kadar garam
Jagung Pipil Butir rusak (jamur) Analisis visual 4 %
Butir warna lain Analisis visual 3 %
Butir pecah (patahan) Analisis visual 2 %
Kontaminan Analisis visual 1 %
Pest Analisis visual Negatif
Kadar air Analisis kadar air Maks. 14 %
Minyak Sawit Warna Analisis visual Kuning bening
Aroma Analisis sensori Khas minyak sawit
Kontaminan Analisis sensori Negatif
Pest Analisis visual Negatif
% FFA Analisis FFA Max 0.1 %
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2010.
Pada saat proses produksi corn chips juga dilakukan pengawasan mutu, setiap tahapan proses terdapat titik kritis yang harus diperhatikan dan dikendalikan untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan standar. Pengawasan mutu dilakukan dengan interval 1 batch sekali, dengan melakukan pengecekan visual, pengecekan sensori, pengecekan suhu yang dilakukan dengan menggunakan termometer celup, pengecekan kadar air yang dilakukan dengan menggunakan moister analaizer, kadar minyak yang dilakuakn dengan menggunakan press laboratory serta pengecekan kadar garam yang dilakukan dengan menggunakan salt analaizer.
Produk dinyatakan rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi standar mutu yang telah dibuat oleh PT. Anugrah Cita Era Food. Produk yang dinyatakan tidak memenuhi standar akan diolah ulang atau tidak akan melanjutkan ke proses selanjutnya. Standar mutu proses produksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar mutu pada proses produksi
Proses Indikator Standar Pengujian Target
Pengayakan Kebersihan Analisis visual Tidak ada batu, logam,
bonggol jagung, kayu dan serangga Perebusan
(cooking)
Kadar air Analisis kadar air 40% – 43% Perendaman
(soaking)
17
Lanjutan Tabel 3 Pencucian
(washing)
Kebersihan Analisis visual Tidak ada batu, logam,
kulit jagung dan kayu Penggilingan
(milling)
Suhu adonan Analisis suhu 40% - 55%
Pemotongan (cutting)
Penampakan Analisis visual Hasil potongan rapi dan tidak geradak Dimensi Analisis dimensi Chuba = 2.5 – 3.5 cm
Maitos = 4 – 6 cm Penggorengan
(frying)
Organoleptik Analisis visual Potongan rapi dan tidak geradak, rasa khas jagung,
aroma tidak ada penyimpangan dan tekstur
renyah
Kadar air Analisis kadar air Max 1%
Kadar minyak Analisis kadar minyak Chuba = max 30% Maitos = max 28% Pembumbuan
(seasoning)
Organoleptik Analisis visual dan sensori Penampakan bumbu merata, rasa tidak ada penyimpangan, aroma
khas bumbu dan tekstur renyah Kadar garam Analisis kadar garam Barbeque=
1.11 – 1.33 % Keju panggang= 1.38 – 1.83 % Sambal balado= 1.11 – 1.33 % Keju nacho= 1.15 – 1.31 % Original= 1.11 – 1.55 % Sambal limau= 1.36 – 1.60 % Sumber : PT Anugrah Cita Era Food, 2010.
Produk yang sudah jadi dan sudah lolos pengecekan QC, lalu dikemas. Kemasan yang digunakan adalah small pack ukuran 15 gr, medium pack ukuran 90g dan kemasan curah ukuran 2.5kg. Pada tahapan akhir ini dilakukan juga pengendalian mutu kemasan dengan interval pengecekan 30-45 menit sekali untuk setiap mesin packing. Pengendalian mutu dilakukan dengan cara pengambilan sampel sebanyak 10 pcs dari setiap mesin packing lalu dilakukan pengecekan frame, sealing, kekembungan, kebocoran dan berat. Jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan target maka dilakukan tindak perbaikan, lalu dilakukan pengecekan ulang dengan mengambil sampel lebih banyak dari sebelumnya. Standar mutu proses pengemasan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Standar mutu pada proses pengemasan
Indikator Standar Pengujian Target
Kekembungan Analisis kekembungan Hot = 44 - 46mm Cold = 39 – 41mm
Kebocoran Analisis kebocoran Negatif
Berat Analisis berat Small pack :
Berat/pc = 13.25 – 14.05 g Medium pack :
Berat/pc = 95.9 – 98.1 g
18
Analisis Hasil Penelitian
Proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Statistical Quality Control (SQC) untuk pengendalian produk rusak corn chips. Pada penelitian ini tidak menggunakan semua tools yang ada pada SQC, hanya digunakan jenis tools yang sesuai dangan kondisi permasalahan yang akan dipecahkan yaitu diagram pareto yang merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan sehingga dapat diketahui penyebab yang paling potensial, diagram sebab-akibat yang digunakan untuk mencari faktor-faktor yang menjadi sumber masalah dalam pengendalian mutu, serta grafik kendali yang merupakan grafik garis yang mencantumkan batas maksimum dan batas minimum sebagai batas pengendalian sehingga dapat diketahui apakah penyebab-penyebab yang mempengaruhi mutu dalam keadaan terkendali atau tidak terkendali. Berikut adalah analisis hasil penelitian corn chips di PT. Anugrah Cita Era Food :
1. Proses Penerimaan Bahan Baku Jagung Pipil
Pada saat penerimaan bahan baku jagung pipil parameter mutu yang harus dianalisis adalah kadar air, persentase butir jagung rusak (jamur), persentase butir jagung dengan warna lain, persentase butir jagung pecah (patahan) serta kotoran (kontaminan). Menurut BSN (2013) Standar Nasional Indonesia (SNI) 3920:2013 mengenai jagung pipil, parameter mutu jagung pipil yang digunakan PT. Anugrah Cita Era Food menggunakan standar mutu jagung pipil jenis Mutu II (grade 2).
Untuk mempermudah dalam perbandingan, data analisis bahan baku jagung pipil dibuat dalam jangka waktu bulanan. Berikut adalah tahapan penyusunan diagram pareto proses penerimaan bahan baku jagung pipil dengan menggunakan software minitab versi 14. Check sheet ketidaksesuaian jagung pipil dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ketidaksesuaian jagung pipil
No Jenis Ketidaksesuaian Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ∑ % 1 Kadar Air 2 10 6 3 2 1 1 1 0 1 2 4 33 20.00 2 Butir Rusak 1 0 1 2 0 1 0 0 1 0 2 4 12 7.27
3 Butir Warna Lain 0 3 9 6 6 0 1 1 1 2 2 3 34 20.61
4 Butir Pecah 9 12 2 0 5 13 5 5 3 6 7 16 83 50.30
5 Kontaminan 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3 1.82
TOTAL 165 100
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2013.
Setelah data terkumpul pada Table 5, jenis ketidaksesuaian diurutkan sesuai dengan besarnya nilai frekuensi dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah. Data jenis dan jumlah ketidaksesuaian yang telah diurutkan dapat dilihat pada Tabel 6.
19
Tabel 6. Urutan ketidaksesuaian jagung pipil
No Jenis Ketidaksesuaian Frekuensi Akumulasi Frekuensi
Persentase Total
Akumulasi Persentase
1 Butiran Pecah (Patahan) 83 83 50.30 50.30
2 Butir Warna Lain 34 117 20.61 70.91
3 Kadar Air 33 150 20.00 90.91
4 Butir Rusak (Jamur) 12 162 7.27 98.18
5 Kontaminan 3 165 1.82 100.00
TOTAL 165 100.00
Kemudian data tersebut disusun menjadi diagram pareto untuk mengetahuai permasalahan mana yang menjadi prioritas masalah yang akan diselesaikan. Gambar diagram pareto dapat dilihat pada Gambar 5.
C o u n t P e rc e n t Jenis Reject Count 20.0 7.3 1.8 Cum % 50.3 70.9 90.9 98.2 100.0 83 34 33 12 3 Percent 50.3 20.6 Konta mina n Butir Rus ak (J amur ) Kada r Air Ting gi Butir War na La in Butir Pec ah (P atah an) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 100 80 60 40 20 0
Gambar 5 . Diagram pareto proses penerimaan bahan baku jagung pipil Pada diagram pareto tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis ketidaksesuaian yang menjadi prioritas permasalahan yang harus diatasi agar hasil akhir produk corn chips sesuai dengan standar yang telah ditetapkan adalah butiran jagung pecah (patahan) dengan nilai frekuensi 50.30% dari total keseluruhan permasalahan. Berdasarkan prioritas permasalahan yang didapat dari diagram pareto tersebut kemudian disusun kembali menjadi diagram sebab akibat atau fishbone untuk mengetahui akar masalah ataupun sebab dan akibat dari permasalahan yang terjadi dengan adanya ketidaksesuaian antara penerimaan bahan baku jagung pipil dengan standar yang ada. Gambar diagram sebab akibat atau fishbone dapat dilihat pada Gambar 6.
20
Tidak diservice secara rutin Kesalahan dalam pengambilan
sampel Kualitas Bahan Baku Kualitas bahan baku tidak konsisten
Gambar 6. Diagaram sebab akibat proses penerimaan bahan baku Diagram tulang ikan di atas didapat dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Berikut adalah hasil penilaian permasalahan yang teridentifikasi berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
1. Material (bahan baku)
Kualitas bahan baku yang tidak konsisten yang disebabkan sumber bahan baku (jagung pipil) berasal dari beberapa petani. Hal ini terlihat dari data ketidaksesuaian bahan baku dari bulan Januari sampai dengan Desember yang selalu terjadi ketidaksesuaian antara bahan baku dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Metode
Menurut QC Raw Material sampel diambil ketika bahan baku masih berada di mobil pengangkut, hal ini menyebabkan sampel yang terambil tidak mewakili populasi jagung pipil yang diterima.
3. Mesin
Menurut bagian Manantenance, mesin yang digunakan untuk mengayak (distoner) tidak diservice secara berkala. Hal ini menyebabkan getaran mesin berubah dan menyebabkan hasil dari ayakan jagung pipil tidak maksimal.
Untuk mengetahui apakah ketidaksesuaian yang terjadi pada proses penerimaan bahan baku jagung pipil masih dalam keadaan terkendali atau tidak terkendali maka data penerimaan bahan baku jagung pipil disusun menjadi bagan kendali (control chart). Gambar bagan kendali proses penerimaan bahan baku jagung pipil dapat dilihat pada Gambar 7.
Sampling Kerusakan mesin Butir Pecah (Patahan) Jagung Pipil Tinggi Metode Mesin Material
21
Gambar 7. Bagan kendali proses penerimaan bahan baku
Pada bagan kendali (control chart) penerimaan bahan baku jagung pipil di atas didapatkan nilai rata batas kendali atas (UCL) sebesar 0.794, rata-rata batas kendali bawah sebesar (LCL) sebesar 0.044 sedangkan nilai garis tengah (CL) adalah sebesar 0.419. Dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian proses penerimaan bahan baku jagung pipil tidak terkendali karena titik pada bulan April berada di luar nilai batas kendali bawah (LCL) dengan nilai proporsi cacat (ketidaksesuaian) adalah 0.000 dan pada bulan Desember berada di luar nilai batas kendali atas (UCL) dengan nilai proporsi cacat (ketidaksesuaian) adalah 0.800. Perhitungan pengolahan data penerimaan bahan baku dengan Microsoft Excel dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Proses Produksi Corn Chips
Pada saat proses produksi parameter mutu yang harus dianalisis adalah tekstur adonan (lembek & lengket), hasil potongan (geradak & menggumpal), dimensi (panjang & tebal), kadar air serta kadar minyak. Proses analisis ini dilakukan oleh QC (Quality Control) dengan interval 1 batch sekali. Pada proses analisis tekstur adonan dilakukan juga pengecekan suhu adonan karena suhu adonan berpengaruh terhadap hasil potongan. Untuk analisis kadar air dan kadar minyak sampel diambil dari produk corn chips yang belum dan telah dibumbui. Cara pengambilan sampel untuk analisis yaitu dengan mengambil sampel sebanyak 10 chips kemudian menggunakan micrometer untuk analisis dimensi, sedangkan untuk kadar air dan kadar minyak sampel yang diambil secukupnya kemudian dihaluskan dan analisis dilakukan dengan menggunakan Moisture Analyzer untuk analisis kadar air dan Laboratory Press untuk analisis kadar minyak. Check sheet jenis dan jumlah ketidaksesuaian proses produksi corn chips dapat dilihat pada Tabel 7.
22
Tabel 7.Ketidaksesuaian proses produksi corn chips
Sumber : PT. Anugrah Cita Era Food, 2013.
No Jenis
Ketidaksesuaian
Bulan Jumlah
Jan Feb Mar Aprl May Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Frekuensi %
1 Lembek 32 40 18 14 10 13 3 14 45 14 9 15 227 14.00 2 Lengket 33 45 6 15 3 2 2 5 14 9 1 11 146 9.01 3 Menggumpal 45 29 16 0 3 2 3 3 11 6 4 11 133 8.20 4 Geradak 22 27 5 18 5 17 4 3 6 7 7 3 124 7.65 5 Panjang 7 8 0 0 5 63 19 2 0 3 18 1 126 7.77 6 Tebal 0 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 5 0.32
7 Kadar Air Tinggi 84 113 37 33 20 18 11 11 9 8 14 22 380 23.44
8 Kadar Minyak Tinggi 41 59 35 33 46 22 63 35 48 45 22 31 480 29.61
TOTAL 1621 100
23
Setelah data terkumpul pada Table 7, jenis ketidaksesuaian diurutkan sesuai dengan besarnya nilai frekuensi dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah. Data jenis dan jumlah ketidaksesuaian yang telah diurutkan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Urutan ketidaksesuaian proses produksi corn chips No Jenis Ketidaksesuaian Frekuensi Akumulasi
Frekuensi Persentase
Akumulasi Persentase
1 Kadar Minyak Tinggi 480 480 29.61 29.61
2 Kadar Air Tinggi 380 860 23.44 53.05
3 Lembek 227 1087 14.00 67.05 4 Lengket 146 1233 9.01 76.06 5 Menggumpal 133 1366 8.20 84.26 6 Panjang 126 1492 7.77 92.03 7 Geradak 124 1616 7.65 99.68 8 Tebal 5 1621 0.32 100.00 TOTAL 1621 100.00
Kemudian data tersebut disusun menjadi diagram pareto untuk mengetahuai permasalahan mana yang menjadi prioritas masalah yang akan