• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Sekolah

SDN Brebes 01

Sekolah yang menjadi tempat penelitian untuk kelompok intervensi dengan media adalah SDN Brebes 01, SDN Brebes 02, SDN Brebes 08. SDN Brebes 01 terletak di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 183 Brebes, Jawa Tengah. Sekolah ini terletak di antara beberapa tempat strategis di tengah kota Brebes, yaitu berbatasan dengan RSUD Brebes sebelah barat dan utara, Dinas Pendidikan Kebudayaan sebelah timur, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya.

Adapun visi dari SDN Brebes 01 adalah mewujudkan warga sekolah yang berbudi pekerti luhur, unggul dalam prestasi, dan berwawasan kebangsaan. SDN Brebes 01 dikepalai oleh Bapak Darsono, S.Pd. ini telah mencetak banyak prestasi antara lain juara keterampilan komputer, juara tilawatil qur’an, juara mengarang cerpen, serta juara renang gaya punggung.

Jumlah murid yang terdaftar di SDN Brebes 01 adalah 353 murid, yaitu sebanyak 174 murid laki-laki dan 179 murid perempuan. Adapun jumlah murid kelas 5 adalah sebanyak 46 murid, yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 28 orang perempuan. Jumlah guru yang mengajar di SDN Brebes 01 adalah sebanyak 12 orang, yaitu 10 orang guru PNS dan 2 orang guru honorer. Berdasarkan tingkat pendidikannya, 12 orang guru berpendidikan S1 dan 2 orang guru berpendidikan S2.

Sekolah dengan luas 2640 m2 ini memiliki sepuluh ruang kelas, satu ruang perpustakaan, satu ruang UKS, satu ruang koperasi dan kantin, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, dua buah toilet siswa, dan satu kamar mandi. Adapun kegiatan UKS yang rutin dilakukan antara lain pemeriksaan gigi, kuku, dan rambut. Di sepanjang halaman luar sekolah terdapat banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, dimana siswa banyak membeli jajanan tersebut selain di kantin sekolah.

43

SDN Brebes 02

SDN Brebes 02 terletak di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 169 Brebes, Jawa Tengah. Jarak antara SDN Brebes 02 dan SDN Brebes 01 sekitar 150 m. Sekolah ini terletak di antara beberapa tempat strategis di tengah kota Brebes, yaitu berbatasan STIE Widya Manggalia dengan sebelah barat, Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Bumiayu di sebelah utara, Pusat Kegiatan Guru di sebelah timur, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya.

Adapun visi dari SDN Brebes 02 adalah berprestasi, beriman, disiplin, terampil, dan berbudaya. SDN Brebes 02 dikepalai oleh Bapak Harsono, S.Pd. SD. Sekolah ini telah mencetak banyak prestasi antara lain juara siswa teladan, juara matematika dan IPA, serta juara sekolah bersih dan sehat.

Jumlah murid yang terdaftar di SDN Brebes 02 adalah 313 murid, yaitu sebanyak 144 murid laki-laki dan 169 murid perempuan. Adapun jumlah murid kelas 5 adalah sebanyak 48 murid, yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 26 orang perempuan. Jumlah guru yang mengajar di SDN Brebes 02 adalah sebanyak 13 orang, yaitu 9 orang guru PNS dan 4 orang guru honorer. Berdasarkan tingkat pendidikannya, terdapat 2 orang guru berpindidikan D2 dan 11 orang guru berpendidikan D4/S1.

Sekolah dengan luas 242536 m2 ini memiliki delapan ruang kelas, satu ruang perpustakaan, satu ruang UKS, satu ruang koperasi dan kantin, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, empat buah toilet siswa, empat kamar mandi, dua buah wastafel, dan satu ruang serba guna. Adapun kegiatan UKS yang dilakukan antara lain pemeriksaan gigi setiap hari Selasa. Di sepanjang halaman luar sekolah terdapat banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, dimana siswa banyak membeli jajanan tersebut selain di kantin sekolah.

SDN Brebes 07

Sekolah yang menjadi tempat penelitian untuk kelompok intervensi tanpa media adalah SDN Brebes 07 yang terletak di Jalan Letjend Sutoyo Nomor 17 Brebes. Sekolah ini terletak di tengah kota tetapi dikelilingi oleh rumah warga. Adapun visi dari SDN Brebes 07 adalah siswa yang berprestasi dalam iptek dan imtak, sehat jasmani dan rohani, kreatif, dan inovatif. SDN Brebes 07 dikepalai oleh Hj. Sri Hastuti, S.Pd. Sekolah ini telah mencetak banyak prestasi antara lain juara olimpiade IPA dan Agama tingkat propinsi.

Jumlah murid yang terdaftar di SDN Brebes 07 adalah 216 murid, yaitu sebanyak 118 murid laki-laki dan 98 murid perempuan. Adapun jumlah murid kelas 5 adalah sebanyak 45 murid, yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Jumlah guru yang mengajar di SDN Brebes 07 adalah sebanyak 12 orang, yaitu 9 orang guru PNS dan 3 orang guru honorer. Berdasarkan tingkat pendidikannya, terdapat 3 orang guru berpindidikan D2 dan 9 orang guru berpendidikan S1/D4.

Sekolah dengan luas ±922.50 m2 ini memiliki tujuh ruang kelas, satu ruang perpustakaan, satu ruang UKS, satu ruang koperasi dan kantin, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, tujuh buah toilet siswa, satu kamar mandi, dan enam buah wastafel. Adapun kegiatan UKS yang dilakukan antara lain cuci tangan, gosok gigi, dan imunisasi. Di sepanjang halaman luar sekolah terdapat banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, dimana siswa banyak membeli jajanan tersebut selain di kantin sekolah.

44

SDN Brebes 08

SDN Brebes 08 terletak di Jalan Pusponegoro Nomor 50 Brebes, Jawa Tengah. Sekolah ini terletak di antara beberapa tempat strategis di tengah kota Brebes, yaitu berbatasan dengan Pasar Tradisional di sebelah barat, Perumahan warga sebelah utara, Rumah Sakit bersalin di sebelah timur, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya. Adapun visi dari SDN Brebes 08 adalah bertaqwa, berilmu, santun dalam perilaku, dan berprestasi. SDN Brebes 08 dikepalai oleh Sunitah, S.Pd. Sekolah ini telah mencetak banyak prestasi antara lain juara lomba cerdas cermat dan kegiatan pramuka.

Jumlah murid yang terdaftar di SDN Brebes 08 adalah 236 murid, yaitu sebanyak 121 murid laki-laki dan 115 murid perempuan. Adapun jumlah murid kelas 5 adalah sebanyak 41 murid, yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Jumlah guru yang mengajar di SDN Brebes 08 adalah sebanyak sebelas orang, yaitu 9 orang guru PNS dan 2 orang guru honorer. Berdasarkan tingkat pendidikannya, terdapat dua orang guru berpindidikan D2 dan 9 orang guru berpendidikan S1/D4.

Sekolah dengan luas 30x35 m2 ini memiliki enam ruang kelas, satu ruang perpustakaan, satu ruang UKS, satu ruang koperasi dan kantin, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, dua buah toilet siswa, dua kamar mandi, dan lima buah wastafel. Adapun kegiatan UKS yang dilakukan antara lain pemeriksaan gigi. Di sepanjang halaman luar sekolah terdapat banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, dimana siswa banyak membeli jajanan tersebut selain di kantin sekolah.

Karakteristik Individu

Contoh dalam penelitian ini adalah 166 siswa kelas lima dari empat SDN di Kota Brebes, yaitu 41 siswa SDN Brebes 07 sebagai kelompok tanpa media, 43 siswa SDN Brebes 02 sebagai kelompok poster, 40 siswa SDN Brebes 08 sebagai kelompok leaflet, dan 42 siswa SDN Brebes 01 sebagai kelompok multimedia. Lebih dari separuh contoh (53.6%) berjenis kelamin perempuan dan sebesar 46.4% contoh berjenis kelamin laki-laki. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan jenis kelamin contoh pada seluruh kelompok (p>0.05) (Tabel 5).

Usia contoh berkisar antara 10-12 tahun dimana sebagian besar contoh (90%) berusia 10-11 tahun. Rata-rata usia contoh adalah 10.5 ± 0.6 tahun. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan usia contoh pada seluruh kelompok (p>0.05).

Kelompok anak sekolah merupakan kelompok yang mudah menerima program pendidikan gizi di sekolahnya (Rosario et al. 2013). Pada usia 8-12 tahun daya ingat anak mencapai intensitas terbaik dan pada masa usia ini daya menghafal/memorisasi anak dapat memuat sejumlah materi hafalan sebanyak mungkin (Ahmadi dan Soleh 2005). Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget, anak usia sekolah dasar memasuki tahap operasional konkrit dimana anak mampu berpikir tentang hal-hal yang konkrit dan kemampuan intelektual anak sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan daya nalarnya dan mampu

45 mengisi kuesioner dengan baik (Davis 2014). Anak usia ini mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi logis, misalnya konsep sebab-akibat dan pemecahan masalah, sehingga diharapkan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya membuat mereka berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo 2007). Oleh karena itu, pemberian pendidikan gizi khususnya mengenai sarapan sangat tepat dilakukan pada usia ini. Uang saku adalah jumlah uang yang diberikan orang tua pada anak untuk keperluan transportasi berangkat dan pulang sekolah serta kebutuhan selama di sekolah seperti makanan, minuman, alat tulis, menabung, dan sebagainya. Sebagian besar contoh (65.7%) memiliki uang saku antara >Rp 3.000-Rp 5.000 (Tabel 5). Rata-rata uang saku contoh adalah Rp 4.515 ± 1.548. Rata-rata uang saku contoh tertinggi terdapat pada kelompok P (Rp 5.047 ± 1447). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan uang saku contoh pada seluruh kelompok (p<0.05). Uji lanjut post hoc Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok P terhadap kelompok L (p<0.05). Perbedaan ini dikarenakan perbedaan status sosial ekonomi pada kedua kelompok dimana contoh kelompok P berada pada status sosial ekonomi menengah keatas sedangkan contoh kelompok L berada pada status sosial ekonomi menengah kebawah. Menurut Lachat et al. (2009), salah satu yang mempengaruhi besarnya uang saku pada anak adalah pendapatan orang tua, semakin tinggi pendapatan yang diperoleh orang tua maka akan semakin besar uang saku yang diberikan orang tua kepada anaknya.

Uang jajan adalah jumlah uang saku contoh yang digunakan untuk membeli makanan dan minuman di sekolah. Uang jajan contoh mempunyai kisaran yang sama dengan uang saku. Lebih dari separuh contoh (52.4%) memiliki uang jajan antara Rp 1.000-Rp 3.000 dan hanya sebesar 2.4% yang memiliki uang jajan >Rp 5.000 (Tabel 5). Rata-rata uang jajan contoh adalah Rp 3.642 ± 1.389. Rata-rata uang jajan contoh tertinggi terdapat pada kelompok TM (Rp 4.293 ± 1901). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan uang jajan contoh pada seluruh kelompok (p<0.05). Uji lanjut post hoc Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok TM terhadap kelompok P, kelompok L, dan M (p<0.05). Pada penelitian ini, meskipun kelompok P memiliki uang saku tertinggi, namun uang jajan contoh pada kelompok P lebih rendah daripada kelompok TM. Hal ini dikarenakan tidak sepenuhnya uang saku yang diterima oleh contoh pada kelompok P digunakan untuk membeli jajan, namun contoh juga menggunakan uang sakunya untuk kegiatan menabung dan keperluan sekolah. Sedangkan contoh pada kelompok TM lebih banyak menggunakan uang sakunya untuk membeli jajan. Hasil penelitian pada 295 anak usia sekolah di Denmark menyebutkan bahwa besarnya uang saku yang diterima anak tidak semuanya digunakan untuk membeli minuman dan makanan saja, namun digunakan untuk keperluan kegiatan sekolah dan keperluan pribadi lainnya (contohnya membeli pakaian, sepatu, kaset CD) (Bonke 2013). Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 5.

46

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu Karakteristik Individu TM n= 41 P n=43 L n= 40 M n= 42 Total n= 166 n % n % n % n % n % Jenis Kelamin Laku-laki 22 53.7 20 46.5 19 47.5 16 38.1 77 46.4 Perempuan 19 46.3 23 53.5 21 52.5 26 61.9 89 53.6 Usia (tahun) 10 26 63.4 23 53.5 19 47.5 23 54.8 91 54.8 11 13 31.7 20 46.5 20 50 17 40.5 70 42.2 12 2 4.9 0 0 1 2.5 2 4.8 5 3.0 Rata-rata ± SD 10.4±10.6a 10.5±10.5a 10.6±0.6a 10.5±0.6a 10.5±0.6 Uang Saku (Rp/hr) Rp 1.000-Rp 3.000 10 24.4 5 11.6 19 47.5 7 16.7 41 24.7 >Rp 3.000-Rp 5.000 26 63.4 31 72.1 17 42.5 35 83.3 109 65.7 >Rp 5.000 5 12.2 7 16.3 4 10.0 0 0 16 9.6

Rata-rata ± SD 4683±2018a,b 5047±1447b 3850±1442a 4440±885a,b 4515±1548

Uang Jajan (Rp/hr)

Rp 1.000-Rp 3.000 15 36.6 24 55.8 23 57.5 25 59.5 87 52.4

>Rp 3.000-Rp 5.000 23 56.1 18 41.9 17 42.5 17 40.5 75 45.2

>Rp 5.000 3 7.3 1 2.3 0 0 0 0 4 2.4

Rata-rata ± SD 4293±1901b 3523±1220a 3350±1001a 3405±1089a 3642±1389

Keterangan: TM: Tanpa Media, P: Poster, L: Leaflet, M: Multimedia.

*hasil uji signifikan (p<0.05), a,b,c peubah yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda antara perlakuan (p<0.05).

Karakteristik Keluarga

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas manusia. Tingginya tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh pada jenis pekerjaan yang didapat dan akan mempengaruhi pendapatan keluarga. Pada akhirnya hal ini akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan pangan dalam keluarga (Yuliana 2007).

Karakteristik keluarga contoh menunjukkan tingkat pendidikan orang tua contoh berkisar antara lulus SD sampai Perguruan Tinggi (Tabel 6). Secara umum, lebih dari separuh contoh (53.0%) memiliki ayah yang berpendidikan SMA dan sebesar 27.7% contoh memiliki ayah yang berpendidikan Sarjana/Pascasarjana. Mayoritas contoh kelompok TM (58.5%) dan L (72.5%) memiliki ayah yang berpendidikan SMA, sedangkan mayoritas contoh kelompok P (51.2%) dan M (42.9%) memiliki ayah yang berpendidikan Sarjana/Pascasarjana (Tabel 6). Rata-rata pendidikan ayah jika dikonversi ke lama menempuh pendidikan (tahun) adalah 12.5 ± 3.1 tahun atau setara dengan lulus SMA. Rata-rata lama pendidikan ayah contoh (tahun) tertinggi terdapat pada kelompok P (14.2 ± 2.4). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pendidikan ayah contoh (tahun) pada seluruh kelompok (p<0.05). Uji lanjut post hoc Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok P terhadap kelompok TM dan L, serta pada kelompok M terhadap kelompok TM dan L (p<0.05).

Mayoritas contoh (48.8%) memiliki ibu yang berpendidikan SMA dan sebesar 24.7% contoh memiliki ibu yang berpendidikan Sarjana/Pascasarjana. Mayoritas contoh kelompok TM (56.1%), L (65.0%), dan M (45.2%) memiliki

47 ibu yang berpendidikan SMA, sedangkan mayoritas contoh kelompok P (51.2%) dan sebesar 38.1% contoh kelompok M memiliki ibu yang berpendidikan Sarjana/Pascasarjana (Tabel 6). Rata-rata pendidikan ibu jika dikonversi ke lama menempuh pendidikan (tahun) adalah 12.3 ± 3.0 tahun hampir sama dengan rata- rata pendidikan ayah atau setara dengan lulus SMA. Rata-rata lama pendidikan ibu (tahun) contoh tertinggi juga terdapat pada kelompok P (14.2 ± 2.9).

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pendidikan ibu contoh (tahun) pada seluruh kelompok (p<0.05). Uji lanjut post hoc Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pendidikan ibu contoh pada kelompok P terhadap kelompok TM dan L, serta pada kelompok M terhadap kelompok TM dan L (p<0.05). Secara umum, rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu contoh pada masing-masing kelompok adalah lebih dari 9 tahun, hal ini sesuai dengan program pendidikan yang saat ini pemerintah Indonesia terapkan yaitu program pendidikan dasar sembilan tahun, dimana setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar sembilan tahun atau setara dengan jenjang pendidikan SMP (UU No. 20 Tahun 2003).

Rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu contoh tertinggi terdapat pada kelompok P (poster) dan terendah terdapat pada kelompok TM (tanpa media). Perbedaan ini dikarenakan perbedaan status sosial ekonomi pada kedua kelompok dimana contoh kelompok P berada pada status sosial ekonomi menengah keatas dan contoh kelompok L berada pada status sosial ekonomi menengah kebawah. Menurut Ferna´ndez-Alvira et al. (2012), status sosial ekonomi akan menentukan tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan seseorang. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan makanan yang baik untuk kesehatan (Ferna´ndez-Alvira et al. 2012; Attorp et al. 2014).

Cribb et al. (2011) dan Yabanci et al. (2014) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu akan mempengaruhi kebiasaan makan dan pilihan makanan yang baik untuk anaknya, serta pengetahuan dan sikap yang baik tentang manfaat makanan yang sehat. Selain itu, ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mempunyai pola pengasuhan anak yang baik.

Pekerjaan orang tua berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga, karena berhubungan dengan pendapatan yang akan diterima dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua contoh terdiri dari pekerjaan ayah dan ibu (Tabel 6). Secara umum, lebih dari sepertiga contoh (38.0%) memiliki ayah yang bekerja sebagai wiraswasta dan sebesar 29.5% contoh memiliki ayah yang bekerja sebagai PNS/ABRI/POLRI. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jenis pekerjaan ayah contoh pada seluruh kelompok (p<0.05), dimana lebih dari separuh contoh (51.2%) kelompok TM dan sebesar 42.5% contoh kelompok L memiliki ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan sebesar 48.8% contoh kelompok P dan sebesar 42.9% contoh kelompok M memiliki ayah yang bekerja sebagai PNS/ABRI/POLRI (Tabel 6).

Sebesar 47.6% contoh memiliki ibu yang tergolong sebagai ibu rumah tangga, diikuti pekerjaan yang paling banyak dilakukan ibu adalah PNS/ABRI/POLRI dan wiraswasta dengan persentase yang sama yaitu sebesar 19.9%. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jenis pekerjaan ibu contoh pada seluruh kelompok (p<0.05), dimana

48

persentase sebagian besar contoh yang memiliki ibu sebagai ibu rumah tangga lebih banyak terdapat pada kelompok TM (65.9%), sedangkan persentase contoh yang memiliki ibu dengan pekerjaan sebagai PNS/ABRI/POLRI lebih banyak pada kelompok P (37.2%) dan M (31.0%). Sementara contoh pada kelompok L, memiliki ibu yang lebih banyak bekerja sebagai wiraswasta (37.5%) dan ibu rumah tangga (37.5%) (Tabel 6).

Perbedaan jenis pekerjaan orang tua contoh pada kelompok P dan M dengan kelompok TM dan L dikarenakan perbedaan tingkat pendidikan orang tua contoh antar kelompok perlakuan dimana mayoritas tingkat pendidikan orang tua contoh kelompok TM dan L adalah SMA, sedangkan tingkat pendidikan orang tua contoh kelompok P dan M adalah Sarjana/Pascasarjana. Menurut Tarigan (2006), seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai peluang untuk dapat menduduki jabatan atau pekerjaan yang lebih baik dan akan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi.

Besar keluarga menggambarkan keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan terdaftar dalam satu keluarga. Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (54.8%) pada seluruh kelompok memiliki jumlah keluarga yang termasuk kategori kecil (≤4 orang). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan besar keluarga contoh pada seluruh kelompok (p>0.05). Secara umum, rata-rata besar keluarga contoh adalah 4.3 ± 1.1 orang. Jumlah anggota keluarga paling besar terdapat pada kelompok TM (4.7 ± 1.5 orang).

Menurut Kustiyah (2005), jumlah anggota keluarga yang melebihi jumlah yang dianjurkan akan berdampak terhadap kurangnya curahan waktu, perhatian orang tua, dan distribusi makanan untuk setiap anggota keluarga terutama anak. Jumlah anggota keluarga akan berhubungan dengan pola asuh yang diberikan kepada anak dimana keadaan sosial ekonomi yang kurang akan mempengaruhi konsumsi anggota keluarganya (Salimar 2010). Selain itu, hasil penelitian dari Hajian-Tilaki et al. (2011) pada 1000 anak SD usia 7-12 tahun di Iran menunjukkan bahwa besar keluarga sangat berpengaruh pada jumlah makanan yang harus disediakan dimana semakin sedikit jumlah anggota keluarganya maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan makanan seluruh anggota keluarganya atau sebaliknya.

Pendapatan orang tua merupakan hasil penjumlahan dari pendapatan ayah dan pendapatan ibu. Pendapatan orang tua dibagi menjadi empat kategori, yaitu <Rp 1.000.000, Rp 1.000.000-Rp 2.999.999, Rp 3.000.000-Rp 4.999.999, dan >Rp 5.000.000. Secara umum, sebesar 44.6% contoh memiliki orang tua yang berpendapatan sebesar Rp 1.000.000-Rp 2.999.999. Lebih dari separuh contoh kelompok TM (61.0%) dan L (55.0%) memiliki orang tua yang berpendapatan sebesar Rp 1.000.000-Rp 2.999.999, sedangkan mayoritas contoh kelompok P (74.4%) dan M (54.8%) memiliki orang tua yang berpendapatan sebesar Rp 3.000.000- Rp 5.000.000 (Tabel 6).

Rata-rata pendapatan orang tua contoh adalah Rp 3.169.940 ± 3.426.495. Rata-rata pendapatan orang tua contoh tertinggi terdapat pada kelompok P (Rp 5.506.977 ± 4.963.876). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan orang tua contoh pada seluruh kelompok (p<0.05). Uji lanjut post hoc Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan orang tua contoh pada kelompok P terhadap kelompok TM,

49 kelompok L, dan M, serta pada kelompok M terhadap kelompok TM, kelompok L, dan P (p<0.05).

Perbedaan pendapatan orang tua contoh antar kelompok perlakuan dikarenakan perbedaan tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua contoh. Pada penelitian ini, mayoritas orang tua contoh pada kelompok P dan M memiliki tingkat pendidikan tinggi dan pekerjaan yang lebih baik daripada orang tua contoh pada kelompok TM dan L. Pendapatan yang diperoleh seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pekerjaan (Ferna´ndez-Alvira et al. 2012; Noh et al. 2014). Noh et al. (2014) menyatakan bahwa status sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi akses anak terhadap pemenuhan kebutuhannya khususnya kebutuhan untuk mendapatkan gaya hidup dan makanan yang sehat.

Hasil studi menunjukkan bahwa kurangnya pendapatan rumah tangga akan membatasi kemampuan orangtua untuk mengasuh anak dengan baik. Hal ini dapat diperparah oleh banyaknya anak dalam keluarga (Reyes et al. 2004). Pendapatan orang tua juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu khususnya bagi anak. Pendapatan orang tua akan menjamin tersedianya sumber-sumber informasi dalam keluarga, misalnya televisi atau majalah (Kapti 2010).

Pendapatan orang tua dibagi dengan besar keluarga akan menghasilkan pendapatan perkapita per bulan. Pendapatan perkapita per bulan yang diperoleh dibandingkan dengan garis kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Apabila pendapatan perkapita per bulan <Rp 245.817 termasuk kategori miskin dan apabila Rp 245.817 termasuk kategori tidak miskin. Sebagian besar contoh pada seluruh kelompok termasuk kategori tidak miskin (79.5%) dan hanya sebesar 20.5% contoh termasuk kategori miskin. Rata- rata pendapatan perkapita per bulan orang tua contoh adalah Rp 740.053 ± 770.297. Rata-rata pendapatan perkapita per bulan orang tua contoh tertinggi terdapat pada kelompok P (Rp 1.240.368 ± 1.052.660). Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan perkapita per bulan orang tua contoh pada seluruh kelompok (p<0.05). Uji lanjut post hoc Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pendapatan perkapita per bulan pada kelompok P terhadap kelompok TM dan L, serta pada kelompok M terhadap kelompok TM dan L (p<0.05).

Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan perkapita per bulan yang rendah berasal dari keluarga contoh yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta/pedagang dan buruh. Menurut Kustiyah (2005), kondisi ekonomi yang tidak mendukung merupakan faktor yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan optimal anak. Orang tua dengan status sosial ekonomi yang tinggi memiliki akses lebih pada pangan yang sehat (Attorp et al. 2014). Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dapat dilihat pada Tabel 6.

50

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga Karakteristik Keluarga TM n= 41 P n=43 L n= 40 M n= 42 Total n= 166 n % n % n % n % n % Pendidikan Ayah SD/Sederajat 9 22.0 0 0 4 10.0 2 4.8 15 9.0 SMP/Sederajat 5 12.2 1 2.3 4 10.0 2 4.8 12 7.2 SMA/Sederajat 24 58.5 19 44.2 29 72.5 16 38.1 88 53.0 Diploma/Akademi 0 0 1 2.3 0 0 4 9.5 5 3.0 Sarjana/Pascasarjana 3 7.3 22 51.2 3 7.5 18 42.9 46 27.7 Rata-rata ± SD (tahun) 10.6±2.9a 14.2±2.4b 11.4±2.3a 13.8±3.0b 12.5±3.1 Pendidikan Ibu SD/Sederajat 8 19.5 2 4.7 4 10.0 1 2.4 15 9.0 SMP/Sederajat 9 22.0 2 4.7 4 10.0 3 7.1 18 10.8 SMA/Sederajat 23 56.1 13 30.2 26 65.0 19 45.2 81 48.8 Diploma/Akademi 0 0 4 9.3 4 10.0 3 7.1 11 6.6 Sarjana/Pascasarjana 1 2.4 22 51.2 2 5.0 16 38.1 41 24.7 Rata-rata ± SD (tahun) 10.3±2.6a 14.0±2.9b 11.5±2.3a 13.4±2.6b 12.3±3.0 Pekerjaan Ayah Tidak bekerja 1 2.4 0 0.0 4 10 0 0.0 5 3.0 PNS/ABRI/POLRI 7 17.1 21 48.8 3 7.5 18 42.9 49 29.5 Pegawai swasta 5 12.2 11 25.6 9 22.5 9 21.4 34 20.5 Wiraswasta 21 51.2 11 25.6 17 42.5 14 33.3 63 38.0 Buruh/petani 6 14.6 0 0 7 17.5 1 2.4 14 8.4

Dokumen terkait