• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Biaya Tahu Sumedang

Setiap kegiatan produksi tidak terlepas dari biaya, begitu pula kegiatan produksi tahu sumedang. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tahu sumedang meliputi biaya pembelian kedelai, garam, minyak goreng, bahan bakar, tenaga kerja, biaya transportasi, listrik, serta biaya penyusutan peralatan produksi. Dengan demikian, biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan pengrajin tahu sumedang untuk memperoleh bahan baku produksi yang akan digunakan untuk memproduksi tahu sumedang.

Biaya Tetap Usaha Tahu Sumedang

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengrajin tahu sumedang di Kecamatan Tanjungsari terdiri dari biaya penyusutan peralatan produksi, penyusutan pabrik, biaya transportasi dan biaya pembayaran listrik. Biaya ini harus tetap dikeluarkan oleh pengrajin tahu berapapun jumlah produksi tahu yang dihasilkan. Untuk biaya penyusutan peralatan produksi dilakukan dengan metode garis lurus. Peralatan merupakan input produksi yang digunakan sebagai alat bantu usaha. Pada proses pembuatan tahu sumedang peralatan yang digunakan adalah mesin penggiling kedelai, tangok, tahang, kain saringan, drum, ember, ancak (rak bambu), serokan, katel (wajan) dan cetakan. Secara rinci peralatan yang digunakan untuk pembuatan tahu sumedang telah dijelaskan pada subbab peralatan produksi. Sedangkan bangunan atau pabrik digunakan sebagai tempat produksi.

Biaya listrik digunakan untuk penerangan, air, dan dinamo termasuk ke dalam biaya tetap karena jumlah pemakaian listrik tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi tahu sumedang yang dihasilkan pengrajin. Dengan demikian bila pengrajin menambah atau mengurangi jumlah penggunaan kedelainya yang nanti akan meningkatkan jumlah produksi tahu, tidak akan mempengaruhi besarnya biaya listrik yang dibayarkan pengrajin tahu.

Biaya transportasi digunakan untuk mengangkut tahu yang akan dijual ke pasar. Biaya ini dikeluarkan oleh pengrajin yang menjual tahunya sendiri, sehingga dibutuhkan biaya transportasi. Pada umumnya, semua pengrajin tidak

40

mengeluarkan biaya transportasi karena penjualan tahu dilakukan melalui perantara. Namun pada skala menengah masih ada pengrajin yang menjual tahu sendiri ke pasar. Biaya transportasi termasuk pada biaya tetap dikarenakan biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi tahu sumedang yang dihasilkan pengrajin. Dengan demikian apabila melakukan pengurangan atau penambahan jumlah produksi, maka biaya transportasi ini akan tetap.

Berdasarkan tabel 22 dapat dilihat komponen biaya tetap yang dikeluarkan pengrajin tahu sumedang berdasarkan skala usaha. Jumlah responden yang ada pada skala kecil adalah tujuh responden, skala menengah lima responden, dan skala besar delapan responden. Biaya penyusutan peralatan pada masing-masing skala sebesar Rp72 966 (80 persen) untuk skala kecil, Rp97 688 (65 persen) untuk skala menengah, dan Rp335 156 (78 persen) untuk skala besar. Untuk komponen biaya penyusutan peralatan yangpaling rendah dialami pada pengrajin skala kecil. Hal ini dikarenakan dalam produksi tahu skala kecil memerlukan jumlah peralatan yang lebih sedikit. Sehingga semakin banyak kedelai yang diolah menjadi tahu sumedang, semakin banyak pula peralatan yang dibutuhkan. Dengan demikian, pengrajin skala besar mengeluarkan biaya penyusutan terbesar yaitu Rp335 156 (78 persen) dibandingkan dengan dua skala lainnya. Selain itu ada biaya penyusutan pabrik, untuk pengrajin skala kecil sebesar Rp4 266 (lima persen), skala menengah sebesar Rp5 079 (tiga persen), dan skala besar sebesar Rp6 548 (dua persen). Biaya penyusutan pabrik terbesar ada pada skala besar karena jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membuat pabrik juga lebih besar.

Biaya transportasi hanya dikeluarkan oleh skala menengah saja. Hal ini dikarenakan pada skala menengah masih ada pengrajin yang menjual tahu nya sendiri, sedangkan untuk dua skala lainnya tahu sudah di ambil langsung oleh pedagang ke tempat pengrajin sehingga tidak ada biaya transportasi. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengrajin skala menengah sebesar Rp10 000 (tujuh persen). Sedangkan komponen biaya terakhir pada biaya tetap adalah biaya listrik. Listrik tersebut digunakan untuk penerangan, air, dan untuk dinamo pada saat penggunaan mesin penggiling kedelai. Biaya listrik yang dikeluarkan oleh pengrajin skala kecil, menengah, dan besar berturut-turut adalah Rp13 980 (15 persen), Rp38 286 (25 persen) dan Rp89 554 (21 persen). Berikut data mengenai jumlah rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh pengrajin tahu sumedang untuk skala kecil, menengah, dan besar.

Tabel 22 Komponen biaya tetap usaha tahu sumedang di Kecamatan Tanjungsari pada skala produksi kecil, menengah, dan besar per hari

Uraian Biaya Skala kecil (n = 7) Skala menengah (n = 5) Skala besar (n = 8) Rp/pengrajin % Rp/pengrajin % Rp/pengrajin % Penyusutan peralatan 72 966 80 97 688 65 335 156 78

Penyusutan pabrik 4 266 5 5 079 3 6548 2

Transportasi 0 0 10 000 7 0 0

Listrik 13 980 15 38 286 25 89 554 21

Total biaya tetap 91 212 100 151 053 100 431 258 100 Biaya tetap per

41 Untuk mengetahui skala produksi yang paling rendah atau efisien dalam mengeluarkan biaya tetap, yaitu dengan membagi total biaya tetap yang dikeluarkan masing-masing pengrajin pada tiap skala dengan jumlah per ancak tahu yang dihasilkan masing-masing skala pengrajin tahu. Sehingga di dapat biaya tetap rata-rata per ancak tahu. Berdasarkan tabel 22 terlihat biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan pengrajin untuk setiap skala usaha berbeda, untuk skala kecil sebesar Rp1 448, skala menengah sebesar Rp808, dan skala besar sebesar Rp776. Terlihat kecencenderungan bahwa semakin besar skala usaha, semakin rendah biaya tetap rata-rata per ancak tahu yang dihasilkan. Sehingga pengrajin tahu skala besar merupakan pengrajin yang paling ekonomis karena mengeluarkan biaya tetap per ancak tahu paling rendah dibandingkan dua skala lainnya.

Biaya Variabel Usaha Tahu Sumedang

Biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengrajin tahu sumedang di Kecamatan Tanjungsari terdiri dari biaya pembelian bahan baku kedelai, garam, minyak goreng, bahan bakar, dan tenaga kerja. Biaya ini dikeluarkan oleh pengrajin tahu sesuai dengan jumlah produksi tahu yang dihasilkan.

Komponen biaya variabel terbesar dalam pembuatan tahu sumedang adalah biaya pembelian kedelai yang merupakan bahan baku utama. Dengan adanya kenaikan harga kedelai, rata-rata jumlah kedelai yang digunakan pengrajin untuk produksi tahu per hari mengalami penurunan. Berdasarkan tabel 23, dapat dilihat bahwa penggunaan jumlah kedelai berbeda pada setiap skala usaha. Sebelum kenaikan harga kedelai pengrajin skala kecil menggunakan kedelai sebanyak 111 kg per hari, sedangkan setelah kenaikan harga kedelai pengrajin menggunakan kedelai sebanyak 106 kg per hari. Untuk pengrajin skala menengah menggunakan kedelai sebanyak 330 kg per hari sebelum kenaikan harga kedelai, sedangkan setelah kenaikan harga kedelai pengrajin menggunakan kedelai sebanyak 310 kg per hari. Pengrajin skala besar menggunakan kedelai sebanyak 969 kg per hari sebelum kedelai mengalami kenaikan, sedangkan pengrajin menggunakan kedelai sebanyak 800 kg per hari setelah kedelai mengalami kenaikan. Rata-rata penggunaan kedelai per hari untuk setiap skala usaha dapat dilihat pada tabel 23.

Tabel 23 Rata-rata penggunaan kedelai per hari sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai di Kecamatan Tanjungsari pada setiap skala usaha

Skala Usaha

Rata-rata Penggunaan Kedelai (kg/hari) Persentase Penurunan

(%) Sebelum Kenaikan Harga

Kedelai

Setelah Kenaikan Harga Kedelai

Skala Kecil 111 106 -4.5

Skala Menengah 330 310 -6.0

Skala Besar 969 800 -17.4

Perbedaan penggunaan kedelai per hari setelah adanya kenaikan harga kedelai mempengaruhi input yang digunakan oleh pengrajin tahu sumedang. Input

yang digunakan diantaranya adalah kedelai, garam, minyak goreng, bahan bakar, dan tenaga kerja. Sehingga dengan adanya perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap biaya variabel. Secara rinci input yang digunakan dapat dilihat pada tabel 24.

42

Tabel 24 Penggunaan input produksi per hari tahu sumedang sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai di Kecamatan Tanjungsari pada skala usaha kecil, menengah, dan besar

Uraian

Sebelum Kenaikan Harga Kedelai Setelah Kenaikan Harga Kedelai Skala Kecil Skala Menengah Skala Besar Skala Kecil Skala Menengah Skala Besar Kedelai (kg) 111 330 969 106 310 800 Garam (kg) 16 47 139 15 44 115 Minyak Goreng (kg) 22 66 194 21 62 160 Bahan Bakar : Serbuk Gergaji (karung) 2 0 0 2 0 0 Gas (unit) 2 4 18 2 4 17 Kayu Bakar (kubik) 4 8 25 4 8 19 Tenaga Upahan 2 4 8 2 4 8 Tenaga kerja keluarga 1 2 2 1 2 2

Berdasarkan tabel 24 dapat dilihat bahwa kenaikan harga kedelai berpengaruh terhadap input produksi. Besarnya input produksi yang digunakan oleh pengrajin tahu sumedang untuk tiap skala berbeda. Hal tersebut dikarenakan rata-rata penggunaan jumlah kedelai pada setiap skala menurun dengan adanya kenaikan harga kedelai. Sedangkan untuk rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan pengrajin pada masing-masing skala sebelum kenaikan harga kedelai dapat dilihat pada tabel 25.

Tabel 25 Komponen biaya variabel usaha tahu sumedang sebelum kenaikan harga kedelai di Kecamatan Tanjungsari pada skala usaha kecil, menengah dan besar per hari pada bulan Februari 2014

Uraian Biaya

Skala kecil Skala menengah Skala besar Biaya (Rp) Persentase (%) Biaya (Rp) Persentase (%) Biaya (Rp) Persentase (%) Kedelai 922 000 60.6 2 789 000 61.3 7 895 000 66.8 Garam 15 714 1.0 46 800 1.0 165 625 1.4 Minyak goreng 268 857 17.7 792 000 17.4 2 218 750 18.8 Bahan bakar Serbuk- Gergaji 4 500 0.3 0 0.0 0 0.0 Gas 81 429 5.4 400 000 8.8 286 250 2.4 Kayu- Bakar 106 857 7.0 134 400 3.0 403 750 3.4 Tenaga Upahan 74 857 4.9 258 600 5.7 665 000 5.6 Tenaga Kerja Keluaga 46 286 3.0 128 000 2.8 188 750 1.6 Total biaya variabel 1 520 500 100.0 4 548 800 100.0 11 823 125 100.0 Biaya variabel per ancak tahu 24 135 24 325 21 265

43 Berdasarkan tabel 25 dapat dilihat bahwa komponen biaya variabel terbesar pada setiap skala usaha sebelum kenaikan harga kedelai adalah pembelian bahan baku kedelai, skala kecil sebesar 60.6 persen, skala menengah sebesar 61.3 persen, dan skala besar 66.8 persen. Komponen terbesar lainnya adalah minyak goreng dan bahan bakar. Begitu pula setelah harga kedelai mengalami kenaikan dengan komponen biaya variabel terbesar adalah pembelian bahan baku kedelai. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 26 (lihat halaman 43).

Berdasarkan tabel 25 dan 26 dapat dilihat bahwa biaya pembelian kedelai merupakan komponen biaya variabel yang terbesar di setiap skala pengusahaan tahu sumedang. Dari data tersebut terlihat bahwa pengrajin skala besar mengeluarkan biaya pembelian kedelai yang terbesar karena jumlah kedelai yang dibutuhkan oleh skala tersebut memang lebih besar dibandingkan dengan dua skala lainnya. Harga kedelai yang berlaku pada saat sebelum kenaikan harga rata- rata adalah Rp8 283 per kg. Sedangkan pada saat harga kedelai mengalami kenaikan rata-rata pengrajin membeli dengan harga Rp9 425 per kg. Berdasarkan tabel 25 dan 26 dapat dilihat bahwa pada skala kecil dan menengah, harga pembelian kedelai meningkat meskipun produksi berkurang. Sedangkan pada skala besar, harga pembelian kedelai menurun karena disertai dengan penurunan produksi yang cukup besar yaitu 17.4 persen. Selain itu, pada pengrajin skala besar selisih harga kedelai sebelum dan setelah kenaikan relatif lebih rendah dibandingkan dengan dua skala lainnya.

Tabel 26 Komponen biaya variabel usaha tahu sumedang setelah kenaikan harga Kedelai di Kecamatan Tanjungsari pada skala usaha kecil, menengah dan besar per hari pada bulan Oktober 2013

Uraian Biaya

Skala kecil Skala menengah Skala besar Biaya (Rp) Persentase (%) Biaya (Rp) Persentase (%) Biaya (Rp) Persentase (%) Kedelai 982 571 64.1 3 080 000 65.0 7 354 375 68.7 Garam 14 857 1.0 44 000 0.9 139 875 1.3 Minyak goreng 255 143 16.6 744 000 15.7 1 840 000 17.2 Bahan bakar Serbuk- Gergaji 4 500 0.3 0 0.0 0 0.0 Gas 67 143 4.4 360 000 7.6 271 250 2.5 Kayu- Bakar 95 429 6.2 134 400 2.8 304 000 2.8 Tenaga Upahan 70 143 4.6 252 000 5.3 606 875 5.7 Tenaga Kerja Keluaga 43 929 2.9 123 600 2.6 183 750 1.7 Total biaya variabel 1 533 714 100.0 4 738 000 100.0 10 700 125 100.0 Biaya variabel per ancak tahu 25 995 26 920 23 312

Komponen biaya lainnya adalah penggunaan bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan oleh setiap pengrajin berbeda-beda. Ada pengrajin yang

44

menggunakan serbuk gergaji, gas dan ada pula pengrajin yang masih menggunakan kayu bakar. Semakin banyak kedelai yang akan di olah maka penggunaan bahan bakarnya juga akan semakin banyak. Untuk pengrajin skala kecil bahan bakar yang digunakan adalah serbuk gergaji, gas dan kayu bakar. Sedangkan untuk pengrajin skala menengah dan besar mereka hanya menggunakan gas dan kayu bakar.

Selain itu, minyak goreng juga merupakan salah satu komponen terbesar dalam produksi tahu sumedang karena pedagang-pedagang dari pasar membeli tahu dalam bentuk masak. Harga minyak goreng yang berlaku pada saat penelitian berkisar antara Rp11 000 hingga Rp12 500 per kg. Untuk mengolah 100 kg kedelai maka dibutuhkan minyak goreng sekitar 20 kg. Maka tidak heran jika biaya produksi yang dikeluarkan untuk minyak goreng juga cukup besar.

Komponen lainnya dalam biaya produksi tahu sumedang adalah garam. Garam digunakan untuk merendam tahu yang sudah di cetak. Penggunaan garam sebenarnya bervariasi tergantung dari pengrajin itu sendiri. Akan tetapi, secara umum untuk merendam 100 kg kedelai maka dibutuhkan garam sebanyak 7 kg. Semakin banyak kedelai yang di olah maka akan semakin meningkatkan pula kebutuhan garam.

Komponen lainnya adalah penggunaan tenaga kerja. Untuk pengrajin tahu sumedang baik skala kecil, menengah, maupun besar lebih banyak mengolah tahu dengan menggunakan tenaga upahan. Untuk sistem upah tidak ada perbedaan antara tenaga kerja upahan, maupun tenaga kerja dalam keluarga. Sistem upah untuk pengrajin tahu sumedang dihitung berdasarkan banyaknya gilingan. Upah dalam satu gilingan sampai tahu masak sekitar Rp8 500/gilingan. Upah tenaga kerja keluarga dimasukkan ke dalam biaya variabel karena pada dasarnya menerapkan sistem upah yang sama dengan tenaga upahan sehingga dimasukkan ke dalam perhitungan biaya variabel. Akan tetapi pada kenyataannya tenaga kerja keluarga ini termasuk ke dalam biaya yang diperhitungkan (non tunai).

Tabel 25 dan 26 juga menunjukkan bagaimana komponen biaya variabel pada kondisi setelah adanya kenaikan harga kedelai. Pada kondisi tersebut komponen biaya yang berubah adalah pada harga kedelai, sedangkan biaya variabel lainnya adalah tetap. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya bahan baku selain kedelai berubah (menurun). Hal ini lebih dikarenakan jumlah produksi kedelai yang menurun. Dengan demikian ada penyesuaian pada bahan baku lain yang digunakan. Selain itu, pengurangan jumlah produksi juga merupakan salah satu cara penyesuaian yang dilakukan untuk menyiasati kenaikan harga kedelai.

Setelah adanya kenaikan harga kedelai jumlah biaya yang digunakan untuk pembelian kedelai pun meningkat, sehingga menyebabkan jumlah biaya total variabel pun meningkat. Jika biaya variabel menurun sebenarnya diakibatkan oleh jumlah produksi yang menurun. Biaya variabel rata-rata per ancak tahu akan lebih murah pada skala besar, baik pada keadaan sebelum kenaikan harga kedelai maupun setelah kenaikan harga kedelai. Dikarenakan pada skala ini relatif dapat menekan biaya variabel yang dikeluarkan, artinya skala usaha yang paling ekonomis adalah skala besar. Namun di sisi lain pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari biaya variabel rata-rata per ancak tahu, skala kecil lebih ekonomis daripada skala menengah dikarenakan pengrajin skala menengah memperoleh harga kedelai yang lebih tinggi dari agen tempat pemasoknya berasal, baik sebelum maupun setelah harga kedelai naik.

45

Biaya Total Usaha Tahu Sumedang

Biaya total adalah penjumlahan dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin tahu sumedang yang meliputi biaya tetap ditambah biaya variabel. Semakin besar skala pengrajin tahu sumedang, kecenderungannya semakin besar pula biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengrajin. Biaya total yang dikeluarkan pengrajin pada masing-masing skala sebelum kenaikan harga kedelai dapat dilihat pada tabel 27 (lihat halaman 45). Secara rinci rata-rata biaya usaha terdapat pada lampiran 3 dan 4.

Tabel 27 Komponen biaya total usaha tahu sumedang sebelum kenaikan harga kedelai di Kecamatan Tanjungsari untuk skala usaha kecil, menengah dan besar per hari bulan Februari 2014

Uraian Biaya Skala kecil Skala menengah Skala besar

Rp % Rp % Rp %

Biaya tetap 91 212 5.66 151 053 3.21 431 258 3.52 Biaya variabel 1 520 500 94.34 4 548 800 96.79 11 823 125 96.48 Total Biaya 1 611 712 100 4 699 853 100 12 254 383 100 Total biaya per

ancak tahu 25 583 25 133 22 040

Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa komponen biaya variabel pada setiap skala usaha merupakan komponen terbesar, yaitu 94.34 persen untuk skala kecil, 96.79 persen untuk skala menengah, dan 96.48 persen untuk skala besar. Sama halnya dengan kondisi setelah kenaikan harga kedelai. Biaya total yang dikeluarkan pengrajin pada masing-masing skala setelah kenaikan harga kedelai dapat dilihat pada tabel 28.

Tabel 28 Komponen biaya total usaha tahu sumedang setelah kenaikan harga kedelai di Kecamatan Tanjungsari untuk skala usaha kecil, menengah dan besar per hari bulan Oktober 2013

Uraian Biaya Skala kecil Skala menengah Skala besar

Rp % Rp % Rp %

Biaya tetap 91 212 5.61 151 053 3.09 431 258 3.87 Biaya variabel 1 533 714 94.39 4 738 000 96.91 10 700 125 96.13 Total Biaya 1 624 926 100 4 889 053 100 11 131 383 100 Total biaya per

ancak tahu 27 541 27 779 24 251

Berdasarkan tabel 27 dan 28 dapat ditentukan besarnya total biaya produksi usaha tahu sumedang per ancak tahu. Dari tabel tersebut terlihat kecenderungan bahwa semakin besar skala pengrajin, maka akan menurunkan biaya total rata-rata yang dikeluarkan pengrajin. Pengrajin dengan skala kecil cenderung menunjukkan skala yang paling mahal dalam mengeluarkan biaya produksi relatif terhadap pengrajin skala menengah dan besar. Bila seluruh biaya dihitung, baik biaya yang dikeluarkan secara tunai maupun biaya non tunai (biaya yang diperhitungkan), maka skala pengrajin yang paling murah biayanya dalam berproduksi adalah pengrajin tahu skala besar.

Total biaya per ancak diperoleh dari hasil perbandingan antara biaya total dengan rata-rata jumlah per ancak tahu yang dihasilkan. Berdasarkan tabel 27 dan

46

28 dapat dilihat bahwa total biaya per ancak tahu untuk skala kecil, menengah, dan besar sebelum kenaikan harga kedelai adalah Rp25 583, Rp25 133, dan Rp22 040. Sedangkan total biaya per ancak tahu setelah kenaikan harga kedelai untuk skala kecil, menengah, dan besar adalah Rp27 541, Rp27 779, dan Rp24 251.

Pada tabel 27 dan 28 menunjukkan bahwa pada skala kecil dan menengah terjadi peningkatan atas biaya total pada kondisi sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai. Sedangkan pada skala besar terjadi penurunan atas biaya total. Penurunan tersebut lebih dikarenakan terjadinya penurunan volume produksi tahu sumedang yang besar yaitu 17.4 persen. Selain itu, pada tabel tersebut dapat dilihat pula bahwa total biaya per ancak tahu untuk pengrajin yang berada pada skala besar, cenderung memperlihatkan skala yang paling rendah biaya produksinya atau paling ekonomis dibandingkan dengan dua skala lainnya. Pengrajin skala besar cenderung mendapatkan harga kedelai yang lebih murah dari agen karena membeli dalam jumlah yang banyak dan setia untuk membeli di satu agen tertentu saja. Kondisi ini seperti ada kontrak tidak tertulis atau adanya hubungan kepercayaan yang membuat pengrajin tidak membeli kedelai di agen lainnya. Dengan kata lain pengrajin besar cenderung loyal dengan salah satu agen kedelai tertentu. Berbeda dengan pengrajin skala kecil dan menengah yang bebas untuk membeli kedelai di agen penyuplai kedelai manapun. Dengan kata lain pengrajin skala besar merupakan pengrajin yang paling ekonomis. Akan tetapi, biaya total per ancak tahu pada pengrajin skala menengah lebih besar daripada skala kecil setelah kedelai mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan harga kedelai yang diperoleh pengrajin setelah kenaikan lebih besar dibandingkan dengan pengrajin skala lainnya.

Berdasarkan tabel 29 dapat dijelaskan kenaikan harga kedelai terhadap total biaya usaha tahu sumedang pada saat sebelum kenaikan harga kedelai. Dari total biaya usaha pengeluaran terbesar digunakan untuk biaya variabel. Untuk biaya tetap tidak terjadi perubahan baik sebelum kenaikan harga kedelai dan setelah adanya kenaikan harga kedelai. Pada biaya variabel untuk skala kecil terjadi peningkatan sebesar 0.86 persen setelah adanya kenaikan harga kedelai. Peningkatan biaya variabel pada skala kecil tidak terlalu besar dikarenakan pengrajin tahu juga menurunkan jumlah produksinya. Pada biaya variabel skala menengah mengalami peningkatan sebesar 3.99 persen setelah adanya kenaikan harga kedelai. Peningkatan ini terjadi karena harga pembelian kedelai yang diterima pengrajin skala menengah lebih tinggi dibandingkan dengan skala lainnya. Sehingga meskipun jumlah produksi dikurangi tetap saja biaya variabelnya tinggi. Pada skala besar mengalami penurunan biaya variabel sebesar 10.50 persen. Hal ini dikarenakan jumlah produksi pada skala besar menurun. Persentase perubahan biaya setelah kenaikan harga kedelai dapat dilihat pada tabel 29.

Tabel 29 Persentase perubahan biaya setelah kenaikan harga kedelai Uraian Biaya Persentase perubahan biaya (%)

Skala kecil Skala Menengah Skala Besar

Biaya tetap 0 0 0

Biaya variabel 0.86 3.99 -10.50

47

Biaya Tunai dan Non Tunai Tahu Sumedang

Selain perhitungan biaya tetap dan biaya variabel, penting juga untuk diketahui bagaimana komponen biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (biaya non tunai) terhadap biaya produksi. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usaha tahu yang dikeluarkan oleh pengrajin itu sendiri. Sedangkan biaya non tunai merupakan biaya yang tidak dibayar dengan uang, tapi diperlukan untuk memperhitungkan berapa besar nilai sumberdaya yang telah dikeluarkan dalam usaha tahu sumedang.

Komponen biaya tunai dan non tunai pada setiap skala usaha tidak terdapat perbedaan. Komponen biaya tunai pada skala kecil, menengah, dan besar meliputi biaya pembelian kedelai, garam, minyak goreng, bahan bakar, tenaga kerja upahan, listrik, dan transportasi. Sementara untuk komponen biaya non tunai pada skala kecil, menengah, dan besar adalah tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan produksi, dan penyusutan pabrik.

Berdasarkan tabel 30, biaya yang dikeluarkan pada skala kecil, menengah, dan besar sebagian besar merupakan komponen biaya tunai. Komponen biaya tunai pada skala kecil sebesar 92.34 persen, skala menengah sebesar 95.09 persen, dan skala besar sebesar 95.67 persen. Perbandingan komposisi biaya tunai dan non tunai pada masing-masing skala usaha sebelum kenaikan harga kedelai dapat dilihat pada tabel 30.

Tabel 30 Perbandingan komposisi biaya tunai dan non tunai sebelum kenaikan harga kedelai pada setiap skala usaha

Uraian Biaya Rp/pengrajin Skala kecil % Rp/pengrajin Skala menengah % Rp/pengrajin Skala besar % Biaya tunai 1 488 194 92.34 4 469 086 95.09 11 723 929 95.67 Biaya non tunai 123 518 7.66 230 767 4.91 530 454 4.33 Kondisi yang sama terjadi pada saat harga kedelai mengalami kenaikan, komponen biaya tunai pada setiap skala usaha merupakan komponen biaya terbesar. Berdasarkan tabel 31, biaya yang dikeluarkan pada skala kecil, menengah, dan besar sebagian besar merupakan komponen biaya tunai. Komponen biaya tunai pada skala kecil sebesar 92.54 persen, skala menengah sebesar 95.37 persen, dan skala besar sebesar 95.28 persen. Perbandingan

Dokumen terkait