• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian merupakan anggota kelompok tani Bunisari yang memiliki pembenihan ikan nila GMT. Karakteristik responden yang diambil dari anggota kelompok tani Bunisari berjumlah empat orang. Keempat anggota kelompok tani Bunisari memiliki pengalaman dalam pembenihan ikan karena sudah melakukan kegiatan pembenihan ikan nila lebih dari lima tahun. Karakteristik petani responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakterisitik responden berdasarkan umur

Nama Responden Umur (Tahun) Pengalaman Bertani

(Tahun) Luas Lahan (m

2 ) Abas Sutisna 55 18 400 Sudarwin 32 6 1 200 Warsito 53 12 1 600 Suhandi 44 7 700 Rata-rata 46 10.8 975

Lokasi usaha berlokasi di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Usaha pembenihan jenis ikan nila GMT baru berjalan diawal tahun 2000, yang merupakan usulan dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi untuk membenihkan ikan nila jenis GMT karena memiliki masa pertumbuhan yang cepat dari benih ikan nila lainnya dan hingga sekarang. Usaha pembenihan ikan nila GMT merupakan usaha milik sendiri dan dijalankan sendiri oleh anggota kelompok tani Bunisari dengan dibantu oleh anggota keluarga dan beberapa pekerja. Usaha pembenihan ikan nila GMT yang dimiliki oleh kelompok tani Bunisari telah memiliki pasar

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Dampak (Rp)

Besar Kecil

24

tersendiri dari luar daerah dan pada daerah sekitar. Luasan kolam pembenihan ikan nila GMT yang dimiliki oleh anggota kelompok tani berjumlah 400 m2, 700 m2, 1 200 m2, dan 1 600 m2 yang dipergunakan untuk pemeliharaan benih ikan nila GMT. Larva ikan nila GMT didapatkan biasanya dari kolam induk milik sendiri atau kolam induk milik anggota kelompok tani yang hanya memiliki kolam indukan saja.

Aktivitas Budidaya Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Bunisari

Komoditas perikanan yang dikembangkan adalah ikan nila GMT . Ikan nila dikembangkan utamanya di Kecamatan yang memiliki pasokan air yang banyak dan wadah budidaya yang digunakan adalah kolam air tenang, salah satunya terdapat di kelompok tani Bunisari. Ikan nila merupakan jenis ikan untuk konsumsi dan hidup di air tawar. Teknik budidaya yang sangat mudah sehingga budidaya ikan nila sangat layak diusahakan, baik skala rumah tangga maupun skala besar atau perusahaan, karena begitu besarnya peluang yang dapat diperoleh dari budidaya ikan nila. Alur kegiatan pembenihan ikan nila GMT yang dilakukan kelompok tani Bunisari dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 4 Alur kegiatan pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Bunisari

Persiapan Media Pendederan

Pemeliharan benih ikan dilakukan pada kegiatan usaha pembenihan kelompok tani Bunisari terbuat dari kolam tanah. Tanah yang digunakan untuk pemeliharaan benih yang dilakukan terbuat dari jenis tanah liat/lempung. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kolam yang akan digunakan harus bisa menahan air dan tidak bocor. Saluran tengah atau kemalir harus tersedia dan berfungsi untuk memudahkan panen. Terdapat pintu masuk dan pengeluaran air kolam dan saringan di kedua pintu air. Selanjutnya dilakukan pengeringan kolam. Pengeringan tergantung dari cuaca, jika cuaca panas pengeringan cukup

Pemeliharaan Benih Penebaran Benih Persiapan Media Pendederan

Pemeliharaan Larva

2-3 hari. Namun, jika sedang musim hujan, proses pengeringan bisa lebih lama. Setelah kolam kering, kolam harus dipupuk untuk menumbuhkan makanan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan nila yang akan ditebar. Kelompok tani Bunisari memupuk kolam tersebut dengan menggunakan pitik. Pitik merupakan sisa-sisa kotoran dan remahan makanan dari ayam. Setelah pupuk ditebar, kolam diisi air secara bertahap sampai mencapai ketinggian 75-100 cm dari dasar kolam. Air yang digunakan merupakan air pengunungan yang terdapat bebas.

Penebaran dan Pemeliharaan Benih

Benih dari wadah pemeliharaan larva ditangkap menggunakan seser halus. Larva yang tertangkap ditampung di wadah selanjutnya benih tersebut ditebar di kolam. Penebaran larva dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Pendederan dilakukan selama 20 hari.

Selama pendederan benih ikan mendapatkan pakan alami di kolam, juga diberikan pakan tambahan yang halus berupa pitik. Kelompok tani Bunisari menggunakan pitik yang telah direndam air selama satu sampai dua hari dengan maksud agar pitik yang ditebar menghasilkan tekstur yang lebih menggembang dan suhu pitik yang telah dingin. Pakan tambahan tersebut ditebar di sepanjang kolam. Pemberian pakan dilakukan sehari dua kali. Akan tetapi, ketika musim hujan pemberian pitik dilakukan cukup sehari sekali.

Pemanenan Benih

Kegiatan pemanenan benih meliputi persiapan penampungan benih, pengeringan kolam, penangkapan benih dan pengangkutan. Pemanenan ikan yang dilakukan oleh kelompok tani Bunisari pada pagi dan sore hari saat keadaan tidak panas. Saluran pembuangan air didalam kolam dibuka sebagian tanpa membuka saringan yang terdapat pada saluran pembuangan air sebelum melakukan pemanenan. Air yang terdapat di dalam kolam surut setelah 2-3 jam dan benih ikan akan tinggal di petak pemanenan (penangkapan) yang berukuran 1.5 x 1 meter di sekitar pintu pengeluaran sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.

Penangkapan benih dilakukan dengan cara ditangkap menggunakan waring atau sekup net besar. Benih dimasukkan kedalam ember dan ditampung dalam hapa halus yang dipasang dikolam penampungan. Ikan yang masih terdapat diakhir kemalir tinggal sedikit maka digunakan saringan atau serok agar lebih memudahkan ikan terperangkap diwaring. Penangkapan ikan dilakukan dengan cepat dan hati-hati agar ikan tidak terluka. Ikan ditampung kedalam hapa terlebih dahulu, setelahnya ikan dilakukan grading sesuai ukuran karena terdapat beberapa ikan yang melebihi atau kurang dari ukuran yang akan dipanen.

Identifikasi Sumber - Sumber Risiko Produksi

Risiko produksi akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan. Adanya risiko produksi pada pembenihan ikan nila ditunjukkan dengan adanya variasi atau fluktuasi mortalitas rate yang diperoleh. Fluktuasi mortalitas rate

26

Tingkat produksi yang dihasilkan ditunjukkan dengan adanya variasi atau fluktuasi produksi yang mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi oleh kelompok tani Bunisari terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7 Produksi pembenihan ikan nila GMT kelompok tani Bunisari tahun 2010-2012

Tahun Bulan Jlh Benih Tebar

(Ekor) Jlh Benih Panen (Ekor) Selisih Benih (Ekor) 2010 Desember 160 000 150 850 9 150 2011 Januari 120 000 111 550 8 450 Februari 202 000 193 083 8 917 Maret 100 000 84 280 15 720 April 166 000 161 180 4 820 Mei 40 000 37 400 2 600 Juni 155 000 146 080 8 920 Juli 160 000 143 333 16 667 Agustus 154 000 147 370 6 630 September 111 000 94 995 16 005 Oktober 190 000 181 770 8 230 November 242 000 230 648 11 352 Desember 200 000 182 840 17 160 2012 Januari 30 000 21 070 8 930 Februari 71 000 68 100 2 900 Maret 135 000 129 845 5 155 April 184 000 177 920 6 080 Mei 356 000 351 017 4 983 Juni 120 000 113 600 6 400 Juli 84 000 68 580 15 420 Agustus 334 000 325 452 8 549 September 40 000 33 400 6 600 November 209 000 200 463 8 537 Desember 393 000 381 637 11 363

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung terhadap proses pembenihan ikan nila GMT di anggota kelompok tani Bunisari serta wawancara yang dilakukan, maka terdapat empat sumber risiko produksi yang terjadi pada kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari, diantaranya sumber risiko produksi peralihan musim, keahlian petani, hama, dan musim.

1. Faktor Cuaca

Sistem pemeliharaan benih ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari dilakukan di luar ruangan, sehingga ketika beberapa periode produksi terjadi peralihan cuaca yang cukup ekstrim, suhu air pada kolam tersebut tidak stabil

dan mengalami fluktuasi yang mengakibatkan kematian pada benih ikan nila yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sumber risiko faktor cuaca pembenihan ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari Tahun Bulan Jlh Benih Tebar (Ekor) Jlh Benih Panen (Ekor) Selisih Benih (Ekor) Sumber Risiko Faktor Cuaca 2010 Desember 160 000 150 850 9 150 7 320 2011 Januari 120 000 111 550 8 450 6 903 Februari 202 000 193 083 8 917 3 325 Maret 100 000 84 280 15 720 0 April 166 000 161 180 4 820 0 Mei 40 000 37 400 2 600 0 Juni 155 000 146 080 8 920 7 328 Juli 160 000 143 333 16 667 13 333 Agustus 154 000 147 370 6 630 5 835 September 111 000 94 995 16 005 4 230 Oktober 190 000 181 770 8 230 0 November 242 000 230 648 11 352 1 860 Desember 200 000 182 840 17 160 12 934 2012 Januari 30 000 21 070 8 930 7 520 Februari 71 000 68 100 2 900 0 Maret 135 000 129 845 5 155 1 330 April 184 000 177 920 6 080 0 Mei 356 000 351 017 4 983 0 Juni 120 000 113 600 6 400 2 400 Juli 84 000 68 580 15 420 13 320 Agustus 334 000 325 452 8 549 7 017 September 40 000 33 400 6 600 0 November 209 000 200 463 8 537 2 507 Desember 393 000 381 637 11 363 9 180

Faktor cuaca adalah faktor yang sangat penting diperhatikan pada kegiatan pembenihan ikan nila GMT karena ikan merupakan hewan berdarah dingin

(poikilothermal)yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan sekitar. Faktor cuaca yang mempengaruhi terjadi disaat musim hujan yang berkepanjangan. Keadaan suhu yang berubah secara drastis ini mengakibatkan perubahan pada laju metabolisme ikan dan dapat menimbulkan gangguan fisiologis ikan yang menyebabkan ikan stress sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi benih ikan nila. Kondisi cuaca yang tidak stabil dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nila GMT. Suhu yang baik untuk pemeliharaan benih ikan nila berkisar antara 28-300C. Pertumbuhan ikan mulai terganggu pada suhu kurang dari 180C dan lebih dari 300C.

28

Faktor cuaca ini juga perpengaruh pada pembenihan ikan bawal oleh Sahar (2010), pembenihan lele sangkuriang oleh Ferdian (2011), pembenihan lele dumbo oleh Siregar (2011) dan pembenihan ikan patin siam oleh Saputra (2011), dimana faktor cuaca dapat mempengaruhi keadaan suhu air di media pemeliharaan yang menyebabkan ikan akan menyesuaikan keadaan tubuhnya dengan keadaan lingkungan sekitar. Apabila ikan tersebut tidak dapat menyesuaikan perubahan yang terjadi maka akan menyebabkan ikan stress dan berefek kematian pada benih ikan. Kematian terbesar benih ikan nila terjadi pada bulan Juli 2011 sebesar 13 333 ekor dan Juli 2012 sebesar 13 320 ekor yang mencapai hampir 80 persen dari total kematian. Faktor cuaca berdasarkan hasil wawancara dengan anggota maupun ketua kelompok tani Bunisari, merupakan sumber risiko produksi yang cukup sulit untuk diprediksi kapan terjadinya karena merupakan proses yang bersumber dari alam.

2. Keahlian Pekerja

Keahlian pekerja merupakan salah satu sumber risiko produksi yang terdapat di pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari. Keahlian pekerja ini juga merupakan sumber risiko di kegiatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Cahaya Kita, Gadog, Jawa Barat oleh Sahar (2010), lele dumbo di Family Jaya 1, Kecamatan Sawangan, Depok, patin sian di Darmaga Fish Culture, Kabupaten Bogor oleh Siregar (2011), dan ikan hias di PT Taufan Fish Farm Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Silaban (2011). Keahlian pekerja memang merupakan salah satu sumber risiko produksi yang ditemukan pada pembenihan benih ikan dikarenakan memang pemeliharaan benih membutuhkan skill dan kekonsistensian pekerja dalam kegiatan usaha pembudidayan benih ikan.

Keahlian pekerja di kelompok tani Bunisari telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam melakukan pembenihan ikan nila GMT, sehingga pada dasarnya sudah cukup memahami kriteria dan cara untuk melakukan proses pemanenan ikan dan grading dengan benar. Akan tetapi terkadang pekerja kurang teliti dalam proses pemanenan ikan dan grading yang berlangsung, dimana ikan yang terdapat dikolam tinggal sedikit maka saluran pembuangan air dibuka secara menyeluruh tanpa adanya saringan yang menyebabkan ikan banyak masuk ke dalam saluran pembuangan tersebut. Ikan yang terakhir dipanen akan banyak mengalami stress yang mengakibatkan sewaktu ditampung di dalam hapa terdapat beberapa yang mati. Proses pemanenan harus dilakukan pada saat yang tepat agar ikan tidak menjadi stress. Jika pemanenan dilakukan pada saat yang tidak tepat seperti pada saat matahari bersinar terik maka ikan akan menjadi stress yang menyebabkan kematian. Penyortiran dan grading harus dilakukan secara hati-hati dikarena pada waktu proses tersebut ikan akan ditampung ke dalam baskom dengan lubang-lubang kecil yang sudah memiliki ukuran. Apabila proses penyortiran dan grading dilakukan secara cepat maka banyak benih ikan nila GMT yang tubuhnya terluka karena ikan tersebut berimpit-impitan satu dengan yang lainnya. Walaupun sumber risiko keahlian pekerja ini cukup kecil pada kegiatan produksi pembenihan ikan nila GMT, tetapi sangat berpengaruh karena terjadi pada setiap periode panen. Sumber risiko akibat keahlian pekerja terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sumber risiko keahlian pekerja pembenihan ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari

Tahun Bulan Jlh Benih Tebar (Ekor) Jlh Benih Panen (Ekor) Selisih Benih (Ekor) Sumber Risiko Keahlian Pekerja 2010 Desember 160 000 150 850 9 150 665 2011 Januari 120 000 111 550 8 450 423 Februari 202 000 193 083 8 917 508 Maret 100 000 84 280 15 720 440 April 166 000 161 180 4 820 241 Mei 40 000 37 400 2 600 205 Juni 155 000 146 080 8 920 514 Juli 160 000 143 333 16 667 833 Agustus 154 000 147 370 6 630 332 September 111 000 94 995 16 005 789 Oktober 190 000 181 770 8 230 417 November 242 000 230 648 11 352 570 Desember 200 000 182 840 17 160 999 2012 Januari 30 000 21 070 8 930 470 Februari 71 000 68 100 2 900 225 Maret 135 000 129 845 5 155 267 April 184 000 177 920 6 080 358 Mei 356 000 351 017 4 983 306 Juni 120 000 113 600 6 400 320 Juli 84 000 68 580 15 420 1 050 Agustus 334 000 325 452 8 549 556 September 40 000 33 400 6 600 330 November 209 000 200 463 8 537 372 Desember 393 000 381 637 11 363 720

Kematian akibat sumber risiko keahlian petani di kelompok tani Bunisari berkisar antara 500 ekor dalam rentang waktu Desember 2010 sampai Desember 2012. Namun demikian bukan berarti dengan kematian yang diakibatkan oleh keahlian petani tidak menjadi ancaman karena risiko bersifat dinamis yang apabila tidak dimonitor atau diabaikan dapat berubah menjadi faktor penting dalam mortalitas benih ikan nila GMT.

3. Hama

Hama adalah organisme penggangu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Hama bersifat memangsa (predator), perusak dan kompetitor (pesaing). Terlihat jelas pada Tabel 10 bahwa hama merupakan sumber risiko yang patut diperhatikan karena selalu ada pada tiap siklus panen yang terdapat di kelompok tani Bunisari.

30

Tabel 10 Sumber risiko hama pembenihan ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari Tahun Bulan Jlh Benih Tebar (Ekor) Jlh Benih Panen (Ekor) Selisih Benih (Ekor) Sumber Risiko Hama 2010 Desember 160 000 150 850 9 150 1 165 2011 Januari 120 000 111 550 8 450 1 125 Februari 202 000 193 083 8 917 4 211 Maret 100 000 84 280 15 720 440 April 166 000 161 180 4 820 1 789 Mei 40 000 37 400 2 600 2 395 Juni 155 000 146 080 8 920 1 078 Juli 160 000 143 333 16 667 2 500 Agustus 154 000 147 370 6 630 464 September 111 000 94 995 16 005 10 752 Oktober 190 000 181 770 8 230 2 303 November 242 000 230 648 11 352 3 634 Desember 200 000 182 840 17 160 3 227 2012 Januari 30 000 21 070 8 930 940 Februari 71 000 68 100 2 900 675 Maret 135 000 129 845 5 155 2 507 April 184 000 177 920 6 080 4 842 Mei 356 000 351 017 4 983 3 224 Juni 120 000 113 600 6 400 960 Juli 84 000 68 580 15 420 1 050 Agustus 334 000 325 452 8 549 763 September 40 000 33 400 6 600 990 November 209 000 200 463 8 537 1 125 Desember 393 000 381 637 11 363 1 464

Sebagai predator, yakni makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang bila masuk dalam lingkungan perairan yang sedang dilakukan pemeliharaan ikan. Masuknya hama dapat dari pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa ikan yang ada.Hama yang sering menyerang ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari adalah belut dan ucrit “anak kumbang”. Ucrit merupakan larva kumbang air, yang memiliki nama umum adalah water beetles larvae atau larva kumbang air (larva Cybister). Ucrit merupakan perenang lambat dan tidak memburu atau mengejar mangsanya, namun benih yang masih lemah, sulit untuk menghindar dari sergapannya dan memangsa benih ikan nila dengan sangat ganas. Benih yang menjadi sasarannya adalah benih ikan nila yang berumur 20 hari, yakni benih ikan yang mulai ditebar hingga menjelang umur 30 hari. Cara memangsanya pertama-tama benih ikan ditangkap dengan jalan menjepit dengan taringnya kemudian benih ikan dilumpuhkan dengan menggunakan ujung ekor yang bercabang dua, sementara

taringnya merobek-robek tubuh ikan. Benih ikan yang dimangsa ucrit tidak habis dimakan tetapi hanya disobek-sobek dan diisap darahnya. Namun karena jumlahnya banyak dan merupakan serangga air yang ganas maka tingkat pemangsaanya tinggi, itu sebabnya ucrit tergolong predator benih yang harus diwaspadai karena menjadikan produksi benih merosot tajam.

Belut merupakan salah satu hama yang cukup banyak terdapat di usaha kegiatan pembenihan ikan nila GMT kelompok tani Bunisari, belut tersebut tidak hanya memakan benih nila. Akan tetapi lobang yang dibuat oleh belut tersebut dapat membuat kebocoran kolam dan mengakibatkan ikan lolos keluar kolam. Kematian yang disebabkan oleh hama ucrit dan belut pada pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari terjadi pada setiap siklus pendederan. 4. Penyakit

Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi (penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya organisme lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh dalam maupun bagian tubuh luar. Organisme tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit yang tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antara lain oleh keracunan makanan, kekurangan makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk yang menyebabkan ikan menjadi stres. Kematian yang diakibatkan oleh sumber risiko penyakit terlihat pada Tabel 11.

Sumber penyakit yang menyerang benih ikan nila anggota kelompok tani Bunisari adalah parasit seperti Ichthyophthirius multifilis yang mengakibatkan bintik putih atau White Spot disease atau “Ich” dipermukaan tubuh ikan,

menginfeksi kulit, insang, mata dan mengakibatkan kematian massal. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies dan salah satunya adalah ikan nila. Ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakkan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Ikan yang terkena penyakit White Spot akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Ikan akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin disebabkan akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Benih ikan nila yang terjangkit penyakit ini biasanya akan mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit.

Berdasarkan wawancara kepada petani Penyakit white Spot dapat masuk ke dalam kolam melalui ikan yang sudah terjangkit penyakit tersebut atau melalui air yang mengandung parasit. Tanaman air dan pakan dapat pula menjadi perantaran white spot terutama apabila lingkungan hidup tanaman air dan pakan tersebut telah terjangkit white spot sebelumnya. Sumber risiko penyakit memang jarang terjadi di kelompok tani Bunisari akan tetapi apabila sudah terdapat di media pembenihan atau kolam maka akan menyebabkan kematian yang sangat banyak ataupun kematian totak karena pada dasarnya penyakit white spot ini bersifat menyebar. Kematian benih ikan nila GMT yang disebabkan oleh penyakit di kelompok tani Bunisari pada periode Desember 2010 sampai Desember 2012 terjadi sebanyak 14 kasus. Kematian benih ikan nila GMT terjadi antara 200-15 000 ekor. Kematian terbanyak pada benih yang diakibatkan penyakit terjadi pada bulan Maret 2010. Terlihat pada Tabel 11.

32

Tabel 11 Sumber risiko penyakit pembenihan ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari Tahun Bulan Jlh Benih Tebar (Ekor) Jlh Benih Panen (Ekor) Selisih Benih (Ekor) Sumber Risiko Penyakit 2010 Desember 160 000 150 850 9 150 0 2011 Januari 120 000 111 550 8 450 0 Februari 202 000 193 083 8 917 873 Maret 100 000 84 280 15 720 14 840 April 166 000 161 180 4 820 2 790 Mei 40 000 37 400 2 600 0 Juni 155 000 146 080 8 920 0 Juli 160 000 143 333 16 667 0 Agustus 154 000 147 370 6 630 0 September 111 000 94 995 16 005 235 Oktober 190 000 181 770 8 230 5 510 November 242 000 230 648 11 352 5 288 Desember 200 000 182 840 17 160 0 2012 Januari 30 000 21 070 8 930 0 Februari 71 000 68 100 2 900 2 000 Maret 135 000 129 845 5 155 1 051 April 184 000 177 920 6 080 880 Mei 356 000 351 017 4 983 1 453 Juni 120 000 113 600 6 400 2 720 Juli 84 000 68 580 15 420 0 Agustus 334 000 325 452 8 549 213 September 40 000 33 400 6 600 5 280 November 209 000 200 463 8 537 4 533 Desember 393 000 381 637 11 363 0

Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi

Sumber-sumber risiko produksi pada pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari telah diidentifikasi. Kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari, menggunakan data historis produksi dimulai dari bulan Desember 2010 sampai Desember 2012 terlihat pada Tabel 12 analisis probabilitas sumber-sumber risiko yang menyebabkan terjadinya fluktuasi produksi. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis probabilitas terhadap masing-masing sumber risiko produksi tersebut, untuk mengetahui seberapa besar probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi. Analisis data yang digunakan dalam menentukan analisis probabilitas ditentukan berdasarkan atas wawancara dan pengalaman terdahulu dengan anggota kelompok tani Bunisari, seperti

penentuan jumlah, kondisi, dan batas nilai. Maka dapat diketahui tingkat probabilitas dari sumber-sumber risiko yang dihadapi oleh kelompok tani Bunisari pada usaha pembenihan ikan nila GMT.

Tabel 12 Probabilitas risiko dari sumber risiko

Tahun Bulan Jlh Benih Tebar (Ribu Ekor) Jlh Benih Panen (Ribu Ekor) Selisih Benih (Ekor)

Kematian Sumber - Sumber Risiko (ekor)

Faktor Cuaca

Keahlian

Pekerja Hama Penyakit

2010 Desember 160 150.9 9 150 7 320 665 1 165 0 2011 Januari 120 111.6 8 450 6 903 422 1 125 0 Februari 202 193.1 8 917 3 325 507 4 211 873 Maret 100 84.3 15 720 0 440 440 14 840 April 166 161.2 4 820 0 241 1 789 2 790 Mei 40 37.4 2 600 0 205 2 395 0 Juni 155 146.1 8 920 7 328 514 1 078 0 Juli 160 143.3 16 667 13 333 833 2 500 0 Agustus 154 147.4 6 630 5 835 331 463 0 September 111 94.9 16 005 4 230 788 10 751 235 Oktober 190 181.8 8 230 0 417 2 303 5 510 November 242 230.6 11 352 1 860 570 3 634 5 288 Desember 200 182.8 17 160 12 934 999 3 227 0 2012 Januari 30 21.1 8 930 7 520 470 940 0 Februari 71 68.1 2 900 0 225 675 2 000 Maret 135 129.8 5 155 1 330 267 2 507 1 051 April 184 177.9 6 080 0 358 4 842 880 Mei 356 351 4 983 0 305 3 224 1 453 Juni 120 113.6 6 400 2 400 320 960 2 720 Juli 84 68.6 15 420 13 320 1 050 1 050 0 Agustus 334 325.4 8 549 7 017 556 763 213 September 40 33.4 6 600 0 330 990 5 280 November 209 200.5 8 537 2 507 372 1 125 4 533 Desember 393 381.6 11 363 9 180 719 1 463 0 Jumlah 106 341 1 1907 53 622 47 667 Rata-Rata 4 431 496 234 1 986.1 Standar Deviasi 4551.9 237.3 2189.7 3338.47 X 3000 400 1500 500 Z -0.314 -0.405 -0.335 -0.445

Nilai Pada Tabel Z 0.378 0.345 0.371 0.33

Probabilitas (%) 37.8 34.5 37.1 33

Pada Tabel 12 perbandingan tingkat probabilitas terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi secara berurutan dari yang terbesar

34

sampai yang terkecil adalah faktor cuaca sebesar 37.8 persen, hama sebesar 37.1 persen, keahlian pekerja sebesar 34.5 persen, dan penyakit sebesar 33 persen.

Nilai Z untuk sumber risiko produksi faktor cuaca yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode z-score adalah sebesar -0.314. nilai Z yang bertanda negatif menunjukkan bahwa nilai tersebut berada disebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai Z untuk sumber risiko faktor cuaca, jika dipetakan pada tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai sebesar 0.378. Nilai 0.378 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kematian ikan nila GMT akibat faktor cuaca melebihi batas normal yaitu 4 000 ekor adalah sebesar 37.8 persen. Nilai Z untuk sumber risiko produksi hama yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode z-score adalah sebesar -0.335. Nilai Z yang bertanda negatif menunjukkan nilai tersebut berada disebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai Z untuk sumber risiko hama, jika dipetakan pada tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai sebesar 0.371. Nilai 0.371 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kematian ikan nila GMT akibat hama melebihi batas normal yaitu 1 500 ekor adalah sebesar 37.1 persen.

Nilai Z untuk sumber risiko produksi keahlian pekerja yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode z-score adalah sebesar -0.405. Nilai Z yang bertanda negatif menunjukkan nilai tersebut berada disebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai Z untuk sumber risiko keahlian pekerja, jika dipetakan pada tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai sebesar 0.345. Nilai 0.345 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kematian ikan nila GMT akibat keahlian pekerja melebihi batas normal yaitu 400 ekor adalah sebesar 34.5 persen. Nilai Z untuk sumber risiko produksi penyakit yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode z-score adalah sebesar -0.445. Nilai Z yang bertanda negatif menunjukkan nilai tersebut berada disebelah kiri dari nilai rata-rata di kurva distribusi normal. Nilai Z untuk sumber risiko penyakit, jika dipetakan pada tabel distribusi Z akan menunjukkan nilai sebesar 0.330. Nilai 0.330 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kematian ikan nila GMT akibat keahlian pekerja melebihi batas normal yaitu 500 ekor adalah sebesar 33.0 persen.

Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi

Perhitungan dampak risiko produksi pada kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari dilakukan dengan menggunakan metode

value at risk (VaR). Dampak kerugian yang terjadi diakibatkan oleh sumber- sumber risiko produksi dapat dihitung dengan satuan mata uang seperti rupiah,

Dokumen terkait