• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN NILA

GMT (

Genetically Male Tilapia

) PADA ANGGOTA

KELOMPOK TANI BUNISARI DI DESA CARINGIN WETAN

KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN SUKABUMI

WINDA PRATIWI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Juli 2013

Winda Pratiwi

(4)

ii

ABSTRAK

WINDA PRATIWI. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI

Salah satu jenis akuakultur adalah budidaya pembenihan ikan nila GMT (Genetically Male Tilapia) di Sukabumi. Usaha pembenihan ikan nila GMT diusahakan oleh anggota kelompok tani Bunisari terdapat kendala risiko produksi, terlihat dari fluktuasi Mortalitas Rate (MR) ikan nila GMT. Proses identifikasi sumber-sumber dari kegiatan usaha benih ikan nila GMT yang dijalankan oleh anggota kelompok tani Bunisari, menggunakan analisis deskriptif dan kemudian mengidentifikasi kemungkinan dan dampak risiko yang dihasilkan dari sumber risiko menggunakan Z-Score dan Value at Risk (VaR ). Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi pada pembenihan ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi, 2) mengukur dan menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi pada pembenihan ikan nila GMT di anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi, dan 3) menganalisis berbagai alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk menangani risiko produksi yang dihadapi oleh kegiatan usaha benih ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamtan Caringin Kabupaten Sukabumi. Sumber-sumber risiko kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT di anggota kelompok tani Bunisari adalah cuaca, keterampilan pekerja, hama, dan penyakit. Hasil analisis probabilitas atau kemungkinan risiko yang paling besar adalah faktor cuaca dan diikuti oleh keahlian pekerja, hama dan penyakit. Adapun analisis dampak sumber risiko yang paling besar adalah penyakit dan diikuti oleh cuaca, hama dan keterampilan pekerja. Strategi manajemen risiko yang dilakukan untuk sumber risiko hama, penyakit dan keahlian petani menggunakan strategi pencegahan dan risiko yang ditimbulkan oleh sumber cuaca menggunakan strategi pencegahan dan mitigasi.

Kata kunci: Pembenihan Ikan Nila GMT, Risiko Produksi

ABSTRACT

WINDA PRATIWI. Risk Analysis of Tilapia Hatchery Production GMT (Genetically Male Tilapia) At Farmer Group Bunisari in the Caringin Wetan village Caringin Sukabumi District. Supervised by ANNA FARIYANTI

(5)

group Bunisari production risk constraints, seen from fluctuations Mortality Rate (MR) tilapia. The process of identifying the sources of the operations of tilapia fish GMT which is run by members of farmer group Bunisari, using descriptive analysis and then identify the likelihood and impact of risks resulting from risk sources use the Z-Score and Value at Risk (VaR). The purpose of this study was 1) to identify and analyze the sources of risk in the production of tilapia hatchery GMT on members of farmer group Bunisari in the Caringin Wetan village Caringin Sukabumi District, 2) to measure and analyze the probability and impact of risk sources on the production of tilapia hatchery GMT in members of farmer group Bunisari in the Caringin Wetan village Caringin Sukabumi district, and 3) to analyze the various alternative strategies that can be applied to address production risks faced by the business activities of tilapia fish GMT on members of farmer group Bunisari in the Caringin Wetan village Caringin Sukabumi District. Risk sources of tilapia hatchery operations GMT on farmer group members Bunisari is weather, worker skills, pests, and diseases. Probability or likelihood analysis results is greatest risk factor followed by the weather and worker skills, pests and diseases. The analysis of the impact of the greatest sources of risk are followed by disease and weather, pests and worker skills. Risk management strategy that is done for a source of risk pets, disease and expertise of farmers using prevention strategies and the risks posed by weather sources use prevention and mitigation strategies.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitiann, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN NILA

GMT (

Genetically Male Tilapia

) PADA ANGGOTA

KELOMPOK TANI BUNISARI DI DESA CARINGIN WETAN

KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN SUKABUMI

WINDA PRATIWI

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Proposal : Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi

Nama : Winda Pratiwi NIM : H34104122

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(12)

viii

PRAKATA

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Maret 2013 ini ialah Risiko Produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Pembenih Ikan Nila GMT (Genetically Male Tilapia) pada Anggota Kelompok Tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti MSi selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Suharno MAdev selaku penguji umum, Ibu Anita Primaswari W SP MSi selaku penguji akademik, Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla MM selaku evaluator, Zulfi Amd selaku pembahas yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dra Yusalina MSi selaku pembimbing akademik, Anggota kelompok tani Bunisari Sutisna dan Aa Sudarwin yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua (Bapak Edi Saputra dan Ibu Rosmiati) yang selalu setia mendukung, memberikan semangat atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini menjadi salah satu kado terindah. Teman dan Sahabat satu tempat penelitian (Dameria Novandina, Henry J.A, dan Amelia Qodhariyah) dan tante Ai Lilah Yunani dan keluarga atas waktu, tempat, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. Teman - teman seperjuangan Alih Jenis Agribisnis angkatan 1 atas motivasi dan

sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(13)

DAFTAR ISI

Sumber - Sumber Risiko Usaha Pembenihan Ikan 7 Peluang dan Dampak Risiko Produksi Perikanan 8 Strategi Alternatif Risiko Usaha Perikanan 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Metode Pengolahan dan Analisis Data 19

Analisis Deskriptif 19

Aktivitas Budidaya Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Bunisari 24

Persiapan Media Pendederan 24

Penebaran dan Pemeliharaan Benih 25

Pemanenan Benih 25

Identifikasi Sumber - Sumber Risiko Produksi 25 Analisis Probabilitas Sumber Risiko Produksi 32

Analisis Dampak Sumber Risiko Produksi 34

Pemetaan Risiko Produksi 36

(14)

x

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

(15)

DAFTAR TABEL

1 Volume produksi perikanan nasional tahun 2010 - 2011 1 2 Volume produksi perikanan budidaya kolam menurut provinsi

di pulau Jawa tahun 2005 – 2010 2

3 Produksi perikanan budidaya pembesaran kolam menurut

jenis ikan beberapa kabupaten di Jawa Barat tahun 2010 2 4 Produksi pembenihan di kolam menurut jenis ikan di Kab

Sukabumi tahun 2011 3

5 Fluktuasi Mortalitas Rate (MR) benih ikan nila GMT di

kelompok tani Bunisari tahun 2011-2012 5

6 Karakterisitik responden berdasarkan umur 23 7 Produksi pembenihan ikan nila GMT kelompok tani Bunisari

tahun 2010-2012 26

8 Sumber risiko faktor cuaca pembenihan ikan nila GMT pada

kelompok tani Bunisari 27

9 Sumber risiko keahlian pekerja pembenihan ikan nila GMT

pada kelompok tani Bunisari 29

10 Sumber risiko hama pembenihan ikan nila GMT pada

kelompok tani Bunisari 30

11 Sumber risiko penyakit pembenihan ikan nila GMT pada

kelompok tani Bunisari 32

12 Probabilitas risiko dari sumber risiko 33

13 Dampak risiko dari sumber risiko produksi 35 14 Status risiko dari sumber risiko produksi 36

DAFTAR GAMBAR

1 Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian 10

2 Pengelolaan risiko 12

3 Peta risiko 13

4 Preventif risiko 14

5 Mitigasi risiko 15

6 Kerangka operasional penelitian 17

7 Peta risiko 23

8 Alur kegiatan pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari 24

9 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 38

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data produksi benih ikan nila GMT anggota Kelompok Tani Bunisari

(16)

xii

2 Data produksi benih ikan nila GMT anggota kelompok tani Bunisari

Bapak Warsito 44

3 Data produksi benih ikan nila GMT anggota kelompok tani Bunisari

Bapak Suhandi 46

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sub-sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang sangat berpotensi sebagai salah satu tumpuan ekonomi nasional dimasa mendatang. Pertumbuhan perikanan berkaitan dengan perannya menunjang persediaan pangan nasional, meningkatkan iklim usaha perikanan, meningkatkan partisipasi masyarakat demi meningkatkan pendapatan dan tingkat ekonomi masyarakat pada umumnya.

Tabel 1 produksi perikanan nasional meningkat sebesar 6.2 persen per tahun, yakni dari 11.66 juta ton pada tahun 2010 menjadi 13.31 juta ton pada tahun 2011. Capaian produksi perikanan tersebut didukung oleh kontribusi produksi perikanan budidaya yang terus mengalami kenaikan, yakni mencapai 11.13 persen per tahun selama periode tahun 2010-2011.

Tabel 1 Volume produksi perikanan nasional tahun 2010 - 2011

Rincian Tahun (Ton) Kenaikan Rata-Rata

(%)

2010 2011

Penangkapan 5 348 418 5 409 100 0.46

Perikanan Laut 5 039 446 5 061 680 0.44

Perairan Umum 344 972 347 420 0.71

Budidaya 6 277 972 7 901 526 11.13

Budidaya Laut 3 514 702 3 735 585 6.28

Tambak 1 416 038 1 734 260 22.47

Kolam 819 809 955 511 16.55

Keramba 121 271 120 654 -0.51

Jaring Apung 309 499 331 936 7.25

Sawah 96 605 98 804 2.28

Jumlah 11 662 342 13 310 626 6.20

Sumber : KKP, 2010-2014

Peningkatan volume produksi perikanan budidaya tahun 2010-2011 memperlihatkan bahwa program prioritas pembangunan kelautan dan perikanan saat ini lebih fokus pada upaya peningkatan produksi perikanan budidaya. Terlihat dari visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015. Target peningkatan produksi tersebut dicanangkan sebesar 353 persen dan peningkatan produksi perikanan budidaya merupakan andalan untuk dapat mewujudkan visi KKP. Volume produksi perikanan budidaya yang lebih besar dibanding perikanan tangkap, menunjukkan perkembangan yang pesat pada perikanan budidaya.

(18)

2

perikanan dunia telah dieskploitasi secara berlebihan dan 57 persen telah tereksploitasi secara penuh dan berada dalam batas maksimal produksi yang berkelanjutan. Adanya kesulitan dalam upaya meningkatkan produksi kegiatan perikanan tangkap, memberikan tantangan bagi peningkatan produksi perikanan Indonesia untuk kembali bertumpu pada perikanan budidaya. Diprediksi mampu menaikkan produksi perikanan budidaya di masa mendatang.

Tabel 2 memperlihatkan, bahwa volume produksi perikanan budidaya yang mengalami peningkatan terbesar dari tahun 2005-2010 terdapat di daerah Jawa Barat. Tahun 2005 volume produksi perikanan di Jawa Barat sebesar 110 247 ton dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2010 sebesar 247 369 ton.

Tabel 2 Volume produksi perikanan budidaya kolam menurut provinsi di pulau Jawa tahun 2005 – 2010

Provinsi Jumlah (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

DKI Jakarta 6 830 3 365 2 683 2 905 915 14 055

Jawa Barat 110 247 127 578 118 162 147 941 158 871 247 369 Jawa Tengah 25 360 28 350 34 619 44 191 55 031 66 964 D.I Yogyakarta 8 225 9 059 11 427 14 100 17 009 38 772

Jawa Timur 31 026 33 379 35 711 37 704 42 690 65 869

Banten 5 254 4 972 8 319 7 423 9 409 12 217

Sumber: BPS Republik Indonesia, 2010

Salah satu perikanan budidaya yang diusahakan di daerah Jawa Barat adalah ikan nila yang terdapat di Kabupaten Sukabumi, dimana budidaya ikan nila di Kabupaten Sukabumi meliputi budidaya pembesaran dan pembenihan. Tabel 3 terlihat bahwa jumlah produksi perikanan budidaya pembesaran untuk ikan nila di Kabupaten Sukabumi paling besar dari budidaya jenis ikan lainnya sebesar 154 ton.

Tabel 3 Produksi perikanan budidaya pembesaran kolam menurut jenis ikan beberapa Kabupaten di Jawa Barat tahun 2010

Kabupaten Jenis Ikan (Ton)

Mas Nila Nilem Mujair Gurami Tawes Lele Ciamis 376 2 040.96 346.00 - 904.32 302.47 512.00 Tasikmalaya 1 544.20 1 623.00 2 714.70 271.30 198.00 519.80 216.800 Garut 2 021.70 1 591.10 548.40 17.22 4.10 208.51 22.60 Cianjur 1 910.69 1 298.00 31..84 7.96 14.33 19.11 68.47

Sukabumi 20.00 154 0.05 - 4.69 0.07 28.42

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukabumi, 2011

(19)

khususnya pembesaran maka ketersediaan akan pasokan benih harus lebih besar lagi khususnya benih ikan nila. Peranan sektor perbenihan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan benih yang bermutu dan penyediaan induk unggul yang akan dicapai melalui sistem perbenihan perikanan budidaya yang tangguh.

Terlihat pada Tabel 4 perikanan budidaya pembenihan ikan nila pada tahun 2011 memiliki jumlah paling besar dari jenis pembudidayaan ikan air tawar lainnya, khususnya di daerah Kabupaten Sukabumi. Pembenihan ikan nila mengalami peningkatan yang bagus di tahun 2011. Tercatat, produksi pembenihan ikan nila sebesar 1 087 005.114 ribu ekor. Hasil perolehan pembenihan ikan nila di Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu penyumbang untuk meningkatkan pencapaian terbesar produksi benih nasional ikan air tawar sebesar 18 879 710.260 ekor atau sebesar 44.66 persen dan ini merupakan pencapaian terbesar dari data produksi benih ikan air tawar dan benih ikan air payau/laut sampai dengan triwulan kedua tahun 2011, produksi benih telah mencapai 23 557 797 070 ekor atau 55.73 persen.

Tabel 4 Produksi pembenihan di kolam menurut jenis ikan di Kab Sukabumi tahun 2011

Jenis Ikan Jumlah (1000 ekor)

Nila 1 087 005.114

Mas 49 213.65

Bawal Tawar 40 730.98

Lele 16 907.71

Patin 4 200.44

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukabumi, 2011 (Diolah)

Ikan nila merupakan ikan yang disukai oleh berbagai kalangan karena mudah dipelihara, dapat dikonsumsi, dan mempunyai rasa daging yang enak serta tebal. Nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Teknologi budidayanya sudah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Jenis ikan nila yang telah berkembang di masyarakat adalah nila hitam dan nila merah. Jenis perbaikan genetik yang telah berhasil dikembangkan adalah nila Genetically Supermale Indonesia Tilapia

(GESIT), nila Japan for International Cooperation Agency (JICA), nila Merah Strain Janti (LARASTI), nila Bogor Enchande Strain Tilapia (BEST), nila Ras Wanayasa (NIRWANA).

(20)

4

Green Algae, nila mempunyai pertumbuhan cepat, nila mempunyai sifat omnivora (pemakan nabati maupun hewani), sehingga usaha budidayanya sangat efisien dan berpotensi untuk dikembangkan di kabupaten Sukabumi.

Potensi dan peluang ini tidak terlepas dari berbagai kendala yakni tingkat risiko yang dihadapi. Usaha pembenihan ikan nila memiliki tingkat risiko yang relatif besar jika dibandingkan usaha pembesaran ikan nila, dikarenakan pada usaha pembesaran ikan nila relatif bisa bertahan hidup dalam kondisi air yang tidak begitu bagus. Beberapa sumber risiko lainnya yang merupakan kendala dalam usaha pembenihan ikan nila adalah faktor cuaca, fluktuasi harga benih ikan, penyakit white spot, kerusakan peralatan teknis, fluktuasi harga pakan, serangan hama dan penyakit, tenaga kerja yang tidak terampil

Mengingat adanya risiko produksi dalam pembudidayaan benih ikan nila. Maka perlu dilakukan kegiatan untuk mengelola risiko yang dihadapi tersebut. Keputusan yang tepat sehingga risiko yang dihadapi dapat dihindari ataupun dikurangi. Upaya-upaya tersebut untuk dapat meminimalisasi risiko yang akan dan belum terjadi. Petani harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko.

Perumusan Masalah

Kegiatan usaha pemeliharaan benih ikan nila GMT milik anggota kelompok tani Bunisari yang berada di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi telah berdiri sejak tahun 1997. Kegiatan usaha benih ikan nila GMT dimulai pada tahun 2000. Benih ikan nila GMT pada awalnya diberikan kepada anggota kelompok tani Bunisari secara gratis oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Akan tetapi setelah pemeliharaan benih ikan nila GMT berhasil dibudidayakan di kelompok tani Bunisari maka secara mandiri anggota kelompok tani Bunisari membelinya dari BBPBAT Sukabumi.

Kelompok tani Bunisari merupakan salah satu usaha kecil yang bergerak dalam kegiatan usaha benih ikan nila. Kelompok tani Bunisari dalam menjalankan kegiatan usaha pemeliharaan benih ikan nila GMT mengalami kendala yang menyebabkan terjadinya fluktuasi tingkat kematian benih atau

Mortalitas Rate (MR). Hal ini mengindikasikan bahwa usahatani benih ikan nila memiliki risiko yaitu risiko produksi. Tingkat kematian produksi benih ikan nila mengalami fluktuasi dari bulan Januari 2011 hingga Desember 2012. Beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi produksi benih ikan nila yaitu kualitas induk,

(21)

Tabel 5 Fluktuasi mortalitas rate (MR) benih ikan nila GMT di kelompok tani

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi terdapat risiko produksi yang menyebabkan kerugian bagi petani. Oleh karena itu, dilakukan penelitian risiko produksi tersebut. Dengan demikian terdapat beberapa hal yang akan dikaji berikut ini:

1. Apakah ada sumber risiko baru yang mempengaruhi produksi benih ikan nila yang dihadapi oleh anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi?

2. Bagaimana dampak dan probabilitasnya terhadap produksi pembudidayaan pembenihan ikan nila dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi?

3. Apa saja alternatif strategi yang dapat direkomendasikan kepada anggota kelompok tani Bunisari menyangkut risiko produksi yang dihadapinya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi pada pembenihan ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi.

(22)

6

3. Menganalisis berbagai alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk menangani risiko produksi yang dihadapi oleh kegiatan usaha benih ikan nila GMT pada anggota kelompok tani Bunisari di Desa Caringin Wetan Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi.

Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani pembenihan ikan nila dalam meminimalisir risiko.

2. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi pemerintah daerah Sukabumi, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembangunan sektor perikanan dan budidaya khususnya budidaya pembenihan ikan nila.

4. Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengaplikasikan pengetahuan risiko bisnis secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis risiko produksi pada benih ikan nila GMT berumur 20 hari dan dilakukan di anggota kelompok tani Bunisari sebanyak empat orang dari 13 petani. Pemilihan sebanyak empat orang anggota kelompok dikarenakan bahwa empat orang petani mempunyai data yang kontinu untuk menganalisis risiko produksi kegiatan usaha benih ikan nila GMT yang terdapat di kelompok tani Bunisari.

TINJAUAN PUSTAKA

Agribisnis Pembenihan Ikan Nila

Ikan nila jantan memiliki kecepatan pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan ikan nila betina. Ikan nila yang dipelihara secara tunggal jantan saja lebih cepat tumbuh dibandingkan ikan yang dipelihara secara campuran jantan dan betina. Upaya untuk menghasilkan benih monosex reversal, GMT dan YY pada ikan nila memberikan hasil yang sama dalam meningkatkan nisbah kelamin jantan 94 persen dari 57 persen (populasi normal). Pada tahap pendederan I (ukuran panen 2.5 cm) benih GMT dan benih YY dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan benih sex reversal dan benih normal. Benih GMT memiliki nisbah kelamin yang tinggi dan laju pertumbuhan yang lebih cepat, oleh karena itu benih GMT sangat prospektif untuk dikembangkan dalam budidaya ikan nila (Saputra, 2007).

(23)

pemeliharaan benih ikan nila dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap I (ukuran < 3 cm), tahap II (ukuran3-5 cm) dan tahap III (ukuran 5-8 cm). Tahap I (ukuran < 3 cm) merupakan tahapan awal dimana dilakukan proses pemijahan oleh induk untuk menghasilkan telur yang kemudian menjadi larva serta benih. Pada tahap II (ukuran 3-5 cm), benih dapat dipelihara di kolam, bak dan sawah dengan padat penebaran 15-20 ekor/m2. Benih ukuran ini umumnya digunakan untuk usaha pendederan dan pembesaran baik secara intensif maupun tradisional. Pada tahap III (ukuran 5-8 cm), benih dapat dipelihara di kolam, bak dan KJA dengan padat penebaran 4-5 ekor/m2. Adapun faktor yang paling berpengaruh dalam budidaya pembenihan ikan nila adalah musim kemarau panjang (Idaman, 2008).

Salah satu penyebab terjadinya penurunan produksi pembenihan ikan nila adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak optimal. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usaha pembenihan ikan nila meliputi tanah/lahan, tenaga kerja, modal, pakan , obat, jenis induk, kapur dan sebagainya (Sutiah, 2008). Soemarno (2008), menyatakan bahwa perkembangan produksi ikan nila merah sangat pesat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ikan nila merah mudah dipelihara, laju pertumbuhan dan perkembangbiakan cepat, serta tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Selain itu ikan nila merah dapat hidup di berbagai media seperti kolam air tenang, kolam air deras, kantung jaring apung, karamba, sawah, bahkan dalam tambak. Usaha pembesaran ikan nila mengandung risiko yang lebih kecil dibanding tingkat usaha lain karena tingkat mortilitas ikan yang dibudidayakan rendah. Ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam usaha pembesaran ikan nila merah, yaitu: kualitas benih, kualitas pakan yang diberikan dan kualitas air.

Risiko Agribisnis Pembenihan Ikan

Beberapa penelitian terdahulu mengenai risiko, khususnya yang membahas tentang aspek produksi diperlukan sebagai informasi bagi penulis dalam melakukan penelitian. Hasil penelitian diperlukan sebagai bahan pembelajaran untuk melakukan penelitian selanjutnya. Risiko agribisnis pada penelitian risiko produksi benih ikan meliputi sumber-sumber risiko, peluang dan dampak risiko, strategi alternatif, dan metode analisis risiko.

Sumber - Sumber Risiko Usaha Pembenihan Ikan

(24)

8

yang terdapat dalam penelitian Ferdian (2011), Siregar (2011), Silaban (2011), dan Saputra (2011). Selain itu Sahar (2010) menambahkan bahwa fluktuasi harga jual dan fluktuasi harga pakan merupakan sumber risiko yang dihadapi perusahaan. Saputra (2011) mengemukakan bahwa kanibalisme merupakan sumber risiko yang dihadapi dalam risiko pembenihan ikan patin siam, dan Ferdian (2011) dan Silaban (2011) menambahkan kualitas pakan merupakan salah satu sumber risiko yang patut diperhatikan pada risiko perikanan.

Berdasarkan Sunarti (2008) yang melakukan pembenihan Nila Gift, Aldira (2012) dalam pembenihan dan pembesaran ikan nila GESIT, Hasyim (2012) dalam budidaya nila nirwana bahwa pengelolaan air sangatlah penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas media dalam pemeliharaan benih ikan karena sumber penyakit dan kematian pada benih ikan dapat disebarkan melalui media air. Kualitas air ditentukan berdasarkan kadar amoniak (0-0.25 mg/L), warna (Hijau Kekuningan), oksigen terlarut (4.00 mg/L), suhu (27oC), pH (7.93), kecerahan (35). Sumber-sumber risiko yang terdapat pada pembudidayaan benih ikan pada umumnya disebabkan oleh kualitas air yang kurang terjaga, kesalahan pembudidayaan dalam menyeleksi induk, perubahan kondisi cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit, tenaga kerja yang tidak terampil. Pada umumnya risiko tersebut dapat diminimalisir dengan cara melakukan penanganan yang intensif dalam menghadapi berbagai sumber-sumber risiko yang dihadapi.

Peluang dan Dampak Risiko Produksi Perikanan

Peluang dan dampak risiko produksi perikanan khususnya pada pembenihan oleh Ferdian (2011) mengemukakan bahwa risiko produksi pembenihan ikan lele sangkuriang masih sangat tinggi yaitu kemungkinan terjadinya penyimpangan hasil pada setiap kali produksi sebesar 31.90 persen. Siregar (2011), Saputra (2011), dan Sahar (2010) menyatakan faktor cuaca yaitu musim kemarau merupakan status risiko terbesar dari risiko produksi pembenihan ikan. Status risiko merupakan hasil perkalian dari probabilitas dan dampak yang terdapat dari sumber-sumber risiko yang terdapat pada masing-masing analisis risiko produksi pembenihan ikan.

Musim kemarau menyebabkan perubahan dari kualitas air yang dapat mempengaruhi pemijahan induk untuk menghasilkan larva. Batas persentase yang digunakan untuk penentuan akan probabilitas dan penggunaan selang kepercayaan dalam penentuan dampak ditetapkan oleh pemilik usaha. Terdapat beberapa kesamaan dari topik dan komoditas, akan tetapi terdapat perbedaan dari jenis komoditas yang diusahakan, penelitian Sahar (2010), Siregar (2011), Saputra (2011), dan Ferdian (2011) memiliki kesamaan menggunakan alat analisis z-score dan VaR (Value at Risk), berbeda dengan Silaban (2011) yang menggunakan alat analisis variance, standart deviation, dan coefficient variance.

Strategi Alternatif Risiko Usaha Perikanan

(25)

air, tindak cepat dalam menangani benih yang terserang penyakit serta melakukan penyortiran berkala.

Strategi pengelolaan manajemen risiko pembenihan larva ikan bawal air tawar dari hasil penelitian Sahar (2010) yaitu menggunakan strategi preventif dengan cara membuat Standard Operation Procedure (SOP), melengkapi sarana dan prasarana produksi, mengoptimalkan sumberdaya manusia dengan cara membuat job description, pemilihan induk yang berkualitas, sistem kontrak dengan pemasok dan kontrak penjualan larva dengan pelanggan serta melakukan pengendalian penyakit. Strategi mitigasi yang dilakukan untuk memperkecil dampak dari faktor cuaca dan fluktuasi harga jual dengan cara membuat unit bisnis pendederan.Siregar (2010) dalam analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo mengemukakan hasil strategi preventif yaitu mengatasi perubahan suhu air dengan membuat atau membangun naungan atau penutup diatas kolam pemeliharaan untuk menghindari terjadinya kontak langsung dengan perubahan cuaca yang terjadi. Meningkatkan daya tahan terhadap peralihan cuaca dengan memasang aerator untuk menyuplai kebutuhan oksigen khususnya jika sedang terjadi hujan, mencegah serangan hama dengan menutup bagian permukaan kolam menggunakan jaring dan mengontrol keberadaan dan perkembangbiakan hama disekitar lingkungan kolam.

Saputra (2011) mengusulkan strategi preventif adalah dengan menutup seluruh atap tandon sehingga pada saat turun hujan, air hujan tidak masuk ke dalam tandon, sehingga air yang berada dalam tandon tetap terjaga kualitasnya. Benih patin yang sudah terkena penyakit sebaiknya benih patin tersebut dipisahkan dari benih yang sehat, lalu diobati secara intensif. Hal tersebut untuk mencegah agar penyakit tidak menyebar kepada benih yang lain. Pengggunaan selang sipon juga harus diperhatikan dengan baik, setelah membersihkan kotoran di dalam akuarim dengan selang sipon, pihak perusahaan harus merendam terlebih dahulu dengan air garam sebelum digunakan untuk menyipon akuarium yang lain. Hal tersebut mencegah apabila disatu akuarium terdapat bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit, tidak menyebar kepada akurium lainnya melalui selang sipon. Strategi preventif yang diusulkan terkait dengan upaya untuk mencegah fluktuasi suhu air melebihi batas yang bisa ditolerir oleh benih patin adalah dengan membuat jadwal kepada karyawan DFC untuk mengontrol suhu air yang ada didalam ruangan. memperhatikan dosis penyuntikan secara hati-hati, agar tidak terjadi kekurangan dosis yang menyebabkan telur didalam induk tidak bisa keluar pada saat proses stripping serta kombinasi dari dosis yang digunakan juga. Strategi mitigasi pada risiko kematian benih yang disebabkan oleh kesalahan penyuntikan induk dan musim kemarau.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(26)

10

yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep, sumber-sumber, manajemen, pengukuran, dan penanganan risiko.

Konsep Risiko

Harwood et al (1999) mengatakan bahwa risiko merupakan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi dan tidak terjadi. Jika terjadi, ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Salah satu bisnis yang mempunyai risiko tinggi yaitu kegiatan pada bidang pertanian. Aktivitas sehari-hari petani sebagai pelaku bisnis selalu dihadapkan dengan suatu perubahan yang terus menerus mengenai produk, harga, pendapatan dan lainnya. Produksi yang dihasilkan mungkin lebih baik atau lebih buruk dibandingkan dengan produksi yang diharapkan. Petani dan peternak selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Ketidakpastian ini menyebabkan bidang agribisnis sangat riskan dengan kerugian. Risiko mempunyai dua karakteristik, yaitu: (1) risiko merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dan (2) risiko merupakan ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian. Secara makro, ketidakpastian bisa diklasifikasikan kedalam tiga golongan. Pertama, ketidakpastian sosial, politik, ekonomi. Misalnya; perubahan harga dan selera konsumen, konflik antar suku, dan sebagainya. Kedua, ketidakpastian alam, yaitu ketidakpastian yang disebabkan oleh alam. Misalnya; banjir, gempa bumi, kemarau, kebakaran hutan dan sebagainya. Ketiga, ketidakpastian manusia. Misalnya; pencurian, pembunuhan, korupsi, perang, dan sebagainya.

Risiko tidak cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian, disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian Sumber: Debertin (1986)

Debertin (1986) menyebutkan perbedaan konsep antara risiko dan ketidakpastian. Ketidakpastian lingkungan, kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Gambar 1 menjelaskan bahwa peristiwa dunia dapat digolongkan menjadi dua situasi yang ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko dan kejadian yang tidak pasti atau uncertainty risk. Robison dan Barry (1987) menyebutkan bahwa ketidakpastian menunjukkan peluang

(27)

suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang yang secara kuantitatif tidak dapat diketahui karena tidak ada data pendukung atau informasi untuk menghitung peluang. Selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian.

Sumber - Sumber Risiko

Menurut Harwood et al (1999) dan Moschini dan Hennessy (1990), beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial. Sumber-sumber risiko tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Risiko Produksi

Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan, kesalahan sumberdaya manusia, maupun teknologi.

2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual. Disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan terjadi karena perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obat-obatan, pajak, kredit.

4. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanya kebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegang kekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Kebijakan dalam artian tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalah kebijakan tarif ekspor.

5. Risiko Finansial

Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka pendek kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.

Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada budidaya pertanian sebagian besar dikarenakan oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja (SDM). Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin, biasanya dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih/bibit dan obat-obatan.

Manajemen Risiko

(28)

12

Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengomunikasikan ke seluruh bagian berbagi risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Manajemen risiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara berkala. Manajemen risiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one time event).

Harwood et al (1999) mengatakan bahwa manajemen risiko dapat memaksimalkan pendapatan petani dalam hal ini melakukan pemahaman risiko yang mencakup akan adanya kesadaran tentang risiko, melakukan pengukuran risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur (2008) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pengelolaan risiko Sumber: Kountur, 2008

Pengukuran Risiko

Risiko adalah peluang yang dapat diukur oleh pengambilan keputusan. Risiko tersebut berkaitan dengan variasi fluktuasi dari suatu kejadian. Risiko juga dapat diartikan sebagai sebuah distribusi frekuensi yang menggambarkan probabilitas atas berbagai kemungkinan hasil yang akan diperoleh dari sebuah investasi (Robison dan Barry, 1987). Satu hal yang perlu diperhatikan, semakin tinggi derajat ketidakpastian dan risiko sebuah investasi, return yang akan diperoleh semakin tinggi. Diperlukan pertimbangan dalam mengevaluasi pilihan yang memungkinkan dan pengambil keputusan antara lain:

Besarnya risiko yang dihadapi pada saat mengambil pilihan keputusan. Sumber informasi yang sesuai untuk mengestimasi besarnya risiko yang dimasukkan, dan alternatif-alternatif untuk mengurangi kemungkinan risiko tersebut dengan mentransfer risiko ke bagian lain. Menurut Kountur (2010) bahwa risiko adalah suatu kejadian dan kejadian tersebut mengandung kemungkinan, yaitu bisa terjadi atau bisa saja tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat kerugian yang ditimbulkan. Dengan kata lain, semakin besar kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan semakin besar akibat kerugian yang ditimbulkan dari kejadian tersebut akan semakin besar risikonya dan sebaliknya.

(29)

Kemungkinan kejadian apakah itu kejadian berupa peristiwa maupun kejadian berupa penyimpan pada umumnya diukur dengan ukuran probabilitas yang dinyatakan dalam satuan persentasi. Akibat dari suatu kejadian apakah berupa peristiwa atau penyimpangan pada umumnya diukur dengan nilai uang. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur kemungkinan dan sebab akibat dari suatu kejadian atau cara untuk mengukur risiko yaitu metode poisson, binominal, z-score, weighted-average approximation, Value at Risk

(VaR), dan individual/group approximation. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan z-score dan VaR. Z-score digunakan untuk mengukur kemungkinan kejadian berupa penyimpangan. VaR digunakan untuk mengukur akibat dari suatu kejadian.

Penanganan Risiko

Sikap setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Ada orang yang berusaha untuk menghindar, namun ada juga yang sebaliknya sangat senang dalam menghadapi risiko, sementara yang lain mungkin tidak terpengaruh dengan adanya risiko. Pemahaman atas sikap orang terhadap risiko bisa membantu untuk mengerti bahwa risiko itu penting untuk ditangani dengan baik. Risiko-risiko yang ada di dalam pertanian perlu ditangani dengan baik. Dalam menangani risiko, ada perbedaan penanganan antara kejadian-kejadian yang sangat berisiko dengan kejadian-kejadian yang kurang berisiko dan mana kejadian yang tidak terlalu berisiko.

Menurut Kountur (2008), salah satu cara yang dapat digunakan untuk memimalkan kerugian dalam menangani risiko dengan melakukan penanganan risiko. Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran kedudukan risiko di antara dua sumbu dimana sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Peta risiko ini dibagi kedalam empat kuadran (Gambar 3).

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Gambar 3 Peta risiko Sumber : Kountur (2008) Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

(30)

14

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran II terdiri dari risiko yang masuk ke dalam prioritas II atau prioritas utama. Risiko pada kuadran II terjadi akan menyebabkan terancamnya tujuan perusahaan.

Kuadran III merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul. Manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran III karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran III dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan eksternal maupun internal yang signifikan.

Kuadran IV merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran IV cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Menurut Kountur (2008), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:

a. Membuat atau memperbaiki sistem b. Mengembangkan sumber daya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser kekuadran 4 (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 4.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

(31)

2. Mitigasi Risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 akan bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan dan pengalihan risiko (Kountur, 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 5.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Gambar 5 Mitigasi Risiko Sumber: Kountur, 2008

Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :

a. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki.

b. Penggabungan

Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan risiko yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain. Strategi ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan cara melakukan akuisisi.

c. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko merupakan cara untuk mengurangi dampak risiko yaitu dengan cara mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Maksud dari pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko kepihak lain sehingga jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Ada beberapa cara untuk mengalihkan risiko ke pihak lain antara lain: leasing, outsourcing, hedging danasuransi.

Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan, tetapi kepemilikannya ada pada pihak lain. Jika terjadi sesuatu hal pada aset yang dijaminkan tersebut,

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

(32)

16

maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut.

Outsourcing adalah cara lain untuk mentransfer kerugian kepihak lain jika terjadi risiko, dimana pekerjaan diberikan kepihak lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga pemilik barang tidak menanggung kerugian.

Hedging adalah cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Sedangkan asuransi juga merupakan salah satu cara untuk mengalihkan risiko yaitu dengan cara mengasuransikan harta-harta perusahaan yang dampak risikonya besar, yang artinya jika terjadi risiko pada harta tersebut maka pihak asuransi akan menanggung risiko tersebut.

Kerangka Pemikiran Operasional

Anggota kelompok tani Bunisari merupakan salah satu yang memproduksi benih ikan nila GMT. Anggota kelompok tani Bunisari dalam menjalankan bisnisnya menghadapi risiko. Sumber utama risiko produksi yang terindentifikasi pada pembenihan perikanan seperti kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, keahlian pekerja dalam melakukan proses pemanenan, hama, faktor cuaca, inbreeding, dan penyakit. Sumber risiko produksi yang terindentifikasi pada pembenihan perikanan dapat terlihat dari hasil produksi yang mengalami fluktuasi. Fluktuasi dari jumlah produksi benih ikan teridentifikasi dari jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen menurun sehingga menyebabkan kerugian pada anggota kelompok tani Bunisari.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain, mengidentifikasi apa saja sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh petani. Kemudian dilakukan identifikasi upaya penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh petani. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pemilik usaha. Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi pembenihan ikan nila GMT akibat adanya sumber risiko. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dilakukan dengan analisis

z-score, sedangkan pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan mengetahui data tambahan yaitu harga dari benih ikan yang dihitung dalam analisis probabilitas. Harga benih ikan nila GMT yang terdapat di anggota kelompok tani Bunisari untuk ukuran benih ikan yang berusia 20 hari adalah Rp 25 per ekor.

(33)

Gambar 6 Kerangka operasional penelitian

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok tani Bunisari yang berlokasi di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Benih ikan nila GMT merupakan ikan nila yang sedang berkembang dan memiliki pasar yang baik.

Bunisari merupakan kelompok tani yang diusulkan oleh BP3K untuk budidaya benih ikan nila yang baik adalah di kelompok tani Bunisari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif adalah data non numerik yang berupa keterangan kegiatan usaha budidaya pembenihan ikan nila GMT seperti keadaan

Alternatif strategi preventif dan mitigasi Pemetaan risiko dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak

Kerugian dari sumber-sumber risiko produksi (metode Value at Risk) Harga benih ikan

Probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi menggunakan metode nilai standar

Sumber-sumber risiko produksi pada pembenihan ikan nila GMT berumur 20 hari antara lain: kualitas induk, inbreeding, iklim, suhu, kualitas air, keahlian pekerja, hama, penyakit dan faktor cuaca.

(34)

18

pembudidayaan, karakteristik responden, bahan dan peralatan yang digunakan. Data kuantitatif adalah data numerik yang berupa angka seperti data hasil produksi dan harga produk.

Sumber data yang digunakan peneliti bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dengan pemilik yaitu anggota kelompok tani Bunisari. Kegiatan usaha benih ikan nila GMT Anggota kelompok tani Bunisari yang mengusahakan pembenihan ikan nila GMT diambil sebanyak empat dari 13 petani responden dengan mempertimbangkan bahwa data time series kolam benih empat petani responden mencapai dua tahun dan kontinu dan keempat responden memiliki jumlah produksi yang lebih tinggi dari petani lainnya.

Data sekunder adalah jenis data yang sudah diterbitkan. Data sekunder berupa data statistik, buku, jurnal, dan bahan pustaka lain yang relevan dengan topik dan komoditas penelitian yang diantaranya bersumber dari Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi, Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan beberapa cara pendekatan seperti :

1. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung proses pembenihan ikan nila yang dilakukan di kolam pemeliharaan benih ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari pada bulan Desember sampai dengan Januari 2013.

2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan anggota responden kelompok tani Bunisari untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, sehingga data yang akan digunakan menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan, khususnya mengenai hal-hal yang berpotensi menjadi sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan nila. Adapun data yang digunakan untuk penelitian ini dilakukan beberapa pendekatan dengan cara:

- Data hasil produksi didapatkan melalui data pencatatan petani dan metode recall yaitu proses wawancara dengan petani mengingat kembali hasil produksi yang dihasilkan dalam kegiatan usaha benih ikan nila GMT.

- Data untuk menentukan berbagai sumber risiko yang terjadi di lapangan didapatkan melalui wawancara kepada responden, dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani Bunisari.

- Jumlah sumber risiko benih ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari tidak dapat dihitung satu persatu. Akan tetapi penentuan jumlah untuk tiap sumber risiko setiap siklusnya, ditentukan dengan besarnya persentasi kegagalan yang diakibatkan oleh berbagai sumber risiko yang telah teridentifikasi di anggota kelompok tani Bunisari.

(35)

sumber-sumber risiko dan banyaknya benih ikan nila GMT khususnya berumur 20 hari yang mengalami kematian akibat risiko yang terdapat dalam kegiatan usaha benih ikan nila GMT. Penentuan jumlah benih ikan perlu dilakukan percobaan (eksperimen) terlebih dahulu untuk mendapatkan jumlah yang absolut dalam menentukan banyaknya kematian benih dari setiap sumber risiko. Sampai saat ini jumlah mortalitas benih ikan nila didapatkan dari hasil perolehan panen yang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kualitas benih, teknik pemeliharaan, serta serangan hama dan penyakit. Jumlah ikan dihitung secara volumetrik karena perhitungan secara langsung kurang efektif jika ikan yang dihitung dalam jumlah yang banyak karena memakan waktu yang lama serta dikhawatirkan ikan akan mengalami kematian. Hitungan volumetrik adalah mula-mula diambil sampel menggunakan takaran (gelas atau literan). Selanjutnya, semua ditakar sehingga diketahui jumlah keseluruhan ikan hasil panenan, yaitu dengan mengkalikan jumlah rata-rata setiap sampel dengan jumlah takaran secara keseluruhan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari hasil wawancara dalam mengidentifikasi sumber risiko produksi pembenihan ikan nila GMT yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score dan metode Value at Risk. Metode z-score dilakukan untuk menghitung seberapa besar probabilitas sumber risiko yang berasal dari data produksi dan metode VaR dilakukan untuk menghitung dampak dari sumber risiko yang berasal dari data harga penjualan per ekor benih ikan nila berumur 20 hari yang merupakan sumber-sumber dari risiko produksi benih ikan nila GMT. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode analisis risiko dengan bantuan Microsoft office excel. Pemetaan dilakukan untuk menggambarkan kedudukan risiko, sehingga dapat menetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai pada pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari menggunakan analisis deskriptif yaitu data kualitatif.

Analisis Deskriptif

(36)

20

lapangan, sehingga didapatkan strategi penanganan risiko produksi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh risiko produksi yang terdapat di usaha pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari dan pada akhirnya risiko produksi dapat diminimalisasi. Metode analisis deskriptif untuk menganalisis risiko produksi yang terjadi di kolam pemeliharaan benih ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari dilakukan dengan cara observasi, wawancara, juga diskusi dengan pemilik dan pekerja.

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap suatu kegiatan usaha. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang akan digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Perhitungan yang digunakan pada penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi benih ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari. Menurut Kountur (2008), langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari adalah :

1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko Rumus yang digunakan adalah :

̅ ∑

Dimana:

̅ = Nilai rata-rata kematian benih ikan nila GMT dari setiap sumber risiko Xi = Jumlah kematian benih ikan nila GMT dari setiap siklus pada masing-

masing sumber risiko

n = Jumlah setiap siklus kejadian pada setiap sumber risiko 2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko

√∑ ̅

Dimana:

S = Standar deviasi dari setiap sumber risiko benih ikan nila GMT

Xi = Nilai kematian benih ikan nila GMT per siklus dari setiap sumber risiko

̅ = Nilai rata-rata kematian benih ikan nila GMT dari setiap siklus sumber risiko

(37)

n = Jumlah setiap siklus kejadian pada setiap sumber risiko pembenihan ikan nila GMT

3. Menghitung z-score

̅

Dimana:

Z = Nilai z-score dari setiap sumber risiko

Xi = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal (α 5 persen )

̅ = Nilai rata-rata kematian benih ikan Nila GMT dari setiap sumber risiko

S = Standar deviasi dari setiap sumber risiko pembenihan ikan Nila GMT Hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal z.

4. Nilai probabilitas terjadinya risiko produksi

Nilai z-score dari produksi benih ikan nila GMT diketahui, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal dengan α persen) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi benih ikan nila GMT mendatangkan kerugian.

Analisis Dampak Risiko

Metode yang digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah salah satu metode yang paling popular dalam manajemen risiko. VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Jika tidak ada data historis, metode VaR tidak dapat digunakan. Setiap kali terjadi risiko akan memberikan dampak kerugian. Pada umumnya, kerugian dapat dihitung dalam rupiah. Sehingga terjadinya risiko pada kegiatan produksi benih ikan nila GMT, dapat diketahui besarnya kerugian yang diderita dalam rupiah. Apabila ada kerugian yang diderita diwaktu yang lalu, berarti dapat dihitung besarnya kerugian yang akan diderita apabila risiko terjadi. Adapun rumus menghitung kerugian adalah:

Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi benih ikan nila GMT kelompok tani Bunisari. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya

(38)

22

sumber risiko. Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh setiap sumber risiko

̅ = Nilai rata-rata kerugian akibat setiap sumber risiko

Z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen

S = Standar deviasi kerugian dari setiap sumber risiko

n = Banyaknya kerugian dari setiap siklus yang terdapat pada setiap sumber risiko

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung VaR adalah sebagai berikut:

1. Menentukan risiko.

2. Mengumpulkan data historis tetang besarnya kerugian dalam rupiah yang diderita atas risiko tersebut.

3. Menghitung rata-rata kerugian 4. Menghitung deviasi standar (s).

5. Menentukan tingkat keyakinan yang diinginkan.

6. Mencari nilai z sesuai dengan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Menghitung VaR.

Alternatif Strategi

Setelah semua risiko diukur baik kemungkinannya dan dampaknya, maka selanjutnya yang dilakukan adalah membuat peta risiko. Menurut Kountur (2008), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur,2008). Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan anggota dan ketua kelompok tani Bunisari, ditetapkan nilai standar yang membatasi kemungkinan besar dan kecil adalah sebesar 30 persen. Demikian halnya dengan batas dampak besar dan dampak kecil dari suatu risiko tergantung dari kebijakan kelompok tani Bunisari. Kelompok tani Bunisari menetapkan bahwa batas dampat besar dan dampak kecil sebesar Rp 150 000. Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada peta risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 7.

(39)

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Gambar 7 Peta risiko Sumber : Kountur (2008)

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian merupakan anggota kelompok tani Bunisari yang memiliki pembenihan ikan nila GMT. Karakteristik responden yang diambil dari anggota kelompok tani Bunisari berjumlah empat orang. Keempat anggota kelompok tani Bunisari memiliki pengalaman dalam pembenihan ikan karena sudah melakukan kegiatan pembenihan ikan nila lebih dari lima tahun. Karakteristik petani responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakterisitik responden berdasarkan umur

Nama Responden Umur (Tahun) Pengalaman Bertani

(Tahun) Luas Lahan (m

2

)

Abas Sutisna 55 18 400

Sudarwin 32 6 1 200

Warsito 53 12 1 600

Suhandi 44 7 700

Rata-rata 46 10.8 975

Lokasi usaha berlokasi di Desa Caringin Wetan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Usaha pembenihan jenis ikan nila GMT baru berjalan diawal tahun 2000, yang merupakan usulan dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi untuk membenihkan ikan nila jenis GMT karena memiliki masa pertumbuhan yang cepat dari benih ikan nila lainnya dan hingga sekarang. Usaha pembenihan ikan nila GMT merupakan usaha milik sendiri dan dijalankan sendiri oleh anggota kelompok tani Bunisari dengan dibantu oleh anggota keluarga dan beberapa pekerja. Usaha pembenihan ikan nila GMT yang dimiliki oleh kelompok tani Bunisari telah memiliki pasar

Kuadran 1 Kuadran 2

Kuadran 3 Kuadran 4

Dampak (Rp)

(40)

24

tersendiri dari luar daerah dan pada daerah sekitar. Luasan kolam pembenihan ikan nila GMT yang dimiliki oleh anggota kelompok tani berjumlah 400 m2, 700 m2, 1 200 m2, dan 1 600 m2 yang dipergunakan untuk pemeliharaan benih ikan nila GMT. Larva ikan nila GMT didapatkan biasanya dari kolam induk milik sendiri atau kolam induk milik anggota kelompok tani yang hanya memiliki kolam indukan saja.

Aktivitas Budidaya Ikan Nila GMT di Kelompok Tani Bunisari

Komoditas perikanan yang dikembangkan adalah ikan nila GMT . Ikan nila dikembangkan utamanya di Kecamatan yang memiliki pasokan air yang banyak dan wadah budidaya yang digunakan adalah kolam air tenang, salah satunya terdapat di kelompok tani Bunisari. Ikan nila merupakan jenis ikan untuk konsumsi dan hidup di air tawar. Teknik budidaya yang sangat mudah sehingga budidaya ikan nila sangat layak diusahakan, baik skala rumah tangga maupun skala besar atau perusahaan, karena begitu besarnya peluang yang dapat diperoleh dari budidaya ikan nila. Alur kegiatan pembenihan ikan nila GMT yang dilakukan kelompok tani Bunisari dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 4 Alur kegiatan pembenihan ikan nila GMT di Kelompok Tani Bunisari

Persiapan Media Pendederan

Pemeliharan benih ikan dilakukan pada kegiatan usaha pembenihan kelompok tani Bunisari terbuat dari kolam tanah. Tanah yang digunakan untuk pemeliharaan benih yang dilakukan terbuat dari jenis tanah liat/lempung. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. Kolam yang akan digunakan harus bisa menahan air dan tidak bocor. Saluran tengah atau kemalir harus tersedia dan berfungsi untuk memudahkan panen. Terdapat pintu masuk dan pengeluaran air kolam dan saringan di kedua pintu air. Selanjutnya dilakukan pengeringan kolam. Pengeringan tergantung dari cuaca, jika cuaca panas pengeringan cukup

Pemeliharaan Benih Penebaran Benih Persiapan Media Pendederan

Pemeliharaan Larva

(41)

2-3 hari. Namun, jika sedang musim hujan, proses pengeringan bisa lebih lama. Setelah kolam kering, kolam harus dipupuk untuk menumbuhkan makanan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan nila yang akan ditebar. Kelompok tani Bunisari memupuk kolam tersebut dengan menggunakan pitik. Pitik merupakan sisa-sisa kotoran dan remahan makanan dari ayam. Setelah pupuk ditebar, kolam diisi air secara bertahap sampai mencapai ketinggian 75-100 cm dari dasar kolam. Air yang digunakan merupakan air pengunungan yang terdapat bebas.

Penebaran dan Pemeliharaan Benih

Benih dari wadah pemeliharaan larva ditangkap menggunakan seser halus. Larva yang tertangkap ditampung di wadah selanjutnya benih tersebut ditebar di kolam. Penebaran larva dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Pendederan dilakukan selama 20 hari.

Selama pendederan benih ikan mendapatkan pakan alami di kolam, juga diberikan pakan tambahan yang halus berupa pitik. Kelompok tani Bunisari menggunakan pitik yang telah direndam air selama satu sampai dua hari dengan maksud agar pitik yang ditebar menghasilkan tekstur yang lebih menggembang dan suhu pitik yang telah dingin. Pakan tambahan tersebut ditebar di sepanjang kolam. Pemberian pakan dilakukan sehari dua kali. Akan tetapi, ketika musim hujan pemberian pitik dilakukan cukup sehari sekali.

Pemanenan Benih

Kegiatan pemanenan benih meliputi persiapan penampungan benih, pengeringan kolam, penangkapan benih dan pengangkutan. Pemanenan ikan yang dilakukan oleh kelompok tani Bunisari pada pagi dan sore hari saat keadaan tidak panas. Saluran pembuangan air didalam kolam dibuka sebagian tanpa membuka saringan yang terdapat pada saluran pembuangan air sebelum melakukan pemanenan. Air yang terdapat di dalam kolam surut setelah 2-3 jam dan benih ikan akan tinggal di petak pemanenan (penangkapan) yang berukuran 1.5 x 1 meter di sekitar pintu pengeluaran sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.

Penangkapan benih dilakukan dengan cara ditangkap menggunakan waring atau sekup net besar. Benih dimasukkan kedalam ember dan ditampung dalam hapa halus yang dipasang dikolam penampungan. Ikan yang masih terdapat diakhir kemalir tinggal sedikit maka digunakan saringan atau serok agar lebih memudahkan ikan terperangkap diwaring. Penangkapan ikan dilakukan dengan cepat dan hati-hati agar ikan tidak terluka. Ikan ditampung kedalam hapa terlebih dahulu, setelahnya ikan dilakukan grading sesuai ukuran karena terdapat beberapa ikan yang melebihi atau kurang dari ukuran yang akan dipanen.

Identifikasi Sumber - Sumber Risiko Produksi

Risiko produksi akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan. Adanya risiko produksi pada pembenihan ikan nila ditunjukkan dengan adanya variasi atau fluktuasi mortalitas rate yang diperoleh. Fluktuasi mortalitas rate

(42)

26

Tingkat produksi yang dihasilkan ditunjukkan dengan adanya variasi atau fluktuasi produksi yang mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi oleh kelompok tani Bunisari terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7 Produksi pembenihan ikan nila GMT kelompok tani Bunisari tahun

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung terhadap proses pembenihan ikan nila GMT di anggota kelompok tani Bunisari serta wawancara yang dilakukan, maka terdapat empat sumber risiko produksi yang terjadi pada kegiatan usaha pembenihan ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari, diantaranya sumber risiko produksi peralihan musim, keahlian petani, hama, dan musim.

1. Faktor Cuaca

(43)

dan mengalami fluktuasi yang mengakibatkan kematian pada benih ikan nila yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sumber risiko faktor cuaca pembenihan ikan nila GMT pada kelompok tani Bunisari

Faktor cuaca adalah faktor yang sangat penting diperhatikan pada kegiatan pembenihan ikan nila GMT karena ikan merupakan hewan berdarah dingin

Gambar

Tabel 1  Volume produksi perikanan nasional tahun 2010 - 2011
Tabel 2  Volume produksi perikanan budidaya kolam menurut provinsi di pulau
Tabel 5  Fluktuasi mortalitas rate (MR) benih ikan nila GMT di kelompok tani Bunisari tahun 2011-2012
Gambar 2  Pengelolaan risiko
+7

Referensi

Dokumen terkait

Integritas struktur teras prismatik lebih tahan terhadap kejadian yang tidak dikehendaki, sedangkan pergerakan bertahap dari matrik bahan bakar dapat terjadi dalam desain teras

Kokami secara acak dan tidak boleh dilihat, juga membacakan isi amplop dengan keras (boleh juga dibacakan anggota lain) dan harus diperhatikan oleh seluruh anggota.

hukum bagi konsumen di Indonesia dalam rangka ASEAN Economic Comunnity (AEC) 2015, bagaimana pengaturan perlindungan konsumen yang diatur ASEAN Economic Community

Percaya Diri dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) di Kelas IV C SD Negeri

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi belajar PPKn baik dari dalam maupun dari luar yang berhubungan dengan

[r]

5,10 Pada kasus ini didapatkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada ACHD asianotik dengan survivalitas alami yang mengalami komplikasi hipertensi pulmonal dan

berat 1 buku sama dengan berat 10 kapur berat 1 penggaris sama dengan berat 6 kapur 10 lebih banyak dari 6. buku lebih berat dari penggaris penggaris lebih ringan