• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. SMK3

Penerapan SMK3 ditandai dengan dibangunnya komitmen dari perusahaan terhadap kesehatan kerja karyawan. Perusahaan akan memberikan prioritas yang sama antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan disiplin lainnya, produksi, mutu, moril dan biaya. Perusahaan berusaha menerapkan SMK3 dengan tujuan untuk mengeliminir bahaya-bahaya yang dapat menyebabkan kecederaan, penyakit, kerusakan barang dan ledakan, serta gangguan proses yang menghambat produksi dan hal-hal lain yang merusak lingkungan.

5.2.1. Kebijakan Perusahaan di Bidang K3

Dalam manual P2K3 Departemen Tenaga Kerja, kebijakan K3 merupakan pernyataan terhadap sasaran, tujuan dan prinsip-prinsip operasional yang melandasi organisasi. Perencanaan dari operasional organisasi yang meliputi tentang K3 harus datang dan dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan, sehingga dapat meletakkan masalah K3 ke dalam prespektif seluruh jajaran manajemen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penyelia diketahui kebijakan K3 di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan bukanlah usulan dari P2K3 namun sudah menjadi kebijakan perusahaan sejak dini dan sudah dikeluarkan secara tertulis. Keluarnya kebijakan K3 tersebut dengan pertimbangan untuk meningkatkan produktivitas pekerja serta menghindari kerugian-kerugian lainnya yang diakibatkan tidak diterapkannya kebijakan K3 tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan penyelia diketahui bahwa seluruh penyelia berkomitmen untuk mengembangkan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan. Pendapat dari penyelia tentang pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: Sebanyak 4 penyelia berpendapat bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja perlu ditingkatkan lagi dengan alasan bahwa pekerja yang telah menerapkan unsur-unsur dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada hari-hari yang akan datang akan mengalami kemunduran akibat adanya kebosanan dari penerapan sistem tersebut, sehingga dibutuhkan pengembangan dan peningkatan kualitas dari sistem tersebut. Sebanyak 2 penyelia berpendapat bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja cukup dipertahankan seperti keadaan sekarang, hal ini didasarkan bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sekarang, telah mampu menekan angka kecelakaan yang dapat menghilangkan hari kerja dari para pekerja sampai pada tingkat zero accident, hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya sertifikat zero

accident dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan.

Perolehan sertifikat zero accident dinilai, dengan cara melihat tidak adaya kecelakaan yang sampai menghilangkan hari kerja dari para pekerja.

Berdasarkan kedua pendapat di atas diketahui bahwa, penyelia dari Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan serta mempertahankan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

di lingkungan kerja pabrik kelapa sawit, sehingga diperoleh situasi dan kondisi kerja yang lebih kondusif bagi para pekerja.

5.2.2. Penerapan Kebijakan di Bidang K3

Kerugian yang tidak diharapkan dapat dikontrol melalui bermacam usaha yang dapat dilakukan oleh jajaran pimpinan dengan melibatkan karyawan secara aktif. Berikut merupakan tanggung jawab yang penting untuk mencapai suksesnya kebijakan ini:

1. Jajaran Pimpinan Bertanggung Jawab:

a. Menyertakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam aspek-aspek kerja, b. Menyebar luaskan komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja sebagai

bagian aspek kerja,

c. Merencanakan, mengembangkan, menjalankan dan memantau program- program keselamatan dan kesehatan kerja,

d. Melakukan tindakan yang efektif untuk menyediakan dan menjaga tempat kerja aman, selamat dan sehat.

2. Karyawan Bartanggung jawab:

a. Melakukan pekerjaan dengan cara yang selamat dan juga mendorong rekan kerjanya bekerja selamat,

b. Bekerjasama mendukung dan mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat bekerja,

c. Melapor dan/atau mengkoreksi cara kerja, atau keadaan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku,

d. Melakukan pekerjaan dengan benar sesuai dengan prosedur.

Beberapa hal yang berhubungan dengan SMK3 yang direncanakan di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan adalah:

1. Rekruitmen

Rekruitmen yang dilakukan pada para pekerja juga dengan mempertimbangkan pengetahuan calon pekerja terhadap SMK3, calon pekerja akan diuji dengan tata cara penyelamatan diri dari kecelakaan kerja, serta tindakan- tindakan apa yang akan dilakukan oleh calon pekerja jika terjadi kecelakaan kerja atau kebakaran di lingkungan kerjannya. Seluruh hasil uji terhadap kemampuan dan keterampilan terhadap SMK3 akan menjadi bahan pertimbangan untuk manejemen dalam menentukan diterima atau tidaknnya calon pekerja tersebut.

2. Pelatihan dan pendidikan

Pendidikan/pelatihan yang telah dilaksanakan pada Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan adalah pelatihan tentang manejemen keselamatan dan kesehatan kerja, pencegahan dan pemadam kebakaran, dan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Pendidikan dan pelatihan ini dilakukan setelah pekerja tersebut telah mengenali peralatan dan lokasi bekerja. Pelatihan-pelatihan tersebut dilaksanakan dengan panduan ahli P2K3 yang didatangkan dari instansi lain.

Menurut manual P2K3 Departemen Tenaga Kerja yang merupakan penjabaran dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970. P2K3

memiliki sejumlah tata kerja dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan K3 yang meliputi: Audit K3/Inspeksi K3, Identifikasi Masalah K3, Manejemen K3 dan Pelaporan.

Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Apalagi jika dilihat dari latar belakang pendidikan tidak satupun dari mereka yang memiliki spesialisasi bidang K3 atau ahli K3 sehingga tanpa pendidikan atau pelatihan akan sangat sulit untuk menghasilkan tenaga yang terampil. Kurangnya pengetahuan dan penguasaan materi anggota P2K3 mengakibatkan kurangnya wawasan tentang K3 sehingga dapat mempersulit dalam pelaksanaan program kerja P2K3 (Anzwar, 1997).

Hasil wawancara dengan pekerja diperoleh bahwa efek dari pelatihan yang diikuti sangatlah besar seperti timbulnya kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri, mematuhi jam kerja terutama pada saat bekerja tim yang membutuhkan kekompakan, meningkatnya kesadaran dalam hal menangani pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing.

Efek lainnya dari pelatihan adalah semakin meningkatnya kinerja dan efisiensi hal ini ditunjukkan dari semakin bersihnya lingkungan kerja, terutama pada bagian mesin produksi, yaitu ditandai dengan tidak ditemukannya lagi ceceran minyak (solar)/oli di sekitar mesin, bahkan di bagian penumpukan buah tandan segar juga tidak ditemukan serpihan bongkol buah segar.

3. Penyuluhan

Penyuluhan tentang SMK3 telah dilaksanakan secara berkala di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan, penyuluhan selalu melibatkan seluruh pekerja pabrik, bahkan adakala hanya dihadiri oleh pengambil kebijakan seperti manejer dan supervisior. Seluruh keadaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa kemampuan dan keterampilan pekerja terhadap SMK3 semakin meningkat.

4. Alat Pelindung Diri

Rekapitulasi penggunaan alat pelindung diri untuk setiap stasiun kerja tidaklah sama, hal ini disebabkan kesadaran, pengalaman dan tingkat pendidikan pekerja yang berbeda-beda, sehingga pekerja yang belum berpengalaman sangat sulit/berat menggunakan alat pelindung diri. Rekapitulasi penggunaan alat pelindung diri seperti tertera pada Tabel 5.6:

a. Helm Pelindung

Helm pelindung kepala secara umum digunakan pekerja yang berada di lokasi pabrik kelapa sawit, presentasi pemakaian helm ini sangat tinggi sekitar 89,48% berdasarkan wawancara di lapangan diketahui pemakaian helm pelindung kepala ini, sudah menjadi kebiasaan pekerja, di mana helm ini sudah dianggap sebagai topi, helm ini juga digunakan para pekerja ketika pulang ke rumah masing-masing. Namun bagi pekerja yang menggunakan kendaraan roda empat helm tersebut lebih banyak dititipkan di ruang kerja masing-masing.

Tabel 5.6. Rekapitulasi Penggunaan Alat Pelindung Diri Berdasarkan Lokasi Kerja Lokasi No Alat Pelindung Diri Jlh Pekerja yang Dianjur kan Lapa ngan Ru ang Mesin Ruang Adminis trasi Pergu dangan Jum Lah yang Mem akai Per sen 1 Helm pelindung 152 72 37 - 27 136 89,48 2 Sarung Tangan 22 5 5 - 6 16 72,73 3 Sepatu boot 12 7 2 - 1 10 63,34 4 Penutup telinga 34 2 21 - 7 30 88,24 5 Kaca mata hitam 6 - - - 6 6 100,00 6 Pelindung Radiasi Komputer 16 - - 10 - 10 62,50 7 Penutup mulut 18 8 2 - 4 14 77,78 8 Pelapis dada 15 6 2 - - 8 53,34

Sumber: Data Primer Olahan 2008 b. Sarung Tangan

Sarung tangan pada umumnya digunakan pekerja pada bagian penerimaan tandan buah segar (TBS), sortisasi bahan baku, maupun pekerja di boiler, penggunaan sarung tangan ini mencapai persentase 72,73%, besar persentase ini diakibatkan masih banyaknya dijumpai pekerja penerima TBS yang tidak menggunakan sarung tangan, dengan alasan menggunakan sarung tangan dapat menghambat kerja, tidak bebas dalam bekerja mengangkat, menurunkan dan serta memindahkan Tandan Buah Segar yang rata-rata berbobot 61 kilogram pertandannya.

c. Sepatu Boot

Sepatu boot banyak digunakan pekerja pada bidang pengelolaan limbah, penerimaan buah, perebusan buah serta boiler, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada kaki, baik berupa tertindih, terjepit, terendam air limbah genangan. Besar persentase penggunaannya adalah 63,34 %. Kecilnya penggunaan ini disebabkan pada pekerja limbah banyak yang kurang menyukai penggunaannya karena dianggap dapat memperlambat proses bekerja, seperti dalam menggali drainase jika menggunakan sepatu boot pergerakan kaki dalam menggali drainase dan kolam penampungan limbah menjadi sangat terbatas.

d. Penutup Telinga

Penutup telinga secara umum digunakan pekerja pada bagian mesin, daerah pengelasan yaitu daerah yang mengeluarkan suara ribut. Presentase penggunaan penutup telinga ini sebesar 88,34 %, sedangkan sisanya responden enggan menggunakan penutup telinga karena arealnya bekerja di kantor pengontrol ruang mesin, dengan tingkat keributan relatif rendah.

e. Kaca Mata Hitam

Penggunaan kaca mata hitam secara umum hanya digunakan pekerja pada bidang pengelasan. Penggunaan kaca mata hitam ini dapat mencapai tingkat persentase 100%. Hal ini disebabkan tingginya tingkat kesadaran pekerja serta pengaruh teknik pengelasan untuk dapat melihat benda-benda metal yang akan dilas memang harus menggunakan kaca mata hitam, jika tidak menggunakan kaca mata

hitam material yang akan dilas tidak terlihat, dengan demikian seluruh pekerja pengelasan memiliki kaca mata hitam masing-masing serta memakainya saat bekerja.

f. Pelindung Radiasi Komputer

Pelindung radiasi komputer secara umum disarankan pada para pekerja yang berhubungan langsung dengan komputer (penghasil radiasi). Namun penggunaan pelindung ini relatif rendah sekitar 62,50 %, hal ini disebabkan penggunaan pelindung radiasi komputer mengakibatkan layar komputer lebih buram serta resiko dari tidak menggunakan pelindung radiasi tidak nampak secara langsung. Faktor lainnya adalah beberapa pekerja bertugas dengan menggunakan note book, yang secara teknis sudah dipasang alat pelindung radiasi.

g. Penutup Mulut

Penutup mulut secara umum digunakan pekerja bagian limbah cair dan limbah padat, namun penggunaannya hanya 77,78 %. Berdasarkan wawancara, pekerja yang tidak menggunakan penutup mulut merasa terganggu pada saat bicara, serta merasa pengap menggunakannya. Di samping itu juga pekerja sudah tidak merasa asing dengan aroma yang ditimbulkan oleh limbah tersebut, sehingga secara umum para pekerja tersebut tidak merasa terganggu.

h. Pelapis Dada

Pekerja yang umum menggunakan pelapis dada adalah kurir yang menggunakan sepeda motor, dan perebusan buah. Namun penggunaan alat pelindung diri terendah adalah pekerja ini, hal ini disebabkan alat pelindung diri ini lebih sulit

mengenakannya, serta mendatangkan perasaan kurang nyaman di bagian dada dan perut, sehingga banyak pekerja yang memilih tidak menggunakannya.

5. Papan Pengumuman Peringatan

Papan pengumuman juga sudah terlihat sejak memasuki areal pabrik yaitu peringatan dilarang merokok dan membuang puntung rokok di sembarang tempat, karena dikhwatirkan dapat menyulut bahaya kebakaran. Demikian halnya anjuran menggunakan baju laboratorium bagi pekerja dan pengunjung yang akan memasuki ruangan laboratorium. Seluruh papan peringatan itu bertujuan untuk memastikan tidak terjadinya kecelakaan kerja di areal Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan tersebut.

6. Penghargaan dan Sanksi

Penghargaan selalu diberikan kepada karyawan atau unit yang telah melaksanakan program kerja K3. Karyawan yang sepenuhnya melaksanakan program K3, seperti penggunaan alat pelindung diri sesuai aturan yang telah diprogramkan akan mendapatkan penghargaan, baik berupa liburan singkat, intensif tambahan, peralatan pelindung diri, maupun kenaikan pangkat/jabatan. Penilaian tersebut dilakukan secara terbuka dan diumumkan kepada seluruh pekerja. Sehingga dapat menambah semangat para pekerja.

7. Perawatan Peralatan

Perawatan peralatan dilakukan secara berkala sesuai dengan keberadaan peralatan tersebut. Peralatan permesinan produksi dilakukan perawatan berkala sekali dalam 3 (tiga) bulan yang dilakukan oleh tenaga ahli mesin perusahaan, namun untuk

perawatan menyeluruh terhadap mesin dilaksanakan 1 kali dalam setahun, perawatan ini umumnya ditangani oleh tenaga ahli mesin yang didatangkan dari kantor pusat sesuai dengan petunjuk mesin.

Untuk perawatan mesin-mesin pendukung seperti perebusan, pemisah brondolan buah, ban berjalan dilakukan 1 (kali) dalam sebulan, perawatan ini sepenuhnya dilakukan tenaga ahli dari pabrik. Sedangkan untuk perawatan peralatan administrasi seperti mesin ketik, komputer, saluran telekomonikasi telepon, handy talki dilakukan sekali dalam tiga bulan, perawatan ini dilakukan tenaga ahli pabrik.

Perawatan transportasi secara umum dilakukan sesuai dengan keadaan alat transportasi tersebut, namun untuk perawatan/penggantian oli dilakukan setiap 2500 km, seluruh perawatan tersebut telah dilaksanakan oleh tenaga ahli pabrik.

5.2.3. Pengawasan Kebijakan di Bidang K3

Pengawasan terhadap kebijakan K3 di Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan hanya dilakukan oleh pihak perusahaan (internal pabrik). Sampai saat ini pengawasan dari instansi lain belum pernah dilakukan, hal ini disebabkan tenaga kerja yang dilatih untuk menangani masalah K3 telah direkrut dan bertugas di lingkungan Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan.

Program pengawasan terhadap program K3 yang dilakukan personil P2K3 dilaksanakan setiap bulannya untuk melihat sejauhmana program K3 sudah berjalan dan setiap hari anggota P2K3 memastikan departemen yang dibawahinya telah menjalankan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Personil P2K3

melakukan pengawasan terhadap program kerja P2K3 dengan menggunakan daftar

cheklist dan chek dokumen yang berisikan tentang seluruh tindakan pengawasan yang

harus dilakukan seperti pemeriksaan lingkungan kerja, pemeriksaan kondisi yang dapat membahayakan dan pemeriksaan sikap yang dapat membahayakan masing- masing seksi seperti di administration section, quality section, water waste treatmen

plant section, process section, shore tank section, dan lain-lain. Ketua P2K3

melaksanakan pengawasan dengan inspeksi (meninjau lapangan) ke lapangan dan menerima laporan dari pengawasan yang dilakukan anggota P2K3.

Pelaksanaan pengawasan yang dilaporkan berupa daftar isian program K3 pada tahun selanjutnya. Menurut Widjanarko (1997) bahwa pengawasan yang harus dilakukan oleh anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3 untuk mengetahui sampai sejauhmana penerapan K3 di unit kerja tersebut telah dilaksanakan dan bagaimana perkembangannya.

5.2.4. Evaluasi Program Kebijakan K3

Evaluasi program kerja P2K3 terhadap kebijakan K3 membuahkan hasil yaitu diperolehnya zero accident di lingkungan kerja pabrik kelapa sawit, di lingkungan pabrik serta tidak ditemui kacelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya hari kerja karyawan.

Beberapa hal hasil evaluasi terhadap keberadaan pabrik yang menunjang program pencegahan terjadinya kecelakaan kerja pada tahun 2007 adalah perlunya penegasan kembali penggunaan alat pelindung diri pada setiap tingkatan pekerja,

sehingga seluruh personil Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan harus mengenakan alat pelindung diri secara baik dan benar.

Penerimaan tandan buah segar di lapangan, tandan buah segar hendaknya dibatasi waktu kerja yaitu mulai dari jam 09.00 hingga jam 15.00 WIB untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat penerangan yang kurang, atau alternatif lainnya adalah dengan menambah penerangan yang lebih baik lagi pada areal tersebut. Demikian halnya agar meniadakan kegiatan penerimaan tandan buah segar di luar jam yang telah ditentukan yang dapat menimpa para pekerja.

Parkir kenderaan roda dua hendaknya ditempatkan pada satu pool, sehingga menghindari bahaya kebakaran, serta terhindar dari kesemrawutan perparkiran roda dua di areal pabrik kelapa sawit tersebut. Pendapat para informan terhadap keberadaan program SMK3 di lokasi Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan tentang penempatan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja hendaknya pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan adalah:

Informan Pendapat informan terhadap penempatan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja hendaknya pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan

1 Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja hendaknya pada posisi yang dapat

menentukan keputusan perusahaan, hal ini sangat diperlukan agar pekerja dapat lebih tenang dalam bekerja

2 Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja hendaknya pada posisi yang dapat

menentukan keputusan perusahaan, hal ini sangat diperlukan agar pekerja merasa lebih terjamin keselamatannya yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja

3 Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja harus pada posisi yang menentukan

keputusan perusahaan, karena seluruh pekerja membutuhkan perasaan yang nyaman dalam bekerja, perasaan yang nyaman secara otomatis akan mempengaruhi kinerja dari setiap pekerja

4 Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja memeang selayaknya pada posisi

yang menentukan keputusan perusahaan, karena pekerja itu secara keseluruhan adalah asset perusahaan yang harus dijaga keselamatannya

5 Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja selayaknya pada posisi yang menentukan keputusan perusahaan, karena pekerja itu adalah manusia yang telah dilindungi hak-haknya berdasarkan undang-undang, sehingga tidak alasan untuk tidak mendengarkan pendapatnya melalui organisasinya

6 Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja harus pada posisi yang menentukan

keputusan perusahaan, karena keputusan perusahaan yang tidak mempertimbangkan keselamtan dan kesehatan kerja karyawan secara umum akan membawa dampak negatif terhadap pekerja dan akan merugikan perusahaan secara umum.

Pendapat para informan terhadap perusahaan hendaknya menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

Informan Pendapat informan terhadap perusahaan hendaknya menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja

1 Perusahaan memang harus menyediakan anggaran serta tenaga ahli untuk

memenej program keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga perencanaan dan penerapannya dapat memberikan dampak yang baik bagi selurh pekerja

2 Perusahaan harus menyediakan anggaran serta tenaga ahli untuk memenej

program keselamatan dan kesehatan kerja, karena perencanaan program keselamatan kesehatan kerja, serta penerapannya dengan baik akan mampu memacu semangat kerja dari karyawan

3 Perusahaan hendaknya menyediakan anggaran serta tenaga ahli untuk memenej

program keselamatan dan kesehatan kerja, karena para pekerja yang sehat secara langsung juga akan meningkatkan kinerja pekerja

4 Perusahaan memang harus menyediakan anggaran serta tenaga ahli untuk

memenej program keselamatan dan kesehatan kerja, aturan tersebut memang yang diinginkan undang-undang, jadi tidak ada alasan perusahaan untuk tidak melakukannya

5 Perusahaan harus menyediakan anggaran serta tenaga ahli untuk memenej

program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menjadi pertanda kuat terhadap kebijakan dari perusahaan yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja dari para karyawannya

6 Perusahaan memang harus menyediakan anggaran serta tenaga ahli untuk

memenej program keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga pelaksanaan program K3 dapat dilakukan tanpa adanya intervensi dari pihak manapun

Pendapat para informan terhadap sistem perencanaan SMK3 hendaknya memiliki perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

Informan Sistem perencanaan SMK3 hendaknya memiliki perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja

1 Sistem perencanaan SMK3 harusnya memiliki perencanaan identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan, karena jika tidak ada perencanaan terpadu maka setiap saat petugas SMK3 akan selalu mencari potensi-potensi bahaya yang akan menimpa

2 Sistem perencanaan SMK3 harusnya memiliki perencanaan identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan, karena identifikasi dan penilaian bahaya sangat diperlukan untuk dapat meminimalisir dampak negatif dari kecelakaan kerja, sehingga resiko kerja dapat dihindari

3 Sistem perencanaan SMK3 harusnya memiliki perencanaan identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan, karena identifikasi bahaya, produk barang dan jasa dipertimbangkan merupakan bagian yang vital dari suatu aktivitas pabrik

4 Sistem perencanaan SMK3 harusnya memiliki perencanaan identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan, karena perencanaan terpadu, penilaian dan pengendalian resiko merupakan bagian dari perencanaan umum dari perusahaan yang meliputi perencanaan keuangan, sosial dan produksi

5 Sistem perencanaan SMK3 harusnya memiliki perencanaan identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan, karena cara terbaik untuk menghindari kecelakaan kerja adalah dengan cara mengenali sifat-sifat dan potensi-potensi dari kecelakaan itu sendiri

6 Sistem perencanaan SMK3 harusnya memiliki perencanaan identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa dipertimbangkan, karena penilaian dan pengendalian resiko merupakan bagian tugas dari upaya perusahaan untuk mensejahterahkan para pekerjanya

Pendapat para informan terhadap prinsip adanya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan didorong untuk

berperan serta dalam penerapan dan pengembangan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

Informan Prinsip adanya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

1 Prinsip adanya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila

semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, karena jika hanya beberapa divisi yang melaksanakannya maka secara otomatis hanya bagian itu yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya

2 Prinsip adanya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja akan efektif apabila

semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, karena

Dokumen terkait