• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur Usaha dan Permodalan UMK Karakteristik Responden

Karakteristik responden dilihat berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Jumlah usaha mikro dalam penelitian ini terdapat 78 responden dan usaha kecil terdapat 22 responden. Berdasarkan BPS (2012) di dalam analisis demografi, struktur umur penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok umur muda yang berada dibawah 15 tahun, kelompok umur produktif, usia 15 – 50 tahun dan kelompok umur tua diusia 65 tahun ke atas.

Tabel 4 Klasifikasi Usia UMK

Kategori Usaha Kategori Usia Total

<15 tahun 15-50 tahun >51 tahun

Usaha Kecil 0 22 0 22

(0) (100) (0) (100)

Usaha Mikro 0 66 12 78

(0) (85) (15) (100)

Keterangan: () persentase

Pada Tabel 4 menggambarkan bahwa usia produktif usaha kecil sebesar 100% dari jumlah keseluruhan usaha kecil atau sebanyak 22 responden, sedangkan usia produktif pada usaha mikro sebesar 85% atau sebanyak 66 responden. Pada kategori usia diatas 51 tahun untuk kategori usaha mikro sebesar 15% responden dari jumlah keseluruhan. Pada kategori usaha kecil tidak terdapat responden untuk usia diatas 51 tahun. Dapat dilihat bahwa kategori usia yang lebih mendominasi usaha kecil maupun usaha mikro adalah kategori usia produktif yaitu usia dari 15 tahun hingga 50 tahun.

Berdasarkan pada Tabel 5 menggambarkan bahwa pada kategori usaha kecil tidak terdapat pelaku usaha dengan tingkat pendidikan dibawah 6 tahun begitu pula dengan tingkat pendidikan diantara 7 hingga 9. Pada pelaku usaha kecil sebesar 100% tingkat pendidikan diatas 10 tahun, sedangkan untuk usaha mikro tingkat pendidikan dibawah 6 tahun sebesar 13% dan tingkat pendidikan antara 7 hingga 9 tahun sebesar 5%. Pada kategori usaha mikro dengan tingkat pendidikan lebih dari 13 tahun responden sebesar 6%. Lamanya tingkat pendidikan yang mendominasi usaha kecil dan usaha mikro adalah antara 10 sampai 12 tahun.

Tabel 5 Klasifikasi Tingkat Pendidikan UMK

Kategori Usaha Kategori Tingkat Pendidikan Total <6 tahun 7-9 tahun 10-12 tahun > 13 tahun

Usaha Kecil 0 0 22 0 22

(0) (0) (100) (0) (100)

Usaha Mikro 10 4 59 5 78

(13) (5) (76) (6) (100)

Keterangan: () persentase

Tabel 6 menggambarkan bahwa jumlah anggota keluarga usaha kecil yang dibawah 4 orang sebesar 68% atau sebanyak 15 orang dan usaha mikro sebesar 58% atau sebanyak 45 orang. Berdasarkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) satu keluarga sebaiknya memiliki dua anak dan jumlah anggota keluarga yang baik adalah 4 orang. Pada usaha kecil dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang sebesar 14% sedangkan usaha mikro sebesar 22%.

Tabel 6 Kalsifikasi Jumlah Anggota Keluarga UMK

Kategori Usaha Kategori Jumlah Anggota Keluarga Total <4 orang 4 orang >4 orang

Usaha Kecil 15 3 4 22

(68) (14) (18) (100)

Usaha Mikro 45 17 16 78

(58) (22) (20) (100)

Keterangan: () persentase

Struktur Usaha Responden Jenis Usaha Responden

Karakteristik usaha responden dilihat berdasarkan jenis usaha, struktur permodalan, kinerja usaha dan kendala permodalan. Jenis usaha yang dijalani oleh responden kategori usaha mikro dan kecil meliputi perdagangan dan industri pengolahan. Jumlah masing-masing jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis usaha responden

Jenis Usaha Perdagangan Pengolahan Total

Usaha Kecil 8 14 22

(36) (64) (100)

Usaha Mikro 33 45 78

(42) (58) (100)

Pada Tabel 7 menggambarkan bahwa pada responden dengan kategori usaha mikro sebesar 42% atau sebesar 33 responden usahanya bergerak di sektor perdagangan sedangkan 58% atau sebesar 45 responden bergerak di sektor pengolahan. Pada kategori usaha kecil sebesar 36% usahanya bergerak disektor perdagangan dan sebesar 64% usahanya bergerak disektor industri pengolahan. Sektor yang mendominasi pada responden UMK yaitu sektor pengolahan. Hal ini sesuai dengan fakta UMK Kabupaten Bogor yang mendominasi industri pengolahan dalam menjalankan usahanya.

Karakteristik Usaha

Karakteristik usaha dilihat berdasarkan aset, omset, modal awal. Pada Tabel 8 rata-rata aset pada responden usaha kecil sebesar 251.25 juta rupiah jauh lebih besar dibandingkan rata-rata pendapatan usaha mikro yaitu sebesar 105.5 juta rupiah. Nilai rata-rata omset dan modal awal usaha kecil pun jauh lebih besar dibandingkan usaha mikro yaitu 512.57 dan 51.73 sedangkan usaha mikro 105.27 dan 29.58 juta rupiah.

Tabel 8 Statistik deskriptif usaha responden Kriteria Usaha Variabel (juta) Nilai

Minimum Nilai Maksimum Rata- rata Usaha Kecil Aset 36 872 251.25 Omset 304 2352 512.57 Modal Awal 3 200 51.73 Usaha Mikro Aset 3.6 1080 105.55 Omset 10.08 275.6 105.27 Modal Awal 0.02 300 29.58 Kinerja Usaha

Metode R/C ratio yaitu analisis R/C Rasio merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan proses produksi mengalami kerugian, impas, untung. Analisis R/C Rasio merupakan analisis yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari satu maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan, apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh sama dengan satu maka usaha tersebut impas atau tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Sedangkan apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh kurangdari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian. Adapun rumus R/C Rasio yaitu total biaya penerimaan dibagi dengan total biaya.

Tabel 9 Kelayakan usaha responden

Kategori Usaha Kelayakan Usaha Total

R/C<1 R/C>1 Usaha Kecil 1 21 22 (5) (95) (100) Usaha Mikro 11 67 78 (14) (86) (100) Keterangan () persentase

Tabel 9 menunjukan bahwa usaha yang sudah layak dan efisien sebesar 86% atau sebanyak 67 pelaku usaha dari responden dengan kriteria usaha mikro dan sebesar 14% atau sebanyak 11 pelaku usaha yang usahanya tidak layak. Pada usaha kecil sebesar 95% atau sebanyak 21 pelaku usaha yang sudah layak dan efisien dalam menjalankan usahanya dari jumlah 22 responden dan hanya satu pelaku usaha yang tidak layak.

Struktur Permodalan

Pada Tabel 10 menggambarkan bahwa sebesar 23% atau sebanyak 5 responden dengan kategori usaha kecil menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya dan sebesar 77% atau sebanyak 17 responden yang menggunakan modal luar. Pada responden dengan kategori usaha mikro sebesar 83% atau sebanyak 65 responden menggunakan modal sendiri dan hanya 17% atau sebanyak 13 responden menggunakan modal luar. Hal ini dikarenakan untuk memulai suatu usaha diperlukan dana yang cukup besar, tak sedikit pelaku usaha tidak dapat meminjam dana ke lembaga formal maupun semi formal terkait beberapa kendala dalam memenuhi persyaratan pinjaman, sehingga untuk kategori usaha mikro yang diantaranya berpendapatan rendah lebih memilih menggunakan modal sendiri untuk mengembangkan usahanya.

Tabel 10 Sumber modal responden

Sumber Modal Modal Luar Modal Sendiri Total

Usaha Kecil 17 5 22 (77) (23) (100) Usaha Mikro 13 65 78 (17) (83) (100) UMK 30 70 100 Keterangan: () persentase Kendala Permodalan

Dalam pemilihan penggunaan modal yang berasal dari dana sendiri terdapat alasan-alasan yang di dapat berdasarkan hasil wawancara yaitu sebanyak 35% dikarenakan modal yang terbatas, modal yang terbatas karena pendapatan yang dimiliki oleh pelaku UMK rendah oleh karena itu untuk mengurangi resiko dalam usaha pelaku UMK lebih memilih modal sendiri dibandingkan dana yang berasal modal luar dan sebanyak 29% sulit mengakses pinjaman ke bank karena

prosedur peminjaman yang tidak memungkinkan untuk dapat meminjam di bank. Sebesar 12% tidak memiliki informasi pinjaman modal karena usaha yang dijalankan jauh dari pusat kota dan pelaku UMK tidak berusaha mencari informasi. Sebanyak 2% responden tidak ingin dan tidak perlu untuk menggunakan dana pinjaman dari luar karena beberapa diantara pelaku UMK memiliki dana yang cukup besar untuk memulai usaha dan tidak ingin menggunakan modal luar untuk mengurangi resiko peminjaman kredit. Alasan penggunaan permodalan modal sendiri ditunjukan pada Gambar 5.

Gambar 5 Alasan tidak menggunakan modal luar

Alasan penggunaan pinjaman dana modal luar sebesar 37% tidak ada suku bunga dan sebesar 37% tidak dikejar oleh deadline pembayaran dikarenakan pinjaman yang dilakukan ke kerabat maupun keluarga dan sebesar 13% suku bunga yang rendah untuk responden yang meminjam ke lembaga formal bank dan 13% akses pinjaman yang mudah. Alasan penggunaan permodalan modal luar ditunjukan pada Gambar 6.

Gambar 6 Alasan penggunaan modal luar

35%

12% 29%

2%

22%

Alasan tidak menggunakan modal luar

Modal terbatas

Tidak memiliki informasi pinjaman modal

Sulit mengakses pinjaman ke Bank

Bunga pinjaman tinggi Tidak Perlu/Tidak Ingin

13%

13%

37% 37%

Alasan menggunakan modal luar

Akses Pinjaman Mudah

Suku Bunga Rendah

Tidak ada Suku Bunga (Pinjaman Kerabat)

Tidak Dikerjar Oleh Deadline Waktu Pembayaran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Modal Luar oleh Pelaku UMK

Hasil Uji Model

Dalam menjalankan usaha, pelaku UMK membutuhkan dana yang cukup besar dalam upaya meningkatkan pendapatan dan memperoleh return yang positif. Maka pemilik dan pelaku UMK tersebut menggunakan modal luar sebagai pembiayaan modal awal dalam usahanya. Modal luar meliputi dana yang berasal dari lembaga formal seperti bank maupun akses non formal seperti dana yang berasal dari kerabat maupun bank keliling. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar dilakukan dengan model logit dengan menggunakan aplikasi SPSS 6. Tabel 11 menyajikan hasil pendugaan parameter dari model logit tersebut.

Tabel 11 Hasil pendugaan parameter logit

Observasi Prediksi Percentage Correct

Tidak Menggunakan Modal Luar 70 91.4

Menggunakan Modal Luar 30 73.3

Overall Percentage 86.0

Hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa model dapat mengklasifikasikan responden yang tidak mengakses pembiayaan menggunakan modal luar sebesar 91.4% dan sebesar 73.3% yang mengakses pembiayaan menggunakan modal luar. Secara keseluruhan model mampu mengklasifikasikan responden dengan menggunakan maupun tidak menggunakan pembiayaan modal luar sebesar 86%. Hasil uji Chi-Square Hosmer dan Lemeshow Test menunjukkan nilai Chi- Square sebesar 8.224 dengan p-value 0.412 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model logit secara keseluruhan dapat menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi akses UMK terhadap pembiayaan modal luar.

Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Modal Luar oleh Pelaku UMK

Hasil pendugaan model logit untuk faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar menunjukkan terdapat empat variabel yang signifikan dalam taraf 10% yaitu usia responden, pendapatan, aset dan omset.

Variabel usia responden mempunyai nilai odds ratio sebesar 0.895 dengan nilai parameter negatif yaitu -0.111 yang artinya semakin rendah usia pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayaan menggunaan modal luar sebesar 0.895 kali lebih besar dibandingkan pelaku UMK dengan usia yang lebih tinggi. Idealnya usia pendidikan seseorang mempengaruhi kelancaran pelaku UMK dalam menggunakan modal luar, akan tetapi dalam penelitian ini pengaruh usia berbanding terbalik terhadap penggunaan modal luar. Hal ini dikarenakan usia pengusaha sering dikaitkan dengan modal manusia dan aset. Bertambahnya usia pemilik prusahaan akan mengakibatkan mereka memiliki kebebasan lebih tinggi dalam hal keuangan. Secara individu, mereka lebih cenderung kurang

peduli dalam memperoleh kekayaan dan lebih peduli dengan kemandirian finansial. Sedangkan pengusaha muda lebih berani berspekulasi dalam mengambil pinjaman perbankan walaupun harus dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi. Dengan demikian, semakin bertambahnya usia pelaku UMK akan menurukan tingkat kebutuhan terhadap perbankan.

Variabel aset mempunyai nilai odds ratio sebesar 0.996 dengan nilai parameter negatif yaitu -0.004 yang artinya semakin rendah aset pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayaan menggunakan modal luar sebesar 0.996 kali lebih besar dibandingkan dengan pelaku UMK dengan aset yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar pelaku UMK dengan aset yang rendah cenderung memilih menggunakan modal luar yang berasal dari kerabat yang tidak memiliki persyaratan memiliki aset untuk melakukan pinjaman.

Tabel 12 Faktor-faktor yang memengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar

Variabel Metode Logit

Koefisien P-Value Odds Ratio

Konstanta 1.317 0.379 3.733

Usia Responden -0.111 0.015* 0.895

Jumlah Anggota Keluarga -0.212 0.397 0.809

Dummy Jenis Usaha 0.864 0.206 2.374

Aset -0.004 0.079* 0.996

Pendapatan 0.020 0.061* 1.020

Omset 0.011 0.000* 1.011

Dummy Kriteria Usaha -1.201 0.144 0.301

Keterangan: *sigifikan pada taraf nyata 10%

Variabel pendapatan mempunyai nilai odds ratio sebesar 1.020 dengan nilai parameter postif yaitu 0.020 yang artinya semakin tinggi pendapatan yang di miliki oleh pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayan menggunakan modal luar sebesar 1.020 kali dibandingkan pelaku UMK yang memiliki pendapatan yang rendah. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan seseorang maka akses terhadap penggunaan modal luar akan semakin mudah terkait dengan persyaratan pinjaman modal.

Variabel omset mempunyai nilai odds ratio sebesar 1.011 dengan nilai parameter positif yaitu 0.011 yang artinya pelaku UMK dengan omset yang lebih besar memiliki peluang untuk mengakses pembiayaan modal luar sebesar 1.011 kali dibandingkan pelaku UMK yang memiliki jumlah omset yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan omset dan aset merupakan salah satu syarat untuk melakukan pinjaman ke lembaga keuangan, pelaku UMK yang tidak memiliki aset maupun omset yang sangat rendah kemungkinan besar tidak dapat melakukan pinjaman ke lembaga keuangan.

Dampak Modal Luar terhadap Perkembangan UMK Hasil Uji Model

Sumber modal merupakan hal yang sangat penting dalam mengawali berdirinya suatu usaha. Berbagai jenis sumber modal seperti lembaga formal dan non formal maupun modal pribadi diharapkan memberi dampak positif terhadap perkembangan usaha pelaku UMK. Analisis dampak keterkaitan sumber modal terhadap perkembangan UMK menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan aplikasi SPSS 6.

Hasil pengolahan data dengan metode OLS menunjukkan bahwa nilai R- Squared dari persamaan adalah sebesar 98.5 artinya 98.5% keragaman nilai perkembangan keuntungan dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel penjelas dalam model, sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Hasil olahan dengan model OLS tidak ada pelaggaran mutikolinearitas karena nilai VIF (Varian Inflated Factor) yang dibawah 10, tidak terdapat autokorelasi yang di dapat dari uji Durbin Watson 2.178 dan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model.

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perkembangan Keuntungan Usaha

Pada Tabel 13 memperllihatkan bahwa terdapat empat vairabel yang signifikan terhadap keuntungan usaha yaitu usia, jumlah dummy jenis usaha, omset dan modal luar. Variabel usia responden memiliki pengaruh negatif terhadap besarnya keuntungan usaha yang diperolah UMK. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi usia responden maka semakin rendah perkembangan keuntungan usaha yang diperoleh. Nilai koefisien parameter omset adalah -0.412 dan signifikan pada taraf nyata 5%. Hal ini berarti apabila usia meningkat 1% maka akan menurunkan keuntungan sebesar 0.412% pertahun. Hal ini dikarenakan semakin tinggi usia seseorang akan mengurangi tingkat produktivitasnya dalam bekerja.

Tabel 13 Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perkembangan Keuntungan Usaha

Variabel Model OLS

Parameter P-Value

Konstanta -16.169 0.000

Usia -0.412 0.028**

Jumlah Anggota Keluarga 0.209 0.156

Dummy Jenis Usaha 0.351 0.006*

Pendapatan 0.059 0.213

Omset 1.023 0.000*

Modal Luar 0.088 0.065***

Keterangan: * signifikan pada taraf nyata 1% ** signifikan pada taraf nyata 5% ***signifikan pada taraf nyata 10%

Variabel dummy jenis usaha memiliki pengaruh positif terhadap besarnya keuntungan usaha yang diperoleh UMK dengan koefisien parameter 0.351 dan signifikan pada taraf nyata 1%. Ini berarti jenis usaha sektor pengolahan memiliki keuntungan lebih besar 0.351% kali dibandingkan sektor perdagangan.

Variabel omset memiliki pengaruh positif terhadap besarnya keuntungan dengan koefisien parameter sebesar 1.023 dan signifikan pada taraf nyata 10%. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar perubahan omset maka semakin besar perkembangan keuntungan usaha yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa apabila omset meningkat 1% maka akan meningkatkan keuntungakn sebesar 1.023% pertahun, cateris paribus.Hal ini sesuai dengan penelitian Septiana (2013) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin besar perubahan omset maka semakin besar perkembangan keuntungan usaha yang diperoleh.

Variabel modal luar memiliki pengaruh positif terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh UMK dengan koefisien parameter sebesar 0.088 dan signifikan pada taraf nyata 10 %. Hal ini berarti apabila besarnya modal luar meningkat 1% maka akan meningkatkan keuntungan sebesar 0.088% pertahun, cateris paribus.

Dokumen terkait