ANALISIS STRUKTUR PERMODALAN USAHA MIKRO DAN
KECIL (UMK) DAN KAITANNYA DENGAN
PERKEMBANGAN USAHA DI KABUPATEN BOGOR
CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur Permodalan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan Kaitannya dengan Perkembangan Usaha di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI. Analisis Struktur Permodalan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan Kaitannya dengan Perkembangan Usaha di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI.
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, namun sudah banyak upaya pemerintah dalam meningkatkan aksesibilitas UMK terhadap lembaga keuangan. Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan modal luar oleh pengusaha UMK dan pengaruhnya terhadap perkembangan usaha. Metode aregresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan modal luar dan metode Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk menganalisis dampak modal luar terhadap perkembangan usaha. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik struktur usaha pengusaha kecil dan pengusaha mikro dimana keragaman usaha kecil lebih baik daripada usaha mikro baik dari sisi tingkat pendidikan, aset, omset maupun kelayakan usaha. Dari sisi struktur permodalan, hanya sebagian kecil pengusaha mikro yang memanfaatkan modal luar, sebaliknya dengan pengusaha kecil. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar adalah usia responden, pendapatan, aset dan omset. Berdasarkan hasil olahan menggunakan OLS variabel yang signifikan terhadap perkembangan keuntungan usaha adalah usia responden, dummy jenis usaha, omset dan modal luar.
Kata kunci: Ordinary Least Square (OLS), regresi logistik, struktur permodalan, UMK
ABTRACK
CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI. An alaysis of the capital structure of Micro and Small Enterprise (MSEs) and its relation business development in Bogor. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI
variables on profits are age of the respondents, dummy type of business, omzet and external capital.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS STRUKTUR PERMODALAN USAHA MIKRO DAN
KECIL (UMK) DAN KAITANNYA DENGAN
PERKEMBANGAN USAHA DI KABUPATEN BOGOR
CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Permodalan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan Kaitannya dengan Perkembangan Usaha di Kabupaten Bogor”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, Msc. Agr selaku dosen pembimbing, Dr. Ir Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama, dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr selaku dosen penguji komisi pendidikan. Penelitian ini merupakan bagian dari hibah desentralisasi dengan judul Strategi Penguatan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam upaya pengentasan kemiskinan oleh tim peneliti Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB (Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, Msc. Agr dan tim). Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, teman-teman satu bimbingan serta sahabat, terutama Muhammad Reza Rasyid yang selalu mendukung penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6 Usaha Mikro dan Kecil (UMK) 7
Karakteristik dan Permasalahan UMK 9
Struktur Permodalan 7
Teori Permintaan Modal 11
Teori Produksi 12
Penelitian Terdahulu 14
Kerangka Pemikiran 17
METODE PENELITIAN 18 Lokasi dan Waktu Penelitian 18
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data 18
Metode Penentuan Sampel 18
Metode Analisis dan Pengolahan Data 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 23
Analisis Struktur Usaha dan Permodalan UMK 23
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Modal Luar oleh UMK 28
Dampak Keterkaitan Modal Luar Dengan Perkembangan Usaha UMK 30
SIMPULAN DAN SARAN 31
Simpulan 31
Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan data Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia tahun
2009 hingga 2012 1
2 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menurut Provinsi di Indonesia
pada tahun 2013 2
3 Jumlah responden pelaku UMK 19
4 Klasifikasi usia UMK 23
5 Klasifikasi tingkat pendidikan UMK 24
6 Klasifikasi jumlah anggota keluarga UMK 24
7 Jenis usaha responden 24
8 Statistik deskriptif usaha responden 25
9 Kelayakan usaha responden 26
10 Sumber modal responden 26
11 Hasil pendugaan parameter logit 28
12 Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar oleh pelaku
UMK 29
13 Faktor-faktor yang memengaruhi nilai perkembangan usaha 30
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah UMK di Kabupaten Bogor 5
2 Permintaan dana terhadap modal 11
3 Fungsi produksi dimana TK tetap, M variabel 13
4 Kerangka pemikiran operasional 17
5 Alasan tidak menggunakan modal luar 27
6 Alasan menggunakan modal luar 27
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner Penelitian 35
2 Hasil Olahan Data Regresi Logistik 43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang paling padat penduduknya setelah China, India dan Amerika. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 sejumlah 241 juta jiwa dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu sejumlah 244.2 juta jiwa. Sebagian besar jumlah kepadatan penduduk Indonesia merupakan penduduk miskin. Kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun tidak diiringi dengan penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan kemiskinan di Indonesia oleh karena itu pemerataan sosial sangat diperlukan untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk di Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemerataan sosial, salah satunya melalui kegiatan Usaha Mikro dan Kecil. UMK sangat padat karya, sehingga mempunyai potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar. Pertumbuhan UMK dapat dimasukan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin.
Tabel 1 Perkembangan data Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia tahun 2009 hingga 2012
Indikator Tahun
2009 2010 2011 2012 Unit Usaha UMK (A+B) 52 723 414 54 072 813 55 162 164 56 485 594 (100) (100) (100) (100) A. Usaha Mikro 52 176 771 53 504 416 54 559 969 55 856 176 (98.96) (98.35) (98.9) (98.89) B. Usaha Kecil 546 643 568 397 602 195 629 418 (1.03) (1.04) (1.09) (1.11) Tenaga Kerja UMK (A+B) 93 481 192 95 498 269 98 877 789 104 395 487 (100) (100) (100) (100) A. Usaha Mikro 89 960 695 91 729 384 94 957 797 99 859 517 (96.23) (96.25) (96) (95.66) B. Usaha Kecil 3 520 497 3 768 885 3 919 992 4 535 970 (3.77) (3.75) (3.96) (4.35) PDB (A+B) 1799 258 2 608 428 3 301 350 3 749 242 (100) (100) (100) (100) A. Usaha Mikro 1747 339 2 011 544 2 579 338 2 951 120 (97.11) (77.12) (77.7) (78.71) B. Usaha Kecil 517 919 596 884 722 012 798 122 (28.78) (22.88) (21.7) (21.29)
Ketetrangan: () persentase
Pada Tabel 1 menunjukan perkembangan jumlah UMK di Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan jumlah UMK pada tahun 2009 sampai tahun 2012. Jumlah unit UMK setiap tahunnya meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2009 jumlah unit usaha mikro sebesar 52 176 771 unit dan pada tahun 2012 sebesar 55 856 176 unit sedangakan usaha kecil pada tahun 2009 sebesar 546 643 unit dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 629 418 unit. Hal ini menunjukkan usaha mikro ikut berperan penting dalam mewujudkan kesejahteraan sebagai salah satu sumber mata pencaharian untuk memperoleh sumber pendapatan.
Usaha mikro merupakan unit usaha yang memiliki potensi dalam mengentaskan kemiskinan salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan Tabel 1 diketahui pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja yang diserap oleh usaha mikro sebesar 89 960 695 jiwa dan pada tahun 2012 meningkat dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 99 859 517 jiwa. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh usaha kecil pada tahun 2009 sebesar 3 520 497 jiwa dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 4 535 970. Posisi tersebut menunjukan bahwa UMK berpotensi untuk membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian.
Selain memiliki penyerapan usaha paling besar, UMK juga memiliki kontribusi dalam Produk Domestik Bruto. Berdasarkan Tabel 1 menujukan bahwa PDB yang menyerap dari sektor UMK meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009 UMK memberikan kontribusi kepada PDB sebesar 1799 258 miliar dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu sebesar 3 749 242 miliar. Pertumbuhan kinerja usaha kecil dan menengah terlihat pada sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menunjukan bahwa pentingnya untuk mengembangkan sektor UMK mengingat kontribusi yang besar yang di berikan oleh UMK kepada Produk Domestik Bruto.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah UMK tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2013 jumlah UMK di Provinsi Jawa Barat sebesar 489 760 unit yang merupakan terbesar ketiga setelah Provinsi Jawa Timur dengan jumlah UMK sebesar 629 106 unit dan Jawa Tengah sebesar 810 263 unit. Hal ini menunjukan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu pusat kegiatan UMK tertinggi di Indonesia.
Tabel 2 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menurut Provinsi di Indonesia pada tahun 2013
Provinsi Jumlah UMK (unit) Nanggroe Aceh Darussalam 78 568
Sumatera Utara 82 888
Kep. Bangka Belitung 11 415
Tabel 2 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menurut Provinsi
Nusa Tenggara Barat 101 178 Nusa Tenggara Timur 104 606 Kalimantan Barat 37 677
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor memiliki jumlah UMK terbesar kedua setelah Sukabumi di Provinsi Jawa Barat. Jumlah UMK di Kabupaten Bogor mencapai 1157 unit atau sebesar 7.71% dari jumlah total UMK di provinsi Jawa Barat. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UMK di Kabupaten Bogor sebesar 21 172 orang atau sebesar 6.25% dari total tenaga kerja yang diserap UMK di Provinsi Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2013).
Dalam mengatasi hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan program-program pembiayaan untuk usaha mikro dari Lembaga Keuangan Bank maupun non Bank. Keberadaan lembaga keuangan tersebut diharapkan pelaku usaha mikro dapat membangun atau mengembangkan usaha mikro lebih baik lagi sehingga usaha yang dilakukan dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. (Tejasari 2008). Krisis finansial global telah berdampak besar pada sektor riil yang sebagian besar digeluti UMK oleh karena itu pada tahun 2013 Gubernur Bank Indonesia menaikkan plafon program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku usaha mikro agar mempermudah usaha mikro dalam meminjam dan menjalankan usahanya. (Kemenkop 2013). Dengan adanya kebijakan tersebut dimana kontribusi modal luar terhadap permodalan usaha mengalami peningkatan dengan demikian diharapkan struktur permodalan dan usaha UMK mengalami perubahan pada penggunaan modal luar terhadap kredit akan meningkat dan mengalami perkembangan dalam usahanya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dipelajari mengenai struktur permodalan dan pengaruhnya terhadap perkembangan UMK di Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, masalah permodalan merupakan masalah utama yang dialami oleh pelaku UMK. Hal ini didukung oleh penelitian Afifah (2012) dan Septiana (2012) menjelaskan salah satu hambatan dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan dana yang dimiliki serta sulitnya mendapatkan sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi modal dalam mendukung produksi usaha dan terbatasnya akses terhadap lembaga keuangan. Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa pemerintah telah menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat mempermudah UMK dalam mendapatkan modal yaitu KUR dan LKM. Dalam penyalurannya, KUR memiliki bank pelaksana yang cukup banyak diantaranya adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin. Begitu juga dengan LKM yang jenisnya pun cukup beragam di Indonesia diantaranya untuk LKM formal terdapat Bank Perkreditan Rakyat, BRI Unit Desa, Danamon Simpan Pinjam dll, untuk LKM semi formal terdapat Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Unit Desa dll dan untuk LKM non formal terdapat arisan yang bentuknya pinjaman perorangan yang bersifat komersial maupun non-komersial.
Gambar 1 Jumlah UMK di Kabupaten Bogor
Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2013
Meskipun pemerintah sudah memberikan kemudahan permodalan seperti KUR dan LKM yang bertujuan untuk mempermudah akses permodalan untuk UMK. Namun hasilnya tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Sesuai aturan pemerintah dan Kementerian Koperasi dan UMKM, warga yang membutuhkan dana untuk usaha boleh meminjam dana KUR tanpa agunan atau jaminan. Tapi tetap diberikan syarat setiap pengusaha yang ingin meminjam dana KUR harus memiliki agunan atau aset dan dana pinjaman murah yang dijamin pemerintah ini baru diserap sekitar sembilan juta pelaku UMK, dari sekitar 56,5 juta unit UKM. (Kemenkop 2013). Meskipun pemerintah telah memberikan kemudahan untuk UMK dalam mengembangkan usahanya tetapi faktanya hanya sedikit pelaku UMK yang menggunakan KUR.
Dari keseluruhan jumlah UMK hanya sebagian kecil yang menggunakan permodalan kredit kepada lembaga keuangan. Berdasarkan data dari BI atas laporan perkembangan pada triwulan pertama 2013, sebagian besar kredit disalurkan kepada usaha menengah yang persentasenya mencapai 42,9%. Adapun sisanya sebesar 23,9% disalurkan kepada pelaku usaha kecil. Jumlah nominal paling kecil justru disalurkan kepada pelaku usaha mikro yakni 20,9%. (Kemenkop 2013)
Penelitian ini menjadi penting, mengingat beberapa permasalahan yang diuraikan diatas yaitu:
1. Bagaimana struktur usaha dan permodalan UMK di wilayah Kabupaten Bogor?
2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi permintaan modal luar oleh pelaku UMK?
3. Bagaimana dampak modal luar terhadap perkembangan UMK di wilayah Kabupaten Bogor?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:
2. Mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar oleh pelaku UMK?
3. Menganalisis dampak modal luar terhadap perkembangan Usaha Mikro dan Kecil di wilayah Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi setiap instansi, yaitu:
1. Para mahasiswa/i memperoleh informasi mengenai struktur permodalan Usaha Mikro dan Kecil dan dapat mengetahui Lembaga Keuangan yang dimanfaatkan oleh pengusaha usaha mikro di Kabupaten Bogor.
2. Pemerintah memperoleh informasi mengenai struktur permodalan Usaha Mikro dan Kecil dan memberikan informasi mengenai permasalahan yang selama ini dihadapi oleh usaha mikro, khususnya di Kabupaten Bogor. 3. Menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut
dan lebih mendalam mengenai Usaha Mikro dan Kecil terutama di wilayah Kabupaten Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah di Kabupaten Bogor Barat dan Bogor Timur yang merupakan salah satu daerah yang memiliki aktivitas ekonomi cukup tinggi. Responden yang diamati adalah UMK yang usahanya bergerak di sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Dari analisis ini diharapkan dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh pembiayaan menggunakan modal luar terhadap perkembangan UMK dengan indikator keuntungan usaha dan menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap modal luar. Metode analisis yang digunakan adalah dengan analisis OLS (Ordinary Least Square) dan analisis regresi logistik.
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Mikro dan Kecil
Pengertian UMK
Usaha mikro dan kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan peningkatan keadaan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan sosial dan peningkatan pendapatan masyarakat serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Adapun kriteria usaha mikro dan kecil menurut beberapa instansi yaitu:
1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000 (tiga 000 000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
2. Menurut BPS perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5 - 19 orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20 - 99 orang sebagai industri sedang atau menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar. BPS memberikan definisi usaha mikro berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar. BPS juga menjelaskan karekteristik usaha mikro lainnya, yaitu usaha mikro lebih banyak tidak memiliki badan hukum sehingga sulit untuk mengakses lembaga keuangan perkreditan formal; dan usaha mikro tersebar di setiap kelompok usia (Tambunan 2009).
3. Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Usaha Mikro dan Usaha Kecil adalah suatu badan usaha milik WNI baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak-banyaknya Rp 200 juta dan atau mempunyai omzet/nilai output atau hasil penjualan rata-rata per tahun sebanyak-banyaknya Rp1 milyar dan usaha tersebut berdiri sendiri.
Karakteristik dan Permasalahan UMK
Karakteristik UMK dapat dilihat sehari-hari di negara sedang berkembang termasuk Indonesia menurut beberapa aspek yaitu (Tambunan 2009):
1. Aspek formalitas yaitu usaha mikro beroperasi di sektor informal, usaha tidak terdaftar dan tidak/jarang membayar pajak sedangkan usaha kecil beroperasi di sektor formal, beberapa tidak terdaftar dan sedikit yang membayar pajak. 2. Aspek organisasi dan manajemen yaitu usaha mikro dijalankan oleh pemilik,
3. Aspek sifat dari kesempatan kerja yaitu usaha mikro lebih banyak menggunakan tenaga kerja anggota-anggota keluarga tidak dibayar sedangkan usaha kecil memakai tenaga kerja yang digaji.
4. Aspek pola atau sifat dari proses produksi yaitu usaha mikro derajat mekanisasi sangat rendah atau umumnya manual dan tingkat teknologi sangat rendah sedangkan usaha kecil beberapa memakai mesin-mesin terbaru.
5. Aspek orientasi pasar yaitu usaha mikro umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok berpendapatan rendah sedangkan usaha kecil banyak menjual ke pasar dometik dan ekspor dan melayani kelas menengah ke atas.
6. Aspek profil ekonomi dan sosial dari pemilik usaha yaitu usaha mikro berpendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin dan motivasi utama survival sedangkan usaha kecil banyak berpendidikan baik dan dari rumah tangga nonmiskin, banyak yang bermotivasi bisnis atau mencari profit.
7. Aspek sumber-sumber dari bahan baku dan modal yaitu usaha mikro sebagian besar memakai bahan baku lokal dan uang sendiri sedangkan usaha kecil beberapa memakai bahan baku impor dan punya akses ke kredit formal. 8. Aspek hubungan-hubungan eksternal yaitu usaha mikro sebagian besar tidak
mempunyai akses ke program-program pemerintah dan tidak mempunyai hubungan bisnis dengan usaha besar sedangkan usaha kecil banyak yang memiliki akses ke program-program pemerintah dan punya hubungan bisnis dengan usaha besar termasuk penanam modal asing.
9. Aspek wanita pengusaha yaitu rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha sangat tinggi pada usaha mikro sedangkan rasio wanita terhadap pria sebagai pengusaha cukup tinggi pada usaha kecil.
Permasalahan usaha mikro dapat dilihat dua aspek, yaitu persoalan internal yang berasal dari internal UMK maupun persoalan eksternal yang berasal dari luar UMK diantaranya: Faktor internal berasal dari internal UMK yaitu: (1) Kurangnya permodalan usaha yaitu pada umumnya usaha mikro dan kecil merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal usaha dari pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal usaha dari pihak lain (bank atau lembaga keuangan lainnya) sulit untuk diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank sulit untuk dipenuhi UMK, (2) Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas yaitu baik keterbatasan dari pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilan yang sangat berpengaruh pada kemampuan UMK untuk mengembangkan usahanya, (3) Lemahnya jaringan dan kemampuan penetrasi pasar lemah karena sebagian besar UMK merupakan unit usaha keluarga sehingga jaringan usaha sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar rendah oleh karena itu kualitas kurang kompetitif.
besar dan impor, maupun di pasar ekspor. (5) Keterbatasan SDM merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro di Indonesia yang akan menghambat usaha mikro di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional, (6) Keterbatasan finansial mobilisasi modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, seperti finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Kendala ini disebabkan karena lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu berbelit-belit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedur. (Sakur 2011)
Struktur Permodalan
Sumber permodalan UMK dapat diperoleh melalui modal sendiri dan modal luar. Modal sendiri dapat berasal dari tabungan pribadi atau pendapatan yang diperoleh oleh pelaku usaha. Sumber permodalan yang berasal dari modal luar dapat diperoleh dari kerabat, keluarga dan lembaga keuangan. Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, secara langsung atau tidak langsung, menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat, terutama membiayai investasi perusahaanperusahaan (Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep/38/MKIV/I/72). Lembaga keuangan dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan non bank sedangkan Lembaga Keuanagan Mikro (LKM) adalah lembaga yang menyadiakan beragam pelayanan keuangan, seperti tabungan, pinjaman atau kredit yang melayani masyarakat ekonomi lemah dan pengusaha mikro yang terpinggirkan oleh system keuangan formal. LKM berfungsi memberikan dukungan modal bagi pengusaha mikro dan masyarakat kecil (Suyatno 1997). LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori, yaitu LKM yang berwujud bank adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit desa, BPR, BKD (Badan Kredit Desa) dan non bank adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Unit Simpan Pinjam (USP), Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), Baitul Mal Wattanwil (BMT), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), arisan, pola pembiyaan Grameen, Kelompok Swadaya Mayarakat (KSM), dan credit union (Azriani 2008).
Lembaga Keuangan Bank (LKB) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Secara umum, bank dapat dibagi menjadi:
1. Bank sentral adalah bank yang mempunyai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system devisa serta mengatur dan mengawasi bank.
kredit/pinjaman jangka pendek kepada para nasabahnya. Jenis kredit yang dikhususkan untuk pengusaha kecil yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah kredit/pembiayaan kepada UMKM-K yang merupakan usaha produktif yang feasible, namun belum bankable. dalam pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan usaha produktif. Program KUR ini dilaksanakan oleh beberapa Bank BUMN yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN dan Bank swasta yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin.
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang sama bentuknya.
4. Bank bagi hasil adalah bank yang dalam kegiatan pengerahan dan penyaluran dana didasarkan pada prinsip bagi hasil atau jual beli.
5. Bank syariah merupakan bank yang melayani masyarakat dengan tidak menggunakan sistem perbankan pada umumnya, namun dengan menggunakan system syariah.
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif. Usaha yang dilakukan LKBB antara lain menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan kertas berharga, sebagai perantara untuk mendapatkan kompanyon (dukungan dalam bentuk dana) dalam usaha patungan, dan perantara untuk mendapatkan tenaga ahli. LKBB juga memiliki peran, antara lain membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang atau jasa, memperlancar distribusi barang, dan mendorong terbukanya lapangan pekerjaan. Adapun jenis-jenis lembaga keuangan lainnya yang ada di indonesia saat ini antara lain yaitu:
1. Pasar modalmerupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana dengan para penanam modal, dengan instrumen utama saham dan obligasi.
2. Pasar uangyaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi dana.
3. Koperasi simpan pinjam yaitu menghimpun dana dari anggotanya kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggota koperasi dan masyarakat umum.
4. Perusahaan pengadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu.
5. Perusahaan sewa guna usaha lebih di tekankan kepada pembiayaan barangbarang modal yang di inginkan oleh nasabahnya.
6. Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha pertanggungan dengan seuatu perjanjian tentang seorang penanggung yang mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak paasti.
8. Perusahaan modal ventura merupakan pembiayaan oleh perusahaan-perusahaan yang usahanya mengandung resiko tinggi.
9. Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana pensiun suatu perusahaan pemberi kerja.
Teori Permintaan Modal
Dalam malakukan proses produksi produsen membutuhkan faktor produksi untuk menghasilkan output. Permintaan input yang timbul dikarenakan produsen ingin melakukan suatu proses produksi. Permintaan input ini timbul karena adanya permintaan terhadap output. Oleh karena itu, permintaan input disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) sedangkan permintaan output dianggap sebagai permintaan asli karena timbul dari adanya kebutuhan manusia (Boediono 2002)
Permintaan input dalam suatu usaha memiliki hubungan dengan jumlah output yang akan diproduksi. Semakin tinggi tingkat kapasitas produksi usaha tersebut akan semakin tinggi pula tingkat permintaan input. Modal merupakan salah satu faktor produksi. Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung pada produktivitas dana modal tersebut. Dengan demikian faktor yang menentukan permintaan atas dana modal adalah produktivitasnya. Produktivitas dari modal dihitung dengan cara menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (setelah dikurangi dengan penyusutan modal yang digunakan). Produktivitas modal tersebut dinamakan tingkat pengembalian modal atau rate of return. (Sukirno 2009)
Pelaku usaha memerlukan modal untuk menjalankan dan memperbesar usahanya. Pembayaran atas modal yang dipinjam dari pihak lain adalah bunga, atau dengan kata lain bunga adalah harga dari modal. Biasanya, bunga dinyatakan dalam presentase dari modal yang dinamakan suku bunga. Sehingga selain tergantung pada produktivitasnya, faktor yang menentukan permintaan modal adalah tingkat bunga.
Pada Gambar 2 menunjukan bahwa apabila tingkat bunga yang diterapkan oleh lembaga keuangan semakin tinggi akan menurunkan permintaan modal kredit atau pinjaman sedangkan sebaliknya apabila tingkat bunga lebih rendah atau diturunkan justru akan meningkatkan permintaan UMK terhadap kredit atau pinjaman modal ke lembaga keuangan. Hal tersebut juga terkait dengan pendapatan pelaku UMK yang rata rata berpedapatan menengah ke bawah. Apabila tingkat bunga yang diterapkan oleh lembaga keuagan rendah maka akan mempermudah pelaku UMK untuk mendapatkan modal yang dibutuhkanya.
Teori Produksi
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Dalam memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi adalah manusia (tenaga kerja=TK), modal (seperti alat mesin=M), sumberdaya alam (tanah=T), dan skill (teknologi=T). Faktor produksi disedehanakan menjadi dua bagian yaitu modal dan tenaga kerja karena keduanya berbeda dan dapat segera dikontraskan (Sudarsono 1998).
Fungsi produksi (Production Function) adalah fungsi matematis konseptual yang mencatat hubungan antara masukan perusahaan dan keluarannya. Jika keluaran adalah fungsi dari modal dan tenaga kerja saja (Nicholson 1999). Maka secara umum fungsinya yaitu:
q= f(K,L) Keterangan:
Q = Keluaran(hasil) atau output (hasil produksi) K = Capital atau modal (faktor produksi)
L = Labor atau tenaga kerja (faktor Produksi)
Persamaan tersebut memperlihatkan jumlah output maksimum yang bisa dihasilkan dengan menggunakan berbagai altenatif kombinasi dari modal (K) dan tenaga kerja (L). Kombinasi faktor produksi tenaga kerja dan modal dapat menghasilkan satu satuan produk secara teknik efisien. Fungsi produksi dapat bersifat sebanding dan tidak sebanding. Fungsi produksi bersifat sebanding (fixed proportion) artinya produsen dapat menghasilkan produksi 10 kali lipat satuan produksi asalkan kuantitas tenaga kerja dan modal juga dikalikan dengan kelipatan yang sama, sehingga perbandingan antara kuantitas tenaga kerja dan modal juga tetap (Sudarsono 1998). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003 dalam Nuryani, 2010):
zY = zq = f(zK , zL)
masalah faktor mana yang tetap dan mana variabel karena keduanya akan mengahasilkan pola hubungan yang sama.
Pada waktu faktor variabel nol, kuantitas produksi juga nol. Makin banyak kuantitas faktor variabel yang digunakan, makin besar besar kuantitas produksi. Penambahan kuantitas produksi berjalan terus sampai suatu ketika penambahan kuantitas faktor variabel ini sudah terlalu banyak sehingga bila dikombinasikan dengan faktor lain yang tetap justru akan menurunkan kuantitas produksi.
Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3 dimana antara 0 sampai Mc lereng kurva
positif dan terus naik. Pada kurva Md lereng kurva sama dengan nol. Penggunaan
faktor variabel lebih besar dari Md menghasilkan lereng yang negatif. Titik C dan D
disebut titik inflection point yaitu titik dimana lereng kurvanya berubah arah (Sudarsono 1998).
TKa TKb
D C
ΔM Fase ekonomis
0 Mc Md
Gambar 3 Fungsi Produksi dimana TK tetap, M variabel
Teori produksi meperlihatkan hubungan antara output dengan input faktor-faktor produksi. Dalam penelitian ini, output mengindikasikann perkembangan usaha (keuntungan) maka peningkatan output diharapkan meningkatkan keuntungan dengan asumsi harga konstan. Secara teori, keadaan usaha mikro serupa dengan kondisi pada saat modal variabel tetapi tenaga kerja tetap yang ditunjukkan pada Gambar 3. Hubungan gambar tersebut dengan penelitian ini adalah pada waktu pengusaha mikro tidak memperoleh modal, maka kuantitas produksi yang diperoleh juga nol sehingga tidak ada keuntungan yang diterima. Artinya semakin besar modal usaha yang digunakan, maka semakin besar produksi yang dihasilkan dan berpengaruh terhadap semakin besar keuntungan usaha yang diterima.
Hal ini menunjukkan apabila pelaku UMK memperbesar modal usaha dengan menggunakan bantuan modal luar seperti pinjaman dana melalui lembaga formal maupun dana semi/non formal maka pengusaha akan dapat menambahkan komoditi yang diproduksinya sehingga keuntungan yang akan diterima bisa lebih besar. Dengan demikian, dari teori produksi tersebut ada kolerasi positif secara
tidak langsung antara penambahan modal melalui kredit dengan peningkatan kuantitas produksi.
Penelitian Terdahulu
Maulida (2012) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan peluang penggunaan dana eksternal usaha mikro kecil dan menengah di Kota Semarang. Penelitian tersebut menggunakan metode Analisis Regresi Logistik (Logistic Regression) dan Analisis Regresi Linier Berganda. Variabel dependennya struktur modal dan variabel independennya adalah ROE (Return On Equity), jumlah tenaga kerja, belanja modal (capital expenditure), Aset berwujud (tangibility asset), pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan (firm size), umur perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk analisis regresi logistik selama periode penelitian secara parsial untuk ROE (return on equity), jumlah tenaga kerja, pertumbuhan penjualan (growth sales), ukuran perusahaan (size), dan umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap peluang penggunaan dana external UMKM di Kota Semarang, sedangkan belanja modal (capital expenditure), struktur aktiva (tangibility asset) berpengaruh positif signifikan terhadap peluang penggunaan dana external UMKM di Kota Semarang yaitu sebesar 0,489 atau 48,9%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian untuk analisis regresi berganda hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tenaga kerja, pertumbuhan penjualan (growth sales), ukuran perusahaan (size) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal UMKM di Kota Semarang, sedangkan ROE (return on equity, belanja modal (capital expenditure), struktur aktiva (tangibility asset), dan umur perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal UMKM di Kota Semarang
Peneliatian oleh Boa et al (2010) mengenai dampak sumber modal terhadap produksi dan keuntungan usaha tambak udang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuan penelitiannya yaitu mengidentifikasi kondisi permodalan dan sumber modal usaha tambak udang di Muara Badak, mengevaluasi dampak sumber modal terhadap produksi dan keuntungan tambak udang di Muara Badak, dan menganalisis persepsi petambak terhadap mekanisme penyaluran dana berbagai sumber modal usaha tambak udang di Muara Badak.
Metode analisis digunakan adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis keuntungan untuk tujuan penelitian kedua dengan metode ordinary least squares (OLS) dan dibahas berdasarkan kriteria ekonometrika, Analysis Imfortance- Performance (IPA) untuk tujuan penelitian ketiga, dimaksudkan untuk menggambarkan persepsi petambak terhadap mekanisme penyaluran pinjaman dana berbagai sumber modal.
modal sendiri/KSM I (m1), variabel dummy untuk kelompok sumber modal ponggawa/KSM II (m2), variabel dummy untuk kombinasi kelompok sumber modal bank dan modal sendiri/ KSM III (m3). Hasil penelitian menunjukkan sumber modal pinjaman ponggawa lebih banyak digunakan petambak jika dibandingkan dengan sumber modal lainnya. Pinjaman ponggawa, kredit bank, dan modal bergulir digunakan petambak untuk modal kerja pembiayaan penggunaan input, sedangkan modal investasi dipenuhi petambak secara pribadi dan bertahap (3-6 tahun).
Penelitian oleh Pratiwi dan Sudirman (2014) dengan mengenai variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja UMKM di Bali periode 2002.I-2003. Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh non performing loan (NPL), PDRB, ketidakpastian makroekonomi, dan krisis global, terhadap penyaluran kredit modal kerja (KMK) UMKM oleh bank umum di Bali periode 2002.I-2013.I dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa NPL, PDRB, ketidakpastian makroekonomi, dan krisis global secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali. Hasil uji parsial diperoleh bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali, sedangkan ketidakpastian makroekonomi dan krisis global tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali periode 2002.I-2013.I.
Penelitian oleh Widodo dan Murdayanti (2011) mengenai struktur modal pengusaha kecil berdasarkan jenis usaha dan hubungannya dengan tingkat keuntungan pengusaha kecil di Jakarta Selatan. Tujuan pertama dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh rasio hutang dengan aset, rasio penjualan dengan aset dan lama berhutang dan lama usaha yang diakses UKM dan yang kedua yaitu mengetahui pengaruh jenis industri UKM dan lembaga keuangan yang diakses oleh UKM, rasio hutang dengan aset, penjualan dengan asser, lama berhutang dan lama usaha terhadap profit margin usaha. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan General Linear Square. Model pertama variabel dependen yang digunakan adalah profit dan variabel independennya sales to total asset, lama usaha dan waktu mulai berhutang. Model kedua dengan variabel dependennya yaitu profit dan variabel independennya yaitu sales to total asset, lama usaha dan waktu mulai berhutang, jenis usaha, jenis sales to total asset, lembaga keuangan dan debt to total asset ratio. Hasil dari model pertama yaitu ternyata hanya debt to total asset ratio yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profit. Hasil penelitian dari model yang kedua menunjukan bahwa jenis usaha dan lembaga keuangan yang diakses UMK tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat profit.
perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah aset, keuntungan, jenis kelamin, dan pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap probabilitas UMKM mengambil kredit dari perbankan, sedangkan untuk variabel persepsi tingkat bunga berpengaruh negatif signifikan, dan untuk variabel lama usaha serta usia tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian oleh Septiana (2013) dengan judul Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah terhadap Perkembangan UMKM di Kabupaten Bogor. Studi ini menganalisis akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dan dampaknya terhadap perkembangan usaha. Akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dilakukan dengan metode regresi logistik dengan variabel independennya umur responden, dummy jenis kelamin,lama pendidikan, jumlah anggota keluarga (orang), 2 dummy jenis usaha ,lama usaha (tahun), dummy akses pinjaman pada bank konvensional dan OLS digunakan untuk menganalisisdampak kredit dari BMT pada perkembangan usaha dengan variabel dependen yaitu keuntungan dan variabel independen yaitu umur (tahun), lama pendidikan (tahun), dummy jenis usaha, frekuensi pembiayaan mikro syariah BMT, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT (Rp), lama usaha (tahun), perubahan omset usaha (Rp), total aset (Rp). Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT adalah dummy akses pinjaman perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis usaha 1 (perdagangan). Banyaknya jumlah pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif terhadap perkembangan keuntungan usaha UMKM. Keuntungan usaha meningkat sebesar 28 persen per tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keuntungan usaha adalah lama pendidikan, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset dan total aset.
Elsha Surya Respita (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Dampak Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Perkembangan UMKM dan Penyebab Kendala UMKM Dalam Mengakses KUR (Studi Kasus BRI Unit-Margonda Depok). Penelitian tersebut bertujuan menganalisis dampak KUR terhadap perkembangan UMKM dan menganalisis penyebab kendala UMKM dalam mengakses KUR. Model persamaan simultan digunakan untuk menganalisis Dampak Penyaluran Kredit Terhadap Perkembangan UMKM dengan menggunakan 60 responden. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit berdampak positif terhadap perkembangan UMKM, khususnya signifikan terhadap peningkatan omset usaha, namun tidak berdampak signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Selain itu, model logit digunakan untuk menganalisis penyebab kendala UMKM dalam mengakses KUR. Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjangkau atau tidaknya UMKM dalam mengakses KUR adalah tahun usaha berdiri, omset usaha, keuntungan usaha, jarak tempat usaha ke BRI. Sedangkan agunan tidak berdampak signifikan karena KUR merupakan kredit tanpa agunan. Selain itu, kendala UMKM lainnya karena adanya informasi tidak sempurna yang dibuktikan dari 60 responden yang tidak akses KUR ternyata 71,67 persen tidak mengetahui tentang adanya program KUR.
jenis usaha, pendapatan, aset, omset dan dummy kriteria usaha. Variabel independen yang digunakan pada model OLS yaitu usia, jumlah anggota keluarga, dummy jenis usaha, pendapatan, omset dan modal awal
Kerangka Pemikiran
Pembangunan sektor perekonomian di Indonesia melalui pengembangan UMK merupakan hal utama yang perlu diprioritaskan agar membuat UMK menjadi sektor yang unggul dan menjadi tumpuan bagi pembangunan. Kondisi UMK di Indonesia mulai menunjukan adanya pertumbuhan baik dari segi jumlah unit usaha, menyerap tenaga kerja dan kontribusinya terhadap PDB. Keterpurukan perekonomian Indonesia pada masa krisis lalu menunjukan sektor UMK mempunyai ketahanan yang tinggi. Berdasarkan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang begitu besar membuktikan bahwa UMK adalah sektor yang potensial apabila dikembangkan. Namun UMK tidak luput dari berbagai permasalahan, salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha usaha mikro adalah masalah permodalan. Masalah tersebut dapat berpengaruh akibat adanya kebutuhan konsumtif sehingga modal yang digunakan untuk melakukan usaha terbatas.
Permasalahan modal ini menjadi perhatian bagi pemerintah untuk melakukan bantuan pembiayaan, salah satunya dengan memberikan kemudahan akses pinjaman atau kredit bagi para UMK. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan UKM. Upaya tersebut salah satunya yaitu dari aspek finansial yang dilakukan pemerintah dengan bantuan permodalan dalam bentuk kredit. Pengembangan UKM dari sisi kredit diharapkan dapat memacu pertumbuhan dengan adanya pertambahan skala usaha sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan dapat membantu pengusaha kecil mengembangkan usahanya.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bogor Barat dan Bogor Timur yang merupakan salah satu wilayah pusat kegiatan ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan di sektor industri pengolahan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juli sampai dengan tanggal 17 Agustus 2013.
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, jenis data utama yang digunakan adalah data primer dan data sekuder sebagai pendukung. Data primer mencakup karakteristik responden karakeristik usaha, karakteristik permodalan dan kendala-kendala yang dihadapi UMK. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data primer dalam penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi perkembangan UMK di Indonesia dan perkembangan UMK di Kabupaten bogor.
Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden UMK emnggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik Bogor dan beberapa studi pustaka dan beberapa penelitian terdahulu.
Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey melalui wawancara kepada UMK sehingga ditentukan sampel UMK untuk menjadi responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak) dengan pengambilan datanya dilakukan dengan purposive sampling, yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok yang diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda, 2009). Berdasarkan data sekunder usaha mikro lebih banyak dibandingkan usaha kecil. Dari 100 sampel yang diambil, untuk kategori usaha mikro diambil sebanyak 78 responden dan untuk kategori usaha kecil diambil 22 responden. Dari sisi sektor, sampel hanya diambil sektor perdagangan dan sektor pengolahan karena dalam penelitian ini lebih di fokuskan kepada non-pertanian. Responden dari sektor pengolahan di ambil lebih banyak secara sengaja karena berdasarkan data sekunder UMK sektor pengolahan lebih banyak dari sektor perdagangan.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 responden yang terdiri dari 30 responden yang menggunakan modal luar dalam menjalankan usahanya dan 70 responden yang tidak menggunakan modal luar yaitu menggunakan modal sendiri yang berasal dari tabungan pribadi.
Tabel 3 Jumlah Responden Pelaku UMK
Jenis usaha Kriteria Usaha
Usaha Kecil Usaha Mikro Total
Pengolahan 14 45 80
Perdagangan 8 33 20
Total 22 78 100
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yang dilakukan menggunakan dua bentuk pendekatan yaitu pendekatan dengan analisis kuantitatif dan pendekatan dengan analisis kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menampilkan data yang diperoleh dalam bentuk tabel. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data maupun fakta-fakta yang terjadi di lapangan dari hasil wawancara dengan pelaku UMK.
Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik dengan jumlah 100 responden untuk menjawab tujuan penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar. Untuk menganalisis dampak penggunaan modal luar terhadap perkembangan UMK yang dilihat berdasarkan indikator keuntungan dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan jumlah 30 responden.
Metode Regresi Logistik
Model regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda, 2009).
Pi = F(Zi) = F(α + βXi) = 1
1+e –(α+βXi) Keterangan:
Pi = Peluang pelaku UMK untuk mengakses pembiayaan modal luar P1 = Pelaku UMK menggunakan modal luar
P0 = Pelaku UMK tidak menggunakan modal luar
α = Intersep
βi = Parameter peubah Xi X1 = Usia Responden (Tahun)
X2 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)
D1 = Dummy Jenis Usaha (1= Pengolahan dan 0 = Perdagangan) X3 = Pendapatan Total (Juta/Tahun)
X4 = Aset (Juta/Tahun) X5 = Omset (Juta/Tahun)
Pi adalah odds ratio yaitu rasio peluang terjadinya pilihan 1 (menggunakan modal luar) terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (tidak menggunakan modal luar). Semakin besar nilai odds, maka semakin besar peluang untuk mengakses pembiayaan modal luar. Nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang untuk menentukan pilihan 1 (menggunakan pembiayaan modal luar). Metode Ordinary Least Square (OLS)
Metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) digunakan dalam menganalisis dampak keterkaitan modal luar terhadap perkembangan UMK. Metode regresi linier berganda, yaitu suatu teknik membahas hubungan antar variable terikat dan variable bebas. Regresi linier berganda merupakan regresi dimana variable bebas yaitu variable KU dalam hal ini adalah keuntungan usaha responden yang dihubungkan dengan lebih dari satu variable terikat. Persamaan dibawah merupakan model OLS yang digunakan untuk menganalisis dampak keterkaitan sumber modal terhadap perkembangan UMK yaitu:
lnKU = bo + b1 ln X1+ b2 ln X2 + b3 ln D1+ + b4 ln X3 +b5 ln X4 + b6 lnX5 + U2
Keterangan:
KU = Keuntungan (Juta/Tahun) X1 = Usia Responden (Tahun)
X2 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)
D1 = Jenis Usaha (1 = Pengolahan dan 0 = Perdagangan) X3 = Pendapatan (Juta/tahun)
X4 = Omset (Juta/tahun) X5 = Modal Luar (Juta) bo = Intersep
bi = Koefisisen regresi (i=1,2,3,4,…) u2 = Error
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) dapat mengukur ukuran kesesuaian (goodness of fit) secara keseluruhan dari suatu model, yang menunjukkan seberapa cocok garis regresi yang ditaksir terhadap nilai Y sebenarnya. Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka semakin tinggi variabel bebsa dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya. Nilai R2 berkisar dari nol sampai satu (0 ≤ R2≤1). Semakin mendekati nilai satu maka model akan semakin baik. (Suliyanto 2011)
Uji F-statistik
Uji ini digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama– sama. Jika model yang digunakan signifikan maka model tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman variabel terikat Hipotesis pengujian ini yaitu:
H1 = minimal ada satu βj yang ≠ 0 (ada pengaruh)
Dikatakan tolak H0 jika Fhit > Fα (k,n-k-1) yang artinya paling tidak terdapat satu variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh terhadap variabel tak bebas secara statistik. Dikatakan terima H0 jika Fhit < Fα (k,n-k-1) yang artinya tidak ada sama sekali variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Uji t-statistik
Uji-t digunakan untuk melihat faktor–faktor yang dapat menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian ini yaitu:
H0 = βi = 0
H1 = βi≠ 0
Jika nilai t-statistik > t α/2 (n – k -1) maka dikatakan tolak H0 yang artinya dengan tingkat keyakinan 1-α dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ke-i secara parsial mempengaruhi variabel terikat.
Uji Pelanggaran Asumsi
Uji Multikoliniearitas
Multikolinearitas adalah tidak adanya hubungan linier sempurna antara peubah bebas. Multikolinearitas muncul jika ada dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) babas berkolerasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya. Multikoliniearitas terdiri atas dua jenis. Pertama, multikolinearitas tidak sempurna terjadi jika korelasi antar variabel Xi tidak sempurna (|r|<1) yang
mengakibatkan intrepretasi dari koefisien dugaan regresi (βi) menjadi sulit, nilai
varian dari koefisien regresi menjadi lebih besar, dan koefisien dugaan regresi menjadi lebih sensitif jika terjadi perubahan nilai Xi. Kedua, multikolinearitas
sempurna terjadi jika korelasi antar variabel Xi sempurna (|r|=±1) sehingga
mengakibatkan koefisien regresi tidak dapat diduga.
Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari regresi linear adalah ragam sisaan sama atau homogeny. Jika ragam sisaan tidak sama atau (var(��)=E(��2)=��2) untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Masalah ini sering terjadi dalam data cross-section. Salah satu cara mengidentifikasi heteroskedastisitas adalah dengan Uji White. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan. Namun alternatif tersebut sangat tergantung kepada ketersediaan informasi tentang varian dan residual.
Uji Normalitas
(bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tak hingga. Salah satu cara
untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan histogram dan melihat nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test serta nilai probabilitasnya. Kriteria untuk melihat normalitas, yaitu jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari p-value 5% maka data berdistribusi normal.
Definisi Operasional
Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Usia responden adalah merupakan perhitungan usia responden yang dimulai dari saat kelahiran dan dihitung menggunakan tahun.
2. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala rumah tangga.
3. Sektor perdagangan adalah sektor usaha yang menjalankan usahanya dalam bidang perdagangan seperti rumah makan, penjualan aksesoris, penjualan buah dan lain-lain.
4. Sektor pengolahan adalah sektor usaha yang menjalankan usahanya dalam bidang industri pengolahan seperti industri pengolahan kulit, pengolahan makanan dan lain-lain.
5. Pendapatan total adalah jumlah uang (dalam rupiah) yang didapatkan rumah tangga selama satu tahun yang dinyatakan dalam juta.
6. Modal luar adalah jumlah keseluruhan besar penerimaan pinjaman kredit UMK yang diperoleh dari lembaga keuangan maupun lembaga non-keuangan.
7. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah).
8. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
9. Omset usaha merupakan hasil keseluruhan penjualan usaha dari komoditi yang diusahakan sebelum dikurangi dengan beban biaya lain dan dinyatakan dalam rupiah per tahun.
10. Total aset adalah seluruh aset atau kekayaan yang dimiliki oleh pengusaha yang dimana aset tersebut memiliki kaitan terhadap usaha dan dinyatakan dalam juta rupiah.
11. Keuntungan usaha adalah besarnya laba yang diperoleh dari total penjualan usaha bersih yang dinyatakan dalam rupiah per tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Struktur Usaha dan Permodalan UMK
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dilihat berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Jumlah usaha mikro dalam penelitian ini terdapat 78 responden dan usaha kecil terdapat 22 responden. Berdasarkan BPS (2012) di dalam analisis demografi, struktur umur penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok umur muda yang berada dibawah 15 tahun, kelompok umur produktif, usia 15 – 50 tahun dan kelompok umur tua diusia 65 tahun ke atas.
Tabel 4 Klasifikasi Usia UMK
Kategori Usaha Kategori Usia Total
<15 tahun 15-50 tahun >51 tahun
Usaha Kecil 0 22 0 22
(0) (100) (0) (100)
Usaha Mikro 0 66 12 78
(0) (85) (15) (100)
Keterangan: () persentase
Pada Tabel 4 menggambarkan bahwa usia produktif usaha kecil sebesar 100% dari jumlah keseluruhan usaha kecil atau sebanyak 22 responden, sedangkan usia produktif pada usaha mikro sebesar 85% atau sebanyak 66 responden. Pada kategori usia diatas 51 tahun untuk kategori usaha mikro sebesar 15% responden dari jumlah keseluruhan. Pada kategori usaha kecil tidak terdapat responden untuk usia diatas 51 tahun. Dapat dilihat bahwa kategori usia yang lebih mendominasi usaha kecil maupun usaha mikro adalah kategori usia produktif yaitu usia dari 15 tahun hingga 50 tahun.
Tabel 5 Klasifikasi Tingkat Pendidikan UMK
Kategori Usaha Kategori Tingkat Pendidikan Total <6 tahun 7-9 tahun 10-12 tahun > 13 tahun
Usaha Kecil 0 0 22 0 22
(0) (0) (100) (0) (100)
Usaha Mikro 10 4 59 5 78
(13) (5) (76) (6) (100)
Keterangan: () persentase
Tabel 6 menggambarkan bahwa jumlah anggota keluarga usaha kecil yang dibawah 4 orang sebesar 68% atau sebanyak 15 orang dan usaha mikro sebesar 58% atau sebanyak 45 orang. Berdasarkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) satu keluarga sebaiknya memiliki dua anak dan jumlah anggota keluarga yang baik adalah 4 orang. Pada usaha kecil dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang sebesar 14% sedangkan usaha mikro sebesar 22%.
Tabel 6 Kalsifikasi Jumlah Anggota Keluarga UMK
Kategori Usaha Kategori Jumlah Anggota Keluarga Total <4 orang 4 orang >4 orang
Usaha Kecil 15 3 4 22
(68) (14) (18) (100)
Usaha Mikro 45 17 16 78
(58) (22) (20) (100)
Keterangan: () persentase
Struktur Usaha Responden
Jenis Usaha Responden
Karakteristik usaha responden dilihat berdasarkan jenis usaha, struktur permodalan, kinerja usaha dan kendala permodalan. Jenis usaha yang dijalani oleh responden kategori usaha mikro dan kecil meliputi perdagangan dan industri pengolahan. Jumlah masing-masing jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Jenis usaha responden
Jenis Usaha Perdagangan Pengolahan Total
Usaha Kecil 8 14 22
(36) (64) (100)
Usaha Mikro 33 45 78
(42) (58) (100)
Pada Tabel 7 menggambarkan bahwa pada responden dengan kategori usaha mikro sebesar 42% atau sebesar 33 responden usahanya bergerak di sektor perdagangan sedangkan 58% atau sebesar 45 responden bergerak di sektor pengolahan. Pada kategori usaha kecil sebesar 36% usahanya bergerak disektor perdagangan dan sebesar 64% usahanya bergerak disektor industri pengolahan. Sektor yang mendominasi pada responden UMK yaitu sektor pengolahan. Hal ini sesuai dengan fakta UMK Kabupaten Bogor yang mendominasi industri pengolahan dalam menjalankan usahanya.
Karakteristik Usaha
Karakteristik usaha dilihat berdasarkan aset, omset, modal awal. Pada Tabel 8 rata-rata aset pada responden usaha kecil sebesar 251.25 juta rupiah jauh lebih besar dibandingkan rata-rata pendapatan usaha mikro yaitu sebesar 105.5 juta rupiah. Nilai rata-rata omset dan modal awal usaha kecil pun jauh lebih besar dibandingkan usaha mikro yaitu 512.57 dan 51.73 sedangkan usaha mikro 105.27 dan 29.58 juta rupiah.
Tabel 8 Statistik deskriptif usaha responden Kriteria Usaha Variabel (juta) Nilai
Minimum
Nilai Maksimum
Rata-rata
Usaha Kecil
Aset 36 872 251.25
Omset 304 2352 512.57
Modal Awal 3 200 51.73
Usaha Mikro
Aset 3.6 1080 105.55
Omset 10.08 275.6 105.27
Modal Awal 0.02 300 29.58
Kinerja Usaha
Tabel 9 Kelayakan usaha responden
Kategori Usaha Kelayakan Usaha Total
R/C<1 R/C>1
Usaha Kecil 1 21 22
(5) (95) (100)
Usaha Mikro 11 67 78
(14) (86) (100)
Keterangan () persentase
Tabel 9 menunjukan bahwa usaha yang sudah layak dan efisien sebesar 86% atau sebanyak 67 pelaku usaha dari responden dengan kriteria usaha mikro dan sebesar 14% atau sebanyak 11 pelaku usaha yang usahanya tidak layak. Pada usaha kecil sebesar 95% atau sebanyak 21 pelaku usaha yang sudah layak dan efisien dalam menjalankan usahanya dari jumlah 22 responden dan hanya satu pelaku usaha yang tidak layak.
Struktur Permodalan
Pada Tabel 10 menggambarkan bahwa sebesar 23% atau sebanyak 5 responden dengan kategori usaha kecil menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya dan sebesar 77% atau sebanyak 17 responden yang menggunakan modal luar. Pada responden dengan kategori usaha mikro sebesar 83% atau sebanyak 65 responden menggunakan modal sendiri dan hanya 17% atau sebanyak 13 responden menggunakan modal luar. Hal ini dikarenakan untuk memulai suatu usaha diperlukan dana yang cukup besar, tak sedikit pelaku usaha tidak dapat meminjam dana ke lembaga formal maupun semi formal terkait beberapa kendala dalam memenuhi persyaratan pinjaman, sehingga untuk kategori usaha mikro yang diantaranya berpendapatan rendah lebih memilih menggunakan modal sendiri untuk mengembangkan usahanya.
Tabel 10 Sumber modal responden
Sumber Modal Modal Luar Modal Sendiri Total
Usaha Kecil 17 5 22
(77) (23) (100)
Usaha Mikro 13 65 78
(17) (83) (100)
UMK 30 70 100
Keterangan: () persentase Kendala Permodalan
prosedur peminjaman yang tidak memungkinkan untuk dapat meminjam di bank. Sebesar 12% tidak memiliki informasi pinjaman modal karena usaha yang dijalankan jauh dari pusat kota dan pelaku UMK tidak berusaha mencari informasi. Sebanyak 2% responden tidak ingin dan tidak perlu untuk menggunakan dana pinjaman dari luar karena beberapa diantara pelaku UMK memiliki dana yang cukup besar untuk memulai usaha dan tidak ingin menggunakan modal luar untuk mengurangi resiko peminjaman kredit. Alasan penggunaan permodalan modal sendiri ditunjukan pada Gambar 5.
Gambar 5 Alasan tidak menggunakan modal luar
Alasan penggunaan pinjaman dana modal luar sebesar 37% tidak ada suku bunga dan sebesar 37% tidak dikejar oleh deadline pembayaran dikarenakan pinjaman yang dilakukan ke kerabat maupun keluarga dan sebesar 13% suku bunga yang rendah untuk responden yang meminjam ke lembaga formal bank dan 13% akses pinjaman yang mudah. Alasan penggunaan permodalan modal luar ditunjukan pada Gambar 6.
Gambar 6 Alasan penggunaan modal luar
35%
12% 29%
2%
22%
Alasan tidak menggunakan modal luar
Modal terbatas
Tidak memiliki informasi pinjaman modal
Sulit mengakses pinjaman ke Bank
Bunga pinjaman tinggi Tidak Perlu/Tidak Ingin
13%
13%
37% 37%
Alasan menggunakan modal luar
Akses Pinjaman Mudah
Suku Bunga Rendah
Tidak ada Suku Bunga (Pinjaman Kerabat)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Modal Luar oleh Pelaku UMK
Hasil Uji Model
Dalam menjalankan usaha, pelaku UMK membutuhkan dana yang cukup besar dalam upaya meningkatkan pendapatan dan memperoleh return yang positif. Maka pemilik dan pelaku UMK tersebut menggunakan modal luar sebagai pembiayaan modal awal dalam usahanya. Modal luar meliputi dana yang berasal dari lembaga formal seperti bank maupun akses non formal seperti dana yang berasal dari kerabat maupun bank keliling. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar dilakukan dengan model logit dengan menggunakan aplikasi SPSS 6. Tabel 11 menyajikan hasil pendugaan parameter dari model logit tersebut.
Tabel 11 Hasil pendugaan parameter logit
Observasi Prediksi Percentage Correct
Tidak Menggunakan Modal Luar 70 91.4
Menggunakan Modal Luar 30 73.3
Overall Percentage 86.0
Hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa model dapat mengklasifikasikan responden yang tidak mengakses pembiayaan menggunakan modal luar sebesar 91.4% dan sebesar 73.3% yang mengakses pembiayaan menggunakan modal luar. Secara keseluruhan model mampu mengklasifikasikan responden dengan menggunakan maupun tidak menggunakan pembiayaan modal luar sebesar 86%. Hasil uji Chi-Square Hosmer dan Lemeshow Test menunjukkan nilai Chi- Square sebesar 8.224 dengan p-value 0.412 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model logit secara keseluruhan dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi akses UMK terhadap pembiayaan modal luar.
Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Modal Luar oleh Pelaku UMK
Hasil pendugaan model logit untuk faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar menunjukkan terdapat empat variabel yang signifikan dalam taraf 10% yaitu usia responden, pendapatan, aset dan omset.
peduli dalam memperoleh kekayaan dan lebih peduli dengan kemandirian finansial. Sedangkan pengusaha muda lebih berani berspekulasi dalam mengambil pinjaman perbankan walaupun harus dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi. Dengan demikian, semakin bertambahnya usia pelaku UMK akan menurukan tingkat kebutuhan terhadap perbankan.
Variabel aset mempunyai nilai odds ratio sebesar 0.996 dengan nilai parameter negatif yaitu -0.004 yang artinya semakin rendah aset pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayaan menggunakan modal luar sebesar 0.996 kali lebih besar dibandingkan dengan pelaku UMK dengan aset yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar pelaku UMK dengan aset yang rendah cenderung memilih menggunakan modal luar yang berasal dari kerabat yang tidak memiliki persyaratan memiliki aset untuk melakukan pinjaman.
Tabel 12 Faktor-faktor yang memengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar
Variabel Metode Logit
Koefisien P-Value Odds Ratio
Konstanta 1.317 0.379 3.733
Usia Responden -0.111 0.015* 0.895
Jumlah Anggota Keluarga -0.212 0.397 0.809
Dummy Jenis Usaha 0.864 0.206 2.374
Aset -0.004 0.079* 0.996
Pendapatan 0.020 0.061* 1.020
Omset 0.011 0.000* 1.011
Dummy Kriteria Usaha -1.201 0.144 0.301
Keterangan: *sigifikan pada taraf nyata 10%
Variabel pendapatan mempunyai nilai odds ratio sebesar 1.020 dengan nilai parameter postif yaitu 0.020 yang artinya semakin tinggi pendapatan yang di miliki oleh pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayan menggunakan modal luar sebesar 1.020 kali dibandingkan pelaku UMK yang memiliki pendapatan yang rendah. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan seseorang maka akses terhadap penggunaan modal luar akan semakin mudah terkait dengan persyaratan pinjaman modal.