Hasil
Sebagian besar permukaan tubuh landak jawa ditutupi oleh duri-duri tajam yang berfungsi sebagai alat pertahanan diri. Duri pada bagian wajah sampai daerah thorax hanya berupa duri-duri halus yang menancap pada kulit, sementara pada daerah os costale terakhir sampai ke daerah panggul duri menancap sampai ke dalam otot kulit. Setelah kulit dikuakkan ke dorsal, dapat ditemukan m. cutaneus yang tebal menutupi bagian dorsal tubuh landak. Bagian kranial musculus cutaneus landak jawa terbagi menjadi dua lapis otot, yaitu lapis superficial dan lapis profundal. Lapis superficial otot ini memiliki arah serabut longitudinal pada bagian dorsal tubuh, dan bagian lateral tubuh otot ini mengarah ke kaudoventral (Gambar 2). Origo dari lapis superficial m. cutaneus menyatu dengan m.brachiochepalicus dan m. pectoralis transversus yang kemudian bertaut pada crista humeri, spina scapula, dan acromion. Musculus cutaneus lapis profundal memiliki arah serabut kaudodorsad. Origo dari lapis profundal m. cutaneus ini terbagi ke beberapa tempat yaitu pada tuberositas deltoidea, tuberculum majus, dan sepanjang os sternum. Pada pertengahan tubuh kedua lapis otot ini bergabung dan selanjutnya memiliki insersio pada processus spinosus os vertebrae lumbales sampai os vertebrae caudales (Tabel 1).
7
Tabel 1 Origo dan insersio m. cutaneus
Nama Otot Origo Insersio
1. M. cutaneous
a. lapis superficial
b. lapis profundal
Bersatu dengan m. brachiocephalicus
dan m. pectoralis transversus, bertaut pada crista humeri, spina scapula, dan
acromion
Tuberositas deltoidea, tuberculum majus, dan sepanjang os sternum
Processus spinosus os vertebrae lumbales
sampai os vertebrae
caudalis
Bersatu dengan lapis
superficial dari m.cutaneus
di pertengahan tubuh
Gambar 2 Otot kulit daerah bahu dan lengan atas setelah kulit dikuakkan 1. Platysma 2. m. brachiocephalicus 3. m. cutaneus. (Bar: 3 cm) Kelompok Otot Daerah Gelang Bahu
Otot-otot daerah gelang bahu terletak di profundal dari m. cutaneus.
Kelompok ini terdiri atas m. trapezius, m. rhomboideus, m. latissimus dorsi, m. serratus ventralis, dan m. pectoralis (m. pectoralis superficialis dan m. pectoralis profundus) (Tabel 2). Musculus brachiocephalicus memiliki insersio
yang menyatu pada origo m. cutaneus (Gambar 2). Musculus trapezius pada landak terbagi dalam dua bagian yaitu pars thoracis dan pars cervicis. Setelah m. trapezius dikuakkan ditemukan m. rhomboideus yang lebar dan relatif tebal. Pada bagian lateral thorax dapat ditemukan m. latissimus dorsi (Gambar 3A). Otot ini relatif berkembang pada landak jawa. Origo dari m. latissimus dorsi adalah fascia lumbodorsalis dan processus spinosus ossa vertebrae thoracicae VI-XIII. Musculus latissimus dorsi memiliki insersio pada crista humeri os humerus. Musculus serratus ventralis dapat ditemukan setelah m. latissimus dorsi dikuakkan. Musculus pectoralis pada landak jawa terbagi ke dalam m. pectoralis superficialis yang terdiri dari m. pectoralis descendens dan m. pectoralis transversus (Gambar
4). Musculus pectoralis profundus terdiri dari m. pectoralis ascendens dan m. subclavius. Origo dari m. subclavius adalah os sternum dan sisi lateral os clavicula, otot ini memiliki insersio pada permukaan m. supraspsinatus dan
8
Tabel 2 Origo dan insersio otot-otot gelang bahu landak jawa
Nama Otot Origo Insersio
1. M. trapezius a. Pars cervicis
b. Pars thoracis
Protuberantia occipitalis externa, processus spinosus ossa vertebrae cervicalis I-VII
Processus spinosus ossa vertebrae thoracicae I-XIII
2/3 distal spina scapula os scapula
1/3 proximal spina
scapula dan margo
dorsalis os scapula
2. M. rhomboideus Protuberantia occipitalis
externa, processus spinosus ossa vertebrae cervicalis I-VII, dan alae atlantis os atlas
1/3 proximal spina
scapula dan margo
dorsalis os scapula
3. M. brachiocephalicus Alae atlantis os atlas Menyatu dengan
m. cutaneus dan bertaut
pada crista humeri,
tuberositas deltoidea, dan
fascia antebrachii
4. M. latissimus dorsi Fascia lumbodorsalis dan
processus spinosus ossa vertebrae thoracicae VI-XIII
Crista humeri os humerus
5. M. serratus ventralis thoracis
Ossa costale IV-VIII Margo dorsalis
os scapula 6. M. pectoralis superficialis a. M. pectoralis descendens b. M. pectoralis transversus Cartilago manubrii os sternum Os sternum Tuberositas deltoidea Bersatu dengan m. cutaneus dan m. brachiocephalicus,
bertaut pada tuberositas
deltoideus dan crista humeri
7. M. pectoralis profundus a. M. subclavius
b. M. pectoralis ascendens
Os sternum dan sisi lateral
os clavicula
Bersatu dengan m. cutaneus
profundal dan bertaut pada
linea alba
Fascia m. supraspinatus
dan sepanjang crista
scapula
Tuberculum minus os humerus
9
Gambar 3 Otot-otot bahu dan lengan atas; A. Otot-otot bahu setelah m. cutaneus dikuakkan
B. Otot-otot bahu setelah m. trapezius dan m. latissimus dorsi dikuakkan
1. m. trapezius (a. pars cervicis, b. pars thoracis), 2. m. deltoideus, 3. m. latissimus dorsi, 4. m. cutaneus pars superficial, 5. m. brachiceophalicus,
6. m. tricep brachii caput longum, 7. Platysma, 8. m. rhomboideus, 9. m. supraspinatus, 10. m. subclavius, 11. m. infraspinatus, 12. m. teres major,
13. m. serratus dorsalis, 14. m. serratus ventralis thoracis (Bar: 3 cm)
Gambar 4 Otot-otot daerah pectoral
1. m. subclavius, 2. m. deltoideus pars clavicularis, 3. m. brachiocephalicus, 4. m. pectoralis transversus, 5. m. bicep brachii, 6. m. pectoralis ascendens
10
Kelompok Otot Daerah Bahu
Kelompok otot daerah bahu memiliki origo di os scapula dan insersio di os humerus. Otot-otot tersebut terdiri atas m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. deltoideus, m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis (Tabel 3). Musculus supraspinatus, m. infraspinatus, dan m. deltoideus dapat dikelompokkan lagi ke dalam kelompok otot bahu lateral (Gambar 3B). Otot bahu medial terdiri dari m. subscapularis, m. teres major, dan m. coracobrachialis. Musculus
supraspinatus dan m. infraspinatus menutupi hampir seluruh permukaan os scapula. Kedua otot ini masing-masing memiliki origo pada fossa supraspinata
dan fossa infraspinata, sedangkan insersio kedua otot ini pada tuberculum majus os humerus. Pada landak jawa terdapat tiga bagian m. deltoideus yaitu pars scapularis, pars deltoideus, dan pars clavicularis. Musculus deltoideus pars clavicularis ditemukan pada landak jawa karena hewan ini memiliki os clavicula (Gambar 4). Otot ini bertaut dari 2/3 bagian proximal os clavicula sampai 1/3 bagian distal fascia caudalis os humerus. Musculus subscapularis merupakan salah satu otot yang mengisi sebagian besar fossa subscapularis. Otot ini memiliki origo pada fossa subscapularis os scapula dan insersio pada tuberculum minus os humerus. Musculus teres major adalah otot yang berada di kaudal os scapula. Musculus teres major berupa otot yang tebal dan panjang pada landak, sedangkan m. teres minor tidak ditemukan. Musculus coracobrachialis merupakan otot yang kecil dan panjang. Otot ini memiliki origo pada processus coracoideus os scapula. Sedangkan insersio dari m. coracobrachialis adalah di 1/3 bagian distal fascia caudalis os humerus.
Tabel 3 Origo dan insersio otot-otot daerah bahu landak jawa
Nama Otot Origo Insersio
Otot Bahu Lateral
1. M. supraspinatus Fossa supraspinata Tuberculum majus os humerus
2. M. infraspinatus Fossa infraspinata Tuberculum majus os humerus
3. M. deltoideus
a.pars scapularis
b.pars acromialis
c.pars clavicularis
Sepanjang spina scapula
os scapula
Acromion os scapula
2/3proximal os clavicula
Bersatu dengan m. deltoideus
pars acromialis Tuberositas deltoideus os humerus
Tuberositas deltoideus os humerus
Otot Bahu Lateral
1. M. subscapularis Fossa subscapularis
os scapula
Tuberculum minus os humerus
2. M. teres major Angulus caudalis
os scapula
Tuberositas teres major os humerus
3. M. coracobrachialis Processus coracoideus
os scapula
1/3 bagian distal fascia
11
Kelompok Otot Daerah Lengan Atas
Otot-otot daerah ini terdiri dari m. brachialis, m. bicep brachii, m. tricep brachii, dan m. tensor fasciae antebrachii. Otot lengan atas memiliki fungsi utama dalam menggerakkan fungsi siku. Musculus brachialis berbentuk silinder dan memiliki ukuran yang relatif pendek. Otot ini bertaut dari 1/3 proximal fascia caudalis os humerus sampai tuberositas radii os radius. Pada landak m. bicep brachii merupakan otot kecil yang terletak di daerah os humerus. Otot ini memiliki origo di tuberculum supraglenoidale danmemiliki insersio pada tuberositas radii os radius (Tabel 4). Musculus tricep brachii pada landak dibagi ke dalam tiga caput yaitu m. tricep brachii caput longum, m. tricep brachii caput lateral, dan m. tricep brachii caput medial (Gambar 5 dan Gambar 6). Ketiga caput otot ini relatif berkembang. Musculus tricep brachii caput longum merupakan otot yang tebal dan besar. Otot ini memiliki origo pada margo posterior os scapula dan insersio pada olecranon os ulna bagian kaudal. Musculus tricep brachii caput lateral juga merupakan otot yang besar dan tebal. Origo dari m. tricep brachii caput lateral berada pada 1/3 bagian distal spina scapula. Insersio dari otot ini adalah pada bagian lateral olecranon. Musculus tricep brachii caput medial memiliki origo pada 2/3 proximal margo posterior os humerus dan insersio pada bagian caudal olecranon. Musculus tensor fasciae antebrachii pada landak berbentuk otot tipis dan pendek (Gambar 6). Otot ini memiliki origo pada fascia dari m. latissimus dorsi dan insersio pada olecranon os ulna.
Tabel 4 Origo dan insersio otot-otot daerah lengan atas landak jawa
Nama Otot Origo Insersio
1. M. brachialis 1/3 proximal fascia
caudalis os humerus
Tuberositas radii os radius
2. M. bicep brachii Tuberculum
supraglenoidale
Tuberositas radii os radius
3. M. tricep brachii
a. caput longum b. caput laterale c. caput mediale
Margo posterior os scapula
1/3 bagian distal spina
scapula
2/3 proximal margo
posterior os humerus
Bagian caudal olecranon
Bagian lateral olecranon
Bagian caudal olecranon
4. M. tensor fasciae
antebrachii
Fascia dari m. latissimus
dorsi
12
Gambar 5 Otot daerah lengan atas bagian lateral
1. m. cutaneus (a. pars superficial, b. pars profundal), 2. m. tricep brachii (a. caput lateral, b. caput longum), 3. m. latissimus dorsi, 4. m. deltoideus,
5. m. teres major, 6. m. trapezius (a. pars cervicis, b. pars thoracis), 7. m. supraspinatus 8. m. serratus ventralis thoracis, 9. m. serratus dorsalis,
10. m. pectoralis ascendens, 11. m. pectoralis descendens (Bar: 3 cm)
Gambar 6 Otot-otot daerah lengan atas bagian medial
1. m. cutaneus (a. pars superficial, b. pars profundal), 2. m. pectoralis ascendens, 3. m. pectoralis descendens, 4. m. pectoralis transversus, 5. m. brachiocephalicus, 6. m. brachialis, 7. m. bicep brachii 8. m. tricep brachii caput medial, 9. m. tensor fasciae antebrachii, 10. m. teres major (Bar: 3 cm)
Pembahasan
Landak merupakan rodensia yang mempunyai sistem pertahanan diri yang unik. Hewan ini mempertahankan dirinya dengan menggunakan duri yang menutupi hampir seluruh permukaan tubuhnya. Duri pelindung berfungsi untuk menyembunyikan atau menutupi tubuhnya pada saat landak dalam keadaan
13 terancam (Parker 1990). Duri-duri ini dapat ditegakkan karena adanya struktur otot yang berada profundal permukaan kulit yaitu m. cutaneus. Musculus cutaneus pada landak jawa relatif berkembang, hal ini terlihat dari struktur origonya dan ketebalannya. Pada daerah kranial m. cutaneus terbagi kedalam dua lapisan yaitu lapis superficial dan lapis profundal, hal ini diduga untuk memperkuat kontraksi dan mengembangkan duri pada saat landak menegakkan duri-durinya. Lapis superficial m. cutaneus memiliki arah serabut otot longitudinal yang akan menarik duri ke arah kranial. Sementara m. cutaneus lapis profundal yang memiliki arah kaudodorsal akan menarik duri ke arah kranioventral. Hal ini menyebabkan duri-duri pada permukaan tubuh landak akan berdiri dan mengembang.
Musculus cutaneus pada landak jawa lebih berkembang dibandingkan dengan anjing dan memiliki kemiripan dengan trenggiling. Otot ini pada anjing hanya berupa lapisan otot tipis yang menutupi daerah dorsal, lateral, dan ventral dinding thorax (Evans dan Lahunta 2010). Sedangkan pada trenggiling, otot ini relatif tebal dan berkembang. Otot ini berfungsi untuk memfiksir sisik pada daerah perut, punggung, panggul dan paha. Sisik merupakan bentuk pertahanan diri terhadap predator atau ancaman lainnya yang dimiliki trenggiling. Ketika menggulungkan badannya, m. cutaneus pada trenggiling akan memfiksir sisik sehingga predator akan kesulitan untuk memangsanya (Astuti 2012).
Musculus brachiocephalicus pada pada landak jawa memiliki insersio yang menyatu dengan m. cutaneus dan selanjutnya bertaut pada crista humeri, tuberositas deltoidea, dan fascia antebrachii. Otot ini berfungsi sebagai protraktor kaki depan serta flexor leher dan kepala. Pada saat landak menegakkan durinya otot ini akan ikut berkontraksi bersama m. cutaneus sehingga landak akan cenderung menundukkan kepalanya dan meluruskan kaki depannya.
Landak jawa hidup di hutan dan dataran rendah, sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungannya landak memiliki kaki depan yang berukuran relatif pendek. Hewan ini merupakan hewan terestrial yang menghabiskan sebagian besar waktunya di atas tanah. Kaki depan landak jawa tidak dapat digunakan untuk memanjat pohon tetapi lebih berfungsi untuk menggali lubang. Landak membuat lubang dengan menggali tanah pada gua-gua, celah bebatuan, daerah berbukit, dan tanah lapang dengan kondisi tanah yang beragam (Michael et al. 2003). Saat menggali lubang kaki depan berfungsi untuk mengurai tanah dengan cepat, sedangkan kaki belakang berfungsi mengeluarkan tanah dari lubang (Feldhamer et al. 1999). Selain untuk membuat sarang, landak menggali lubang untuk mencari makanan seperti kecambah, umbi-umbian, akar pohon, dan makanan lainnya.
Kemampuan landak jawa dalam menggali lubang ditunjang oleh struktur ototnya yang berkembang dengan baik. Pada saat menggali, gerakan protraksi dan retraksi kaki depan akan sangat dominan. Musculus brachiocephalicus merupakan salah satu otot yang bekerja sebagai protraktor kaki depan. Sedangkan otot yang bekerja sebagai retraktor kaki depan adalah m. latissimus dorsi. Landak jawa memiliki m. latissimus dorsi yang menutupi hampir semua bagian lateral thorax. Otot ini memiliki origo pada fascia lumbodorsalis dan processus spinosus ossa vertebrae thoracicae VI-XIII dan insersio pada crista humeri dari os humerus. Musculus latissimus dorsi yang berkembang pada landak jawa memberikan kekuatan yang besar untuk melakukan gerakan retraksi kaki depan.
14
Gerakan protaksi dan retraksi kaki depan pada saat menggali akan menyebabkan gerakan yang berlebihan pada os scapula, sehingga os scapula akan mudah terkuak. Fiksasi yang kuat pada os scapula diperlukan untuk mencegah terjadinya penguakkan tulang ini. Otot yang berfungsi sebagai fiksator os scapula adalah m. trapezius dan m. rhomboideus (Evans dan Lahunta 2010). Musculus trapezius pada landak bertaut dari os occipitale sampai os vertebrae thoracalis XIII dan terbagi ke dalam dua bagian yaitu pars cervicalis dan pars thoracis. Otot ini memiliki daerah pertautan yang sangat luas, hal ini memungkinkan fiksasi yang kuat pada os scapula. Di bawah m. trapezius dapat ditemukan m. rhomboideus. Pada landak otot ini relatif lebar dan tebal. Musculus rhomboideus pada landak jawa memiliki origo yang terbelah ke dua tempat yaitu processus spinosus ossa vertebrae cervicalis I-VII dan alae atlantis dari os atlas. Sedangkan insersio otot ini berada pada spina scapula dan margo dorsalis dari os scapula. Pertautan yang kuat pada os scapula menyebabkan kekuatan fiksasi yang diberikan otot ini menjadi sangat kuat.
Musculus serratus ventralis pada landak jawa hanya terdiri dari satu bagian saja yaitu pars thoracis. Sedangkan pada anjing m. serratus ventralis berbentuk seperti kipas dan terbagi ke dalam dua otot m. serratus ventralis cervicis dan m. serratus ventralis thoracis (Evans dan Lahunta 2010). Pada landak otot ini diduga berfungsi untuk menarik basis os scapula ke arah kaudal. Menurut Astuti (2012), fungsi secara umum m. serratus ventralis pars cervicis yaitu untuk menarik basis os scapula ke arah leher dan mengangkat leher atau membengkok leher ke lateral, sedangkan m. serratus ventralis pars thoracis memiliki fungsi untuk menarik basis os scapula ke kaudal dan sebagai otot inspirasi dalam keadaan memaksa. Pergerakan os scapula pada landak sangat minim. Hal ini terlihat dari berkembangnya otot-otot fiksator os scapula dan otot penggerak os scapula seperti m. serratus ventralis yang tidak berkembang.
Landak jawa memiliki m. deltoideus yang terdiri dari tiga bagian yaitu pars scapularis, pars acromialis, dan pars clavicularis. Musculus deltoideus pars scapularis memiliki origo pada sepanjang spina scapula dan memiliki insersio yang menyatu dengan m. deltoideus pars acromialis. Sedangkan m. deltoideus pars acromialis sendiri memiliki origo pada acromion os scapula dan insersio pada tuberositas deltoideus os humerus. Hampir seluruh permukaan otot ini tertutupi oleh insersio dari m. deltoideus pars scapularis. Musculus deltoideus pars acromialis memiliki ukuran yang tebal dan pendek. Kedua otot tersebut berfungsi sebagai flexor persendian bahu. Musculus deltoideus pars clavicularis berupa otot pipih yang bertaut dari os clavicula ke tuberositas deltoideus os humerus. Musculus teres major pada landak jawa relatif berkembang. Otot ini berfungsi sebagai flexor persendian bahu. Hewan ini tidak memiliki m. teres minor. Musculus teres minor
dapat ditemukan pada anjing maupun trenggiling (Getty 1975). Sama seperti m. teres major otot ini juga berfungsi sebagai flexor bahu. Tidak ditemukannya
otot ini tidak akan mengurangi kekuatan flexor bahu karena otot-otot lain yang berfungsi sebagai flexor bahu pada landak relatif berkembang.
Landak jawa memiliki os clavicula yang berukuran relatif kecil. Tulang ini menghubungkan kaki depan dengan tubuh. Menurut Tortora dan Derrickson (2009), os clavicula pada primata berbentuk seperti huruf S dengan sisi anterior
berbentuk konveks dan bagian posterior yang berbentuk konkaf. Sedangkan os clavicula pada anjing hanya berbentuk lempengan oval kecil yang terletak di
15 depan bahu, sedangkan tendo clavicula terletak pada m. brachiocephalicus (Evans dan Lahunta 2010). Keberadaan os clavicula menyebabkan landak memiliki kemampuan berlari yang buruk. Salah satu otot yang memiliki origo pada tulang ini adalah m. deltoideus pars clavicularis. Otot ini berukuran relatif kecil dan memiliki insersio pada tuberositas deltoideus os humerus.
Musculus pectoralis pada landak jawa terbagi ke dalam dua kelompok otot yaitu m. pectoralis superficialis (m. pectoralis descendens dan m. pectoralis transversus) dan m. pectoralis profundus (m. subclavius dan m. pectoralis ascendens). Menurut Evans dan Lahunta (2010), m. pectoralis superficialis berfungsi sebagai adduktor kaki muka dan menopang berat badan bagian depan, sedangkan m. pectoralis profundus berfungsi sebagai adduktor kaki muka, flexor bahu, dan retraktor kaki depan. Musculus pectoralis pada landak jawa relatif berkembang. Perkembangan otot ini menunjang aktifitas landak dalam menggali lubang dan menopang berat badan bagian depan.
Kelompok otot daerah lengan atas pada landak jawa terdiri dari m. tricep brachii, m. brachialis, m. bicep brachii, dan m. tensor fasciae antebrachii. Otot-otot pada kelompok ini bertugas menggerakkan sendi bahu maupun siku. Musculus tricep brachii merupakan otot paling dominan pada daerah lengan atas landak jawa. Otot ini berupa kumpulan otot yang besar yang berfungsi sebagai ekstensor siku dan sebagai penopang berat badan bagian depan (Evans dan Lahunta 2010). Pada landak otot ini merupakan otot yang paling berkembang di daerah lengan atas. Otot ini terbagi ke dalam tiga otot yaitu m. tricep brachii caput longum, m. tricep brachii caput lateral dan m. tricep brachii caput medial. Ketiga otot ini memliki insersio pada olecranon dan memilki fungsi yang sama yaitu sebagai ekstensor persendian siku. Berkembangnya m. tricep brachii pada landak mengakibatkan kekuatan untuk melakukan ekstensor siku menjadi semakin kuat. Gerakan ekstensi siku berguna pada saat landak mengurai tanah untuk membuat lubang.
Musculus brachialis merupakan otot kecil yang berfungsi sebagai flexor dari siku. Otot yang memiliki fungsi sama dengan otot ini adalah m. bicep brachii. Kedua otot ini terletak bersebelahan dan relatif berkembang pada landak. Gerakan flexor penting pada saat landak makan. Menurut Grzimek (1972), landak memegang makanan dengan kedua kaki depan pada saat makan. Musculus tensor fasciae antebrachii pada landak jawa berupa otot yang pendek dan relatif kecil. Sama halnya pada anjing, otot ini memiliki origo pada permukaan m. latissimus dorsi dan insersio pada crista humeri os humerus (Evans dan Lahunta 2010). Otot ini berfungsi sebagai ekstensor siku, flexor bahu, dan menegangkan daerah antebrachii (Getty 1975).
Secara umum struktur otot-otot daerah bahu dan lengan atas pada landak jawa relatif berkembang. Hal ini menunjang berbagi aktivitas landak jawa seperti menegakkan duri, menggali lubang, dan makan. Perkembangan struktur otot-otot kaki depan dan lengan atas landak jawa ini diduga sebagai adaptasi terhadap bentuk tubuh dan lingkungannya.
16