• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Keamanan Rantai Distribusi Tuna Loin Beku Analisis aktivitas jaringan rantai distribusi tuna loin beku

Aktivitas pada jaringan rantai distribusi tuna loin beku di PT X dilakukan oleh beberapa pihak mulai dari kapal, transit, Unit Pengolah Ikan (UPI), hingga eksportir. Pasca penangkapan ikan dilakukan proses penanganan di kapal, di transit dilakukan proses bongkar muat dan pembelian ikan, di UPI dilakukan proses pengolahan tuna. Tahap ekspor dilakukan proses pengiriman produk ke tempat yang dituju. Model rantai distribusi tuna loin beku dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Rantai distribusi tuna loin beku PT X

1. Kapal

Kapal yang digunakan untuk menangkap tuna adalah jenis kapal longliner. Pada tahap penangkapan ikan, aktivitas yang dilakukan antara lain memasang longline pada daerah penangkapan, penangkapan, pembuangan isi perut dan insang, pencucian, dan penyimpanan ikan dalam palka bersuhu -1,5 ˚C. Pihak kapal memberikan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) yang berisi mengenai hasil tangkapan ikan dan ikan tersebut tidak berasal dari kegiatan IUU Fishing. Penilaian kesesuaian yang dilakukan pada tahap penangkapan ikan mengacu pada Blanc et al. (2005), CAC/RCP 52-2003 mengenai Code of Practice for Fish and Fishery Products, PER.18/MEN/2010, PER.13/MEN/2012, dan KEP.01/MEN/2007. Hasil penilaian menunjukkan ditemukannya ketidaksesuaian, yaitu ikan yang ditangkap tidak dimatikan dengan cepat, air untuk mencuci tidak berstandar air minum, dan tidak dilakukan pengisian log book dengan data yang sebenarnya dan tepat waktu. Luaran informasi yang diharapkan dari tahap ini adalah logbook pengangkapan ikan.

2. Transit

Tahap transit berfungsi sebagai tempat bongkar muat dan pembelian ikan oleh perusahaan. PT X memiliki kerjasama dengan 3 transit untuk melakukan pembelian ikan. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini adalah mengangkut ikan dari palka kapal menuju transit, proses penentuan mutu ikan, pembelian ikan oleh perusahaan, dan pengangkutan ikan dari transit menuju perusahaan. Penilaian kesesuaian yang dilakukan mengacu pada Blanc et al. (2005), SNI 01-2729-3-2006 mengenai Penanganan dan Pengolahan Ikan Segar, serta CAC (2009) mengenai Recomended International Code of Practice General Principles of Food Hygiene (CAC/RCP 1-1969). Hasil penilaian menunjukkan ketidaksesuaian, yaitu pembongkaran ikan dilakukan tidak hati-hati (kasar), terjemur di bawah sinar matahari secara langsung. Luaran informasi yang diharapkan dari tahap ini adalah catch certificate dan dokumen Harvest Vessel Receiving Record.

3. Unit pengolahan ikan (UPI)

Tahap di UPI berfungsi sebagai proses pengolahan tuna. PT X sebagai UPI mengolah tuna menjadi beberapa produk diantaranya tuna loin beku, tuna saku beku, tuna steak beku, dan sebagainya. BSN (2006a) mendefinisikan tuna loin beku sebagai produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku tuna segar atau beku yang mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan, penyiangan atau tanpa penyiangan, pencucian, pembuatan loin, pengulitan dan perapihan, sortasi mutu pembungkusan (wrapping), pembekuan, penimbangan, pengepakan, pelabelan, dan penyimpanan. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini adalah penerimaan bahan baku, pencucian, penimbangan, pemotongan loin, skinning dan

trimming, pemberian CO (karbon monoksida), penyimpanan di dalam chillroom, sortasi mutu dan retouching, pemvakuman, pembekuan, packing, pelabelan, penyimpanan dalam cold storage, dan stuffing. Setiap tahapan memiliki rekaman tertentu yang dituliskan dalam form rekaman. Penilaian kesesuaian yang dilakukan mengacu pada SNI 01-4104-3-2006 mengenai Penanganan dan Pengolahan Tuna Loin Beku, dan Aktivitas pada tahapan ini tidak ditemukan ketidaksesuaian, namun terdapat pemberian CO pada proses produksi di PT X. Pemberian CO pada produk diketahui oleh pihak pembeli dan diperbolehkan untuk ditambahkan pada proses produksi tuna loin beku.

Luaran informasi yang diharapkan dari tahapan ini adalah record of periodically pest control, record of water and ice analysis, daliy report of sanitation inspection, periodically sanitation checklist, freezing monitoring report, daily report of packing and labelling, cold storage temperatur report, receiving report packaging report materials and label, daily report of pest control, chilling tmperature monitoring report, daily report of inspection product after trimming before freezing, daily record of temperature control, daiy report of raw material receiving, report of stuffing inspection.

4. Eksportir

Tahap eksportir berfungsi untuk mengirimkan produk tuna kepada konsumen. PT X melakukan proses ekspor kepada buyer di Amerika Serikat. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini adalah menerima Purchase Order (PO) dari pembeli, pembuatan kontrak, pemilihan kontainer, persiapan kontainer (pencucian, pre cooling), persiapan dokumen, dan pengiriman barang. Penilaian kesesuaian pada tahapan ini mengacu pada CEN 14460:2003. Aktivitas pada tahapan ini tidak ditemukan ketidaksesuaian. Luaran informasi yang diharapkan adalah invoice packing list dan health certificate.

5. Retailer

Tahap retailer berfungi untuk menerima, menangani, menyimpan, dan menunjukkan produk kepada konsumen dengan tetap memperhatikan bahaya keamanan pangan dan mutu dari produk. Retailer harus mengetahui supplier dari produknya dan mampu memastikan serta bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan produknya. Penilaian kesesuaian pada tahapan ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada manajer marketing PT X dengan mengacu pada Code of Practice for Fish and Fishery Products (CAC/RCP 52-2003). Aktivitas pada tahapan ini tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Analisis persyaratan higiene jaringan rantai distribusi tuna loin beku

Persyaratan higiene merupakan salah satu persyaratan yang penting untuk diterapkan pada semua tahapan distribusi tuna, dimulai dari ikan diangkat dari laut, proses pengolahan, dan pengiriman kepada konsumen.

1. Kapal

Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu persyaratan higiene untuk kapal penangkap dan pengangkut ikan dan persyaratan higiene untuk penanganan di kapal penangkap dan pengangkut ikan. Pada persyaratan higiene untuk kapal penangkap dan pengangkut ikan terlihat bahwa kondisi kapal pada umumnya tidak selalu dalam keadaan bersih, produk perikanan tidak mendapat penanganan langsung setelah dikeluarkan dari palka, proses pembuangan isi perut dan insang diduga tidak dilakukan secara higienis, dan produk perikanan segera didinginkan

di kapal sesaat setelah longline diangkat dari laut. Penilaian kesesuaian yang dilakukan mengacu pada CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish and Fishery Products danKEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Hasil penilaian menunjukkan ketidaksesuaian, yaitu kondisi kapal tidak bersih, tidak dilakukan penanganan yang cepat pada ikan, dan tidak dilakukan pencucian dengan air yang memenuhi standar.

Pada persyaratan higiene untuk penanganan kapal penangkap dan pengangkut ikan terlihat bahwa tidak terdapat penanggung jawab ikan secara khusus, sanitasi palka kurang terjaga, karyawan tidak mengenakan seragam, bahkan ada yang tidak mengenakan baju, karyawan tidak mencuci tangan, tidak dilakukan pemeriksaan terhadap karyawan apakah karyawan sakit atau memiliki luka yang dapat mengontaminasi. Selama proses pembongkaran ikan dari palka, terdapat karyawan yang merokok, meludah, dan bersenda gurau di area geladak kapal. Ikan dicuci dengan menggunakan air laut, proses pendinginan dilakukan dengan sistem Refrigerated Sea Water (RSW) hingga suhu mencapai -1,5 ˚C, dan tidak dilakukan pengisisan log book dengan data yang akurat dan tepat waktu. Penilaian kesesuaian yang dilakukan mengacu pada CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish and Fishery Products dan KEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Hasil penilaian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian, yaitu tidak terdapat penanggung jawab mutu ikan, kondisi umum kapal tidak higienis, karyawan tidak mengenakan pakaian kerja, kesehatan karyawan tidak diperiksa, sikap karyawan tidak diperhatikan, diantaranya merokok, meludah, bercanda, serta tidak dilakukan proses rekaman dengan baik.

2. Transit

Pada tahap transit terdapat beberapa persyaratan sanitasi dan higiene yang harus dipenuhi mencakup proses bongkar muat ikan, desain dan fasilitas transit, peralatan, supply air, higiene personal dan pengunjung. Penilaian kesesuaian di transit mengacu pada KEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Acuan lainnya adalah Recommended Intrnational Code of Practice General Principles of Food Higiene CAC/RCP 1-1969 dalam Food Hygiene Basic Text (CAC 2009) serta CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish and Fishery Products (CAC 2003). Kondisi proses bongkar muat ikan di transit, umumnya kurang baik karena ada beberapa karyawan yang menendang ikan. Peralatan yang digunakan umumnya dapat dengan mudah dibersihkan, namun pembersihan hanya dilakukan dengan menyiram air tanpa mencuci dengan desinfektan. Terdapat pula peralatan yang terbuat dari bahan mudah berkarat, seperti ganco yang terbuat dari besi. Hasil penilaian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian, antara lain tidak dilakukan proses sanitasi, terdapat hewan peliharaan, dan terdapat perlakuan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada ikan. Selain itu terdapat peralatan yang terbuat dari bahan mudah berkarat. Regulasi KKP (2007) mensyaratkan, proses penanganan ikan harus berlangsung dengan cepat dan dihindarkan dari perlakuan yang dapat menyebabkan kerusakan pada produk. Peralatan yang bersentuhan langsung dengan produk harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan selalu dijaga kebersihannya. CAC (2003);

CAC (2009) juga mensyaratkan bahwa peralatan harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan dipindahkan, tidak terbuat dari bahan yang bersifat toksik. Transit A merupakan salah satu supplier PT X berada di lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta. Kondisi layout transit kurang baik dan dapat menyebabkan kontaminasi silang karena tidak terdapat perbedaan antara ruang penerimaan ikan dan penyimpanan barang, serta tidak diberi bak pencuci kaki. Selain itu terdapat hewan peliharaan (anjing) di dalam area transit. Fasilitas lain di transit antara lain dinding yang tidak kedap air, langit-langit yang kotor dan penuh sarang laba-laba, dan tidak memiliki pintu yang permanen hanya terbuat/dibatasi plastik curtain. Lantai dan area bekerja terbuat dari bahan yang kedap air dan memiliki kemiringan yang cukup. Fasilitas supplai air menggunakan air yang dialirkan dari laut. Hasil penilaian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian, yaitu layout yang dapat menyebabkan kontaminasi silang dan ditemukan puntung rokok pada lantai transit. Permukaan dinding tidak kedap air dan langit-langit tidak bersih, serta tidak terdapat pintu. Selain itu, air yang digunakan juga tidak berspesifikasi air minum. Menurut CAC (2003); CAC (2009), layout harus tidak memungkinkan terjadinya kontminasi silang. Permukaan dinding halus, terbuat dari bahan yang tidak toksik, serta kedap air. Langit-langit harus mampu meminimalkan kotoran dan mencegah kondensasi, dan pintu harus memiliki permukaan yang lembut, kedap air dan mudah dibersihkan. Supplai air yang kontak dengan bahan pangan harus menggunakan air dengan spesifikasi air minum.

Transit A juga memiliki kondisi yang kurang baik pada aspek higiene personal. Kondisi higiene personal yang dilihat pada transit A adalah tidak ada pemeriksaan kesehatan bagi karyawan, karyawan hanya memakai boot sebagai seragam kerja dan jarang mencuci tangan. Selain itu karyawan merokok, berbicara, makan dan minum di area transit. Pembeli ikan dan pengunjung tidak menggunakan seragam dan dapat merokok atau makan dan minum di dalam area transit. Hasil penilaian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian, yaitu kesehatan karyawan tidak diperiksa, karyawan tidak mengenakan pakaian kerja secara lengkap, tidak memperhatikan sikap karyawan, seperti merokok. Pembeli tidak disyaratkan untuk mengikuti peraturan higiene. Terdapat pembeli yang merokok serta makan dan minum di trasit. Menurut CAC (2003); CAC (2009), karyawan yang diketahui atau diduga menderita penyakit dilarang masuk ke dalam area penanganan ikan. Selain itu karyawan yang menderita sakit seperti diare, demam, muntah tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang produksi. Kebersihan personal juga wajib diperhatikan, yaitu karyawan harus memakai seragam lengkap, mulai dari penutup kepala hingga alas kaki, serta harus sering mencuci tangan ketika keluar dari toilet, memulai melakukan pekerjaan, dan sebagainya. Karyawan juga dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengkontaminasi, seperti merokok dan makan. Pengunjung juga harus mengikuti peraturan higiene yang berlaku.

3. Unit pengolahan ikan

Unit Pengolahan Ikan (UPI) adalah PT X yang mengolah ikan tuna menjadi beberapa produk diantaranya tuna loin beku, tuna steak beku, dan tuna saku beku. Pada kajian persyaratan higiene untuk UPI, mengacu pada KEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Acuan lainnya adalah Recommended

Intrnational Code of Practice General Principles of Food Higiene CAC/RCP 1-1969 dalam Food Hygiene Basic Text (CAC 2009), CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish and Fishery Products, (EC) 178/2002 ofThe European Parliament and European Council of 28 January 2002 mengenai General Principle and Requirements of Food Law, The Public Health Security and Bioterorism Prepadness and Response Act of 2002, Council Regulation (EC) 104/2000 of 17 December 1999 on the Common Organization of the Markets in Fishery and Aquaculture Products. Penilaian ini tertuju ke dalam beberapa aspek, seperti lokasi perusahaan, design dan layout perusahaan, peralatan, fasilitas, proses pengendalian, pemeliharaan dan sanitasi, higiene personal, pelatihan, serta informasi dan informasi produk dan kepedulian konsumen.

3.1. Lokasi

PT X merupakan UPI yang memiliki lokasi di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara. Kawasan ini merupakan kawasan industri bagi industri pengolahan hasil perikanan. Kondisi pabrik dan lingkungannya selalu dijaga kebersihannya. Sistem pembuangan air di pabrik tidak memungkinkan adanya arus balik serta kondisi tanah tidak berpotensi menimbulkan kontaminasi. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian PT X dengan peraturan yang berlaku untuk aspek lokasi perusahaan.

3.2. Desain dan layout

Desain dan layout PT X memiliki kondisi yang baik. Kondisi ruang pengolahan terpisah dengan ruang ganti pakaian, toilet, kantor, dan gudang. Area UPI juga memadai untuk melakukan pekerjaan dengan saniter dan higienis. UPI juga berada dalam kawasan industri yang diizinkan. Layout PT X dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian PT X dengan peraturan yang berlaku untuk aspek desain dan layout perusahaan secara umum.

Ruang penerimaan

Desain dan layout ruang penerimaan bahan baku PT X tergolong baik dan tidak terdapat penilaian ketidaksesuaian. Secara umum kondisi ruang penerimaan PT X selalu dijaga kebersihannya, memiliki pasokan dan tekanan air yang cukup untuk melakukan pencucian, saluran pembuangan tepat dan bersih, serta ruang penerimaan tertutup dari lingkungan luar dan dibatasi oleh plastik curtain.

Permukaan dinding ruang penerimaan terbuat dari keramik, berwarna putih, mudah dibersihkan, dan kedap air. Kondisi lantai juga memiliki kemiringan yang cukup dan tidak terdapat air yang menggenang. Langit-langit mudah dibersihkan dan dapat mencegah kondensasi. Pintu terbuat dari bahan yang tahan karat dan lembut, serta area bekerja yang kontak dengan ikan terbuat dari keramik berwarna putih dan selalu dijaga kebersihannya.

Ruang penanganan dan pengolahan

Desain dan layout pada ruang penanganan dan pengolahan PT X cukup baik, namun masih ditemukan beberapa ketidaksesuaian. Permukaan dinding terbuat dari keramik berwarna putih yang kedap air dan mudah dibersihkan. Seluruh kabel dan pipa tertutup dengan baik. Beberapa permukaan dinding tampak tidak halus dan berlubang, serta terdapat beberapa titik pada sudut pertemuan tembok dan dinding sulit dibersihkan. Hasil penilaian menunjukkan ketidaksesuaian pada permukaan dinding yang tidak halus dan berlubang serta

sudut yang sulit dibersihkan. Menurut CAC (2003); CAC (2009); KKP (2007), permukaan dinding harus halus, tanpa retak, celah, atau lubang, serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi. Selain itu pertemuan antara lantai dan dinding serta dinding dan dinding mudah dibersihkan.

Kondisi lantai pada ruang penanganan dan pengolahan memiliki kemiringan yang cukup dan terbuat dari keramik berwarna putih yang kedap air dan mudah dibersihkan. Langit-langit berwarna abu-abu muda, terbuat dari aluminium, dan tidak menyebabkan kondensasi. Permukaannya juga halus dan mudah dicuci. Ventilasi juga mencukupi dan mampu menyaring uap air. Kondisi area bekerja yang kontak dengan ikan merupakan peralatan yang terbuat dari stainless steel dan talenan berwarna bahan putih. Peralatan ini tidak menyerap air, tidak toksik, dan mudah dibersihkan.

Pintu masuk ruang penanganan dan pengolahan berwarna abu-abu dan terbuat dari aluminium, tahan air, tahan korosi, mudah dibersihkan, dan menutup semi otomatis. Pada pintu masuk terdapat alat pembunuh serangga. Hasil penilaian menunjukkan ketidaksesuaian dimana pintu tidak menutup secara otomatis. Menurut CAC (2009); KKP (2007), pintu harus memiliki permukaan yang lembut, kedap air, tahan korosi, serta menutup secara otomatis.

Ruang pendinginan, es, dan gudang beku

Desain dan layout pada ruang pendingin, es, dan gudang beku cukup baik, namun masih ditemukan ketidaksesuaian. Permukaan dinding terbuat dari aluminium yang kedap air, berwarna terang, dan tahan lama. Permukaan dinding juga halus, tanpa retak, dan mudah didesinfeksi. Langit-langit juga tampak berwarna terang, bebas dari retak dan celah, serta permukaannya halus.

Kondisi lantai memiliki kemiringan yang cukup dan mudah dibersihkan serta terbuat dari bahan yang kedap air. Kondisi lantai cukup licin karena es yang menempel. Hasil penilaian menunjukkan adanya ketidaksesuaian karena lantai yang licin. Menurut CAC (2003); CAC (2009); KKP (2007), lantai harus memiliki kemiringan yang cukup, mudah dibersihkan dan didesinfeksi, terbuat dari bahan yang kedap air, tidak beracun, tidak menyerp, tidak licin, dan tidak retak.

3.3. Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT X dalam proses pengolahan tuna adalah meja dan pisau yang terbuat dari bahan stainless steel, mudah dibersihkan, tahan karat, dan tahan air. Peralatan lain adalah keranjang yang terbuat dari plastik dan diberi warna berbeda untuk area dan fungsi kerja berbeda, serta talenan yang selalu dijaga kebersihannya. Peralatan produksi selalu dibersihkan dua kali sehari, yaitu saat akan istirahat dan saat akan pulang, serta dilakukan monitoring pembersihan oleh QC. Pencucian alat dilakukan di dalam ruang produksi. Peralatan disimpan di dalam anteroom ketika tidak sedang digunakan. Hasil penilaian menunjukkan ketidaksesuaian, yaitu tempat pencucian alat tidak terpisah dan tidak memiliki pintu masuk dan keluar yang terpisah. CAC (2003); CAC (2009); KKP (2007), menyatakan bahwa peralatan harus mempunyai tempat pencucian alat yang terpisah, serta tempat pencucian mempunyai pintu masuk dan keluar yang terpisah.

3.4. Fasilitas

Fasilitas yang terdapat pada UPI terdiri dari bebrapa hal yang berguna untuk menunjang proses pengolahan tuna. CAC (2009) dan KKP (2007) mensyaratkan

bahwa fasilitas yang terdapat dalam industri pangan mencakup beberapa hal, yaitu supplai air, drainase dan pembuangan limbah, pembersihan, ruang ganti, kamar mandi, dan toilet, kontrol suhu, penerangan, fasilitas pencucian tangan dan desinfeksi, fasilitas pembekuan, serta pembuatan dan penggunaan es.

Suplai air

Suplai air di PT X dipenuhi dari suplai air baku yang didapatkan dari Perum Nizam Zachman dan mengalami proses pengolahan air di PT X. Sistem pengolahan air dilakukan dengan proses filtrasi yang selanjutnya dibagi ke dalam tiga pompa. Ketiga pompa digunakan sebagai penanda dari penggunaan air selanjutnya. Air yang kontak dengan bahan pangan akan melalui proses ozonasi dan Reverse Osmosis (RO) yang selanjutnya dialirkan ke water chiller. Air yang digunakan untuk pembersihan hanya dilalui menuju proses ozonasi dan water chiller. Dalam penggunaannya terdapat nomor seri dan penanda dari air yang dapat digunakan untuk kontak dengan bahan pangan dan yang tidak dapat. Air yang kontak dengan bahan pangan telah memenuhi spesifikasi air minum yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 dan diuji secara berkala oleh laboratorium internal. Pasokan dan tekanan air cukup karena PT X mempunyai tangki penampung air dengan kapasitas yang memadai dan selalu dalam kondisi terkontrol. Hasil penilaian menunjukkan satu temuan ketidaksesuaian, yaitu PT X tidak memiliki peta distribusi air. Menurut CAC (2003); CAC (2009) dan KKP (2007), suplai air yang kontak dengan bahan pangan harus menggunakan air dengan spesifikasi air minum, pasokan air cukup, terdapat penandaan yang jelas antara pipa penanda air minum dan bukan air minum, serta memiliki peta distribusi air dan kran yang diberi nomor seri.

Drainase dan pembuangan limbah

Sistem drainase dan pembuangan limbah di PT X terkontrol dalam kondisi yang baik. Limbah padat potongan ikan sisa hasil produksi ditempatkan dalam wadah khusus yang terbuat dari fiber serta berwarna cerah dan dibersihkan setiap hari. Limbah tersebut selalu diambil oleh pengumpul setiap hari. Limbah cair dari PT X akan dialirkan melalui saluran pembuangan limbah yang tertutup dan dialirkan keluar pabrik untuk ditampung pada suatu kolam penampungan. Sistem pengelolaan limbah cair dikelola oleh pihak PPS Nizam Zachman dan PT X hanya membayar biaya pengolahan setiap bulannya. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian pada sistem drainase dan pembuangan limbah PT X.

Pembersihan

Pembersihan di PT X dilakukan dengan menggunakan air dingin serta air panas dan sabun sebagai desinfektan. Sabun digunakan untuk mencuci semua peralatan dan dinding. Air panas digunakan untuk membilas peralatan yang telah dicuci sebelum disimpan di dalam anteroom. Hasil penilaian tidak menunjukkan adanya ketidaksesuaian pada aspek fasilitas pembersihan di PT X.

Dokumen terkait