• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lahan yang digunakan adalah lahan bekas penambangan semen PT Indocement. Lahan ini berada pada ketinggian 200 m dpl. Menurut Wahid (2006) ketinggian yang optimum bagi produksi buah jarak adalah di bawah 500 meter dpl, lebih dari itu tanaman tidak akan berproduksi optimal. Data iklim di lokasi penelitian yang diperoleh dari PT Indocement, Citeureup, Bogor, menunjukkan data yang berfluktuasi dengan rata-rata suhu bulanan mencapai 26.98˚C. Suhu udara paling tinggi selama pengamatan terjadi pada bulan Februari yaitu β7.γ8˚C, sedangkan suhu paling rendah terjadi pada bulan Januari yaitu β6.1γ ˚C. Selama penelitian berlangsung, kondisi cuaca berubah-ubah. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yaitu 376 mm/bulan dan curah hujan terendah pada bulan Maret yaitu 122 mm/bulan (Lampiran 2). Gambar 1 menunjukkan perubahan cuaca selama pengamatan di lapangan.

Gambar 1. Curah Hujan November 2010 – Juli 2011 di Kebun Percobaan PT. Indocement Bogor

Tanaman yang berupa bibit jarak pagar berusia dua bulan dipindah tanam dari Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, ke

Kebun Jarak Pagar Indocement di Citeureup, Bogor. Pengamatan dilakukan di Kebun Jarak Pagar PT Indocement mulai Oktober 2010 – April 2011. Pengamatan di lapangan dilakukan selama 24 minggu dimulai dua minggu setelah tanaman dipangkas ketika berumur dua bulan setelah pindah tanam.

Kondisi tanaman jarak pagar selama penelitian cukup baik. Kematian tanaman jarak pagar di lapangan terjadi karena lahan penelitian sering terkena banjir. Hal tersebut karena drainase di lahan penelitian kurang baik. Drainase menjadi syarat penting karena tanaman jarak pagar tidak tahan terhadap genangan. Faktor lainnya yang kurang sesuai dengan pertanaman jarak pagar yakni suhu udara yang tinggi di siang hari sehingga menyebabkan daun jarak pagar rontok yang akhirnya tanaman mengering kemudian mati. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada bulan Agustus ketika tanaman pindah tanam ke lahan PT Indocement, Citeureup dan pada Maret 2011.

Selama pengamatan di lapang, banyak ditemukan berbagai jenis hama, diantaranya belalang pedang (Neoconocephalus ensiger), kutu putih (Ferrisia virgata Cockerell), thrips, kepik lembing (Chrysochorus javanus Westw), rayap, tungau dan berbagai jenis ulat. Hama kutu putih ditemukan ketika fase vegetatif dan generatif. Pengendalian hama jenis ini dilakukan dengan cara disemprot menggunakan pestisida sehingga tidak menyebar ke tanaman lainnya. Hama thrips menyerang beberapa tanaman yang menyebabkan daun menjadi keriting dan produksi biji berkurang. Serangan hama yang terjadi selama penelitian, tidak mencapai ambang batas ekonomi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang berarti.

Penyakit yang ditemukan di lapangan diantaranya antraknosa dan busuk akar. Gangguan penyakit busuk akar ini diduga disebabkan oleh adanya cendawan atau jamur yang menyerang batang tanaman. Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terserang agar tidak menyebar ke tanaman lainnya. Hal ini dilakukan karena skala serangan penyakit dianggap masih rendah.

Pertumbuhan tanaman jarak pagar juga dipengaruhi dengan adanya gulma di lahan pertanaman. Beberapa gulma yang banyak terdapat di lahan penelitian diantaranya Imperata cylindrical, Axonopus compressus, Mimosa pudica dan Ageratum conyzoides.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h)

Keterangan: Belalang pedang (Neoconocephalus ensiger) (a), kutu putih (Ferrisia virgata Cockerell.) (b), Thrips (c), kepik lembing (Chrysochorus javanus Westw.) (d), ulat bulu (e), ulat hijau (f), busuk akar (g) tungau (h)

Gambar 2 . Hama dan Penyakit yang Menyerang Jarak Pagar Selama Penelitian.

Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Vegetatif

Rekapitulasi Sidik Ragam

Rekapitulasi sidik ragam peubah pertumbuhan vegetatif dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil uji F terhadap pertumbuhan vegetatif menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pemangkasan dan jarak tanam yang mempengaruhi pertumbuhan jarak pagar. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah pengamatan kecuali pada akhir pengamatan terhadap jumlah tunas (24 MSP), perlakuan jarak tanam menunjukkan pengaruh yang nyata. Perlakuan

pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada 2,4 dan 6 MSP; tinggi tunas pada 2, 4, dan 6 MSP; lebar kanopi 2, 4 dan 10 MSP; diameter tunas pada 4 dan 8 MSP; jumlah tunas pada 24 MSP; dan jumlah cabang pada 24 MSP. Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah daun pada 10 MSP; lebar kanopi pada 6 dan 8 MSP; dan diameter tunas pada 12 MSP. Sidik ragam untuk masing-masing peubah pengamatan vegetatif terdapat pada Lampiran 4-9.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam dan Interaksinya terhadap Pengamatan Vegetatif Jarak Pagar

Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%, * = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%, ** = sangat nyata berdasarkan uji F pada taraf 1%, KK = Koefisien

Keragaman, MSP = Minggu Setelah Pangkas, BSB = Bulan Setelah Berbuah, 1)Hasil

transformasi akar (x+0.5) Peubah Umur tanaman Uji F KK (%) Jarak

tanam Pemangkasan Interaksi

Jumlah daun 2 MSP tn * tn 25.19 4 MSP tn * tn 28.26 6 MSP tn * tn 25.52 8 MSP tn tn tn 20.651) 10 MSP tn ** tn 29.81 Tinggi tunas 2 MSP tn * tn 21.441) 4 MSP tn * tn 22.041) 6 MSP tn * tn 19.531) 8 MSP tn tn tn 14.941) 10 MSP tn tn tn 22.241) Lebar kanopi 2 MSP tn * tn 26.94 4 MSP tn * tn 26.14 6 MSP tn ** tn 26.38 8 MSP tn ** tn 26.09 10 MSP tn * tn 28.89 Diameter tunas 4 MSP tn * tn 8.861) 8 MSP tn * tn 25.36 12 MSP tn ** tn 18.75 Jumlah tunas 8 MSP tn tn tn 20.03 16 MSP tn tn tn 17.40 24 MSP * * tn 14.72 Jumlah cabang 24 MSP tn * tn 23.781)

Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung berdasarkan banyaknya daun yang terdapat pada tunas hasil pangkasan. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tunas hasil pangkasan jarak pagar pada 2 MSP, 4 MSP, dan 6 MSP, serta berpengaruh sangat nyata pada 10 MSP (Tabel 1). Perlakuan faktor tunggal pemangkasan yang ditunjukkan pada Tabel 2. menunjukkan bahwa pemangkasan 60 cm dari permukaan tanah memiliki jumlah daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan pemangkasan 40 dan 20 cm dari permukaan tanah mulai dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam

Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)

2 4 6 8 10 Jarak tanam (m2) 1x1 6.12 7.41 6.20 6.90 6.62 1x2 6.32 7.21 7.22 6.85 6.61 2x2 5.44 6.64 7.53 7.39 6.51 Tinggi pangkasan (cm) 20 6.26ab 6.81ab 6.65b 5.94 5.27b 40 4.94b 6.16b 6.02b 6.25 5.71b

60 6.74a 8.40a 8.54a 9.21 9.02a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Jumlah daun tertinggi diperoleh pada perlakuan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah. Hal tersebut karena tinggi tunas baru yang terbentuk pada pemangkasan 60 cm dari permukaan tanah lebih panjang dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Jumlah daun pada perlakuan tinggi pangkas 20 cm tidak berbeda nyata dengan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah pada minggu ke 2, 4, 6, 10 MSP dan berbeda nyata pada 8 MSP. Tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah menunjukkan jumlah daun pada 2, 4, dan 6 MSP yang lebih banyak dibandingkan tinggi pangkas 40 MSP, sedangkan pada 8 dan 10 MSP

tinggi pangkas 40 cm memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah meskipun secara statistik tidak berbeda nyata.

Perlakuan jarak tanam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun jarak pagar (Tabel 1). Taraf perlakuan jarak tanam 1x1 m2, 1x2 m2, dan 2x2 m2 tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun jarak pagar, namun pada 6 sampai 8 MSP perlakuan 2x2 m2 memperlihatkan respon terbaik pada pengamatan jumlah daun. Penambahan jumlah daun cenderung meningkat dari 2-8 MSP dan menurun pada 10 MSP.

Tinggi Tunas

Tinggi tunas dihitung berdasarkan tinggi tunas terpanjang dari tunas baru yang terbentuk pada cabang hasil pangkasan. Hasil pengamatan memperlihatkan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas jarak pagar (Tabel 1). Jarak tanam 2x2 m2 memberikan hasil tunas tertinggi pada 4, 8, dan 10 MSP, sedangkan jarak tanam 1x2 m2 menujukkan tinggi tunas tertinggi pada 2 dan 6 MSP meskipun secara statistik tidak berbeda (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tunas Jarak Pagar (cm) pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam

Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)

2 4 6 8 10 Jarak tanam (m2) 1x1 4.03 4.97 6.06 7.58 8.77 1x2 4.57 5.67 6.85 7.41 8.18 2x2 4.51 5.78 6.71 7.61 8.85 Tinggi pangkasan (cm)

20 4.73a 5.88ab 6.44ab 7.27ab 7.88

40 2.76b 3.56b 4.47b 5.77b 7.28

60 5.81a 7.24a 9.03a 9.82a 10.87

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tunas jarak pagar (Tabel 1). Pemangkasan 60 cm dari permukaan tanah menunjukkan respon yang paling baik dari awal hingga akhir pengamatan terhadap tinggi tunas jarak pagar. Tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah menunjukkan respon paling rendah terhadap tinggi tunas jarak pagar. Tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah berbeda dengan perlakuan lainnya pada 2 MSP, sedangkan perlakuan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah berbeda dengan perlakuan lainnya pada 4-8 MSP. Akhir pengamatan pada 10 MSP menunjukkan perlakuan pemangkasan antar taraf perlakuan, tidak berbeda terhadap tinggi tunas jarak pagar.

Lebar Kanopi

Perlakuan jarak tanam dan pemangkasan tidak menunjukkan adanya interaksi yang mempengaruhi lebar kanopi tanaman jarak pagar (Tabel 1). Hasil pengamatan pada Tabel 4. menunjukkan tinggi pangkasan 20 cm dari permukaan tanah memberikan pengaruh yang berbeda dengan tinggi pangkasan 40 cm dan 60 cm dari permukaan tanah mulai dari awal pengamatan (2 MSP) hingga akhir pengamatan (10 MSP).

Lebar kanopi tertinggi diperoleh pada perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah meskipun hasilnya tidak berbeda dengan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah (Tabel 4). Hasil ini sesuai dengan penelitian Cholid et al. (2006) yang memperlihatkan perlakuan pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi tanaman jarak pagar yang dipangkas 45 cm, dan 60 cm dari permukaan tanah pada 75 hari setelah tanam (HST), 165 HST dan 195 HST dan perlakuan tinggi pangkas 30 cm dari permukaan tanah berbeda dengan perlakuan tinggi pangkas 45 cm dan 60 cm dari permukaan tanah pada 165 HST. Pemangkasan pada tanaman jarak pagar terutama ditujukan untuk membentuk kanopi tanaman seperti semak atau payung. Hal ini penting karena tanaman jarak pagar berbunga terminal, sehingga jumlah cabang berkorelasi positif dengan produksi buah dan biji (Puslitbangbun, 2008a).

Tabel 4. Rata-rata Lebar Kanopi Jarak Pagar (cm) pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam

Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)

2 4 6 8 10 Jarak tanam (m2) 1x1 46.01 51.61 53.24 57.39 52.19 1x2 47.12 51.67 53.29 58.98 51.97 2x2 45.94 48.91 54.64 60.00 57.28 Tinggi pangkasan (cm) 20 35.46b 39.31b 38.35b 41.82b 39.37b 40 55.59a 58.16a 62.89a 69.87a 64.81a 60 48.27a 55.11a 60.77a 65.59a 57.89a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Tabel 4. memperlihatkan bahwa meskipun jarak tanam tidak menunjukkan lebar kanopi yang berbeda nyata antar perlakuan, namun secara umum perlakuan jarak tanam 2x2 m2 cenderung memberikan hasil lebar kanopi tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. Jarak tanam yang lebar menyebabkan intensitas cahaya yang diterima dapat menyentuh seluruh permukaan daun dan semakin banyak ketersediaan unsur hara bagi individu tanaman, karena jumlah tanaman sedikit. Jarak tanam yang rapat menyebabkan populasi tanaman lebih banyak, sehingga persaingan mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari menjadi semakin ketat.

Banyaknya daun total, mempengaruhi kemampuan tanaman membentuk fotosintat. Taiz dan Zeiger (2002) menyebutkan semakin banyak daun, maka kemampuan membentuk fotosintat akan semakin besar, sehingga pembentukan organ-organ vegetatif akan semakin baik karena daun pada tanaman berfungsi sebagai organ fotosintesis yang mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia.

Pengaturan jumlah populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi efisiensi tanaman dalam memanfaatkan cahaya matahari, air, hara, dan ruang tumbuh. Efisiensi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi tanaman. Jarak tanam yang tepat akan menghasilkan lebar kanopi daun optimal sehingga mampu menekan persaingan antar tanaman untuk mendapatkan hara, air dan cahiaya yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.

Jumlah Tunas

Perlakuan jarak tanam dan pemangkasan menunjukkan tidak terdapat interaksi yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah tunas baru hasil pangkasan yang terbentuk pada tanaman jarak pagar. Perlakuan pemangkasan dan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas jarak pagar pada 24 MSP (Tabel 1). Hasil pengamatan pengaruh pemangkasan dan jarak tanam terhadap jumlah tunas jarak pagar ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah memiliki jumlah tunas yang berbeda nyata dengan perlakuan tinggi pangkas 40 cm dan 60 cm dari permukaan tanah (Tabel 6). Hasil tertinggi di akhir pengamatan ditunjukkan oleh perlakuan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah yang mencapai 3.19 tunas dan jumlah tunas terendah terdapat pada tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah yang

Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)

8 16 24 Jarak tanam (m2) 1x1 1.75 2.34 2.75b 1x2 1.92 2.64 3.22a 2x2 1.64 2.32 2.77b Tinggi pangkasan (cm) 20 1.59 2.16 2.50b 40 1.86 2.58 3.19a 60 1.88 2.59 3.09a

tunasnya hanya berjumlah 2.50 buah. Perlakuan jarak tanam 1x2 m2 berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam lainnya pada pengamatan 24 MSP. Jumlah tunas tertinggi didapatkan dari perlakuan jarak tanam 1x2 m2 yang mencapai 3.22 buah tunas di akhir pengamatan.

Tanaman yang dipangkas pada ketinggian 20 cm, 40 cm, dan 60 cm dari permukaan tanah menyebabkan tumbuhnya tunas lateral. Tunas lateral tersebut dapat tumbuh karena dominasi apikal dari pucuk batang utama telah hilang. Aktivitas dominasi apikal ini dipicu oleh hormon auksin. Auksin adalah hormon yang mendukung pertumbuhan tunas apikal, sedangkan sitokinin adalah hormon pengendali pertumbuhan tunas lateral (lateral bud).

Diameter Tunas

Diameter tunas diukur berdasarkan diameter tunas terpanjang yang terbentuk dari cabang hasil pemangkasan. Perlakuan jarak tanam dan pemangkasan menunjukkan tidak terdapat interaksi yang mempengaruhi pertumbuhan diameter tunas pada tanaman jarak pagar (Tabel 1). Perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah memberikan respon yang berbeda dengan perlakuan tinggi pangkas lainnya mulai dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata Diameter Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam

Perlakuan Minggu Setelah Pangkas (MSP)

4 8 12 Jarak tanam (m2) 1x1 0.49 0.71 0.95 1x2 0.68 0.89 1.09 2x2 0.56 0.72 0.94 Tinggi pangkasan (cm) 20 0.55b 0.72b 0.91b 40 0.43b 0.63b 0.88b

60 0.77a 1.02a 1.22a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Hasil ini sesuai dengan penelitian Raden (2008) yang menunjukkan pemangkasan batang utama dan jumlah cabang primer yang dipelihara berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 2-10 bulan setelah pangkas. Hal ini mengindikasikan translokasi fotosintat dari daun yang lebih banyak pada tunas terpanjang, lebih besar dibandingkan dengan tunas yang lebih pendek, banyaknya daun yang berperan sebagai source akhirnya akan mendukung penambahan diameter tunas yang berperan sebagai sink.

Meskipun perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tunas, hasil pengamatan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jarak tanam 1x2 m2 memberikan hasil tertinggi terhadap diameter tunas dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 1x1 m2 maupun jarak tanam 2x2 m2. Mawazin dan Suhndi (2008) menyebutkan untuk tanaman yang berumur 1-3 tahun, jarak tanam rapat cenderung menghasilkan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan jarak tanam yang lebar.

Jumlah Cabang

Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang total jarak pagar (tabel 1). Hasil tersebut sesuai sesuai dengan penelitian Cholid et al. (2006) yang menunjukkan perlakuan pemangkasan 30 cm, 45 cm, dan 60 cm berpengaruh terhadap jumlah cabang pada 75 dan 195 HST.

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Cabang Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan Pemangkasan dan Jarak Tanam

Perlakuan 24 MSP Jarak tanam (m2) 1x1 7.71 1x2 6.33 2x2 8.89 Tinggi pangkasan (cm) 20 4.08b 40 9.53a 60 9.31a

Perlakuan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah menunjukkan jumlah cabang cabang total tertinggi dengan rata-rata 9.53 buah cabang. Penelitian Putri (2009) menunjukkan bahwa pemangkasan dengan tanpa pembatasan jumlah cabang primer yang dipelihara memberikan jumlah cabang sekunder tertinggi.

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah cabang total jarak pagar. Perlakuan jarak tanam yang menghasilkan jumlah cabang tertinggi ditunjukkan oleh jarak tanam 2x2 m2 dari permukaan tanah yang menghasilkan 8.89 cabang (Tabel 7).

Jumlah cabang meningkat karena pemangkasan jumlah cabang utama menyebabkan hilangnya dominasi apikal tunas pucuk sehingga memicu tunas-tunas lateral untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Widodo (1995) yang menyebutkan bahwa penambahan jumlah cabang dapat terjadi karena hilangnya dominasi apikal karena pemangkasan tunas pucuk cabang utama. Hal ini mengakibatkan tunas lateral pada batang utama tumbuh membentuk cabang tanaman.

Sistem percabangan jarak pagar tidak teratur, sehingga sulit dibedakan antara cabang primer dan cabang sekundernya. Produktivtas dan kualitas biji yang optimum didapatkan dengan memelihara jumlah cabang hendaknya dipertahankan maksimal tidak lebih dari 60 cabang per pohon (Puslitbangbun, 2008b)

Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Generatif

Rekapitulasi Sidik Ragam Komponen Generatif dan Hasil Buah dan Biji

Rekapitulasi sidik ragam komponen hasil tanaman yang meliputi pengamatan pada fase generatif dan produksi buah dan biji disajikan pada Tabel 8. Secara statistik, dapat dilihat bahwa terdapat interaksi antara jarak tanam dengan pemangkasan terhadap bobot biji kering dan jumlah biji jarak pagar. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah biji. Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap umur berbunga, jumlah cabang

produktif, jumlah malai, jumlah buah per malai, jumlah buah yang dipanen per tanaman, bobot buah, bobot biji kering, dan jumlah biji tanaman jarak pagar. Sidik ragam untuk masing-masing peubah pengamatan komponen hasil tanaman jarak pagar terdapat pada Lampiran 10-11.

Tabel 8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam dan Interaksinya terhadap Pengamatan Generatif Jarak Pagar

Peubah pengamatan Perlakuan KK (%)

J T J * T

Waktu berbunga tn ** tn 8.96

Jumlah cabang produktif tn ** tn 8.75

Jumlah malai tn ** tn 8.31

Jumlah buah per malai tn ** tn 6.15

Jumlah buah panen tn ** tn 7.32

Bobot buah tn ** tn 11.16

Bobot biji kering tn ** * 8.29

Jumlah biji * ** * 7.00

Keterangan: tn = tidak nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%, * = nyata berdasarkan uji F pada taraf 5 %, ** = sangat nyata berdasarkan uji F pada taraf 1%, KK = Koefisien Keragaman, J = Jarak Tanam, T = Pemangkasan, J*T = Interaksi jarak tanam dan pemangkasan

Komponen Generatif

Hasil pengamatan pada Tabel 8, menunjukkan interaksi perlakuan pemangkasan dan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah malai, jumlah buah/malai dan jumlah malai tanaman jarak pagar. Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap seluruh peubah pengamatan. Perlakuan jarak tanam secara statistik tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap waktu berbunga, jumlah cabang produktif dan jumlah buah/malai, dan jumlah malai jarak pagar. Pengaruh pemangkasan dan jarak tanam terhadap komponen generatif jarak pagar ditunjukkan pada Tabel 9.

Perlakuan jarak tanam tidak memperlihatkan perbedaan antar taraf perlakuan. Perlakuan jarak tanam 1x2 m2 menunjukkan waktu berbunga tercepat

12.00 MSP dan paling lambat pada jarak tanam 1x1 m2. Perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah menunjukkan waktu berbunga yang paling lambat 13.56 MSP yang berbeda dengan perlakuan lainnya. Kondisi tanaman pada akhir pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 9. Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Komponen Generatif Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

Perlakuan Waktu berbunga Jumlah cabang produktif Jumlah buah/malai Jumlah malai (MSP) Jarak tanam (m2) 1x1 12.50 3.22 6.59 5.84 1x2 12.00 3.11 6.78 5.87 2x2 12.22 3.27 7.01 6.32 Tinggi pangkasan (cm) 20 13.56a 2.63b 5.98b 4.47c

40 11.89b 3.61a 7.36a 7.11a

60 11.13b 3.38a 7.10a 6.53b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Pemangkasan batang utama secara nyata dapat menunda waktu berbunga tanaman jarak pagar. Penelitian Raden (2008) menunjukkan tanaman jarak pagar yang dipangkas 20 dan 40 cm dari permukaan tanah berturut-turut berbunga pada 17.1 Minggu Setelah Tanam (MST) dan 17.67 MST. Hal tersebut karena tanaman yang dipangkas memerlukan waktu yang lebih lama untuk menginduksi pertumbuhan tunas vegetatif baru, terutama cabang lateral sehingga umur berbunga lebih lambat dibandingkan tanaman kontrol yang telah berbunga pada 12.6 MST (Raden, 2008).

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang produktif, walaupun untuk jarak tanam 2x2 m2 menghasilkan jumlah cabang produktif terbanyak yakni 3.27 buah. Pemangkasan dengan tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah menunjukkan respon jumlah cabang produktif yang berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan 40 cm dan 60 cm dari permukaan tanah. Jumlah cabang produktif tertinggi diperlihatkan pada

perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah dengan jumlah cabang produktif sebanyak 3.61 buah yang tidak berbeda nyata dengan tinggi pangkas 60 cm dari permukaan tanah. Jumlah cabang terendah terdapat pada tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah sebanyak 2.63 buah cabang.

Jumlah cabang produktif genotipe Bengkulu berkisar antara 2-3 buah cabang produktif (Martina, 2010). Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan hasil jumlah cabang produktif dalam penelitian ini. Hal itu menunjukkan bahwa pemangkasan dapat menginduksi penambahan jumlah cabang, khususnya peningkatan jumlah cabang produktif. Pemangkasan pada tanaman jarak pagar dilakukan untuk meningkatkan jumlah cabang produktif (Cholid et al. 2006). Menurut Salisbury dan Ros (1995), meningkatnya jumlah cabang ini disebabkan karena hilangnya dominasi apikal karena pucuk batang utama tanaman telah dipangkas. Fenomena dominasi apikal ini dikendalikan oleh hormon auksin pada tanaman.

Perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah/malai jarak pagar dan jumlah malai jarak pagar. Perlakuan pemangkasan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah buah/malai dan jumlah malai jarak pagar. Tinggi pangkas 20 cm dari permukaan tanah menunjukkan jumlah buah/malai terendah sebanyak 5.98 buah/malai yang berbeda nyata dengan tinggi pangkas 40 dan 60 cm dari permukaan tanah. Jumlah malai tertinggi sebanyak 7.11 ditunjukkan pada perlakuan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah yang berbeda nyata dengan perlakuan tinggi pangkas 20 cm dan 60 cm dari permukaan tanah.

Hasil Buah dan Biji

Dokumen terkait