• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Vegetatif

Pertumbuhan tanaman (panjang tangkai daun, jumlah daun, panjang tunas, lebar daun dan panjang stolon) semakin meningkat dengan semakin bertambahnya umur tanaman hingga 16 minggu setelah tanam (MST). Kondisi ini sejalan dengan pengamatan pola pertumbuhan vegetatif tanaman pegagan yang dapat membentuk cabang yang banyak pada stolonnya yang semakin memanjang. Pada setiap cabang dapat membentuk tumbuhan baru hingga sangat rimbun serta membentuk rumpun yang menutupi tanah. Setelah tanaman berumur 4 BST pertumbuhan tanaman pegagan mulai melambat sehingga antara pertumbuhan 4 BST dengan 5 BST tidak berbeda nyata, kecuali panjang tangkai daun. Hal ini disebabkan pada umur tersebut pertumbuhan tanaman pegagan mulai rapat, sehingga terjadi peningkatan persaingan pertumbuhan antar tanaman baru yang telah terbentuk dalam setiap rumpun. Keadaan ini yang menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pembentukan daun pegagan dalam rumpun tersebut (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh umur tanaman terhadap pertumbuhan tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman (BST) Pertumbuhan Tanaman Panjang tangkai (cm) Jumlah Daun (helai) panjang tunas (cm) Lebar daun (cm) panjang stolon (cm) 3 6.1 c 19.7 c 2.8 c 4.9 b 54.6 b 4 10.1 b 26.3 b 3.4a b 6.1 a 75.5 a 5 14.1 a 26.5 b 3.7 b 6.3 a 77.1 a 6 21.2 a 34.6 a 4.1 a 7.0 a 77.5 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji Duncan 5%. BST: Bulan setelah tanam

Pengaruh Umur Tanaman terhadap Kandungan Hara N, P, K pada Setiap Posisi Daun

Dua faktor utama yang menentukan status hara tanaman pada daun, yakni umur dan posisi daun. Secara berurutan daun pada posisi ke-3 lebih tua umurnya dari yang berada diposisi ke-2 dan ke-1. Pada tanaman pegagan posisi daun ke-1, ke-2,dan ke-3 menunjukkan perbedaan konsentrasi N, P, dan K yang nyata seperti terlihat pada Tabel 3, 4 dan 5. Umur daun perlu diperhatikan untuk daun sampel, karena hal ini terkait dengan perubahan fungsi daun sebagai sink atau source. Daun-daun muda berfungsi sebagai sink, sehingga harus mengimpor hara-hara mineral dan fotosintat dari organ lain yang berfungsi sebagai source untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam jumlah yang banyak. Daun dewasa berfungsi sebagai source sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan mengekspor hara-hara mineral dan fotosintat ke organ - organ lain yang membutuhkan (sink) (Marschner 1995).

Hara dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman hanya dalam bentuk tertentu seperti NO3-, NH4+, H2PO4-, HPO42-, dan K+. Selanjutnya hara tersebut

berperan dalam berbagai aktivitas metabolisme (Hanafiah 2004). Kondisi ini juga terjadi pada tanaman pegagan yang diuji dalam percobaan ini, baik untuk status hara N, P, maupun K pada daun (Tabel 3, 4, dan 5).

Nitrogen (N)

Umur tanaman mempengaruhi konsentrasi kandungan N daun pada daun ke- 1, daun ke-2, dan daun ke-3. Pada posisi daun ke-1, nilai kandungan N tertinggi diperoleh pada umur 3 bulan yang berbeda nyata dengan umur 6 bulan, karena pada umur 6 bulan terjadi penurunan konsentrasi N daun secara drastis. Untuk semua posisi daun terjadi penurunan konsentrasi N daunnya pada umur 6 BST. Hal ini sejalan dengan pendapat Liferdi et al. (2005) yang menyatakan bahwa perubahan hara pada daun tanaman disebabkan oleh perubahan fase pertumbuhan. Hara daun mengalami penurunan pada fase trubus dan fase generatif. Pada fase tersebut hara pada daun mengalami translokasi dari daun tua ke bagian organ yang lebih muda atau untuk pembentukan buah, akibatnya konsentrasi hara pada daun tua berkurang. Kandungan N daun ke-1 tidak berbeda nyata pada umur 3, 4, dan 5 BST, yang tertinggi adalah pada umur 3 BST yakni 3.78 % N namun tidak berbeda nyata dengan kadar N pada umur 5 BST. Pada daun posisi ke-2 dan ke-3, kandungan N daun tertinggi terjadi pada daun umur 5 BST, meskipun tidak berbeda nyata dengan umur 4 BST. Sehingga nilai konsentrasi kandungan N daun tertinggi terdapat pada posisi daun ke-2 yang berumur 5 BST yakni 3.87% N, sedang untuk posisi daun ke-3 umur 5 BST sebesar 3.81 % N. Konsentrasi N daun pada posisi daun ke-1 dan ke-2 maupun daun ke-3 terjadi penurunan (Tabel 3) .

Tabel 3 Pengaruh umur tanaman terhadap konsentrasi N pada daun ke-1, ke-2, atau ke-3 tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman (BST)

Konsentrasi N (%)

Daun ke- 1 Daun ke- 2 Daun Ke- 3

3 3.78 a 3.51 a 3.02 b

4 3.64 a 3.78 a 3.42 b

5 3.67 a 3.87 a 3.81 a

6 2.77 b 2.71 b 2.81 c

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

Fosfor (P)

Umur tanaman juga mempengaruhi kandungan P daun bahkan terjadi perbedaan pengaruh yang nyata baik pada posisi daun ke-1, ke-2, maupun ke-3. Penurunan kandungan P daun untuk ketiga posisi daun terjadi pula pada umur 6 bulan. Konsentrasi kandungan P tertinggi di posisi daun ke-1 terdapat pada umur 4 bulan yakni 0.26 % P, tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi P daun ke- 1 pada umur 5 bulan dan 3 bulan yakni 0.25 % P. Sedang untuk di posisi daun ke-2 dan ke-3 konsentrasi P tertinggi terjadi pada umur 5 bulan yang masing- masing secara berurutan sebesar 0.24 % P dan 0.22 % P.

Tabel 4 Pengaruh umur tanaman terhadap konsentrasi P pada daun ke-1 ke-2 atau ke-3 tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman (BST)

Konsentrasi P (%)

Daun ke- 1 Daun ke- 2 Daun Ke- 3

3 0.25 a 0.20 b 0.20 a

4 0.26 a 0.23 a 0.21 a

5 0.25 a 0.24 a 0.22 a

6 0.21 b 0.19 b 0.16 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

BST: Bulan setelah tanam Kalium (K)

Konsentrasi kandungan K daun pada posisi daun ke-1, ke-2 maupun ke-3 berbeda nyata pada setiap umur tanaman. Penurunan konsentrasi hara K pada daun terjadi juga pada daun umur 6 bulan di posisi daun ke-1, ke-2 maupun ke-3. Kandungan K daun tertinggi diperoleh pada umur 4 bulan di posisi daun ke -2 dan ke-3 yakni masing-masing secara berurutan sebesar 4.23 % K dan 4.18 % K. Pada posisi daun ke 2 konsentrasi K daun tertinggi terjadi pada umur daun 5 BST yakni sebesar 4.24 % K yang berbeda nyata dengan daun ke-2 umur 3, 4, dan 6 BST (Tabel 5).

Tabel 5 Pengaruh umur tanaman terhadap konsentrasi K pada daun ke-1, ke-2, atau ke-3 tanaman pegagan aksesi Boyolali di KP. Gunung Putri,Cipanas, 1500 m dpl

Umur Tanaman (BST)

Konsentrasi K (%)

Daun ke- 1 Daun ke- 2 Daun Ke- 3

3 3.44 b 3.09 b 3.16 b

4 4.23 a 3.32 b 4.18 a

5 3.27 b 4.24 a 3.30 b

6 3.17 b 2.83 c 2.48 c

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%

BST: Bulan setelah tanam

Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produksi

Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua komponen produksi berupa bobot segar tanaman, bobot terna kering tanaman dan kandungan senyawa bioaktif asiatikosida semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur tanaman hingga 5 BST. Namun pada umur 6 BST, terjadi penurunan hasil kecuali bobot segar tanaman yang banyak mengandung stolon dan akar. Untuk komponen hasil yang dapat dipasarkan dari tanaman pegagan yakni bobot kering daun dan produksi bioaktif senyawa asiatikosida tertinggi terjadi pada umur 5 BST. Umur tanaman berpengaruh nyata terhadap konsentrasi K daun pada ke tiga posisi daun (Tabel 6). Tingkat kualitas dan kuantitas produksi terna suatu tanaman sangat ditentukan oleh frekuensi dan waktu panen (Wibowo 1990). Sehingga waktu panen tanaman pegagan yang tepat didataran tinggi dengan jenis tanah Andisol pada penelitian ini adalah pada umur 5 bulan.

Hasil analisis jaringan daun tanaman pegagan menunjukkan bahwa kandungan senyawa asiatikosida semakin meningkat dengan semakin meningkatnya umur tanaman (Tabel 6). Kondisi ini menunjukkan bahwa kandungan asiatikosida daun masih meningkat linier sampai umur 6 BST, meskipun produksi asiatikosidanya telah menurun pada umur 6 BST dibandingkan 5 BST. Produksi bobot senyawa asiatikosida merupakan hasil perkalian antara bobot kering daun dengan kadar senyawa asiatikosida daun sampel.

Tabel 6 Pengaruh umur tanaman terhadap produksi bobot kering daun, bobot segar dan kering tanaman, serta bobot senyawa bioaktif asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl Umur Tanaman (BST) Produksi Kandungan senyawa asiatikosida (%) Bobot kering daun (g/tan) Bobot segar tanaman (g/tan) Bobot kering tanaman (g/tan) Bobot senyawa asiatikosida (g/tan) 3 3.28 c 58.12 c 7.70 c 0.034 b 1.05 4 9.65 ab 160.92 b 22.99 b 0.124 a 1.29 5 11.93 a 169.94 b 35.49 a 0.173 a 1.45 6 8.43 b 288.92 a 32.06 a 0.163 a 1.92 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji Duncan 5% BST: Bulan setelah tanam

Meskipun kadar senyawa asiatikosida sampel daun pada tanaman pegagan umur 6 BST lebih tinggi dari pada yang berumur 5 BST, namun jumlah produksi bobot kering daun pada 5BST yakni 11.93 g/tan adalah lebih tinggi dan berbeda nyata dengan produksi pada 6 BST yakni 8.43 g/tan. Sehingga produksi bobot asiatikosida pada umur 5 BST sebesar 0.173 g/tan menjadi lebih tinggi meskipun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan produksi bobot senyawa asiatikosida pada umur 6 BST yakni sebanyak 0.163 g/tan (Tabel 6). Hasil percobaan dan uraian diatas, maka terlihat bahwa waktu panen yang tepat didataran tinggi (pada tanah Andisol) adalah pada umur 5 bulan. Hal ini didasarkan pada umur 5 bulan menghasilkan produksi bobot terna kering dan bioaktif senyawa asiatikosida tertinggi dibandingkan umur 3, 4, dan 6 bulan (Tabel 6).

Tabel 7 Pengaruh posisi daun terhadap kandungan asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl.

Posisi Daun Kandungan Asiatikosida

(%)

Daun ke-1 1.09

Daun ke-2 1.17

Daun ke-3 1.25

Berdasarkan posisi daun, kandungan asiatikosida daun tua lebih tinggi dibandingkan daun muda. Secara berurutan umur jaringan daun pada posisi daun ke-3 adalah lebih tua dari daun ke-2, maupun daun ke-1. Kandungan bioaktif asiatikosida pada daun ke -3 lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada daun ke-1 dan daun ke-2 (Tabel 7).

Korelasi Status Hara N, P, K Daun Umur 3 - 6 Bulan dengan Produksi

Dalam penentuan sampel daun dengan posisi yang tepat untuk analisis tanaman perlu memperhatikan nilai koefisien korelasi (r) antar kadar hara N, P, dan K daun dengan produksi. Saat tanaman berumur 3 BST memberikan nilai koefisien korelasi tinggi secara nyata antara konsentrasi N, P dan K daun dengan bobot kering daun maupun terhadap bobot senyawa bioaktif asiatikosida, namun nilai korelasinya masih lebih rendah dibandingkan yang diperoleh pada daun umur 5 bulan. Nilai r yang tertinggi secara nyata dengan konsisten antara kadar hara N, P dan K daun terhadap produksi bobot kering daun dan senyawa bioaktif asiatikosida terjadi pada umur 5 BST (Tabel 8). Oleh karena itu bahan diagnostik penetapan kebutuhan pupuk N sebagai bahan untuk analisis hara N, P, atau K daun terbaik yang memenuhi persyaratan untuk tanaman pegagan adalah umur 5 bulan.

Tabel 8 Korelasi (r) antar kandungan hara N, P, K daun pada umur 3, 4 ,5, 6 BST dengan produksi bobot kering daun atau bobot senyawa bioaktif asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl. Umur Tanaman (BST) Kandungan Hara Bobot Kering Daun Bobot Senyawa Bioaktif Asiatikosida 3 N P K 1* 0.99* 1* 0.54* 0.86* 0.99* 4 N P K 1* 1* 1* 0.24 0.24 0.25 5 N P K 1* 0.99* 1* 0.97* 0.97* 0.97* 6 N P K 0.99* 0.43* 9.99* 0.94* 0.95* 0.94 Keterangan: * = terdapat hubungan yang nyata

Tabel 9 Korelasi (r) antar kandungan hara N, P, K daun posisi ke -1, 2, 3 dengan produksi bobot kering daun atau bobot senyawa bioaktif asiatikosida tanaman pegagan yang ditanam di KP. Gunung Putri, Cipanas, 1500 m dpl.

Posisi Daun Kandungan Hara Bobot Kering Daun Bobot Bioaktif Asiatikosida 1 N P K 0.02 0.20 0.09 0.08 0.06 0.43* 2 N P K 0.05 0.23 0.05 0.18 0.05 0.10 3 N P K 0.22 0.19 0.05 0.01 -0.01 -0.01 Keterangan: * = terdapat hubungan yang nyata

Berdasarkan posisi daun yang memberikan nilai korelasi yang tinggi secara konsisten antara N, P, dan K daun terhadap produksi bobot kering daun dan bobot senyawa asiatikosida diperoleh pada daun ke-1 (Tabel 9). Oleh karena itu bahan diagnostik penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K sebagai bahan untuk analisis hara N, P, atau K daun yang terbaik dilakukan pada posisi daun ke-1.

Secara umum melihat konsistensi dan keeratan korelasi antar status hara N, P atau K daun dengan produksi terna kering dan bobot senyawa bioaktif asiatikosida serta pertimbangan efisiensi aplikasinya, maka jaringan tanaman yang terbaik untuk dijadikan bahan diagnostik penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K adalah daun pada posisi ke-1 umur 5 BST. Untuk selanjutnya daun posisi ke-1 umur 5 bulan dijadikan daun sampel untuk tanaman pegagan.

SIMPULAN

1. Konsentrasi hara N, P, dan K daun pegagan semakin menurun dengan bertambahnya umur dan kenaikan status hara N, P, dan K berkorelasi positif dengan produksi terna bobot kering daun maupun senyawa bioaktif asiatikosida.

2. Waktu panen yang tepat untuk tanaman pegagan yang ditanam di dataran tinggi untuk mendapatkan produksi terna maupun senyawa bioaktif asiatikosida yang tinggi adalah umur 5 bulan.

3. Kandungan senyawa bioaktif asiatikosida pada daun tua umur 6 bulan (1.92 %) lebih tinggi dari pada daun muda umur 3 bulan (1.05 % ).

4. Sampel daun yang tepat sebagai bahan diagnosis status hara dalam penetapan kebutuhan pupuk N, P, dan K bagi tanaman pegagan adalah posisi daun ke-1 umur 5 bulan untuk analisis hara N, P dan K.

ABSTRAK

Uji kalibrasi dilakukan untuk menentukan hubungan antara nilai analisis hara N, P, K jaringan daun dengan respon produksi tanaman pegagan di lapangan. Selanjutnya interpretasi data dilakukan dengan menggunakan model regresi guna melihat pola respon produksi tanaman terhadap pemupukkan. Percobaan dilakukan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO, dari Januari sampai Desember 2009, pada jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 mdpl. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan model regresi yang tepat untuk menentukan status hara N, P, K pada jaringan daun tanaman pegagan. Selanjutnya dengan menggunakan metode Cate dan Nelson, data analisis hara pada jaringan daun pegagan dapat diinterpretasikan apakah status hara N, P, K tersebut tergolong rendah atau tinggi, serta batas titik kritisnya. Hanya yang berstatus rendah yang respon terhadap pemupukan, sehingga perlu ditambahkan pupuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi terbaik antara konsentrasi hara N, P, K daun sampel pegagan dengan hasil adalah kuadratik. Batas kritis hara N, P, dan K daun pegagan untuk produksi berat kering terna terletak pada titik 2.72 % N; 0.22% P; dan 3.27 % K. Untuk produksi asiatikosida titik kritisnya terletak pada 2.78 % N; 0.22 % P; dan 2.97 % K. Berdasarkan model regresi kuadratik dosis pupuk N, P dan K untuk menghasilkan terna kering maksimum yakni 2.57 g N/tan, 0.72 g P2O5/tan dan

2.69 g K2O/tan. Konsentrasi hara N, P dan K daun sampelnya yakni 4.33 % N ;

0.32 % P ; dan 4.96 % K. Rekomendasi dosis pupuk N, P dan K untuk menghasilkan asiatikosida maksimum yakni 2.04 g N/tan, 0.42 g P2O5/tan dan

2.93 g K2O/tan. Konsentrasi hara N, P dan K daun sampelnya 3.58% N; 0.39 %

P; dan 4.84% K.

Kata kunci: Uji kalibrasi , batas kritis, konsentrasi hara daun, rekomendasi pupuk

CALLIBRATION TEST OF N, P, K NUTRIENTS USING LEAF’S

Dokumen terkait