• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda. Lokasi pertama adalah Citeureup yang terletak di ketinggian 221 m dpl pada koordinat lintang 6°30’32.97”S dan bujur 106°56’45.58”T. Tanaman manggis di lokasi tersebut memiliki jarak tanam yang tidak beraturan karena ditanam di pekarangan rumah (Gambar 2a).

Lokasi kedua di Cigudeg pada ketinggian tempat 370 m dpl dengan koordinat lintang 6°29’32.91°S dan bujur 106°33’30.27”T. Tanaman manggis memiliki pola terasering karena keadaan lahan yang tidak merata dengan jarak tanam 4 m x 4 m bersamaan dengan tanaman lain seperti sengon, durian dan duku (Gambar 2b).

Lokasi ketiga adalah Cikembar yang terletak di kabupaten Sukabumi dengan ketinggian tempat 378 m dpl pada koordinat lintang 6°58’5.87”S dan bujur 106°48’21.74”T. Kebun manggis ini memiliki jarak tanam 4 m x 5 m dan tidak ternaungi oleh tanaman lain (Gambar 2c).

Selama penelitian berlangsung curah hujan rata-rata yang tercatat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika sebesar 295 mm/bulan di Citeureup, 275 mm/bulan di Cigudeg dan 509 mm/bulan di Cikembar (Lampiran 2). Berdasarkan klasifikasi iklim oleh Schmidt-Ferguson, bulan kering terjadi dimana curah hujan yang kurang dari 60 mm/bulan. Bulan kering akan menginduksi pembungaan pada tanaman manggis. Curah hujan yang rendah terjadi pada bulan September-Oktober, sehingga antesis terjadi pada bulan November.

Gambar 2 Lokasi penelitian a. kebun manggis Citeureup, b. kebun manggis Cigudeg dan c. kebun manggis Cikembar

Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis tanah sebelum perlakuan menunjukkan kebun manggis di daerah Citeureup, Cigudeg dan Cikembar memiliki tingkat kemasaman yang tinggi dengan pH rata-rata 4.14. Kandungan N, P, K dan Ca pada tiga lokasi penelitian tergolong rendah, sedangkan kandungan Mg dan KTK masuk dalam kategori sedang. Menurut Pusat Penelitian Tanah (1982), berdasarkan kriteria

14

penilaian sifat-sifat kimia tanah kandungan Ca < 2 me/100 g dikategorikan sangat rendah, pada kisaran 2-5 me/100 g rendah, kisaran 6-10 me/100 g sedang, kisaran 11-20 me/100 g tinggi sedangkan kandungan Ca > 20 me/100 g sangat tinggi (Lampiran 4). Berdasarkan hasil analisis tanah (Lampiran 5) maka diketahui bahwa kandungan kalsium pada lahan percobaan di Citeureup, Cigudeg dan Cikembar masuk dalam kategori rendah. Rendahnya hara terutama disebabkan oleh tingginya tingkat pencucian akibat curah hujan yang terjadi sepanjang tahun.

Hasil analisis tanah pada akhir penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan tingkat kemasaman dari sangat masam menjadi agak masam di Citeureup dan Cigudeg, sedangkan di Cikembar tingkat kemasaman meningkat dari sangat masam menjadi normal. Setelah pemupukan dengan dolomit, terjadi peningkatan kandungan hara N, P, K, Ca, Mg dan KTK di tiga lokasi penelitian jika dibandingkan dengan pengamatan awal. Di Citeureup terjadi peningkatan hara N sebesar 13.64%, P sebesar 51.06%, K sebesar 64.86%, Ca sebesar 58.58%, Mg sebesar 55.63% dan KTK sebesar 21.14%. pada lokasi penelitian Cigudeg terjadi peningkatan hara N sebesar 52.00%, P sebesar 51.17%, K sebesar 50%, Ca sebesar 73.08%, Mg sebesar 50% dan KTK sebesar 44.54%. Sedangkan di Citeureup terjadi peningkatan hara N sebesar 34.60%, P sebesar 58.58%, K sebesar 93.23%, Ca sebesar 88.37%, Mg sebesar 73.96% dan KTK sebesar 33.97%.

Perubahan sifat kimia tanah tersebut terindikasi ada kaitan yang erat antara pH tanah terhadap status ketersediaan Ca dalam larutan tanah akibat adanya pengikatan ion H oleh ion CO3-2 yang terdapat dalam dolomit. Menurut Tisdale et

al. (2005) reaksi yang terjadi pada saat pemberian dolomit, mula-mula

CaCO3MgCO3 terurai membentuk ion CO32+ dan ion Ca2+ atau Mg2+. Ion CO3-2 akan menarik ion H+ dari kompleks jerapan tanah sehingga terbentuk H2CO3. Ion Ca2+ atau Mg2+ akan mengisi kompleks jerapan tanah yang ditinggalkan oleh ion H+ dengan demikian pH tanah akan naik. Akibatnya ketersediaan unsur hara akan meningkat.

Cemaran Getah Kuning pada Aril, Juring dan Kulit Buah Manggis Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium+boron berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit luar di Citeureup dan Cikembar. Pada lokasi penelitian Cigudeg, dosis pupuk kalsium+boron berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril dan juring. Waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril dan kulit luar di Citeureup. Pada lokasi penelitian Cigudeg, waktu aplikasi hanya berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada kulit luar buah. Sedangkan pada lokasi penelitian Cikembar, waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit luar. Interaksi antara dosis dan waktu aplikasi pupuk kalsium+boron tidak berpegaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit luar di tiga lokasi penelitian (Tabel 1).

15

Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium dan boron serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian.

Peubah persentase buah tercemar getah kuning (%)

Sumber Keragaman

Dosis Waktu Interaksi KK (%)

I. Citeureup Aril * * tn 46.84 Juring * tn tn 54.77 Kulit luar * * tn 44.01 II. Cigudeg Aril ** tn tn 46.84 Juring ** tn tn 57.65 Kulit luar tn * tn 45.16 III. Cikembar Aril ** tn tn 43.91 Juring * tn tn 70.28 Kulit luar * tn tn 61.65

Keterangan : **= sangat nyata, *= nyata, tn= tidak nyata, KK= koefisien keragaman berdasarkan uji F pada taraf α= 5%

Persentase Cemaran Getah Kuning

Persentase cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit buah di tiga lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2. Aplikasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon (1 ton Ca/ha/tahun) dan 3.2 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon (2 ton Ca/ha/tahun) sama baiknya dalam menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril, juring per buah dan kulit luar buah manggis di tiga lokasi penelitian. Dengan demikian perlakuan pupuk 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon yang terbaik karena lebih efektif dari segi ekonomi untuk diterapkan oleh petani.

Dosis pupuk kalsium dan boron 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon menurunkan cemaran getah kuning pada aril sebesar 46.79% di Citeureup, 59.61% di Cigudeg dan 63.30% di Cikembar. Dosis pupuk tersebut juga efektif menurunkan cemaran getah kuning pada juring per buah sebesar 52.28% di Citeureup, 67.71% di Cigudeg dan 69.69% di Cikembar. Demikian pula halnya pada persentase cemaran getah kuning di kulit luar buah sebesar 30.13% di Citeureup, 14.78% di Cigudeg dan 51.76% di Cikembar.

Pada lokasi penelitian Citeureup, waktu aplikasi kalsium dan boron pada saat stadia 1 (2 MSA) merupakan perlakuan waktu aplikasi yang terbaik dalam menurunkan cemaran getah kuning pada aril sebesar 59.07%, 44.20% pada juring per buah dan 54.36% pada kulit luar. Waktu aplikasi kalsium dan boron saat antesis, stadia 1 dan antesis+stadia 1 sama baiknya dalam menurunkan cemaran getah kuning pada aril, juring per buah dan kulit luar di Cigudeg dan Cikembar.

16

Tabel 2 Persentase buah tercemar getah kuning pada aril, juring dan kulit dengan perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian

Perlakuan Ctp % Penurunan Cgd % Penurunan Ckb % Penurunan

Dosis Ca+B Aril (%)

(kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 48.54a 46.79 44.37a 59.61 35.42a 63.30 1.6+1.55 25.83b 17.92b 13.00b 3.2+1.55 32.08b 15.83b 19.00b Waktu Aplikasi Antesis 43.33a 59.07 29.37 29.08 22.67 23.86 Stadia 1 18.33b 20.83 19.67 Antesis+Stadia 1 44.79a 27.92 25.08

Dosis Ca+B Juring (%)

(kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 23.24a 52.28 18.86a 67.71 19.96a 69.69 1.6+1.55 11.09b 6.09b 6.05b 3.2+1.55 15.46b 5.85b 8.35b Waktu Aplikasi Antesis 17.81 44.20 9.42 12.13 11.11 4.55 Stadia 1 11.45 10.67 11.64 Antesis+Stadia 1 20.52 10.72 11.62

Dosis Ca+B Kulit buah (%)

(kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 50.21a 30.13 42.29 14.78 44.92a 51.76 1.6+1.55 32.08b 36.04 21.67b 3.2+1.55 33.33b 36.25 21.25b Waktu Aplikasi Antesis 47.92a 54.36 52.50a 46.44 27.75 16.07 Stadia 1 21.87b 28.12b 27.42 Antesis+Stadia 1 45.83a 33.96b 32.67

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%; Ctp= Citeureup, Cgd= Cigudeg dan Ckb= Cikembar.

Berdasarkan hasil penelitian, dosis pupuk 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon (setara dengan 1 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun) merupakan perlakuan pupuk yang terbaik karena lebih efektif dan ekonomis jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Aplikasi kalsium dan boron untuk menurunkan cemaran getah kuning buah manggis pada penelitian sebelumnya tergolong masih tinggi dalam penggunaan dolomit sebagai sumber kalsium. Dorly (2009) menyatakan bahwa aplikasi 6 ton kalsium ha/tahun dapat menurunkan cemaran getah kuning. Selanjutnya Depari (2011) menggunakan dosis yang lebih rendah yaitu 3.5 ton kalsium ha/tahun mampu menurunkan persentase cemaran getah kuning sebesar 20% di aril, 63% di kulit dan 19% di juring per buah. Pada penelitian selanjutnya Purnama (2014) menyatakan bahwa

17

3.12 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun dapat menurunkan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning sebesar 98% dari 66.67% menjadi 1.05%.

Dosis pupuk yang tinggi dapat meningkatkan biaya produksi yang dianggap memberatkan bagi para petani manggis di Indonesia. Umumnya petani manggis Indonesia tidak melakukan perawatan terhadap tanaman manggis mereka, sehingga kualitas buah manggis yang dihasilkan menjadi rendah. Pemupukan dengan kalsium dan boron perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah manggis. Dosis aplikasi kalsium dan boron yang rendah pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemauan petani untuk melakukan pemupukan pada tanaman manggis.

Penurunan persentase buah tercemar getah kuning pada aril, juring per buah maupun kulit luar buah manggis mengindikasikan bahwa kalsium dan boron menjadi unsur penting untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis. Kalsium berperan penting dalam aktivitas jaringan meristem dan sebagai perekat antar dinding sel dengan dinding sel yang lain pada saluran sekretori getah kuning. Keberadaan kalsium akan meningkatkan kekuatan dinding sel saluran getah kuning sehingga tidak mudah pecah. Tanaman yang tidak mendapatkan suplai kalsium yang cukup mengakibatkan kerusakan pada sel, termasuk pecahnya saluran getah kuning. Menurut Poerwanto et al. (2010) pemberian kalsium akan menjaga getah kuning tetap berada pada salurannya.

Boron berperan mendukung fungsi kalsium dalam peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel saluran getah kuning (Hu et al. 1996). Menurut Martias (2012) bahwa peningkatan dosis kalsium dan boron di kulit buah dapat menurunkan cemaran getah kuning. Aplikasi kalsium dan boron akan meningkatkan ketahanan saluran dinding sel terhadap resiko terjadinya pecah pada saat terjadi tekanan terhadap saluran tersebut. Blevins dan Lukaszewski (1998) boron menjadi bagian dari komponen struktural sel dan berperan meningkatkan stabilitas dan ketegaran struktur dinding sel serta integritas membran plasma.

Pada stadia I (2 MSA), laju pembelahan dan pembesaran sel selama perkembangan buah sangat cepat sehingga membutuhkan kalsium yang tinggi. Menurut Depari (2011) aplikasi kalsium saat akhir stadia 1 (1 sampai 4 MSA) mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis dengan meningkatnya kandungan kalsium pada pericarp. Lebih lanjut, Kurniadinata et al. (2016) menyatakan bahwa stadia 1 menjadi waktu kritis pemenuhan kebutuhan kalsium karena tingginya kebutuhan kalsium serta belum terjadi kerusakan xylem pada pedisel. Kalsium ditranslokasikan ke buah hanya dapat melalui jaringan xylem. Pemberian kalsium pada stadia I (2 MSA) akan membuat penyerapan kalsium ke buah lebih maksimal karena pada saat itu jaringan xylem di pedisel berfungsi optimal.

Tingkat cemaran getah kuning pada kulit buah di tiga lokasi penelitian cenderung lebih tinggi dibandingkan pada aril dan juring per buah. Hal tersebut diduga karena cemaran getah kuning pada kulit tidak hanya disebabkan oleh kekurangan kalsium. Menurut Syah et al. (2010) dapat disebabkan oleh gangguan mekanis seperti tusukan atau gigitan serangga, benturan dan cara panen yang kurang hati-hati.

18

Skor Cemaran Getah Kuning

Aplikasi kalsium dan boron mampu meningkatkan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis di tiga lokasi penelitian (Tabel 3). Semakin tinggi nilai skor menunjukkan buah tidak tercemar getah kuning. Nilai skor aril dan kulit luar tercemar getah kuning terendah pada buah manggis dengan perlakuan tanpa kalsium dan boron yaitu rata-rata 2.2yang artinya kondisi aril dan kulit luar buah yang buruk akibat adanya cemaran getah kuning. Skor 2 pada aril menunjukkan terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di ujung juring, antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Sedangkan skor 2 pada kulit luar menunjukkan kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur berwarna kuning di permukaan buah.

Aplikasi kalsium dan boron dapat meningkatkan nilai skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis dengan rata-rata 4 di tiga lokasi penelitian. Nilai skor 4 menggambarkan kondisi buah dalam keadaan baik yaitu pada aril, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung aril, namun tidak memberikan rasa pahit, sedangkan pada kulit menggambarkan kondisi kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Dosis pupuk 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon memiliki nilai skor yang tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk 3.2 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon di tiga lokasi penelitian. Hal tersebut menandakan kedua dosis pupuk tersebut memiliki pengaruh yang sama dalam menurunkan skor cemaran getah kuning baik pada aril maupun kulit buah manggis. Dosis 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon dianggap perlakuan pupuk yang terbaik karena lebih ekonomis dalam penggunaan pupuk sehingga bisa menekan biaya produksi.

Aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis, stadia 1 dan antesis+stadia 1 tidak mempengaruhi skor cemaran getah kuning di tiga lokasi penelitian. Kalsium dan boron mampu mengurangi cemaran getah kuning terutama dengan dosis 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorly et al. (2011) dan Depari (2011) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara skor cemaran getah kuning dengan kandungan kalsium di kulit buah, yaitu peningkatan kandungan kalsium pada kulit buah dapat menurunkan skor getah cemaran kuning di kulit luar dan aril buah. Purnama (2014) juga menyatakan adanya korelasi negatif antara kandungan kalsium dan boron di perikarp dengan skor dan persentase cemaran getah kuning.

Peningkatan skor cemaran getah kuning baik pada aril maupun pada kulit buah diduga terjadi akibat meningkatnya kandungan kalsium dan boron pada manggis yang telah diberi dolomit dan finbor. Menurut Marschner (1995) kalsium berperan sebagai perekat antar dinding sel. Kalsium diserap dalam bentuk Ca++ melalui aliran transpirasi dan intersepsi akar.

19

Tabel 3 Skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah penelitian pada perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian.

Perlakuan

Skor cemaran getah kuning pada aril

Skor cemaran getah kuning pada kulit

Rataan Peringkat Rataan Peringkat

Dosis Ca+B Citeureup

(kg Ca/pohon + g B/pohon) 0+0 2.29 6.50b 2.34 6.50b 1.6+1.55 4.64 25.50a 4.63 24.83a 3.2+1.55 4.53 23.50a 4.63 24.17a Waktu Aplikasi Antesis 3.82 17.29 3.70 14.79 Stadia 1 3.93 21.46 4.00 23.08 Antesis + Stadia 1 3.71 16.73 3.85 17.63

Dosis Ca+B Cigudeg

(kg Ca/pohon + g B/pohon) 0+0 2.26 6.50b 2.09 6.50b 1.6+1.55 4.45 23.17a 4.82 24.00a 3.2+1.55 4.52 25.83a 4.82 25.00a Waktu Aplikasi Antesis 3.68 15.17 3.89 18.38 Stadia 1 3.91 22.83 3.93 17.83 Antesis + Stadia 1 4.00 16.92 3.91 19.29

Dosis Ca+B Cikembar

(kg Ca/pohon + g B/pohon) 0+0 2.08 6.50b 2.09 6.50b 1.6+1.55 4.77 25.46a 4.84 26.17a 3.2+1.55 4.74 23.54a 4.77 22.83a Waktu Aplikasi Antesis 3.97 20.63 3.95 19.67 Stadia 1 4.00 20.13 3.88 19.67 Antesis + Stadia 1 3.74 14.75 3.86 16.17

Keterangan: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1 sampai 5 dengan nilai 1 (terburuk/memiliki cemaran tertinggi) hingga nilai 5 (terbaik/tanpa cemaran). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn

Selain unsur kalsium, unsur boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel yang sedang berkembang (Dear dan Weir 2004). Peningkatan konsentrasi kalsium dan boron di kulit buah manggis dapat menurunkan cemaran getah kuning (Martias 2012). Pemberian dolomit dapat meningkatkan kandungan kalsium di eksokarp dan endocarp (Dorly et al. 2011; Depari 2011; Saribu 2011). Kombinasi kalsium dan boron akan menjamin suplai boron terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah. Boron berperan mendukung fungsi kalsium dalam peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel saluran getah kuning (Hu et al. 1996).

20

Sifat Fisik Buah

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium dan boron, waktu aplikasi serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah sifat fisik buah manggis di tiga lokasi penelitian (Tabel 4).

Tabel 4 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium dan boron serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron terhadap sifat fisik buah manggis di tiga lokasi penelitian.

Sifat fisik buah Sumber Keragaman

Dosis Waktu Dosis x Waktu KK (%)

I. Citeureup Diameter transversal tn tn tn 1.71 Diameter longitudinal tn tn tn 2.98 Bobot buah tn tn tn 11.93 Bobot kulit tn tn tn 16.07 Bobot cupat tn tn tn 20.57 Bobot aril tn tn tn 16.99 Bobot biji tn tn tn 8.70 Edible portion tn tn tn 7.83 Kekerasan tn tn tn 2.60 Ketebalan kulit tn tn tn 14.72 II. Cigudeg Diameter transversal tn tn tn 1.02 Diameter longitudinal tn tn tn 0.41 Bobot buah tn tn tn 3.04 Bobot kulit tn tn tn 3.04 Bobot cuat tn tn tn 18.78 Bobot aril tn tn tn 5.59 Bobot biji tn tn tn 7.79 Edible portion tn tn tn 4.74 Kekerasan tn tn tn 22.20 Ketebalan kulit tn tn tn 3.30 III. Cikembar Diameter transversal tn tn tn 4.23 Diameter longitudinal tn tn tn 15.02 Bobot buah tn tn tn 20.39 Bobot kulit tn tn tn 25.28 Bobot cuat tn tn tn 11.42 Bobot aril tn tn tn 30.33 Bobot biji tn tn tn 21.56 Edible portion tn tn tn 13.50 Kekerasan tn tn tn 38.28 Ketebalan kulit tn tn tn 21.51

Keterangan: tn= tidak nyata, berdasarkan uji F pada taraf α = 5%; KK= koefisien keragaman Diameter transversal buah manggis yang dihasilkan pada penelitian ini adalah antara 49 sampai 59 mm, sedangkan diameter longitudinal nya adalah 42 sampai 56 mm. Diameter transversal dan longitudinal buah manggis tidak dipengaruhi oleh aplikasi kalsium dan boron (Tabel 5).

21

Tabel 5 Diameter transversal (T) dan longitudinal (L) buah manggis pada perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian.

Perlakuan

Diameter (mm)

T L T L T L

Citeureup Cigudeg Cikembar

Dosis Ca+B (kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 49.47 43.93 55.51 50.42 57.65 56.19 1.6+1.55 49.33 43.23 55.42 50.28 58.22 51.16 3.2+1.55 49.15 42.96 55.55 50.33 58.75 51.70 Waktu Aplikasi Antesis 49.72 44.09 55.52 50.30 56.90 51.33 Stadia 1 48.84 42.87 55.52 50.44 58.95 52.17 Antesis+Stadia 1 49.39 43.15 55.43 50.30 58.77 55.56 Salah satu penentu mutu buah manggis adalah warna dan kesegaran sepal buah. Warna dan kesegaran sepal mempengaruhi penilaian mutu selama penyimpanan. Buah manggis segar memiliki warna sepal yang hijau segar kemudian berubah menjadi cokelat. Pada awal penyimpanan rata-rata sepal buah berwarna hijau kecoklatan dengan kesegaran sepal yang segar.

Bobot buah di Citeureup berkisar 77.92 sampai 83.27 g, berbeda dengan bobot buah di Cigudeg yang berkisar 98.38 sampai 100.51 g dan Cikembar berkisar 105.72 sampai 112.39 g (Tabel 6). Berdasarkan ketetapan Badan Standar Nasional (BSN) (2009) (Lampiran 3), buah manggis di Citeureup dan Cigudeg termasuk pada kode ukuran 3 (76 sampai 100), sedangkan Cikembar termasuk pada kode ukuran 2 (101 sampai 125). Kisaran bobot bagian buah yang lain tidak jauh berbeda antar lokasi penelitian yaitu 41 g sampai 62 g untuk bobot kulit, 2 g sampai 3 g untuk bobot cupat, 28 sampai 36 g untuk bobot aril dan 4 sampai 8 g bobot biji.

Pengamatan terhadap edible portion pada Tabel 6 yang relatif sama antar lokasi penelitian menunjukkan bahwa satu buah manggis memiliki 25 sampai 31% bagian yang dapat dikonsumsi. Bila dibandingkan dengan edible portion buah pepaya (75%), mangga (65%) dan alpukat (62%), manggis memiliki persentase edible portion yang kecil (Rai dan Poerwanto 2008). Menurut Daryono dan Sosrodiharjo (1986), sebagian besar buah manggis terdiri atas kulit sehingga nilai porsi buah manggis yang dapat dimakan rendah dan bahkan jauh lebih rendah dibandingkan buah-buah lain yang kebanyakan sekitar 60%.

Perbedaan nilai kualitas fisik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan ukuran buah yang dihasilkan pada masing-masing lokasi penelitian. Ukuran buah menentukan karakter fisik buah yang berkaitan dengan pertambahan volume. Semakin kecil ukuran buah maka bobotnya juga akan semakin kecil, begitu pula dengan diameter buah. Perbedaan ukuran buah yang dihasilkan pada masing-masing lokasi tidak dipengaruhi oleh pemberian kalsium dan boron. Primilestari (2011) menyatakan bahwa pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium.

22

Tabel 6 Bobot buah dan bobot bagian-bagian buah manggis pada perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian. Perlakuan

Bobot (g) Edible

portion (%) Buah Kulit Cupat Aril Biji

I. Citeureup Dosis Ca+B (kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 80.50 44.46 2.68 30.17 4.72 31.47 1.6+1.55 79.03 41.85 2.72 29.45 4.80 31.99 3.2+1.55 80.07 44.11 2.45 29.11 5.07 29.88 Waktu Aplikasi Antesis 77.92 43.02 2.82 30.10 4.86 31.04 Stadia 1 83.27 43.93 2.63 30.57 4.84 31.62 Antesis+Stadia 1 78.41 43.47 2.40 28.05 4.89 30.67 II. Cigudeg Dosis Ca+B (kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 98.38 54.10 3.28 33.52 7.47 26.46 1.6+1.55 99.26 54.74 3.34 33.62 7.56 26.22 3.2+1.55 100.51 55.14 3.64 33.79 7.93 25.71 Waktu Aplikasi Antesis 99.31 54.27 3.71 33.65 7.67 26.17 Stadia 1 99.81 55.21 3.35 33.45 7.80 25.69 Antesis+Stadia 1 99.02 54.50 3.20 33.84 7.49 26.54 III. Cikembar Dosis Ca+B (kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 112.39 61.48 3.84 33.42 5.39 26.55 1.6+1.55 105.72 61.22 3.32 35.44 5.73 28.14 3.2+1.55 106.72 61.31 3.43 36.35 5.90 28.23 Waktu Aplikasi Antesis 110.80 62.02 3.23 35.02 5.53 27.46 Stadia 1 107.56 62.39 3.40 35.66 6.10 27.28 Antesis+Stadia 1 106.47 59.33 3.96 34.54 5.39 28.18 Kualitas fisik lain yang diamati adalah kekerasan dan ketebalan kulit buah (Tabel 7). Pemberian pupuk kalsium dikhawatirkan akan meningkatkan kekerasan kulit buah karena berkaitan dengan fungsi kalsium sebagai penjaga integritas dinding sel. Jika pengerasan kulit buah ini terjadi maka buah akan sulit untuk dibuka. Pupuk kalsium dan boron pada penelitian ini memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kekerasan buah manggis sehingga pemberian kalsium dan boron tidak menyebabkan peningkatan kekerasan buah. Aplikasi pupuk kalsium dan boron tidak meningkatkan kekerasan dan ketebalan kulit buah buah manggis di tiga lokasi penelitian.

Kemudahan buah untuk dibuka merupakan parameter lain untuk menilai kualitas buah manggis. Kalsium merupakan penghubung antara rantai pektin pada dinding sel (Taiz dan Zeiger 1991). Kadar kalsium pada pericarp yang terlalu tinggi diduga menyebabkan ikatan antara rantai pektin menguat dan kulit buah menjadi keras. Kekerasan kulit buah berdampak negatif karena menyebabkan buah sulit dibuka. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kalsium yang

23

diaplikasikan tidak meningkatkan kekerasan dan ketebalan kulit buah manggis. Kekerasan kulit buah manggis yang diukur dengan penetrometer menghasilkan nilai 2.20 mm/g/dtk sampai 3.41 mm/g/dtk yang menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah normal artinya buah masih dapat dibuka.

Tabel 7 Tingkat kekerasan dan ketebalan kulit buah manggis pada perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian

Perlakuan Kekerasan (mm/g/dtk) Tebal kulit (mm)

Citeureup Cigudeg Cikembar Citeureup Cigudeg Cikembar Dosis Ca+B (kgCa/pohon+g B/pohon) 0+0 2.45 3.04 2.73 6.57 7.31 7.92 1.6+1.55 2.50 3.41 2.40 5.82 7.30 6.96 3.2+1.55 2.48 3.35 2.75 6.62 7.27 6.87 Waktu Aplikasi Antesis 2.46 3.01 2.88 6.25 7.24 7.13 Stadia 1 2.46 3.40 2.20 6.32 7.31 7.00 Antesis+Stadia 1 2.52 3.39 2.80 6.43 7.33 7.62

Sifat Kimia Buah

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium dan boron, waktu aplikasi serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah sifat kimia buah manggis di tiga lokasi penelitian (Tabel 8).

Tabel 8 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium

Dokumen terkait