• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi

Citeureup Cigudeg Cikembar

Getah Kuning Tahu 20 40 80

Tidak Tahu 80 60 20

Penyebab getah kuning Tahu 0 0 30

Tidak Tahu 100 100 70

Pengendalian getah kuning Dikendalikan 0 0 0

Dibiarkan saja 100 100 100

Penyuluhan getah kuning Pernah 0 0 0

Tidak pernah 100 100 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2015

Petani responden tidak pernah mendapatkan informasi dan penyuluhan tentang getah kuning dan cara pengendaliannya sehingga pada saat survey lokasi penelitian sebagian petani manggis tidak ingin lahannya dijadikan objek penelitian. Ada yang beralasan takut tanamannya mati, produksi buah menjadi lebih sedikit, rasa buah akan tidak sesuai dengan selera konsumen, namun kekhawatiran responden tidak terbukti pada penelitian ini. Kualitas buah manggis yang dihasilkan dengan pemberian kalsium dan boron lebih baik dibandingan tanpa pupuk dan tidak mempengaruhi rasa buah.

Hasil wawancara sesudah penelitian (Tabel 13) menunjukkan bahwa beberapa petani responden mau menerapkan pupuk kalsium dan boron walaupun beberapa dari petani responden belum menerapkan pupuk karena menganggap pupuk kalsium dan boron membutuhkan modal yang besar.

Tabel 13 Kemauan petani responden menerapkan pupuk kalsium dan boron (%) Peubah

Lokasi

Citeureup Cigudeg Cikembar Pupuk kalsium dan boron dapat

mencegah cemaran getah kuning

Ya 60 70 80

Tidak 40 30 20

Pupuk kalsium dan boron akan diterapkan untuk selanjutnya

Ya 50 50 70

Tidak 50 50 30

Pupuk ini membutuhkan modal besar Ya 40 50 30

Tidak 60 50 70

Sumber: Data primer setelah diolah, 2015

Pembahasan Umum

Getah kuning merupakan salah satu faktor yang berperan menurunkan kualitas buah manggis. Menurut Yaacob dan Tindall (1995) getah kuning merupakan kelainan fisiologis dengan gejala daging buah tercemar getah berwarna kuning. Getah kuning merupakan masalah utama dalam agribisnis manggis saat ini. Getah kuning bukan hanya merusak penampilan dan kebersihan kulit buah, tetapi juga menyebabkan daging buah (aril) menjadi pahit.

29

Getah kuning pada dasarnya diproduksi oleh tanaman untuk keperluan metabolisme dan sistem pertahanan tanaman. Kerusakan saluran epitel pada tanaman manggis dapat mengakibatkan keluarnya getah kuning dan mengakibatkan pencemaran aril dan perikarp buah manggis. Pencemaran oleh getah kuning pada buah manggis dapat terjadi pada buah yang masih muda maupun yang sudah masak (Dorly 2009). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kejadian getah kuning pada buah manggis erat kaitannya dengan kandungan kalsium pada jaringan buah. Dorly et al. (2008) mengembangkan pengetahuan tentang penyebab kerusakan pada dinding sel epitel dan menduga pecahnya saluran sekretori sebagai akibat konsentrasi kalsium yang rendah pada dinding sel epitel.

Pemberian pupuk kalsium dan boron, terbukti mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kebun manggis di lokasi penelitian yang berbeda. Dorly (2009) menggunakan pupuk kalsium sebanyak 6 ton kalsium ha/tahun di Leuwiliang. Depari (2011) menggunakan pupuk kalsium sebanyak 3.5 ton kalsium ha/tahun di Lampung mampu menurunkan persentase cemaran getah kuning sebesar 20% di aril, 63% di kulit dan 19% di juring per buah. Saribu (2011) menggunakan pupuk kalsium dan boron sebanyak 3.62 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun di Leuwiliang dapat menurunkan cemaran getah kuning pada aril hingga menjadi 0% cemaran. Primilestari (2011) menggunakan pupuk kalsium sebanyak 2 ton kalsium ha/tahun dapat menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebesar 95.71% di Lampung dan Purnama (2014) menggunakan pupuk kalsium dan boron sebanyak 3.12 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun di Purwakarta dapat menurunkan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning sebesar 98% dari 66.67% menjadi 1.05%.

Upaya peningkatan kandungan kalsium pada perikarp buah manggis pada beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan, namun efisiensinya masih perlu ditingkatkan. Dosis pupuk kalsium yang digunakan tersebut relatif masih tinggi sehingga tidak efektif dan ekonomis bila diterapkan oleh petani. Dari hasil penelitian ini diperoleh dosis pemupukan yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalsium dan boron yang terbaik adalah 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon dengan persentase penurunan cemaran getah kuning pada aril sebesar 46.79% di Citeureup, 59.61% di Cigudeg dan 63.30% di Cikembar dan pada kulit luar sebesar 30.13% di Citeureup, 14.78% di Cigudeg dan 51.76% di Cikembar.

Penurunan persentase buah tercemar getah kuning pada aril, juring per buah maupun kulit luar buah manggis mengindikasikan bahwa kalsium dan boron menjadi unsur penting untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis. Kalsium berperan penting dalam aktivitas jaringan meristem dan sebagai perekat antar dinding sel dengan dinding sel yang lain pada saluran sekretori getah kuning. Keberadaan kalsium akan meningkatkan kekuatan dinding sel saluran getah kuning sehingga tidak mudah pecah. Tanaman yang tidak mendapatkan suplai kalsium yang cukup mengakibatkan kerusakan pada sel, termasuk pecahnya saluran getah kuning. Menurut Poerwanto et al. (2010) pemberian kalsium akan menjaga getah kuning tetap berada pada salurannya.

Keberadaan kalsium sebagai penyusun dinding sel pada jaringan endocarp buah manggis akan meningkatkan ketahanan dinding saluran getah kuning

30

terhadap kerusakan dan pecah yang dapat menyebabkan keluarnya getah kuning dan mengotori juring dan aril buah. Harholt et al. (2010) menyatakan dalam tulisannya bahwa dinding sel tersusun oleh polisakarida dan protein. Polisakarida menjadi bagian utama pada dinding sel. Polisakarida diketahui terdiri atas tiga kelompok yaitu selulosa, hemiselulosa dan pektin. Pektin sebagai salah satu penyusun dinding sel terbagi pula atas empat kelompok besar yaitu Homogalacturonan (HG), Rhamnogalacturonan I (RGI), Rhamnogalacturonan II (RGII) dan Xylogalacturonan (XGA). Keempat kelompok ini terkait satu sama lain membentuk satu rantai panjang. Komposisi keempat kelompok ini berbeda-beda pada setiap rantai pektin sesuai dengan jenis tanaman dan jenis jaringan tanaman. Namun secara umum HG menjadi kelompok yang dominan pada rantai pektin (lebih kurang 65% bagian pektin), RGI 20% sampai 35%, sedangkan XGA dan RGII masing-masing kurang dari 10%. Fungsi utama dinding sel adalah memberikan kekuatan fisik pada tanaman dan pertahanan terhadap pengaruh lingkungan. Pektin berfungsi untuk mendukung fungsi dari dinding sel. Pektin berada pada dinding sel primer (utama) dan lamela tengah (diantara sel-sel).

Boron berperan mendukung fungsi kalsium dalam peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel saluran getah kuning (Hu et al. 1996). Menurut Martias (2012) bahwa peningkatan dosis kalsium dan boron di kulit buah dapat menurunkan cemaran getah kuning. Aplikasi kalsium dan boron akan meningkatkan ketahanan saluran dinding sel terhadap resiko terjadinya pecah pada saat terjadi tekanan terhadap saluran tersebut. Menurut Blevins dan Lukaszewski (1998) boron menjadi bagian dari komponen struktural sel dan berperan meningkatkan stabilitas dan ketegaran struktur dinding sel serta integritas membran plasma.

Kalsium merupakan unsur hara makro bersifat tidak mobil sehingga tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan lain termasuk buah (Depari 2011). Gardner et al. (1991) mencirikan kalsium sebagai unsur yang tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman kalsium dalam aliran transpirasi dari xylem. Oleh karena itu waktu aplikasi menjadi sangat penting agar kalsium dapat ditranslokasikan langsung ke buah yang sedang berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi kalsium terbaik untuk mengendalikan getah kuning di Citeureup dan Cigudeg adalah pada Stadia 1 (2 MSA).

Pada stadia I (2 MSA), laju pembelahan dan pembesaran sel selama perkembangan buah sangat cepat sehingga membutuhkan kalsium yang tinggi. Menurut Depari (2011) aplikasi kalsium saat akhir stadia 1 (1-4 MSA) mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis dengan meningkatnya kandungan kalsium pada pericarp. Lebih lanjut, Kurniadinata et al. (2015) menyatakan bahwa stadia 1 menjadi waktu kritis pemenuhan kebutuhan kalsium karena tingginya kebutuhan kalsium serta belum terjadi kerusakan xylem pada pedisel. Kalsium ditranslokasikan ke buah hanya dapat melalui jaringan

xylem. Pemberian kalsium pada stadia I (2 MSA) akan membuat penyerapan

kalsium ke buah lebih maksimal karena pada saat itu jaringan xylem di pedisel berfungsi optimal.

Pada Stadia 1 (2 MSA) buah manggis tumbuh dengan cepat dan menjadi sink yang kuat sehingga bisa mengalihkan sebagian aliran air dan hara yang

31

terkandung di dalamnya dari akar ke buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2005) yang menyatakan bahwa saat buah tumbuh dengan cepat merupakan sink terkuat dibandingkan dengan fase tumbuh lainnya sehingga pada fase tumbuh tersebut ketersediaan hara makro dan mikro sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah. Selain itu, Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan bahwa kekuatan sink dalam menggerakkan unsur hara ditentukan oleh aktivitas metabolisme. Hasil pengamatan Kurniadinata (2015) juga menunjukkan bahwa pada buah manggis yang sedang tumbuh cepat, saluran xylem pada pedisel buah manggis belum rusak sehingga memungkinkan aliran kalsium ke buah manggis lebih banyak.

Penelitian tentang cemaran gerah kuning pada buah manggis banyak dilakukan di Indonesia, namun teknologi atau informasi yang disampaikan kepada petani sangat terbatas. Pada kenyataannya pengetahuan petani tentang cemaran getah kuning dan penyebabnya sangat minim. Petani manggis sangat berperan dalam mata rantai produksi manggis, mengingat buah manggis yang beredar saat ini baik untuk ekspor maupun untuk pasar dalam negeri berasal dari pertanaman manggis rakyat. Oleh karena itu informasi tentang cemaran getah kuning perlu disampaikan kepada petani.

Usahatani manggis di Indonesia berskala kecil yang dicirikan dengan luas lahan kurang dari 1 ha dan jumlah pohon yang dikelola antara 50 hingga lebih dari 100 pohon. Kondisi pertanaman manggis berpencar, berada dalam hutan dan ditanam bersama dengan tanaman tahunan lainnya. Umumnya tanaman manggis yang ada sekarang adalah tanaman yang dikelola secara turun temurun dan sudah berumur lebih dari 20 tahun. Dosis pupuk yang tinggi dapat meningkatkan biaya produksi yang dianggap memberatkan bagi para petani manggis di Indonesia. Umumnya petani manggis Indonesia tidak melakukan perawatan terhadap tanaman manggis mereka, sehingga kualitas buah manggis yang dihasilkan menjadi rendah. Pemupukan dengan kalsium dan boron perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah manggis. Dosis aplikasi kalsium dan boron yang rendah pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemauan petani untuk melakukan pemupukan pada tanaman manggis.

Perhatian petani dalam hal pemeliharaan tanaman manggis sangat minim, bila dibandingkan dengan cara mengelola tanaman palawija atau hortikultura lainnya. Dengan musim panen hanya satu tahun sekali dan sangat dipengaruhi oleh iklim, pendapatan dari usaha tani manggis belum bisa diandalkan untuk menopang kehidupan petani. Peran ekonomi usahatani manggis terhadap pendapatan petani perlu ditingkatkan dengan meningkatkan produktivitas maupun kualitas buah manggis, dan nilai tambah karena peningkatan ini hendaknya jatuh ke tangan petani.

Petani manggis mengakui bahwa buah yang mengalami cemaran getah kuning sangat mempengaruhi harga jual manggis. Belum ada data tentang berapa kerugian petani akibat gejala cemaran getah kuning. Tindakan petani terhadap buah cemaran getah kuning ini hampir tidak ada. Kerugian secara ekonomi akibat cemaran getah kuning cukup besar, namun petani belum melakukan pengendalian. Hal ini mungkin karena ketidakberdayaan atau minimnya informasi cara mengatasi cemaran getah kuning pada buah manggis.

32

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Aplikasi kalsium dan boron terbukti mampu menurunkan persentase buah tercemar dan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah. Perlakuan pupuk kalsium dan boron yang terbaik pada tiga lokasi penelitian adalah 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon dengan tingkat pengurangan cemaran getah kuning dapat mencapai 63.03% pada aril dan 51.76% pada kulit luar. Perlakuan waktu aplikasi kalsium dan boron yang terbaik pada tiga lokasi penelitian adalah pada saat stadia 1 (2 minggu setelah antesis) dengan tingkat pengurangan cemaran getah kuning dapat mencapai 59.07% di aril dan 54.36% di kulit buah. Pemberian pupuk kalsium dan boron tidak mempengaruhi kualitas fisikokimia buah manggis di tiga lokasi penelitian. Petani responden sebagian besar belum mengetahui tentang cemaran getah kuning dan cara pengendaliannya.

Saran

Kombinasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis 1.6 kg Ca/pohon + 1.55 g B/pohon dapat digunakan untuk mengatasi cemaran getah kuning pada buah manggis secara berkelanjutan dan pemberian dolomit dan finbor sebagai sumber kalsium dan boron dapat dilakukan pada saat antesis dan stadia 1 untuk menurunkan pencemaran getah kuning pada buah manggis

Dokumen terkait