• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH

MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI

VANDRA KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Dosis dan Waktu Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2017

Vandra Kurniawan

(4)
(5)

RINGKASAN

VANDRA KURNIAWAN. 2016. Dosis dan Waktu Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan DARDA EFENDI.

Cemaran getah kuning menjadi salah satu masalah utama dalam produksi buah manggis. Cemaran getah kuning pada buah manggis akan mempengaruhi tampilan dan rasa buah manggis. Cemaran getah kuning terjadi saat getah ini keluar dari salurannya yang pecah dan mengotori aril (daging buah) atau kulit buah manggis. Pecahnya saluran getah terjadi karena sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning mendapat tekanan yang disebabkan karena ada suatu masa perkembangan aril dan biji lebih cepat dibandingkan perkembangan kulitnya sehingga ada tekanan ke kulit buah, serta perubahan tekanan turgor secara tiba-tiba. Dinding sel yang lemah dan mudah pecah diduga akibat dinding sel-sel epital saluran getah kuning kekurangan kalsium. Kalsium berperan penting dalam penyusun struktur dinding sel sebagai Ca-pektat di lamela tengah. Unsur boron berperan mendukung fungsi dari kalsium dalam peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel saluran getah kuning. Peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel akan mengurangi resiko pecahnya saluran getah kuning dan menurunkan persentase buah tercemar dan skor cemaran getah kuning di buah manggis.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, aplikasi pemberian pupuk kalsium melalui tanah dapat mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis, namun dosis pupuk 3.12 ton kalsium/ha/tahun masih tergolong tinggi, sehingga petani tidak tertarik untuk mengaplikasikannya. Salah satu cara agar petani tertarik untuk mengaplikasikannya adalah mengurangi dosis pupuk kalsium. Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan mengenai aplikasi dosis pupuk kalsium dan boron serta waktu aplikasi yang tepat pada beberapa sentra produksi manggis yang memiliki masalah cemaran getah kuning, namun dalam penelitian ini hanya dilakukan pada tiga lokasi saja, yakni Citeureup, Cigudeg di Bogor dan Cikembar di Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perlakuan dosis kalsium dan boron yang terbaik dalam mengendalikan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis dan mendapatkan perlakuan waktu aplikasi kalsium dan boron yang terbaik dalam mengendalikan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis.

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial di tiga lokasi berbeda yaitu Citeureup, Cigudeg dan Cikembar. Faktor ke-1 adalah Dosis pupuk kalsium dan boron yaitu: 0 kg Ca/pohon+0 g B/pohon(kontrol), 1.6 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon dan 3.2 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon. Faktor ke-2 adalah waktu aplikasi yaitu pada saat antesis, stadia 1 (2 minggu setelah antesis), dan pada saat antesis+stadia 1.

Pengamatan dilakukan terhadap (1) persentase cemaran getah kuning buah manggis pada aril, juring per buah dan kulit (2) skor cemaran getah kuning buah manggis pada aril dan kulit (3) sifat fisik buah meliputi: bobot buah, bobot kulit, bobot cupat, bobot biji, bobot aril, edible portion, diameter longitudinal, transversal, kekerasan dan ketebalan kulit, (4) sifat kimia buah yaitu: padatan terlarut total (PTT) dan asam tertitrasi total (ATT).

(6)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalsium dan boron yang terbaik adalah 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon dengan persentase penurunan cemaran getah kuning pada aril sebesar 46.79% di Citeureup, 59.61% di Cigudeg dan 63.30% di Cikembar dan pada kulit luar sebesar 30.13% di Citeureup, 14.78% di Cigudeg dan 51.76% di Cikembar. Waktu aplikasi kalsium dan boron yang terbaik adalah pada saat stadia 1 (2 minggu setelah antesis) dengan persentase penurunan cemaran getah kuning pada aril sebesar 59.07% di Citeureup, 29.08% di Cigudeg dan 23.86% di Cikembar, dan kulit luar sebesar 54.36% di Citeureup, 46.44% di Cigudeg dan 16.07% di Cikembar. Pemberian pupuk kalsium dan boron tidak mempengaruhi kualitas fisikokimia buah manggis diantaranya diameter, bobot buah, bobot kulit, bobot cupat, bobot biji, bobot aril,

edible portion, kekerasan, ketebalan kulit, padatan terlarut total dan asam tertitrasi total di tiga lokasi penelitian.

(7)

SUMMARY

VANDRA KURNIAWAN. 2016. Doses And Time Application of Calcium and Boron for Yellow Sap Contamination in Manggosteen Fruit (Garcinia mangostana

L.) In Three Production Centre. Supervised by ROEDHY POERWANTO and DARDA EFENDI.

Yellow sap contamination in the mangosteen fruit leads to low quality of the mangosteen fruit. Yellow sap contamination occurs because the cell walls of the fruit is weak due to lack of calcium (Ca) and boron (B). Ca and B plays role in maintaining the integrity of the cell wall. The study aims to get the best treatment of a dose and the time of application of Ca and B in controlling the contamination of yellow sap on the aryl and the rind (pericarp) of mangosteen. The research located in three mangosteen orchad in Citeureup, Cigudeg, Cikembar, and analysis of samples in Post Harvest Laboratory of Bogor Agricultural University in November 2014 to April 2015. The research was design by randomized complete block design (RCBD) with two factors. Factor 1 was combination dose of fertilizer, control, 1.6 kg Ca/tree+1.553 g B/tree, and 3.2 kg of Ca/tree+1.553 g B/tree. Factor 2 was time of fertilizer application at antesis stage, stage 1 (2 weeks after antesis), and antesis and stage 1. Variable measured: (1) the percentage of contamination of yellow sap mangosteen fruit on the aryl and pericarp, (2) score of contamination of yellow sap mangosteen fruit on the aryl and pericarp, (3) the physicochemical qualities that include diameter, weight, edible portion, hardness, total soluble solid and total tittrable acid. The result of this research indicated that the experiment was showed calcium and boron application proven to reduce the percentage and scores contamination on the aryl and pericarp. The most effective dose to reduce contamination of yellow sap in mangosteen was a dose of 1.6 kg Ca/tree+1.55 g B/tree percentage decreased in contamination yellow sap on the aryl 46.79% in Citeureup, 59.61% in Cigudeg and 63.30% in Cikembar and pericarp 30.13% in Citeureup, 14.78% in Cigudeg and 51.76% in Cikembar. The best time of fertilizer aplication was at stage 1 (2 weeks after antesis) percentage decreased in contamination yellow sap on the aryl 59.07% in Citeureup, 29.08% in Cigudeg, 23.86% in Cikembar, and pericarp 54.36% in Citeureup, 46.44% in Cigudeg and 16.07% in Cikembar. Ca and B did not affect the physicochemical qualities that include diameter, weight, edible portion, hardness, total soluble solid and total tittrable acid of mangosteen fruit in three study sites.

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(10)
(11)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

DOSIS DAN WAKTU APLIKASI KALSIUM DAN BORON UNTUK PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH

MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI TIGA SENTRA PRODUKSI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(12)
(13)
(14)

Judul Tesis : Dosis dan Waktu Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana

L.) di Tiga Sentra Produksi. Nama : Vandra Kurniawan

NIM : A252130181

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc Ketua

Dr Ir Darda Efendi, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Maya Melati, MS MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(15)
(16)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan rahmat serta hidayat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Dosis dan Waktu Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Cemaran Getah Kuning Pada Buah Manggis (Garcinia mangostana

L.) di Tiga Sentra Produksi

Penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Ucapan terimakasih disampaikan kepada: 1. Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc dan Dr Ir Darda Efendi, MSi selaku

pembimbing yang sabar mengajari, memberikan banyak ilmu, arahan, saran dan nasihat, serta menjadi teladan bagi penulis dalam berpikir dan bersikap. 2. Dr Ir Ade Wachjar, MS sebagai dosen penguji atas semua saran dan

masukannya.

3. Dr Dewi Sukma, MSi selaku perwakilan dari program studi Agronomi dan Hortikultura atas semua saran dan masukannya.

4. Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui Beasiswa BPPDN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri).

5. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Hibah Kompetensi dengan judul Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan Ekspor Buah Tropika Nusantara dengan nomor kontrak 035/SP2H/PL/Dit.Litabmas/V/2013 atas nama Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc pada tanggal 13 Mei 2013.

6. Keluarga bapak Ayub petani manggis di Desa Citeureup, Kabupaten Bogor, keluarga bapak Mahmud dan bapak Sulis petani manggis di Desa Cigudeg, Kabupaten Bogor, dan keluarga ibu Iis petani manggis di Desa Cikembar Kabupaten Sukabumi, atas bantuan serta izin pemakaian kebun manggisnya sebagai tempat penelitian penulis.

7. Ayah dan ibu, beserta adik-adik dan seluruh keluarga atas segala doa, nasihat dan kasih sayangnya.

8. Teman-teman Program Studi Agronomi dan Hortikultura dan teman-teman Pascasarjana IPB yang telah memberikan kritikan, bantuan, saran, dan semangat kepada penulis.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama pendidikan hingga selesainya penulisan tesis ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2017

(17)
(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 2 TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Manggis 3

Getah Kuning 4

Kalsium 5

Boron 6

3 METODE Tempat dan Waktu Penelitian 7 Bahan dan Alat 7 Rancangan Penelitian 8 Pelaksanaan Penelitian 9 Pengamatan 10

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13

Sifat Kimia Tanah 13

Cemaran Getah Kuning pada Aril, Juring dan Kulit Buah Manggis 14 Persentase Cemaran Getah Kuning 15

Skor Cemaran Getah Kuning 18

Kualitas Fisik Buah 20 Kualitas Kimia Buah 23 Persepsi Petani Terhadap Cemaran Getah Kuning 24

Pembahasan Umum 28

5 SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 35

(19)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium dan boron serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di

tiga lokasi penelitian. 15

2 Persentase buah tercemar getah kuning pada aril, juring dan kulit buah dengan perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga

lokasi penelitian. 16

3 Skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah pada perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian. 19 4 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium dan

boron serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron terhadap sifat fisik buah manggis di tiga lokasi penelitian. 20 5 Diameter transversal (T) dan longitudinal (L) buah manggis dengan perlakuan

dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian. 21 6 Bobot buah dan bobot bagian-bagian buah manggis pada perlakuan dosis

pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian. 22 7 Tingkat kekerasan dan ketebalan kulit buah manggis pada perlakuan dosis

pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian. 23 8 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk waktu aplikasi kalsium dan

boron, serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron terhadap sifat kimia buah di tiga lokasi penelitian. 23 9 PTT dan ATT buah manggis pada perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi

kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian. 24

10 Faktor internal petani yang mempengaruhi usahatani manggis (%) 25 11 Faktor eksternal petani yang mempengaruhi usahatani manggis (%) 27 12 Persepsi petani responden terhadap cemaran getah kuning pada buah

manggis (%) 28

13 Kemauan petani responden menerapkan pupuk kalsium dan boron (%) 28

DAFTAR GAMBAR

1 Aplikasi perlakuan 9

2 Lokasi penelitian 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner persepsi petani terhadap cemaran getah kuning pada buah 36 manggis (Garcinia mangostana L.)

2 Data curah hujan bulan agustus 2014 sampai maret 2015 39 3 Klasifikasi buah manggis berdasarkan diameter dan bobot buah (BSN 2009) 40 4 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1982) 41 5 Kandungan hara dan tekstur tanah pada tanah areal kebun manggis di

(20)
(21)
(22)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura andalan Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Volume ekspor manggis Indonesia meningkat dari 7 647 ton pada tahun 2013 menjadi 10 082 ton pada tahun 2014 dengan tujuan ekspor Hongkong, Taiwan, China, Uni Emirat Arab, Singapura, dan negara-negara Eropa (Kementan 2015). Total produksi manggis Indonesia dari tahun 2013 sampai 2014 mencapai 254 357 ton namun yang dapat di ekspor tergolong masih rendah berkisar hanya 6.97% dari total produksi (Ditjen Hortikultura 2015). Rendahnya volume ekspor manggis Indonesia disebabkan karena ketersediaan produk bermutu yang memenuhi standar ekspor masih rendah. Salah satu penyebab utama rendahnya mutu manggis yang layak ekspor adalah adanya cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah. Getah kuning yang mencemari aril menimbulkan rasa pahit dan pada kulit buah menyebabkan kotornya kulit buah sehingga penampilan buah kurang menarik. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor adalah buah manggis kelas super dengan mutu kulit buah mulus tidak bercacat mikrobiologis maupun cacat mekanis dengan toleransi kecacatan untuk burik dan getah kuning tidak lebih dari 5% (BSN 2009).

Getah kuning adalah getah yang dihasilkan secara alami pada setiap organ tanaman manggis. Getah kuning pada dasarnya diproduksi oleh tanaman untuk keperluan metabolisme dan sistem pertahanan tanaman. Saluran getah kuning terdapat pada semua jaringan tanaman manggis. Getah kuning menjadi masalah ketika keluar dari saluran getah kuning yang pecah dan mengotori aril (daging buah) atau kulit buah (pericarp) manggis (Dorly et al. 2008). Pecahnya saluran getah kuning terkait oleh perbedaan laju pertumbuhan antara aril dan biji dengan pericarp selama fase pembesaran buah yang menimbulkan desakan mekanik dari biji dan aril ke pericarp. Selain itu juga, adanya peningkatan potensial cairan sel akibat menyerap air berlebih pada saat terjadi perubahan potensial air tanah yang mendadak. Apabila dinding sel epitel lemah akibat kekurangan kalsium maka sel-sel akan mudah pecah dan mengeluarkan getah kuning (Poerwanto et al. 2010). Kalsium berperan sebagai perekat pada struktur dinding sel dalam bentuk Ca-pektat yang mengikat rantai pektin (Marschner 1995; Huang et al. 2005). Kalsium merupakan unsur hara makro bersifat tidak mobil sehingga tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan lain termasuk buah (Depari 2011). Selain kalsium, boron juga berperan meningkatkan kekuatan dinding sel.

Boron berfungsi dalam pembelahan dan pembesaran sel selama fase pertumbuhan (Dear dan Weir 2004). Boron merupakan komponen struktural sel yang berperan meningkatkan stabilitas dan ketegaran sturuktur dinding sel dan integritas membran plasma. Ikatan boron terhadap pektin akan mendukung fungsi kalsium dalam meningkatkan kekuatan dinding sel, khususnya dinding sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning (Marschner 1995).

Serapan kalsium ke jaringan buah dipengaruhi oleh dosis pupuk dan waktu aplikasi, sehingga dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium menjadi penting untuk mendapatkan pengaruh yang terbaik dalam mengurangi cemaran getah kuning

(23)

2

pada buah. Menurut Depari (2011) aplikasi kalsium pada akhir stadia 1 dapat menurunkan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis dan meningkatkan kandungan kalsium pada endokarp. Hasil penelitian Kurniadinata (2015) menunjukkan bahwa antesis adalah waktu yang terbaik sebagai awal dari aplikasi kalsium.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan pemberian pupuk kalsium dan boron, terbukti mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kebun manggis di lokasi penelitian yang berbeda. Dorly (2009) menggunakan pupuk kalsium sebanyak 6 ton kalsium ha/tahun di Leuwiliang. Depari (2011) menggunakan pupuk kalsium sebanyak 3.5 ton kalsium ha/tahun di Lampung mampu menurunkan persentase cemaran getah kuning sebesar 20% di aril, 63% di kulit dan 19% di juring per buah. Saribu (2011) menggunakan pupuk kalsium dan boron sebanyak 3.62 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun di Leuwiliang dapat menurunkan cemaran getah kuning pada aril hingga menjadi 0% cemaran. Primilestari (2011) menggunakan pupuk kalsium sebanyak 2 ton kalsium ha/tahun dapat menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebesar 95.71% di Lampung dan Purnama (2014) menggunakan pupuk kalsium dan boron sebanyak 3.12 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun di Purwakarta dapat menurunkan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning sebesar 98% dari 66.67% menjadi 1.05%. Dosis pupuk kalsium yang digunakan tersebut relatif masih tinggi sehingga tidak efektif dan ekonomis bila diterapkan oleh petani. Salah satu cara agar petani tertarik untuk mengaplikasikannya adalah mengurangi dosis pupuk kalsium. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai aplikasi dosis pupuk kalsium dan boron serta waktu aplikasi yang tepat pada beberapa sentra produksi manggis yang memiliki masalah cemaran getah kuning, namun dalam penelitian ini hanya dilakukan pada tiga lokasi yakni Citeureup, Cigudeg di Bogor dan Cikembar di Sukabumi.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan perlakuan dosis kalsium dan boron yang terbaik untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis,

2. Mendapatkan perlakuan waktu aplikasi kalsium dan boron yang terbaik untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis,

3. Mengetahui persepsi dan kemauan petani terhadap cemaran getah kuning dan pengendaliannya.

Hipotesis

1. Dosis pupuk kalsium 1.6 kg Ca/pohon+boron 1.55 g B/pohon merupakan perlakuan yang terbaik dalam menurunan cemaran getah kuning pada buah manggis.

2. Aplikasi pupuk kalsium dan boron berdasarkan stadia pertumbuhan dan perkembangan buah dapat menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis.

(24)

3

2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Manggis

Tanaman manggis merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang tumbuh secara luas di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina. Saat ini manggis telah menyebar ke daerah-daerah tropika lainnya, seperti Birma, Srilanka, Madagaskar, India Selatan, China, Brazil dan sebagian Australia bagian Utara (Almeyda dan Martin 1976).

Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1 500 sampai 2 500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Suhu rata-rata berkisar antara 25 sampai 30 oC. Tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik. Derajat kemasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya manggis adalah 5.5 sampai 7.0. Pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50 sampai 200 m. Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian di bawah 1 000 m diatas permukaan laut (dpl). Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500 sampai 600 m dpl. Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman manggis membutuhkan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan dengan musim kering yang pendek untuk menstimulasi pembungaan. Meskipun demikian, manggis dapat tumbuh dengan baik pada tempat lain dengan persyaratan air tetap tersedia dimusim kemarau (Yaacob dan Tindall 1995).

Pohon manggis berdaun rapat (rimbun), batang lurus dan tinggi dapat mencapai 6 sampai 25 m, cabang simetris membentuk piramid ke arah ujung tanaman, dan bentuk kanopinya sangat baik untuk hiasan di pekarangan. Duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek. Bunganya soliter atau berpasangan di ujung tunas, tangkai bunga pendek dan tebal (Ashari 2006).

Tanaman manggis memiliki akar tunggang dan akar lateral tetapi tidak terdapat akar rambut pada akar tunggang maupun akar lateral tersebut. Tidak adanya akar rambut tersebut dapat menghambat penyerapan hara karena akar rambut berfungsi sebagai penyerap hara. Akar tunggang manggis dapat menembus tanah hingga kedalaman > 5 m sedangkan akar lateral dapat tumbuh ke samping hingga sejauh 5 sampai 30 cm dari pangkal batang (Yaacob dan Tindall 1995).

Daun manggis letaknya berhadapan bentuknya membujur bulat panjang (lonjong) bagian pucuknya tajam dengan tekstur tebal dan kasar. Panjang daun berkisar antara 15 sampai 25 cm dan lebarnya 7 sampai 13 cm. Bentuk permukaan atas daun mengkilap licin dan berwarna hijau muda sampai hijau tua tergantung umurnya sedangkan bagian bawahnya berwarna hijau muda sampai kekuningan (Verheij 1992).

Bunga manggis bersifat unisex diecious (berumah dua) tetapi hanya bunga betina yang dijumpai sedangkan organ bunga jantan tidak berkembang sempurna (rudimeter) yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi lagi oleh karena itu buah manggis dihasilkan tanpa penyerbukan (Mulyani 2000). Bunga tanaman manggis tumbuh dari ujung ranting, menyendiri atau berpasangan, bergagang pendek dan tebal, berdiameter sekitar 5 sampai 6.2 cm, daun kelopak empat helai tersusun dalam 2 pasang. Daun mahkota juga terdiri atas 4 helai, tebal

(25)

4

dan berdaging, berwarna kuning dengan pinggiran kemerah-merahan. Benang sari semu banyak, berseri 1 sampai 2, dengan panjang sekitar 0.5 cm. Bakal buah tidak bertangkai, berbentuk agak bulat, beruang 4 sampai 8, memiliki kepala putik yang tidak bertangkai, bercuping 4 sampai 8 (Verheij 1992).

Buah berbentuk bulat atau agak pipih dan relatif kecil dengan diameter 3.5 sampai 8 cm. Bobot buah bervariasi 75 sampai150 g bergantung pada umur pohon dan daerah geografisnya dengan tebal kulit buah 0.8 sampai 1 cm. Pada buah yang matang struktur kulit buah yang keras merupakan pelindung yang sangat baik bagi daging buah yang lembut dan dapat dimakan serta memudahkan pengepakan dan pengangkutan (Qosim 2009).Menurut Verheij (1992) buah manggis matang pada waktu 100 sampai 120 hari setelah antesis (HSA).

Menurut Poovarodom (2009) 65% akumulasi kalsium pada buah terjadi dalam 7 minggu setelah fruitset, yaitu pada stadia I sampai pertengahan stadia II perkembangan buah. Pada buah manggis terdiri dari tiga stadia perkembangan buah yaitu stadia I 1-4 minggu setelah antesis (MSA) terjadi proses pembelahan sel, stadia II 5-13 MSA terjadi pembelahan dan pembesaran sel yang ditandai dengan peningkatan berat segar secara linier dengan umur buah, kemudian pertumbuhan mulai menurun pada stadia III 14-15 MSA.

Peningkatan ukuran diameter terjadi secara cepat pada umur 1-6 MSA dan pada saat itu juga terjadi penambahan jumlah dan ukuran sel-sel di aril dan perikarp buah (eksokarp, mesokarp dan endokarp). Selanjutnya peningkatan ukuran sel berlangsung lambat sejak minggu ke-8 setelah antesis. Ketebalan perikarp menurun seiring dengan meningkatnya ketebalan aril dan biji serta tebal biji meningkat tajam pada umur 14-16 MSA. Ukuran tebal kulit menurun pada buah umur 16 MSA juga diikuti dengan penurunan ukuran peubah sel eksokarp, endokarp dan aril buah (Dorly et al. 2010).

Pola perkembangan biji dan aril berbeda dengan perkembangan eksokarp, mesokarp dan endokarp. Pertumbuhan tebal biji dan aril justru meningkat pada umur 14-16 MSA. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang mendesak dari dalam ke arah luar, sehingga menyebabkan saluran getah kuning di endokarp buah pecah. Pecahnya saluran getah kuning tesebut menyebabkan getah keluar dari salurannya dan mengotori aril manggis. Cemaran getah kuning pada aril mulai terdeteksi sejak buah berumur 14 MSA (Dorly et al. 2010).

Getah Kuning

Getah kuning merupakan eksudat resin berwarna kuning yang tumpah akibat pecahnya saluran resin (Asano et al. 1996). Getah kuning merupakan gummi yang dijumpai pada berbagai tanaman dari famili Guttiferae. Sebagai famili Guttiferae tanaman manggis memiliki getah kuning hampir di seluruh tubuh atau organ tanaman manggis. Gummi resin terdapat pada ruang-ruang skizogen dalam korteks floem, daun, bunga dan biji pada tanaman dari famili

Guttiferae. (Tjitrosoepromo 1994).

Getah kuning pada dasarnya diproduksi oleh tanaman untuk keperluan metabolisme dan sistem pertahanan tanaman. Keluarnya getah kuning diakibatkan oleh kerusakan saluran resin akan mencemari jaringan lain yang ada di sekitar saluran tersebut. Kerusakan saluran epitel pada tanaman manggis dapat mengakibatkan keluarnya getah kuning dan mengakibatkan pencemaran aril dan

(26)

5

perikarp buah manggis. Pencemaran oleh getah kuning pada buah manggis dapat terjadi pada buah yang masih muda maupun yang sudah masak (Dorly 2009). Dorly et al. (2008) mengembangkan pengetahuan tentang penyebab kerusakan pada dinding sel epitel dan menduga pecahnya saluran sekretori sebagai akibat konsentrasi kalsium yang rendah pada dinding sel epitel.

Rusaknya saluran getah kuning juga dapat terjadi akibat faktor perkembangan buah. Perbedaan perkembangan aril dan biji dengan kulit buah selama pertumbuhan mengakibatkan kerusakan saluran getah kuning. Dugaan penyebab pencemaran getah kuning adalah perubahan tekanan turgor akibat terjadinya perubahan air tanah yang fluktuatif dan ekstrim. Peningkatan serapan air yang ekstrim oleh akar tanaman menyebabkan dinding sel saluran getah kuning pecah dan mengeluarkan cairan getah berwarna kuning (Dorly et al. 2008). Dugaan lain terhadap penyebab getah kuning adalah akibat kerusakan mekanis berupa benturan, gangguan serangga dan cara panen yang kurang hati-hati (Syah

et al. 2010).

Getah kuning manggis tidak akan menjadi masalah apabila tetap berada di dalam saluran getah. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan pecahnya saluran getah kuning pada buah manggis, yaitu desakan akibat perubahan turgor dan desakan akibat perbedaan perkembangan bagian buah manggis. Dorly (2009) menyebutkan bahwa kulit buah mulai menipis pada minggu kelima setelah antesis, diikuti dengan pertumbuhan biji yang pesat. Pada minggu kesepuluh setelah antesis, biji tumbuh pesat, namun pertumbuhan pericarp semakin melambat. Pertambahan volume buah sedikit, tetapi pertambahan biji meningkat pesat sehingga muncul desakan dari dalam berupa stres mekanik yang dapat menyebabkan saluran getah kuning pecah pada 10 MSA dan mulai mengotori aril pada 14 MSA.

Mekanisme terjadinya cemaran getah kuning terkait dengan perkembangan buah, perubahan potensial air dan peran kalsium. Pada saat perkembangan buah, biji bertambah besar dengan pertambahan volume yang sedikit sehingga terjadi desakan dari dalam ke arah perikarp. Akibatnya sel-sel epitel saluran getah kuning mengalami tekanan dan akan mudah pecah sehingga menyebabkan bocornya saluran getah kuning. Tekanan turgor yang tinggi juga akan menyebabkan pecahnya saluran getah. Tekanan turgor yang tinggi tersebut terjadi apabila fluktuasi potensial air tanah terjadi secara drastis dalam waktu yang pendek. Perubahan tekanan turgor akan memberikan tekanan pada dinding sel epitel, baik dari dalam (karena turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan sel). Buah manggis yang memiliki dinding sel epitel yang lemah akan menyebabkan pecahnya saluran getah kuning akibat desakan dari perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah. Lemahnya dinding sel epitel tersebut disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium di dalam sel. Keutuhan dinding sel epitel akan terjadi apabila kebutuhan akan kalsium tercukupi sehingga dapat mencegah pecahnya saluran getah kuning (Poerwanto et al. 2010).

Kalsium

Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman dan diserap dalam bentuk ion-ion Ca++. Kalsium merupakan bagian integral dari dinding sel. Kalsium mempengaruhi ketegaran dinding sel dengan

(27)

6

membentuk ikatan silang dengan rantai pektin (Marschner 1995). Kalsium berbeda dengan nutrisi lainnya karena diangkut ke buah hanya dalam jumlah kecil dibanding ke daun (Bangerth 1979). Walaupun kalsium tersedia di dalam tanah, defisiensi kalsium menjadi masalah pada beberapa tanaman buah-buahan dan sayuran (Saure 2005).

Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi pada bagian buah. Rendahnya konsentrasi kalsium pada buah tidak hanya disebabkan defisiensi kalsium maupun rendahnya penyerapan kalsium namun dapat juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan akar dalam menyerap kalsium untuk didistribusikan melalui xylem. Oleh karena itu upaya meningkatkan kandungan kalsium tanah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi cemaran getah kuning buah manggis (Dorly 2009). Aplikasi kalsium melalui tanah untuk meningkatkan kandungannya pada buah manggis secara efektif seharusnya tidak dibatasi pada periode awal setelah fruit set tetapi diperpanjang sampai panen (Poovarodom 2009).

Ketersediaan unsur kalsium dalam tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium dengan waktu dan konsentrasi tertentu (Hardjowigeno 1992). Pengapuran pada tanah masam memberikan manfaat menaikkan pH tanah, menambah unsur kalsium, menambah ketersediaan unsur-unsur fosfor, persentase kejenuhan basa, mengurangi keracunan besi, mangan dan aluminium, serta memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah. Pada tanah-tanah yang netral sampai alkalin, kalsium diberikan dalam bentuk senyawa lain yang mudah tersedia misalnya kalsium klorida (CaCl2) ataupun kalsium nitrat (Ca(NO3)2) yang juga dapat diberikan melalui daun. Bahan kapur yang biasa digunakan adalah kapur bakar (CaO), kapur hidrat (Ca(OH)2), kapur kalsit (CaCO3), kapur dolomit (CaMg(CO3)2) dan kulit kerang (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).

Boron

Boron adalah salah satu dari 16 unsur hara penting untuk pertumbuhan tanaman. Konsentrasi boron dalam batuan berkisar antara 5-10 mg/kg. Di dalam tanah boron dapat berbentuk sebagai mineral primer (mika dan tourmaline) mineral sekunder (terjerap oleh liat dan bahan organik). Disamping itu boron juga dapat ditemukan dalam larutan (boric acid dan borate anion) dan dalam bahan organik serta biomas mikroba (Shorrocks 1997). Dalam sistem apoplas, boron yang diserap oleh akar tanaman bergerak sesuai dengan aliran transpirasi dan terakumulasi pada daun dan batang (Blevins dan Lukaszewski 1998). Selain itu boron juga diangkut melalui floem untuk jaringan reproduksi dan vegetatif (Shelp

et al. 1995).

Unsur hara boron merupakan bagian dari komponen struktural sel dan berperan meningkatkan stabilitas dan ketegaran sturuktur dinding sel, mendukung bentuk, kekuatan sel tanaman (Hu dan Brown 1997). Ketersediaan hara boron bagi tanaman pada tanah tertentu dikendalikan oleh sifat fisik, kimia, tekstur, mineral liat serta bahan organik (Goldberg 1997). Pada kondisi pH rendah boron terjerap oleh Al dan pada pH tinggi terjerap oleh liat tanah (Shorrocks 1997). Dalam kondisi tanah yang lembab penyerapan unsur boron akan lebih baik. Boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel pada bagian tanaman yang

(28)

7

sedang tumbuh atau berkembang (Dear dan Weir 2004). Penelitian Matoh et al. (1993) pada tanaman lobak menduga bahwa interaksi antara borat dan pektin penting bagi struktur dinding sel untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Defisiensi boron menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam dinding sel sehingga pengaturan sel untuk mitosis terganggu, akibatnya penambahan sel terhenti (Blevins dan Lukaszewski 1998). Defisiensi boron juga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia meliputi perubahan struktur dinding sel, fungsi dan integritas membran, aktifitas enzim serta produksi sebagian besar metabolit tanaman. Defisiensi boron juga mengakibatkan ketidakteraturan dinding sel dan terhambatnya pertumbuhan tanaman (Johansen et al. 2006). Disamping itu juga mengakibatkan perkembangan buah tidak sempurna dan merusak keteraturan pada kulit serta daging buah (Dear dan Weir 2004).

Kelebihan boron menyebabkan efek fisiologi yang negatif seperti penurunan klorofil daun, penghambatan fotosintesis, menurunkan konduktifitas stomata (Lovvat dan Bates 1984), endapan lignin dan suberin (Ghanati et al.

2002), peroksidasi lipid dan mengubah jalur aktivitas antioksidan (Karabal et al.

2003). Toksisitas boron menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan dinding sel, metabolik dengan mengikat dinding gugus ribose ATP, NADH dan NADPH, serta terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel (Reid et al. 2004). Aplikasi boron secara berlebih dapat meningkatkan aktivitas superoksida (SOD), peroksidase (POD), polifenol oksidase (PPO) serta menurunkan konsentrasi P, K dan Ca yang signifikan pada daun tomat (Kaya et al. 2009). Selain itu juga tanaman yang keracunan boron mengalami peningkatan malondialdehyde (MDA) dan hydrogen peroksida (H2O2) juga mengakibatkan stress oksidatif dan peroksida membran (Cervilla et al. 2007)

3

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada November 2014 sampai April 2015 di tiga lokasi yaitu Kabupaten Bogor tepatnya di Desa Leuwikaret Kecamatan Citeureup dan Desa Wargajaya Kecamatan Cigudeg serta di Kabupaten Sukabumi tepatnya di Desa Bojongkembar Kecamatan Cikembar. Pengamatan cemaran getah kuning serta sifat fisik dan kimia buah dilakukan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah dolomit [CaMg (CO3)2] sebagai sumber kalsium, finbor (48% B203) sebagai sumber boron dan buah manggis yang berasal dari tanaman manggis asal biji, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, indikator phenolphthalein (PP) dan akuades. Alat yang digunakan terdiri atas hand refractometer, penetrometer, jangka sorong, timbangan analitik, serta alat-alat laboratorium dan lainnya.

(29)

8

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial di tiga lokasi berbeda yaitu Citeureup, Cigudeg dan Cikembar.

Faktor pertama adalah dosis pupuk kalsium dan boron yaitu: 1. Kontrol (tanpa dolomit dan finbor).

2. 1.6 kg Ca/pohon (5.33 kg dolomit/pohon)+1.55 g B/pohon (3.2 g finbor/pohon).

3. 3.2 kg Ca/pohon (10.67 kg dolomit/pohon)+1.55 g B/pohon (3.2 g finbor/pohon).

Faktor kedua adalah waktu aplikasi kalsium dan boron yaitu: 1. Pada saat antesis (80% dari populasi bunga mekar) 2. Pada saat stadia 1 (2 minggu setelah antesis).

3. Pada saat antesis dan stadia 1 (masing-masing diberi kalsium dan boron setengah dari dosis yang ditetapkan).

Total kombinasi perlakuan adalah sembilan perlakuan. Seluruh perlakuan diulang empat kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan pada masing-masing lokasi penelitian. Setiap satuan percobaan menggunakan satu tanaman manggis. Pengamatan cemaran getah kuning dan sifat fisikokimia dilakukan pada 40 sampel buah per tanaman yang diambil secara acak.

Lokasi yang dipilih menjadi kebun penelitian adalah kebun yang belum pernah diteliti sebelumnya. Penggunaan dosis kalsium dan boron merupakan hasil modifikasi dari dosis hasil penelitian Purnama (2014). Penelitian ini menggunakan dosis kalsium yang lebih rendah untuk menguji keefektifan kalsium dalam menurunkan cemaran getah kuning dimana 1.6 kg kalsium/pohon setara dengan 1 ton kalsium/ha bersumber dari 3.3 ton dolomit/ha dan 3.2 kg kalsium/pohon setara dengan 2 ton kalsium/ha bersumber dari 6.7 ton dolomit/ha. Dosis boron yang digunakan merupakan dosis yang paling efektif menurunkan cemaran getah kuning pada penelitian Purnama (2014) yaitu dosis 1.55 g boron/pohon yang setara dengan 1.6 kg finbor/ha. Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + βj + Ck + (βC)ij + εijk. Keterangan:

i = 1, 2, 3,...n, j = 1, 2, 3,...n, dan k = 1, 2, 3, 4,…....n

Yijk = nilai pengamatan pada faktor dosis kombinasi kalsium dan boron (β) taraf ke-j, faktor waktu aplikasi (C) taraf ke-k dan kelompok ke-i μ = rataan umum

αi = pengaruh kelompok ke-i βj = pengaruh faktor β taraf ke-j Ck = pengaruh faktor C taraf ke-k

(βC)jk = interaksi dari faktor β taraf ke-j dan faktor C taraf ke-k

Εijk = pengaruh galat faktor β taraf ke-j, faktor C taraf ke-k dan kelompok ke-i.

Variabel skoring getah kuning aril dan kulit luar diuji dengan uji Kruskal-Wallis dan Uji Dunn. Analisis statistik yang digunakan untuk Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut :

(30)

9 K= 12 N(N+1)∑ =1 Ri2 ni k i -3(N+1) Keterangan:

K = nilai Kruskal Wallis

Ri = jumlah ranking dari perlakuan ke i (mean rank) Ni = banyaknya ulangan pada perlakuan ke i

k = banyaknya perlakuan ( i=1.2.3...k) N = jumlah seluruh data ( N=n1+n2+n3+...+nk)

Selain itu, untuk mengetahui persepsi petani terhadap getah kuning dan cara pengendaliannya maka akan dilakukan survey terhadap petani manggis. Responden terpilih ditentukan secara purposive sampling yaitu petani yang memiliki atau mengelola kebun manggis. Jumlah responden masing-masing lokasi adalah 10 orang.

Survey dilakukan dengan mewawancarai petani manggis menggunakan kuesioner terstruktur dengan pertanyaan bersifat terbuka (Lampiran 1). Peubah yang ditanyakan kepada petani meliputi faktor internal petani seperti usia, pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman, sedangkan faktor eksternal petani seperti luas lahan yang dikelola, status kepemilikan lahan, jumlah pohon manggis, pola tanam, jarak tanam, pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit, sistem pemasaran dan standar mutu, selain itu ditanyakan pula tentang persepsi dan kemampuan petani terhadap penyerapan informasi cemaran getah kuning pada buah manggis. Data yang diperoleh berupa data primer dari petani, kemudian data dianalisis berdasarkan frekuensi jawaban petani dan tabulasi.

Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan tanaman

Pohon manggis yang digunakan adalah pohon manggis berumur lebih dari 20 tahun yang berada pada fase bunga mekar (antesis) dari kebun manggis Citeureup, Cigudeg, dan Cikembar.

2. Pelabelan buah

Pelabelan buah dilakukan terhadap 40 bunga/pohon. Pelabelan bertujuan untuk menentukan buah-buah yang akan digunakan selama pengamatan

3. Aplikasi kalsium dan boron

Sumber kalsium yang digunakan berasal dari pupuk dolomit [CaMg(CO3)2] yang memiliki kandungan CaO3 sebesar 30%. Aplikasi dolomit dilakukan dengan cara ditaburkan dalam larikan yang dibuat pada sekeliling pohon manggis sesuai tajuk tanaman lalu ditutup kembali dengan tanah (Gambar 1a). Sumber boron berasal dari finbor. Aplikasi finbor dilakukan dengan cara dilarutkan dalam air kemudian disiramkan di bawah tajuk tanaman (Gambar 1b).

(31)

10

Gambar 1 Aplikasi perlakuan a. pemberian dolomit dan b. pemberian finbor 4. Pemanenan buah

Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah yang dipanen pada umumnya berumur 105 sampai 114 hari setelah antesis (HSA)

Pengamatan

Persentase cemaran getah kuning pada buah manggis

Pengamatan terhadap persentase cemaran getah kuning dilakukan untuk mengetahui intensitas cemaran yang terjadi, baik pada buah dalam satu pohon maupun pada juring per buah. Persentase cemaran tidak memperhatikan parah atau tidaknya jumlah getah yang mencemari buah. Buah dianggap tercemar meskipun getah kuning yang mengotori kulit atau aril hanya sedikit. Skor cemaran getah kuning menunjukkan tingkat keparahan getah kuning yang mencemari buah. Skor cemaran getah kuning dari 1 sampai 5, dengan nilai 1 (terburuk) hingga 5 (terbaik). Semakin tinggi nilai skor menunjukkan buah tidak tercemar getah kuning. Sampel yang digunakan pada pengamatan persentase dan skor cemaran getah kuning pada buah manggis sebanyak 40 buah/pohon.

1. Cemaran getah kuning pada kulit buah

a. Persentase cemaran getah kuning pada kulit buah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

PGK Kulit = Jumlah buah yang kulitnya tercemar getah kuning

Jumlah buah yang diamati x 100%

b. Skor cemaran getah kuning pada kulit buah dilakukan dengan menggunakan metode skoring (Kartika 2004 yang dimodifikasi).

Skor 1: Buruk sekali, kulit kotor karena terdapat tetesan getah kuning dan membentuk jalur berwarna kuning di permukaan buah dan warna buah kusam.

Skor 2: Buruk, kulit buah kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur berwarna kuning di permukaan buah.

Skor 3: Cukup baik, kulit buah mulus dengan 6-10 tetesan getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 4: Baik, kulit buah mulus dengan 1-5 gumpalan kecil getah

kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 5: Baik Sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.

(32)

11

2. Cemaran getah kuning pada aril buah

a. Persentase cemaran getah kuning pada aril dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

PGK Aril = Jumlah buah yang aril tercemar getah kuning

Jumlah buah yang diamati x 100%

b. Persentase cemaran getah kuning pada juring per buah dihitung menggunakan rums sebagai berikut:

PJGK = Jumlah juring aril tercemar getah kuning

Jumlah juring aril yang diamati x 100%

c. Skor cemaran getah kuning pada aril buah dilakukan dengan menggunakan metode skoring (Kartika 2004 yang dimodifikasi).

Komponen Sifat Fisik Buah Pengamatan sifat fisik dan kimia buah dilakukan adalah: 1. Diameter buah (cm)

Pengukuran diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dengan arah horizontal melingkar (diameter transversal) dan arah vertikal (diameter longitudinal).

2. Bobot buah dan bagian-bagiannya (gram)

Bobot buah dihitung dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran ini meliputi bobot buah, bobot kulit, bobot cupat, bobot aril dan bobot biji. 3. Edible portion (%)

Edible portion adalah presentase bagian aril yang dapat dimakan terhadap bobot buah secara keseluruhan.

Edible portion

=

bobot arilbobot buah-bobot biji x 100%

Skor 1: Buruk sekali, terdapat noda/gumpalan besar baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit dan warna aril menjadi bening.

Skor 2: Buruk, terdapat noda/gumpalan getah kuning baik di ujung juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 3: Cukup baik, terdapat beberapa noda noda (bercak) getah kuning disalah satu juring atau diantara juring dan mengotori aril.

Skor 4: Baik, aril putih, terdapat 1 sampai 2 noda (bercak kecil) karena getah kuning pada satu ujung aril, namun tidak memberikan rasa pahit.

Skor 5: Baik sekali, aril putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit buah maupun di pembuluh buah

(33)

12

4. Kekerasan kulit buah (mm/kg/det).

Pengukuran dilakukan dengan menusukkan jarum penetrometerpada kulit bagian pangkal, tengah, ujung dan selanjutnya diambil rata-rata buah manggis. Kekerasan buah kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat.

5. Ketebalan kulit buah (mm)

Ketebalan kulit buah diukur dengan cara membelah buah secara melingkar kemudian diukur menggunakan jangka sorong.

Komponen Sifat Kimia Buah 1. Padatan terlarut total (obrix)

Daging buah dari beberapa buah sampel diambil dari setiap perlakuan dan diukur padatan terlarut total (PTT) dengan menggunakan alat hand refractometer Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan setetes cairan buah pada lensa pembaca hand refractometer. Angka yang muncul pada layar merupakan PTT dalam buah manggis.

2. Asam tertitrasi total (%)

Kandungan asam tertitrasi total dalam buah manggis diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH. Pengukuran asam tertitrasi total (%) dihitung melalui asam tertitrasi. Jumlah NaOH 0.1 N yang terpakai untuk mendapatkan perubahan warna merah jambu hasil titrasi stabil merupakan angka yang digunakan untuk pengukuran asam tertitrasi total (ATT). Aril dilepas dan disaring menggunakan kain saring kemudian hasil saringan ditimbang sebanyak 10 g. Bahan tersebut ditambahkan akuades sehingga total larutan 100 ml. Sebanyak 25 ml larutan ditempatkan dalam erlenmeyer dan diberi indikator PP sebanyak tiga tetes. Selanjutnya campuran larutan dititrasi dengan NaOH 0.1 N, titrasi dilakukan hingga terbentuk warna merah muda yang stabil. Perhitungan total asam tertitrasi dilakukan dengan rumus:

Asam tertitrasi total (%) = ml NaOH x N NaOH x fp x 64

mg contoh x 100% Keterangan:

ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N)

fp = faktor pengenceran (100mL/25mL) 64 = faktor asam dominan

(34)

13

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda. Lokasi pertama adalah Citeureup yang terletak di ketinggian 221 m dpl pada koordinat lintang 6°30’32.97”S dan bujur 106°56’45.58”T. Tanaman manggis di lokasi tersebut memiliki jarak tanam yang tidak beraturan karena ditanam di pekarangan rumah (Gambar 2a).

Lokasi kedua di Cigudeg pada ketinggian tempat 370 m dpl dengan koordinat lintang 6°29’32.91°S dan bujur 106°33’30.27”T. Tanaman manggis memiliki pola terasering karena keadaan lahan yang tidak merata dengan jarak tanam 4 m x 4 m bersamaan dengan tanaman lain seperti sengon, durian dan duku (Gambar 2b).

Lokasi ketiga adalah Cikembar yang terletak di kabupaten Sukabumi dengan ketinggian tempat 378 m dpl pada koordinat lintang 6°58’5.87”S dan bujur 106°48’21.74”T. Kebun manggis ini memiliki jarak tanam 4 m x 5 m dan tidak ternaungi oleh tanaman lain (Gambar 2c).

Selama penelitian berlangsung curah hujan rata-rata yang tercatat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika sebesar 295 mm/bulan di Citeureup, 275 mm/bulan di Cigudeg dan 509 mm/bulan di Cikembar (Lampiran 2). Berdasarkan klasifikasi iklim oleh Schmidt-Ferguson, bulan kering terjadi dimana curah hujan yang kurang dari 60 mm/bulan. Bulan kering akan menginduksi pembungaan pada tanaman manggis. Curah hujan yang rendah terjadi pada bulan September-Oktober, sehingga antesis terjadi pada bulan November.

Gambar 2 Lokasi penelitian a. kebun manggis Citeureup, b. kebun manggis Cigudeg dan c. kebun manggis Cikembar

Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis tanah sebelum perlakuan menunjukkan kebun manggis di daerah Citeureup, Cigudeg dan Cikembar memiliki tingkat kemasaman yang tinggi dengan pH rata-rata 4.14. Kandungan N, P, K dan Ca pada tiga lokasi penelitian tergolong rendah, sedangkan kandungan Mg dan KTK masuk dalam kategori sedang. Menurut Pusat Penelitian Tanah (1982), berdasarkan kriteria

(35)

14

penilaian sifat-sifat kimia tanah kandungan Ca < 2 me/100 g dikategorikan sangat rendah, pada kisaran 2-5 me/100 g rendah, kisaran 6-10 me/100 g sedang, kisaran 11-20 me/100 g tinggi sedangkan kandungan Ca > 20 me/100 g sangat tinggi (Lampiran 4). Berdasarkan hasil analisis tanah (Lampiran 5) maka diketahui bahwa kandungan kalsium pada lahan percobaan di Citeureup, Cigudeg dan Cikembar masuk dalam kategori rendah. Rendahnya hara terutama disebabkan oleh tingginya tingkat pencucian akibat curah hujan yang terjadi sepanjang tahun.

Hasil analisis tanah pada akhir penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan tingkat kemasaman dari sangat masam menjadi agak masam di Citeureup dan Cigudeg, sedangkan di Cikembar tingkat kemasaman meningkat dari sangat masam menjadi normal. Setelah pemupukan dengan dolomit, terjadi peningkatan kandungan hara N, P, K, Ca, Mg dan KTK di tiga lokasi penelitian jika dibandingkan dengan pengamatan awal. Di Citeureup terjadi peningkatan hara N sebesar 13.64%, P sebesar 51.06%, K sebesar 64.86%, Ca sebesar 58.58%, Mg sebesar 55.63% dan KTK sebesar 21.14%. pada lokasi penelitian Cigudeg terjadi peningkatan hara N sebesar 52.00%, P sebesar 51.17%, K sebesar 50%, Ca sebesar 73.08%, Mg sebesar 50% dan KTK sebesar 44.54%. Sedangkan di Citeureup terjadi peningkatan hara N sebesar 34.60%, P sebesar 58.58%, K sebesar 93.23%, Ca sebesar 88.37%, Mg sebesar 73.96% dan KTK sebesar 33.97%.

Perubahan sifat kimia tanah tersebut terindikasi ada kaitan yang erat antara pH tanah terhadap status ketersediaan Ca dalam larutan tanah akibat adanya pengikatan ion H oleh ion CO3-2 yang terdapat dalam dolomit. Menurut Tisdale et

al. (2005) reaksi yang terjadi pada saat pemberian dolomit, mula-mula CaCO3MgCO3 terurai membentuk ion CO32+ dan ion Ca2+ atau Mg2+. Ion CO3-2 akan menarik ion H+ dari kompleks jerapan tanah sehingga terbentuk H2CO3. Ion Ca2+ atau Mg2+ akan mengisi kompleks jerapan tanah yang ditinggalkan oleh ion H+ dengan demikian pH tanah akan naik. Akibatnya ketersediaan unsur hara akan meningkat.

Cemaran Getah Kuning pada Aril, Juring dan Kulit Buah Manggis Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium+boron berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit luar di Citeureup dan Cikembar. Pada lokasi penelitian Cigudeg, dosis pupuk kalsium+boron berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril dan juring. Waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril dan kulit luar di Citeureup. Pada lokasi penelitian Cigudeg, waktu aplikasi hanya berpengaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada kulit luar buah. Sedangkan pada lokasi penelitian Cikembar, waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit luar. Interaksi antara dosis dan waktu aplikasi pupuk kalsium+boron tidak berpegaruh nyata terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit luar di tiga lokasi penelitian (Tabel 1).

(36)

15

Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium dan boron serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian.

Peubah persentase buah tercemar getah kuning (%)

Sumber Keragaman

Dosis Waktu Interaksi KK (%)

I. Citeureup Aril * * tn 46.84 Juring * tn tn 54.77 Kulit luar * * tn 44.01 II. Cigudeg Aril ** tn tn 46.84 Juring ** tn tn 57.65 Kulit luar tn * tn 45.16 III. Cikembar Aril ** tn tn 43.91 Juring * tn tn 70.28 Kulit luar * tn tn 61.65

Keterangan : **= sangat nyata, *= nyata, tn= tidak nyata, KK= koefisien keragaman berdasarkan uji F pada taraf α= 5%

Persentase Cemaran Getah Kuning

Persentase cemaran getah kuning pada aril, juring dan kulit buah di tiga lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2. Aplikasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon (1 ton Ca/ha/tahun) dan 3.2 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon (2 ton Ca/ha/tahun) sama baiknya dalam menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril, juring per buah dan kulit luar buah manggis di tiga lokasi penelitian. Dengan demikian perlakuan pupuk 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon yang terbaik karena lebih efektif dari segi ekonomi untuk diterapkan oleh petani.

Dosis pupuk kalsium dan boron 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon menurunkan cemaran getah kuning pada aril sebesar 46.79% di Citeureup, 59.61% di Cigudeg dan 63.30% di Cikembar. Dosis pupuk tersebut juga efektif menurunkan cemaran getah kuning pada juring per buah sebesar 52.28% di Citeureup, 67.71% di Cigudeg dan 69.69% di Cikembar. Demikian pula halnya pada persentase cemaran getah kuning di kulit luar buah sebesar 30.13% di Citeureup, 14.78% di Cigudeg dan 51.76% di Cikembar.

Pada lokasi penelitian Citeureup, waktu aplikasi kalsium dan boron pada saat stadia 1 (2 MSA) merupakan perlakuan waktu aplikasi yang terbaik dalam menurunkan cemaran getah kuning pada aril sebesar 59.07%, 44.20% pada juring per buah dan 54.36% pada kulit luar. Waktu aplikasi kalsium dan boron saat antesis, stadia 1 dan antesis+stadia 1 sama baiknya dalam menurunkan cemaran getah kuning pada aril, juring per buah dan kulit luar di Cigudeg dan Cikembar.

(37)

16

Tabel 2 Persentase buah tercemar getah kuning pada aril, juring dan kulit dengan perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian

Perlakuan Ctp % Penurunan Cgd % Penurunan Ckb % Penurunan

Dosis Ca+B Aril (%)

(kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 48.54a 46.79 44.37a 59.61 35.42a 63.30 1.6+1.55 25.83b 17.92b 13.00b 3.2+1.55 32.08b 15.83b 19.00b Waktu Aplikasi Antesis 43.33a 59.07 29.37 29.08 22.67 23.86 Stadia 1 18.33b 20.83 19.67 Antesis+Stadia 1 44.79a 27.92 25.08

Dosis Ca+B Juring (%)

(kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 23.24a 52.28 18.86a 67.71 19.96a 69.69 1.6+1.55 11.09b 6.09b 6.05b 3.2+1.55 15.46b 5.85b 8.35b Waktu Aplikasi Antesis 17.81 44.20 9.42 12.13 11.11 4.55 Stadia 1 11.45 10.67 11.64 Antesis+Stadia 1 20.52 10.72 11.62

Dosis Ca+B Kulit buah (%)

(kg Ca/pohon+g B/pohon) 0+0 50.21a 30.13 42.29 14.78 44.92a 51.76 1.6+1.55 32.08b 36.04 21.67b 3.2+1.55 33.33b 36.25 21.25b Waktu Aplikasi Antesis 47.92a 54.36 52.50a 46.44 27.75 16.07 Stadia 1 21.87b 28.12b 27.42 Antesis+Stadia 1 45.83a 33.96b 32.67

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%; Ctp= Citeureup, Cgd= Cigudeg dan Ckb= Cikembar.

Berdasarkan hasil penelitian, dosis pupuk 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon (setara dengan 1 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun) merupakan perlakuan pupuk yang terbaik karena lebih efektif dan ekonomis jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Aplikasi kalsium dan boron untuk menurunkan cemaran getah kuning buah manggis pada penelitian sebelumnya tergolong masih tinggi dalam penggunaan dolomit sebagai sumber kalsium. Dorly (2009) menyatakan bahwa aplikasi 6 ton kalsium ha/tahun dapat menurunkan cemaran getah kuning. Selanjutnya Depari (2011) menggunakan dosis yang lebih rendah yaitu 3.5 ton kalsium ha/tahun mampu menurunkan persentase cemaran getah kuning sebesar 20% di aril, 63% di kulit dan 19% di juring per buah. Pada penelitian selanjutnya Purnama (2014) menyatakan bahwa

(38)

17

3.12 ton kalsium ha/tahun+0.8 kg boron pohon/tahun dapat menurunkan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning sebesar 98% dari 66.67% menjadi 1.05%.

Dosis pupuk yang tinggi dapat meningkatkan biaya produksi yang dianggap memberatkan bagi para petani manggis di Indonesia. Umumnya petani manggis Indonesia tidak melakukan perawatan terhadap tanaman manggis mereka, sehingga kualitas buah manggis yang dihasilkan menjadi rendah. Pemupukan dengan kalsium dan boron perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah manggis. Dosis aplikasi kalsium dan boron yang rendah pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemauan petani untuk melakukan pemupukan pada tanaman manggis.

Penurunan persentase buah tercemar getah kuning pada aril, juring per buah maupun kulit luar buah manggis mengindikasikan bahwa kalsium dan boron menjadi unsur penting untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis. Kalsium berperan penting dalam aktivitas jaringan meristem dan sebagai perekat antar dinding sel dengan dinding sel yang lain pada saluran sekretori getah kuning. Keberadaan kalsium akan meningkatkan kekuatan dinding sel saluran getah kuning sehingga tidak mudah pecah. Tanaman yang tidak mendapatkan suplai kalsium yang cukup mengakibatkan kerusakan pada sel, termasuk pecahnya saluran getah kuning. Menurut Poerwanto et al. (2010) pemberian kalsium akan menjaga getah kuning tetap berada pada salurannya.

Boron berperan mendukung fungsi kalsium dalam peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel saluran getah kuning (Hu et al. 1996). Menurut Martias (2012) bahwa peningkatan dosis kalsium dan boron di kulit buah dapat menurunkan cemaran getah kuning. Aplikasi kalsium dan boron akan meningkatkan ketahanan saluran dinding sel terhadap resiko terjadinya pecah pada saat terjadi tekanan terhadap saluran tersebut. Blevins dan Lukaszewski (1998) boron menjadi bagian dari komponen struktural sel dan berperan meningkatkan stabilitas dan ketegaran struktur dinding sel serta integritas membran plasma.

Pada stadia I (2 MSA), laju pembelahan dan pembesaran sel selama perkembangan buah sangat cepat sehingga membutuhkan kalsium yang tinggi. Menurut Depari (2011) aplikasi kalsium saat akhir stadia 1 (1 sampai 4 MSA) mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis dengan meningkatnya kandungan kalsium pada pericarp. Lebih lanjut, Kurniadinata et al. (2016) menyatakan bahwa stadia 1 menjadi waktu kritis pemenuhan kebutuhan kalsium karena tingginya kebutuhan kalsium serta belum terjadi kerusakan xylem pada pedisel. Kalsium ditranslokasikan ke buah hanya dapat melalui jaringan xylem. Pemberian kalsium pada stadia I (2 MSA) akan membuat penyerapan kalsium ke buah lebih maksimal karena pada saat itu jaringan xylem di pedisel berfungsi optimal.

Tingkat cemaran getah kuning pada kulit buah di tiga lokasi penelitian cenderung lebih tinggi dibandingkan pada aril dan juring per buah. Hal tersebut diduga karena cemaran getah kuning pada kulit tidak hanya disebabkan oleh kekurangan kalsium. Menurut Syah et al. (2010) dapat disebabkan oleh gangguan mekanis seperti tusukan atau gigitan serangga, benturan dan cara panen yang kurang hati-hati.

(39)

18

Skor Cemaran Getah Kuning

Aplikasi kalsium dan boron mampu meningkatkan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis di tiga lokasi penelitian (Tabel 3). Semakin tinggi nilai skor menunjukkan buah tidak tercemar getah kuning. Nilai skor aril dan kulit luar tercemar getah kuning terendah pada buah manggis dengan perlakuan tanpa kalsium dan boron yaitu rata-rata 2.2yang artinya kondisi aril dan kulit luar buah yang buruk akibat adanya cemaran getah kuning. Skor 2 pada aril menunjukkan terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di ujung juring, antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Sedangkan skor 2 pada kulit luar menunjukkan kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur berwarna kuning di permukaan buah.

Aplikasi kalsium dan boron dapat meningkatkan nilai skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis dengan rata-rata 4 di tiga lokasi penelitian. Nilai skor 4 menggambarkan kondisi buah dalam keadaan baik yaitu pada aril, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung aril, namun tidak memberikan rasa pahit, sedangkan pada kulit menggambarkan kondisi kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Dosis pupuk 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon memiliki nilai skor yang tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk 3.2 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon di tiga lokasi penelitian. Hal tersebut menandakan kedua dosis pupuk tersebut memiliki pengaruh yang sama dalam menurunkan skor cemaran getah kuning baik pada aril maupun kulit buah manggis. Dosis 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon dianggap perlakuan pupuk yang terbaik karena lebih ekonomis dalam penggunaan pupuk sehingga bisa menekan biaya produksi.

Aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis, stadia 1 dan antesis+stadia 1 tidak mempengaruhi skor cemaran getah kuning di tiga lokasi penelitian. Kalsium dan boron mampu mengurangi cemaran getah kuning terutama dengan dosis 1.6 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorly et al. (2011) dan Depari (2011) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara skor cemaran getah kuning dengan kandungan kalsium di kulit buah, yaitu peningkatan kandungan kalsium pada kulit buah dapat menurunkan skor getah cemaran kuning di kulit luar dan aril buah. Purnama (2014) juga menyatakan adanya korelasi negatif antara kandungan kalsium dan boron di perikarp dengan skor dan persentase cemaran getah kuning.

Peningkatan skor cemaran getah kuning baik pada aril maupun pada kulit buah diduga terjadi akibat meningkatnya kandungan kalsium dan boron pada manggis yang telah diberi dolomit dan finbor. Menurut Marschner (1995) kalsium berperan sebagai perekat antar dinding sel. Kalsium diserap dalam bentuk Ca++ melalui aliran transpirasi dan intersepsi akar.

(40)

19

Tabel 3 Skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah penelitian pada perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di tiga lokasi penelitian.

Perlakuan

Skor cemaran getah kuning pada aril

Skor cemaran getah kuning pada kulit Rataan Peringkat Rataan Peringkat

Dosis Ca+B Citeureup

(kg Ca/pohon + g B/pohon) 0+0 2.29 6.50b 2.34 6.50b 1.6+1.55 4.64 25.50a 4.63 24.83a 3.2+1.55 4.53 23.50a 4.63 24.17a Waktu Aplikasi Antesis 3.82 17.29 3.70 14.79 Stadia 1 3.93 21.46 4.00 23.08 Antesis + Stadia 1 3.71 16.73 3.85 17.63

Dosis Ca+B Cigudeg

(kg Ca/pohon + g B/pohon) 0+0 2.26 6.50b 2.09 6.50b 1.6+1.55 4.45 23.17a 4.82 24.00a 3.2+1.55 4.52 25.83a 4.82 25.00a Waktu Aplikasi Antesis 3.68 15.17 3.89 18.38 Stadia 1 3.91 22.83 3.93 17.83 Antesis + Stadia 1 4.00 16.92 3.91 19.29

Dosis Ca+B Cikembar

(kg Ca/pohon + g B/pohon) 0+0 2.08 6.50b 2.09 6.50b 1.6+1.55 4.77 25.46a 4.84 26.17a 3.2+1.55 4.74 23.54a 4.77 22.83a Waktu Aplikasi Antesis 3.97 20.63 3.95 19.67 Stadia 1 4.00 20.13 3.88 19.67 Antesis + Stadia 1 3.74 14.75 3.86 16.17

Keterangan: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1 sampai 5 dengan nilai 1 (terburuk/memiliki cemaran tertinggi) hingga nilai 5 (terbaik/tanpa cemaran). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn

Selain unsur kalsium, unsur boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel yang sedang berkembang (Dear dan Weir 2004). Peningkatan konsentrasi kalsium dan boron di kulit buah manggis dapat menurunkan cemaran getah kuning (Martias 2012). Pemberian dolomit dapat meningkatkan kandungan kalsium di eksokarp dan endocarp (Dorly et al. 2011; Depari 2011; Saribu 2011). Kombinasi kalsium dan boron akan menjamin suplai boron terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah. Boron berperan mendukung fungsi kalsium dalam peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel saluran getah kuning (Hu et al. 1996).

(41)

20

Sifat Fisik Buah

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium dan boron, waktu aplikasi serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah sifat fisik buah manggis di tiga lokasi penelitian (Tabel 4).

Tabel 4 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium dan boron serta interaksi dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron terhadap sifat fisik buah manggis di tiga lokasi penelitian.

Sifat fisik buah Sumber Keragaman

Dosis Waktu Dosis x Waktu KK (%) I. Citeureup Diameter transversal tn tn tn 1.71 Diameter longitudinal tn tn tn 2.98 Bobot buah tn tn tn 11.93 Bobot kulit tn tn tn 16.07 Bobot cupat tn tn tn 20.57 Bobot aril tn tn tn 16.99 Bobot biji tn tn tn 8.70 Edible portion tn tn tn 7.83 Kekerasan tn tn tn 2.60 Ketebalan kulit tn tn tn 14.72 II. Cigudeg Diameter transversal tn tn tn 1.02 Diameter longitudinal tn tn tn 0.41 Bobot buah tn tn tn 3.04 Bobot kulit tn tn tn 3.04 Bobot cuat tn tn tn 18.78 Bobot aril tn tn tn 5.59 Bobot biji tn tn tn 7.79 Edible portion tn tn tn 4.74 Kekerasan tn tn tn 22.20 Ketebalan kulit tn tn tn 3.30 III. Cikembar Diameter transversal tn tn tn 4.23 Diameter longitudinal tn tn tn 15.02 Bobot buah tn tn tn 20.39 Bobot kulit tn tn tn 25.28 Bobot cuat tn tn tn 11.42 Bobot aril tn tn tn 30.33 Bobot biji tn tn tn 21.56 Edible portion tn tn tn 13.50 Kekerasan tn tn tn 38.28 Ketebalan kulit tn tn tn 21.51

Keterangan: tn= tidak nyata, berdasarkan uji F pada taraf α = 5%; KK= koefisien keragaman

Diameter transversal buah manggis yang dihasilkan pada penelitian ini adalah antara 49 sampai 59 mm, sedangkan diameter longitudinal nya adalah 42 sampai 56 mm. Diameter transversal dan longitudinal buah manggis tidak dipengaruhi oleh aplikasi kalsium dan boron (Tabel 5).

Gambar

Tabel 1  Rekapitulasi  sidik  ragam  pengaruh  dosis  pupuk,  waktu  aplikasi  kalsium  dan  boron  serta  interaksi  dosis  pupuk  dan  waktu  aplikasi  kalsium  dan  boron di tiga lokasi penelitian
Tabel 2  Persentase  buah  tercemar  getah  kuning  pada  aril,  juring  dan  kulit  dengan perlakuan dosis pupuk dan waktu aplikasi kalsium dan boron di  tiga lokasi penelitian
Tabel 3   Skor  cemaran  getah  kuning  pada  aril  dan  kulit  buah  penelitian  pada  perlakuan  dosis  pupuk  dan  waktu  aplikasi  kalsium  dan  boron  di  tiga  lokasi penelitian
Tabel 4  Rekapitulasi sidik ragam  pengaruh dosis pupuk, waktu aplikasi kalsium   dan  boron  serta  interaksi  dosis  pupuk  dan  waktu  aplikasi  kalsium  dan  boron terhadap sifat fisik buah manggis di tiga lokasi penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Masih banyaknya masalah yang menyangkut kesejahteraan pekerja/buruh, seperti masalah pengupahan, jaminan kesehatan kerja yang belum memadai, perlindungan kerja yang

Dalam melakukan outsourcing ada dua pihak yang menjalin kerjasama yakni antara perusahaan pengguna jasa outsourcing dengan perusahaan outsourcing, dimana hubungan hukum

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan vitamin C tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada anak sekolah dasar di Kabupaten

Hal tersebut berarti pentingnya memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja dari driver Gojek tersebut, karena driver merupakan sumber daya berharga,

Adapun pengaruh kemudahan website Dan Kemanfaatan website terhadap Kinerja karyawan berpengaruh sebesar 17,6% sedangkan sisanya 82,4% dipengaruhi oleh variabel lain

Perhitungan kecepatan dan pola pergeseran dengan menggunakan metode GPS sangat tergantung pada strategi pengolahan data sehingga diperlukan perangkat lunak yang mampu memberikan

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 72 lansia yang memiliki tingkat spiritualitas baik, 29 lansia diantaranya tidak siap dalam menghadapi kematian.. Hal

Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia mengingat bahwa gejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar