DAFTAR ISI……….. ii
DAFTAR GAMBAR………. Vi DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN………. x
ABSTRAKSI………. xi
BAB I :PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2.Rumusan Masalah... 5
1.3.Tujuan Penelitian... 5
1.4.Manfaat Penelitian... 5
BAB II:Tinjauan Pustaka... 7
2.1.Hasil Penelitian Terdahulu... 7
2.2.Landasan teori... 11
2.2.1.Pengertian Dan Pembagian Sektor Ekonomi... 11
2.2.1.2.Pertumbuhan Ekonomi... 12
2.2.1.3.Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... 12
2.2.1.4.Ukuran Pertumbuhan Ekonomi... 13
2.2.1.5.Sumber-Sumber Pertumbuhan... 14
2.2.1.6.Teori Pertumbuhan Ekonomi... 18
2.2.1.6.Teori Pertumbuhan EkonomiMenurut Adam Smith... 18
2.2.1.6.2.Teori Pertumbuhan EkonomiMenurut R.M Roslow... 19
2.2.1.6.3.Teori Pertumbuhan EkonomiMenurut Harrod-Domar... 21
2.2.2.Investasi... 30
2.2.2.1.Pengertian Investasi... 30
2.2.2.2.Teori Investasi... 31
2.2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi... 33
2.2.2.4.Jenis-jenis Investasi... 34
2.2.2.5.Manfaat Investasi... 35
2.2.2.6.Hubungan Antara Investasi Dengan Pertumbuhan Ekonomi... 35
2.2.2.7.Investasi Melalui PMA dan PMDN... 37
2.2.2.7.1.Modal Dalam Negeri... 37
2.2.2.7.2.Dampak Investasi melalui PMA dan PMDN... 39
2.2.3.Pengeluaran Pemerintah... 39
2.2.3.1.Pengerian Pengeluaran Pemerintah... 39
2.2.3.2.Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah... 41
2.2.3.3.Sebab-Sebab Pengeluaran Pemerintah Meningkat... 44
2.2.3.4.Hubungan Antara Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan... 45
2.2.4.Kurs Valas... 46
2.2.4.1.Pengertian Kurs Valas... 46
2.2.4.2.Sistem Kurs Valas... 47
2.2.4.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang.... 49
2.2.4.4.Sistem Kurs Yang Berubah-ubah... 50
2.2.4.5.Sistem Kurs Yang Stabil... 50
2.2.4.6.Perubahan-Perubahan Kurs Valas... 51
2.2.5.3.Pengaruh Inflasi... 58
2.2.6.Ekspor... 59
2.2.6.2.Tujuan Ekspor... 60
2.2.6.3.Cara-Cara Meningkatkan Daya Saing Ekspor... 60
2.2.6.4.Aneka Cara Ekspor... 61
2.2.6.5.Masalah Yang Dihadapi Ekspor... 62
2.2.7.Impor... 63
2.2.7.1.Pengertian Impor... 63
2.2.7.2.Kuota Impor... 64
2.2.7.3.Dampak-Dampak Pemberlakuan Kuota Impor... 64
2.2.7.4.Industri Substitunsi Impor... 65
2.3.Kerangka Pikir... 65
2.4.Hipotesis... 68
BAB III:Metodologi Penelitian... 69
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 69
3.2.Teknik Penentuan Sampel... 71
3.3.Teknik Pengumpulan Data... 71
3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 71
3.4.1.Teknik Analisis... 71
3.4.1.1.Uji Hipotesis... 74
BAB IV : 4.1.Deskripsi Obyek Penelitian... 80
4.2.2.Perkembangan Investasi... 83
4.2.3.Perkembangan Pengeluaran Pemerintah... 83
4.2.4.Perkembangan Inflasi... 84
4.2.5.Perkembangan Kurs Valas... 85
4.2.6.Perkembangan Ekspor... 86
4.2.7.Perkembangan Impor... 87
4.3.Hasil Analisis Regresi klasik... 88
4.3.3.Analisis dan Penguji Hipotesis... 93
4.3.1.Uji Hipotesis Secara Simultan... 94
4.3.2.Uji Hipotesis Secara Parsial... 96
4.3.3.Pembahasan... 104
BAB V : Kesimpulan dan Saran... 107
5.1.Kesimpulan... 107
5.2.Saran... 110 DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Sisi Penawaran Agregat……….. 17
Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Menurut R.MSolow………... 21
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Menurut Harrod-Domar………. 22
Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor……….. 24
Gambar 6. Demand Pull Inflation……….. 56
Gambar 7. Cost Push Inflation……… 57
Gambar 8.Kerangka Pikir……… 67
Ganbar 9. Kurva Distribusi/Penerimaan Hipotesis Secara Simultan………... 75
Gambar 10. Kurva Distribusi Penolakan/Penerimaan Hipotesis Secara Simultan………… 76
Gambar 11. Daerah Keputusan Durbin Watson……… 78
Gambar 12. Kurva Statistik Durbin Watson……….. 90
Ganbar 13. Kriteria penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan….96 Gambar 14. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Investasi (X1) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)……… 97
Gambar 15. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor pengeluaran Pemerintah (X2) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)……… 98
Gambar 16. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Inflasi (X3) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)………... 100
Gambar 16. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Kurs Valas(X4) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)……… 101
Tabel 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi tahun 1992-2007……….. 82
Tabel 2. Perkembangan Investasi Tahun 1993-2007……… 83
Tabel 3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Tahun 1993-2007……… 84
Tabel 4. Perkembangan Inflasi Tahun 1993-2007………. 85
Tabel 5. Perkembangan Kurs Valas Tahun 19932007………... 86
Tabel 6. Perkembangan Ekspor Tahun 1993-2007………. 87
Tabel 7. Perkembangan Impor Tahun 1993-2007……….. 88
Tabel 8. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman………. 92
Variables Entered/Removed
.965a .931 .879 1.84779 1.954
Model
Predictors: (Constant), x6=impor, x4=kurs, x3=inflasi, x1=investasi, x2=pengeluaran pemerintah, x5=ekspor
a.
Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi b.
ANOVAb
368.288 6 61.381 17.978 .000a
27.315 8 3.414
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), x6=impor, x4=kurs, x3=inflasi, x1=investasi, x2=pengeluaran pemerintah, x5=ekspor
a.
5.297 5.444 .973 .359
7.85E-009 .000 .130 .674 .519 .232 .234 4.282
2.17E-006 .000 .096 .189 .854 .067 .333 3.033
-.241 .028 -.821 -8.508 .000 -.949 .928 1.078
.000 .000 .174 .740 .481 .253 .156 6.412
.000 .000 -1.099 -1.442 .187 -.454 .138 7.251
.000 .000 1.152 2.734 .026 .695 .388 2.578
(Constant)
B Std. Error Beta t Sig. Partial Tolerance VIF
Dependent Variable: y=pertumbuhan ekonomi
pemerintah x3=inflasi x4=kurs x5=ekspor x6=impor Variance Proportions
-3.50118 1.55499 .00000 1.39680 15
-3.374 .885 .000 1.000 15
-1.895 .842 .000 .756 15
Triambodo Kusuma Putra
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan Negara yang termasuk dalam UUD’45. untuk itu tujuan pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik meteriil maupun spiritual. Perkembangan ekonomi di Indonesia menurut data BPS Jawa Timur dari tahun 1993 sampai tahun 2007 mengalami perubahan. Meskipun demikian pertumbuhan tersebut cukup baik mengingat terjadi krisis ekonomi di banyak Negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh simultan dan parsial investasi, Pengeluaran pemerintah, Inflasi, Kurs Valas, Ekspor, Impor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi sebagai variable tergantung atau yang dipengaruhi (Y), sedangkan variable bebas adalah Investasi (X1), Pengeluaran Pemerintah (X2), Inflasi (X3),Kurs Valas (X4), Ekspor (X5),Impor (X6) Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan uji regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil Fhitung 17,978 > Ftabel 3,58 sehingga secara simultan variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan hasil uji t secara Parsial variabel Investasi (X1)tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilai thitung 0,189 > ttabel 2,306. Variabel Pengeluaran Pemerintah (X2)tidak berpengaruh secara nyata dan negative terhadap Pertumbuhan ekonomi dan nilai thitung -8,508 > ttabel -2,306. Variabel Inflasi (X3) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Pertunbuhan ekonomi dan nilai thitung 0,740 > ttabel 2,306. Variabel Kurs Valas (X4)tidak berpengaruh secara nyata dan negative terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilai thitung 1,442 < ttabel 2,306. Variabel Ekspor (X5)tidak berpengaruh secara nyata dan negative terhadap pertumbuhan ekonomi dan nilai thitung 2,734 < ttabel 2,306. Impor (X6) berpengaruh secara nyata dan negative terhadap pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional diselenggarakan secara bertahap dalam jangka panjang 25 tahun dan jangka pendek 5 tahun dengan mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik meteriil maupun spirituil (Anonim, 1998 : 17).
Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional, kebutuhan dana yang cukup besar tersebut terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. Indonesia masih belum mampu menyediakan dana pembangunan tersebut. Di samping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri, pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri salah satunya adalah penanaman modal asing langsung (foeign direct Invesment : FDI) penanaman modal (Investasi) baik Investasi dalam negeri maupun Investasi asing, perlu di dorong dalam rangka meningkatkan peranan masyarakat dalam pembangunan.
(Anonim,2002 : 18).
Dalam rangka mempercepat pemulihan perekonomian nasional, semua pemanfaatan potensi sumber daya, baik yang di miliki oleh pemerintah (Badan Usaha Milik Negara/BUMN) maupun swasta dalam bentuk kegiatan Investasi, memegang peranan penting keberhasilan Investasi tentunya juga tergantung dari sejauh mana dan berapa lama berbagai kendala yang menimpa perekonomian nasional dapat diatasi.
guna mendorong sektor-sektor untuk ikut dalam memperkuat tumbuhnya perekonomian nasional.
Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian, banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan ekonomi (Rosyidi 1991 : 10).
Di samping itu keberadaan inflasi perlu ditekankan pada suatu negara berkembang lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program Investasi negara dalam jumlah yang besar, namun dengan munculnya barang konsumsi penting ke dalam negeri, modal asing dapat membantu meminimumkan tekanan inflasi tersebut dengan demikian pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.
(M.L Jhingan,2002 :482).
Kestabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan perekonomian Indonesia. Peran aktif pemerintah dalam mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia mengingat bahwa gejolak moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan pembangunan dalam pengambilan kebijaksanaan moneter, diharapkan dapat dicapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dapat mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi dan stabilnya kurs mata uang asing.
Maslah tinggi rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting yang menjadi pertimbangan para Investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, karena hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi yang mesti dikeluarkan terutama bagi Investor. Sementara itu nilai kurs yang rendah akan mempengaruhi Investor asing, berarti harga-harga di Indonesia akan mengalami penurunan dalam hal ini yang diperhatikan adalah harga bahan baku.
Dalam melaksanakan program pembangunan sudah tentu tidak bisa lepas dari konsekuensi pembiayaan yang cukup besar, dimana setiap tahunnya dibutuhkan dana yang semakin meningkat, sejalannya dengan bertambahnya harapan-harapan dalam upaya mencapai keadaan yang lebih baik.
efisien, sehingga perlu adanya pengembangan-pengembangan dibidang faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian adalah :
1. Apakah jumlah investasi, pengeluaran pemerintah, inflasi, kurs valas, eksport, import berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia? 2. Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia ?
I.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah, inflasi, kurs valas,eksport, import terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara simultan maupun secara parsial.
I.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk di gunakan :
1. Sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang mengadakan penelitian
berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor – faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian terdahulu tersebut
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengajian yang berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi antara lain :
a. Soeryani (1999 : 62). Dengan skripsinya
Mengenai “Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur”, menyatakan bahwa secara simultan ada pengaruh antara
variabel sektor pertanian (X1), sektor industri pengolahan (X2), dan sektor
perdagangan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) (X3) di
Jawa Timur. Hal ini diketahui uji F yaitu diperoleh dari Fhitung 6169,016 >
Ftabel 4,76. sedangkan secara parsial, variabel sektor pertanian berpengaruh
terhadap PDRB di jawa Timur dimana thitung 3,478 > ttabel 2,447. variabel
sektor perdagangan tidak berpengaruh terhadap PDRB di Jawa Timur
karena thitung -1,269 > ttabel -2,337 dan penyebabnya adalah berfluktuasinya
nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Ketiga faktor di atas memberikan
pengaruh pada konstribusi PDRB di Jawa Timur sehingga dapat
b. Rakhman (2003 : 95). Dengan skripsinya
Mengenai “Analisis pengaruh tingkat inflasi, investasi dalam negeri, kurs
valas dan penerimaan devisa terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh secara simultan uji Fhitung >
Ftabel, yang menyatakan bahwa secara keseluruhan indikator tingkat iflasi
(X1), investasi dalam negeri (X2), kurs valuta asing (X3), dan penerimaan
devisa (X4) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur (Y). dan secara parsial pada tingkat inflasi (X1), dalam
pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar -6,556 < ttabel sebesar -2,571
yang menyatakan bahwa variabel (X1) berpengaruh secara nyata dan
berhubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y),
pada variabel (X2) berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif
terhadap variabel (Y). dan variabel (X3) berpengaruh secara nyata dan
berhubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jwawa Timur.
Pada variabel (X4) secara parsial berpengaruh secara nyata dan
berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur (Y).
c. Agung Bhayangkara (1999 : 64). Dengan skripsinya
Mengenai “ pengaruh tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah,
dan tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia “. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
secara simultan tingkat investasi, tingkat pengeluaran pemerintah, dan
tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat berpengaruh secara nyata
Hasil analisis secara parsial, hanya tingkat pengeluaran konsumsi
masyarakat saja yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan tingkat pengeluaran pemerintah dan tingkat investasi ternyata
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
d. Yukanti Sriyatiningsih (1999 : 85). Dengan skripsinya
Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek “. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa secara simultan penerimaan pajak daerah, pengeluaran
pemerintah daerah, dan tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil hipotesis secara parsial penerimaan pajak
daerah dan pengeluaran pemerintah daerah mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan tingkat inflasi mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan diantara
ketiga variabel bebas, variabel yang paling dominan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Daerah Tingkat II Kabupaten Trenggalek :
adalah tingkat inflasi.
e. Aprianto Dwi H (2001 : 21). Dengan skripsinya
Mengenai “ Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di Daerah Istimewah Yogyakarta “. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa secara simultan Penanaman Modal Dalam Negeri,
Penanaman Modal Asing, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga kredit
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewah
berpengaruh positif dan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah
Istimewah Yogyakarta. Sedangkan Penanaman Modal Asing, tingkat
inflasi, tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh secra nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi.
f. Jurnal ekonomi dari M. Nawir Messi berjudul " Analisis Faktor Dan
Pertumbuhan Ekonomi 2001”
Variable terikat adalah Produk Domestik Regional Bruto (Y), dan variable
bebasnya adalah Investasi (X1), Pengeluaran Pemerintah (X2), dan Eksport
(X3) berpengaruh terhadap variable (Y). sedangkan secara persial
pengaruh investasi (X1) diketahui thitung = 7,3709 > ttabel = 0,05 sehingga
(X1) berpengaruh terhadap (Y), Pengeluaran Pemerintah diketahui thitung =
5,225 > ttabel = 0,05 sehingga (X2) berpengaruh terhadap variable (Y), dan
ekspor kerja (X3) diketahui thitung = 3,137 ttabel = 0,05 sehingga (X3)
berpengaruh terhadap variable (Y).
g. Jurnal ekonomi dari Ida Bagus Putu Purbadharmaja berjudul “ Implikasi
Variabel Pengeluaran Dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Propinsi Bali “.
Variabel terikat adalah Produk Domestik Regional Bruto ( Y ), dan
variabel bebasnya adalah pengeluaran ( X1 ), dan investasi ( X2 )
berpengaruh terhadap variabel Y.
Hasil uji mengatakan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap
PDRB ( Y ) adalah variabel pengeluaran ( X1 ) dengan nilai t statistik
PDRB ( Y ) secara nyata adalah variabel investasi dengan nilai t statistik
0,75 ( nonsignifikan ).
Penelitian yang diteliti sekarang berbeda dengan penelitian yang terdahulu
dimana terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian
yang akan dilakukan. Persamaan tersebut terletak pada variabel terikat
yaitu pertumbuhan ekonomi, sedangkan perbedaanya adalah waktu,
tempat, masalah, dan beberapa variabel yang menjadi obyek penelitian.
Perbedaan antara variabel sebagai berikut :
a. Penelitian sekarang menggunakan variabel investasi, pengeluaran
pemerintah, inflasi, kurs valas, eksport, import
b. Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu antara lain variabel
investasi, pengeluaran pemerintah, dan jumlah penduduk.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian dan Pembagian Sektor Ekonomi
Pada dasarnya yang dimaksud dengan sektor ekonomi adalah
bidang kegiatan ekonomi dimana penduduk suatu negara atau wilayah
melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan satu atau kombinasi
beberapa faktor produksi sebagai input untuk menghasilkan satu atau
beberapa jenis output sehingga faktor produksi tersebut mendapatkan balas
Kegiatan ekonomi dibedakan berdasarkan prosentase tenaga kerja
yang berada pada sektor primer, sekunder dan tersier. Maka keadaan
ekonomi ada dalam tiga sektor, yaitu :
1. Kegiatan sektor primer meliputi kegiatan ekonomi dalam bidang
pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan.
2. Kegiatan sektor sekunder meliputi kegiatan di bidang industri
pengolahan, listrik, gas, air minum dan bangunan.
3. Kegiatan sektor tersier meliputi kegiatan di bidang pengangkutan
perhubungan pemerintahan, perdagangan dan jasa-jasa perseorangan.
2.2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi
2.2.1.3 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
( Sukirno, 2002 : 10 ).
Para ahli-ahli ekonomi membedakan pengertian antara
perkembangan ekonomi ( economic development ) dengan pertumbuhan
ekonomi ( economic growth ). Pembangunan ekonomi adalah peningkatan
dalam pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertambahan GDP
( Gross Domestic Product ) atau GNP ( Gross National Product ) pada
suatu tahun tertentu melebihi dari tingkat pertambahan penduduk.
( Gross Domestic Product ), tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah
perubahan dalam struktur ekonomi terjadi atau tidak ( Arsyad, 1999 : 13 ).
2.2.1.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai
oleh suatu Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk
nasional bruto riil atau produk domestic bruto riil. Formula yang
digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah
(cara1)
PN riil – PN riil 0
g = x 100%...(Sukirno, 2002 :56 )
PN riil 0
Dimana :
g = Tingkat pertumbuhan ekonomi (%)
PN riil 1 = Pendapatan nasional tahun pertumbuhan ekonomi dihitung
PN riil 0 = Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya
Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan
pendapatan nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap :
1. menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan
2. menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan
nasional riil dengan mendeflasika pendapatan pada harga masa kini
dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
100
PN riil = x PN masa kini i………….(Sukirno, 2002 : 56)
HI 1
Dimana :
PN riil = pendapatan nasional tahun I
HI = indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional
{N masa kini I = pendapatan nasional pada harga masa tahun 1
Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Indonesia,
penelitian ini menggunakan alat indicator PDRB (Produk Domestik
Regional Brutu) yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah
tertentu (regional) dalam waktu satu tahun.
2.2.1.5 Sumber-Sumber Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi
permintaan agregat (AD) atau /dan sisi penawaran agregat (AS). Seperti
yang diilustrasikan pada gambar dibawah, titik perpotongan antara kurva
AD dengan kurva AS adalah titik keseimbangan ekonomi yang
menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat
harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu
ekonomi (atau negara) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode
awal (t=0) output adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan
ekonomi adalah apabila pada period berikutnya output = Y1, yang mana Y1
ekonomi bisa disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1)
sepanjang kurva permintaan (bagian A) atau pergeseran kurva permintaan
(AD1), sepanjang kurva penawaran (bagian B).
a. Sisi Permintaan Agregat
Gambar : 1
Permintaan Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang
Sumber : Tulus Tambunan, 2003, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, hal. 43.
Dari sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan
peningkatan permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang
terdiri dari permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan
pemerintah, meningkat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi AD
(penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi rumah tangga,
investasi (termasuk perubahan stok), konsumsi/pengeluaran pemerintah,
dan ekspor neto (ekspor barang dan jasa minus impor barang dan jasa).
ekonomi makro sederhana sebagai berikut:
Y = C + I + G + X – M (2.8')
G = Cy + Ca(2.9)
I = -ir + Ia (2.10)
G = Ga(2.11)
X = Xa(2.12)
M = mY + Ma(2.13)
Persamaan (2.8') menggambarkan keseimbangan antara AS (total
output/PDB) dan AD yang terdiri dari empat komponen tersebut.
Persamaan (2.9) adalah besarnya konsumsi rumah tangga yang ditentukan
oleh tingkat pendapatan dan faktor otonom (tidak tergantung pada
tingkat/perubahan pendapatan); ‘c’ adalah koefisien konsumsi (marginal
propensity to consume;MPC) dengan nilai positif antara 0 dan 1, yang
artinya, semakin tinggi pendapatan semakin besar pengeluaran konsumsi
rumah tangga. Persamaan (2.10) menunjukkan nilai atau jumlah investasi
(misalnya dalam jumlah proyek) sangat ditentukan oleh tingkat suku
bunga (i) di dalam negeri, selain juga oleh sejumlah faktor-faktor lain yang
bersifat otonom (Ia). Semakin tinggi i, dengan asumsi faktor-faktor lain
tetap (tidak berubah), semakin mahal biaya alternatif dari investasi,
semakin kecil jumlah investasi di dalam ekonomi yang dicerminkan oleh
tanda negatif di depan koefisien ‘r’. Persamaan (2.11) adalah pengeluaran
pemerintah yang sifatnya otonom: besar-kecilnya pengeluaran pemerintah
tersebut. Demikian juga dengan persamaan (2.12). Karena Indonesia
adalah negara kecil, dilihat dari pangsa perdagangan negerinya di dalam
jumlah volume perdagangan dunia, maka pertumbuhan ekspor Indonesia
lebih ditentukan oleh faktor-faktor eksternal di luar pengaruh Indonesia
seperti permintaan di negara-negara tujuan ekspor. Persamaan (2.13)
menggambarkan bahwa impor ditentukan oleh tingkat pendapatan di
dalam negeri, selain juga oleh faktor otonom. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat Indonesia, semakin besar permintaan pasar dalam negeri
terhadap impor, yang terdiri dari barang dan jasa untuk keperluan
konsumsi dan kegiatan proses produksi di dalam negeri.
b. Sisi Penawaran Agregat
Gambar : 2
Penawaran Agregat di dalam Posisi Ekonomi Makro yang Seimbang
Dari sisi AS, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh
peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti
tenaga kerja (L), modal (K), dan tanah (Tn). Faktor produksi terakhir ini
khususnya penting bagi sektor pertanian dan energi (E). Pertumbuhan
output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivitas dari faktor-faktor
tersebut. Jadi, relasi atau output dengan faktor-faktor produksi dapat
ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai berikut:
Q = f (X1, X2, X3, ……… Xn) (2.14) + + + +
dimana Q mewakili volume output dan X1, X2, …… Xn adalah volume
dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output
tersebut. Tanda-tanda positif di bawah setiap X menandakan hubungan
antara setiap faktor produksi tersebut dengan output adalah positif: jika
jumlah X1 meningkat, output juga meningkat.
2.2.1.6 Teori Pertumbuhan Ekonomi
2.2.1.6.1Teori Pertumbuhan Menurut Adam Smith
Mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang secara sistematis dibedakan menjadi dua aspek utama
pertumbuhan yaitu :
1. Pertumbuhan output total
Unsur pokok dari system produksi di suatu Negara ada 3 yaitu
sumber daya alam yang tersedia ( faktor produksi tanah ), jumlah
penunjang penting proses akumulasi modal yaitu tersedia, dengan
faktor penujang penting proses akumulasi modal yaitu : makin
meluasnya pasar (eksport) dan adanya tingkat keuntungan di atas
tingkat keuntungan minimal.
2. Pertumbuhan Penduduk
Penduduk meningkatkan jika tingkat upah untuk hidup tinggi.
Tingkat upah ditentukan oleh kenaikan permintaan dan penawaran
tenaga kerja yang ditentukan oleh laju pertumbuhan stock modal dan
laju pertumbuhan output masyarakat (Arsyad, 1997 : 51-53).
2.2.1.6.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut R.M Solow
Menurut Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung pada
pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan
teknologi (Arsyad, 1997 : 64).
Fungsi produksi yang mendasari model Solow dapat dinyatakan
dalam rumus Y = f (K.L.N,t) dimana K adalah modal, L adalah tenaga
kerja, N adalah sumber daya alam, sedangkan t adalah mencerminkan
perkembangan teknologi dalam perjalanan waktu. Perubahan
(pertambangan) pada suatu faktor atau pad kombinasi faktor-faktor
produksi akan membawa perubahan pada hasil produksi. Solow
mnganggap output di dalam perekonomian sebagai suatu keseluruhan,
sebagai satu-satu nya komoditi. Laju produksi tahunannya dinyatakan
sebagai Y(t) yang menggambarkan pendapatan nyata masyarakat,
diinvestasikan. Bagian yang ditabung (S) adalah konstan, dan laju
tabungan adalah SY (t). K (t) adalah stock modal, jadi investasi netto
adalah luju kenaikkan stok modal (K). dengan demikian persamaan
pokoknya adalah : K = SY, karena output diproduksi dengan
menggunakan modal dan buruh, maka kemungkinan teknologi
dinyatakan dengan fungsi produksi : Y = f(K,L) yang menunjukkan
return to scale yang konstan.
Proses pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses yang berlangsung
dengan perimbangan-perimbangan diantara faktor-faktor produksi.
Harga-harga faktor produksi adalah fleksibel sehingga ada kemungkinan
substitusi diantara faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses
produksi. Dalam keadaan dimana jumlah tenaga kerja melebihi pasok
modal, harga tenaga kerja (Tingkat Upah) akan menurun. Sebaliknya
jika pertumbuhan modal melampaui pertumbuhan modal melampaui
pertumbuhan jumlah tenaga kerja, maka tingkat upah meningkat, hal ini
akan dapat membatasi kemungkinan terjadi penyimpangan dari
Gambar 3 : Kurva Pertumbuhan Menurut R.M Solow
r
nr
sF (r, 1)
0 r ¹ r
Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 347.
Garis lurus yang melalui titik origin adalah fungsi nr. Sedang kuva
lainnya menggambarkan fungsi sF (r,1). Garis ini ditarik sedemikian
rupa sehingga menunjukkan produktifitas marginal yang semakin
menurun. Pada titik pertemuan dua kurva itu nr = sF (r,1), dan r = 0.
pada waktu r = 0, rasio modal buruh adalah konstan dan stock capital
harus diperluas sama besar dengan laju tenaga kerja yaitu n.
2.2.1.6.3Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Harrod- Domar
Istilah pertumbuhan ekonomi, perkembangan dan pembangunan
ekonomi sering dengan secara bergantian maksud yang sama, terutama
dalam pembicaraan mengenai masalah yang berkaitan dengan ekonomi
apabila terdapat lebih banyak output yang dihasilkan sedangkan untuk
pembangunan ekonomi tidak hanya menyangkut banyaknya output yang
dihasilkan tetapi juga perubahan-perubahan kelembagaan dan
lebih bervariasi. Oleh karena itu perkembangan ekonomi selalu diikuti
dengan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2002 : 433).
Teori harrod- Domar mencoba menelaah syarat-syarat diperlukan
agar perekonomian biar tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang
dengan mantap
(Steady Growth) (Arsyad, 1997 : 59).
Agar bisa tumbuh, maka perekonomian harus menabung dan
menginvestasikan sebagian dari GNP-nya. Lebih banyak yang dapat
ditabung dan kemudian ditanamkan maka akan lebih cepat lagi
perekonomian itu tumbuhnya. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan yang
dapat dicapai pada setiap tingkat tabungan dan investasi tergantung
kepada produkfitas investasi tersebut. produktifitas investasi adalah
banyaknya tambahan output yang di dapat dari suatu unit investasi
(Todaro, 1994 : 65-66)
Gambar 4 : Kurva Pertumbuhan Menurut Harood – Domar
S
1+ ∆ 1 ∆ 1 I
S0
0 Ys0 = Y0 Ys1 Y
Syarat untuk menciptakan pertumbuhan teguh yang dikemukakan
oleh Harrod – Domar (Sukirno, 1994 : 433) ada dua hal yang perlu
diketahui :
1. Pertambahan kapasitas barang modal tergantung dua faktor, yaitu
rasio modal produksi (bernilai COR), investasi yang dilakukan
(bernilai I), pertambahan kapasitas barang modal (∆c) :
I
∆c = COR
2. Pertambahan pendapatan nasional (∆Y) yang sama dengan paertambahan kapasitas barang modal (∆c). teori Harrod – Domar adalah perluasan dari analisis Keynes. Dengan demikian teori
berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun berikut akan tercapai
apabila pengeluaran agregat bertambah dengan cukup besar sehingga
tercapai keadaan : ∆c = ∆Y
2.2.1.6.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kaldor
Salah satu cirri penting model kaldor adalah bahwa ia
memperkenalkan “fungsi kemajuan teknik” sebagai pengganti fungsi
produksi biasa mengaitkan output perkepala dengan modal perkepala.
Dalam hal ini kaldor memasukkan peranan pendapatan, upah,
keuntungan, modal, tabungan, dan investasi.
Fungsi kemajuan teknik dapat juga diterapkan pada perekonomian
teknologoi akibat kelangkaan modal dan sumber-sumber lain. Akan
tetapi dengan adanya berbagai penemuan baru dan meningkatnya
kemampuan perekonomian Negara terbelakang dalam menerapkan
perubahan teknologi, fungsi kemajuan teknik dapat secara perlahan
meningkat naik (Jhingan, 1993 : 360 – 361).
Gambar 5 : Kurva Pertumbuhan Menurut Kaldor y
nr
p
r
r
0 K x
Sumber : Jhingan, 1993, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 353.
Dalam gambar di atas TT¹ adalah fungsi kemajuan
teknikal yang cembung ke atas tetapi mendatar setelah titik tertentu,
seperti P, apabila modal per pekerja mulai turun. x adalah pertumbuhan
prosentase tahunan di dalam modal perkerja
1 dk
pada tahun t ( . ) yang digambarkan secara horizontal dan y adalah
kt dt
1 do
prosentase tahunan per pekerja pada tahun t ( . ) yang diukur secara
vertikal. Pada titik P, laju prosentase pertumbuhan modal sama dengan
laju pertumbuhan output (pendapatan).
2.2.1.6.5 Tahap- Tahap Pertumbuhan Ekonomi W.W. Rostow
1. Masyarakat tradisional
Pada tahap ini kegiatan produksi masyarakat relatif masih primitive
yang didasarkan pada ilmu dan teknologi serta cara hidup
masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang
rasional dan kebiasaan turun-temurun.
2. Tahap Prasyarat Tinggal Landas
Tahap ini merupakan suatu proses yang menyebabkan perubahan
karakteristik penting suatu masa misalnya perubahan keadaan system
politik, kultur social, system nilai dalam suatu masyarakat dan
struktur ekonominya. Jika perubahan seperti itu terjadi maka proses
pertumbuhan ekonomi sudah terjadi dan masyarakat yang sudah
mencapai proses pertumbuhan yang demikian dapat dianggap sudah
berada pada tahap ini.
3. Tahap Tinggal Landas
Pada tahap ini pertumbuhan ekonomi selalu terjadi, pada awal tahap
ini terjadi perubahan yang drastic dalam masyarakat antara lain
perubahan kerangka dasar politik, social dan kelembagaan,
terbukanya pasar baru sebagai akibat dari perubahan secara teratur
sehingga akan tercapai inovasi dan peningkatan investasi.
akan mempercepat pertumbuhan sector industri modern dan laju
pertumbuhan nasional melebihi tingkat pertumbuhan penduduk,
berarti pendapatan perkapita semakin meningkat.
4. Tahap Menuju Kedewasaan
Diartikan oleh Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah
efektif menggunakan karakteristik non ekonomi dari masyarakat
yang telah mencapai tahap menuju kedewasaan sebagai berikut :
a. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan, peranan
sector industri dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi.
b. Sifat kepemimpinan perusahaan mengalami perubahan
peranmanajer proposal semakin penting dan menggantikan
kedudukan pengusaha atau pemilik.
c. Kritik –kritik industrialisasi mulai muncul sebagai akibat adanya
industrialisasi.
5. Tahap Konsumsi Tinggi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan
Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi
dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada produksi. Pada
tahap ini ada 3 macam tujuan :
a.Memperbesar kekuasaan dan pengaruh keluar negeri dan
b. Menciptakan kemakmuran yang lebih merata kepada
penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian
pendapatan yang lebih merata melalui system pajak yang
progresif.
c. Meningkatnya konsumsi masyarakat dari kebutuhan pokok
(papan, sandang, dan pangan ) menjadi barang konsumsi tahap
lama dan barang mewah (Arsyad, 1997 : 43-50).
Jadi pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikkan
jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan
semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduk
kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan
penyesuaian kelembagaan dari ideologi yang diperlukan.
2.2.1.6.6 Faktor-faktor Pertumbuhan ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor
ekonomi adalah Sumber Daya Manusia, modal usaha, teknologi, dsb.
Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari faktor non ekonomi seperti
lembaga sosial, non politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa.
Faktor-faktor ini menunjang pertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor ekonomi dan faktor non ekonomi harus dapat
menumbuhkan kemajuan ekonomi dan melakukan usaha untuk dapat
Menurut Kuznuts (Todaro 1994 : 122) 3 komponen pertumbuhan ekonomi
dipisahkan lagi menjadi 6 karakteristik dalam proses pertumbuhan
ekonomi yaitu :
1. Tingginya tingkat perkembangan out pit perkapita.
2. Tingginya tingkat penambahan jumlah faktor produktivitas, terutama
produktivitas tenaga kerja.
3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.
4. Tingginya tingkat transformasi sosial ideologi.
5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk
pergi ke segala pelosok dunia guna mendapatkan pasaran dan bahan
baku.
6. Pertumbuhan ekonomi hanya terbatas pada 3 segi populasi dunia.
Keenam karakteristik ini saling memperkuat dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya nanti akan membawa
penemuan-penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
Unsur utama yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu
stok modal yang secara terus menerus berkembang serta mengalami
kenaikan kualitas, angkatan kerja yang sehat dan cukup terdidik, dan
tingkat pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup rendah sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan modal perkapita.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan
menggunakan pertumbuhan pendapatan perkapita menuntut adanya
(Product Domestic Bruto) sangat ditentukan oleh digunakannya
faktor-faktor produksi, tenaga kerja, sumber daya manusia, teknologi, dan
kondisi sosial di negara yang bersangkutan.
Dengan sumber daya alam dapat mempermudah pembangunan
perekonomian suatu negara terutama pada masa-masa permulaan dan masa
proses pertumbuhan ekonomi. Faktor jumlah dan perkembangan penduduk
juga mempunyai pengaruh yang tidak kecil. Jumlah penduduk yang
bertambah dapat memberikan adanya 2 kemungkinan yaitu mendorong
perkembangan atau malah sebaliknya menghambat pertumbuhan ekonomi.
Kelebihan penduduk akan membawa masyarakat kembali pada taraf
pembangunan yang rendah akibat angka pembagi pendapatan nasional
yang tinggi. Selain itu penduduk dapat memberikan sumbangan positif
karena perkembangannya akan memperluas pasar bagi out put yang
dihasilkan dan dapat melakukan perbaikan dalam kemahiran dan mutu
yang dapat menciptakan berbagai akibat negatif bagi pembangunan serta
penduduk menyediakan pengusaha yang inovatif yang menjadi unsur
penting dalam penciptaan akumulasi modal ( Sukirno 1985 : 299 ).
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Malthus
( Jhingan : 78 ) menyatakan bahwa proses pembangunan ekonomi tidak
berjalan dengan sendirinya, melainkan suatu proses naik turunnya aktivitas
ekonomi lebih dari sekedar lancar tidaknya aktivitas yang memerlukan
segala usaha yang konsisten dari berbagai pihak dengan titik perhatian
Pada teori ini pertumbuhan penduduk merupakan akibat dari
proses pembangunan pembangunan dengan meningkatnya kesejahteraan
dengan catatan pertambahan penduduk meningkatkan permintaan efektif
dengan 2 unsur kesejahteraan yakni peranan produksi dan peranan
distribusi yang ditopang oleh penambahan secara terus menerus yang
berasal dari laba atau keuntungan para pemilik modal.
2.2.2Investasi
2.2.2.1Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian( Sukirno, 2002 : 107 ).
Pengertian yang lain dalam investasi yaitu merupakan modal
yang digunakan untuk menghasilkan tingkat output dan dibutuhkan
sebagai penggerak sektor ekonomi dengan meningkatnya kemampuan
memproduksi barang dan jasa. Investasi pada dasarnya digolongkan
menjadi 3 meliputi : (1) pembelian berbagai jenis barang modal yaitu
mesin-mesin, peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan. (2) pengeluaran untuk pembangunan rumah
tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan lainnya.
(3) pertambahan nilai stok barang-barang yang masih dalam proses
produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional
2.2.2.2 Teori Investasi
Masalah investasi adalah masalah yang langsung berkaitan dengan
besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal di masa depan.
Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor yang sangat penting
untuk menentukan besarnya investasi.
Menurut ( Soeparmoko, 1992 : 84 ) terdapat teori tentang investasi yaitu :
1. Teori Klasik
Teori klasik tentang investasi pada pokonya didasarkan pada teori
prodiktivitas batas (Marginal Produktivity) dari faktor produksi modal.
Menurut teori ini besarnya modal yang diinvestasikan dalam proses
produksi ditentukan oleh produktivitas marginalnya dibandingkan
dengan tingkat bunganya. Sehingga investasi itu akan terus dilakukan
bila mana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi dari
pada tingkat bunga yang akan diinvestasikan. Dengan teori produktivitas
batas, maka masalah investasi oleh para ahli ekonomi klasik dipecahkan
atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan individu. Sebab
suatu perusahaan akan memaksimalisasikan labanya dalam suatu
persaingan sempurna, bila perusahaan itu menggunakan modalnya
sampai pada jumlah produk marginal kapitalnya sama dengan harga
capital yaitu suku bunga, teori klasik dapat disempurnakan sebagai
berikut :
a. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi itu
merupakan jumlah yang akan diterima setiap akhir tahun, selama
barang modal digunakan dalam produksi.
b. Investasi dalam barang modal adalah menguntungkan apabila biaya
ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan
investasi itu.
2. Teori Keynes
Masalah investasi baik penntuan jumlah maupun kesempatan untuk
melakukan investasi oleh Keynes didasarkan oleh konsep MEI
(Marginal Efficiency of Investment) ini antara lain disebabkan oleh dua
hal :
a. Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam
masyarakat, maka semakin rendah efficiency marginal investasi itu.
Sebab semakin banyak investasi itu yang terlaksana dalam berbagai
lapangan ekonomi, mak semakin sengitlah persaingan investor
sehingga MEI (Marginal Efficiency of Invesment) menurun.
b. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal
2.2.2.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi ( Rusdiansyah, 1998 : 74 ) antara lain :
1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh,
keuntungan investasi merupakan tujuan utama dalam invesatsi karena
invesatsi tidak akan dilakukan apabila secara ekonomis tidak
menguntungkan.
2. Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investasi apabila tingkat
bunga naik maka investasi akan turun, hal ini terkait antara tingkat
bunga yang dianggap sebagai sewa modal dengan keuntungan yang
diperoleh.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan, keadaan yang
memperhatikan masa yang akan datang dilihat dari fundamental
ekonomi dan sosial politik.
4. Kemajuan teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi akan
membantu terhadap peningkatan ekonomi dengan sistem dan alat yang
mendukung.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, akan tercipta
mekanisme perkembangan ekonomi dengan pendapatan nasional yang
potensial.
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan sebagai gambaran
dari studi banding bahwa suatu investasi perusahaan menguntungkan
2.2.2.4Jenis-Jenis Investasi
(Rosyidi, 1993 : 161) membagi investasi menurut jenisnya menjadi 4 yaitu :
a. Autonomous Investment dan Induced Investment.
Autonomous Investment (Investasi Otonom) adalah investasi yang
besar kecilnya tidak terpengaruh oleh pendapatan, tapi dapat berubah
oleh karena adanya perubahan. Faktor-faktor diluar pendapatan,
seperti tingkat teknologi, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
Sedangkan Induced Investment (Investasi Berimbas) adalah investasi
yang sangatdipengaruhi oleh tingkat pendapatan.
b. Public Investment dan Private Investment.
Public Investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh
pemerintah sedangkan Private Investment adalah investasi yang
dilakukan oleh swasta.
c. Domestic Investment dan Foreign Investment.
Domestic Investment adalah penanaman modal didalam negeri
sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal diluar
negeri atau asing.
d. Gross Investment dan Net Investment.
Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi
yang diadakan pada suatu ketika sedangkan Net Investment (Investasi
Dari keempat unsur-unsur di atas akan semakin nyata bahwa
investasi memegang peranan penting dalam perekonomian, sebab tidak
lain dan tidak bukan adalah karena investasi merupakan cermin daripada
produksi, sehingga tanpa adanya investasi yang memadai produksi akan
macet. Jika investasi tidak ada sama sekali maka produksi juga tidak ada.
2.2.2.5Manfaat Investasi
Manfaat investasi dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Untuk keperluan konstruksi
Konstruksi adalah pembangunan atau pendirian sesuatu yang sama
sekali baru.
2. Untuk keperluan rehabilitasi atau perbaikan
Apabila pembangunan itu pada suatu saat rusak, entah apa sebabnya
dan kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah pengeluaran
untuk keperluan rehabilitasi.
3. Untuk keperluan ekspansi atau perluasan
Apabila bangunan tadi perlu diperluas, maka perluasan ini yang
disebut dengan ekspansi.( Rosyidi, 1993 : 158-160
2.2.2.6Hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi
Investasi dalam pertumbuhan ekonomi memegang peranan sangat
penting dan dominan. Investasi bagi negara sedang berkembang sangat
tahap awal pembangunan, suatu negara perlu adanya pembentukan modal
yang sangat banyak, karena untuk pembangunan segala sektor yang
nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan terhadap negara.
Akumulasi modal yang cukup besar dalam tingkat pertumbuhan ekonomi
yang mantap dan kuat dalam jangka panjang hanya bisa terjadi jika
masyarakat mampu mempertahankan proporsi investasi yang cukup besar
dari GDPnya, proporsi tersebut tergantung daripada lingkungan dimana
akumulasi modal terjadi dan tergantung pada beberapa tingkat
pertumbuhan ekonomi yang diinginkan untuk mencapai tujuan pokok
masyarakat (Arsyad, 1999 : 139).
Di tengah lingkungan ekonomi politik dunia usaha yang cenderung
memburuk, minat sektor swasta dan PMDN untuk melakukan investasi
menjadi menurun. Karena itu dibutuhkan suatu ekonomi politik yang baik
dan tepat untuk meningkatkan investasi di bidang dunia usaha. Penurunan
kinerja investasi banyak dipengaruhi beberapa faktor-faktor yang terjadi
dalam ekonomi politik. Ada dua faktor utama yang membawa
keterpurukan bagi kinerja investasi yaitu pertama, perbankan enggan
meminjamkan dananya ditengah permintaan dana yang mulai meningkat.
Kedua , resiko ketidakpastian usaha. Lingkungan politik dunia usaha yang
2.2.2.7 Investasi melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
2.2.2.7.1 Modal dalam negeri
Penanaman modal dapat juga diartikan sebagai Investasi. kata
Investasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Investment. menurut
(Rosyidi 1996 :170) jenis–jenis Investasi itu sendiri adalah :
1. Autonomus Investment (Investasi otonom) dan Induce Investment.
Autonomus Investment adalah Investasi yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya
perubahan–perubahan faktor–faktor di luar pendapatan yaitu tingkat
tekhnologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan
sebagainya. Induce Investment adalah Investasi yang mempengaruhi
pendapatan.
2. Public Investment dan Private Investment.
Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang
dilakukan oleh pemerintah. yang dimaksud perkataan pemerintah disini
adalah baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu
dan seterusnya. private Investment adalah Investasi yang dilaksanakan
swasta.
3. Domestic Investment dan Foreign Investment.
Domestic adalah dalam negeri, sedangkan Foreign Artinya luar negeri.
dalam negeri. Sedangkan foreign Investment adalah penanaman modal
asing.
4. Gross Investment dan Net investment.
Gross Investment (Investasi bruto) adalah total seluruh Investasi yang
diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Investasi bruto
mencakup segala jenis Investasi, baik yang Autonomous maupun
Induced, baik yang private maupun yang public, baik yang domestic
maupun yang foreign. pendek kata, seluruh Investasi yang dilakukan
oleh suatu negara atau daerah pada selama sesuatu periode waktu
tertentu. Net Investment (Investasi bruto) adalah selisih antara Investasi
bruto dengan penyusutan.
Pemilikan aktiva financial dalam rangka Investasi pada sebuah
entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Investasi langsung dan
Investasi tidak langsung. Investasi langsung diartikan suatu pemilikan
surat–surat berharga secara langsung dalam entitas yang secara resmi telah
Go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa deviden
dan capital gains. sedangkan Investasi tidak langsung terjadi bilamana
surat–surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh
perusahaan Investasi yang berfungsi sebagai perantara.
2.2.2.7.2 Dampak Investasi melalui PMA&PMDN
Pertimbangan pemerintah Indonesia menerima masukan Penanaman
Modal Asing (PMA) adalah :
a. Tujuan memperoleh pendapatan negara (dalam bentuk pemasukan
pajak, baik pajak langsung maupun tidak langsung).
b. Memberikan development effect terhadap kegiatan industri dalam
negeri di sekitar modal asing.
c. Kesempatan kerja bagi penduduk.
Sedangkan tujuan dilaksanakan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) oleh pemerintah dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat. meningkatnya pendapatan masyarakat ini secara tidak
langsung akan meningkatkan pendapatan nasional.
Berdasarkan pertimbangan pemerintah diatas menunjukkan bahwa
tujuan diijinkannya Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia dan
dilakukannya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dimaksudkan
untuk meningkatkan pendapatan nasional. hal ini berarti semakin banyak
Investasi yang ditanamkan, maka pendapatan nasional akan mengalami
peningkatan.
2.2.3 Pengeluaran Pemerintah
2.2.3.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah adalah semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Barang dan jasa yang
produksi. Pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari APBN
(Anggaran Pendapatan Belanja Negara) adalah pengeluaran pemerintah.
Harus diteliti lebih dahulu pos-posnya. Hanya pos yang menyangkut
pembelian barang dan jasa hasil produksi tahun yang bersangkutan
termasuk pengeluaran pemerintah.
Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga
dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pengeluaran merupakan investasi yang menambah kekuatan dan
ketahanan ekonomi dimasa yang akan datang.
b. Pengeluaran langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
c. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.
d. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga
beli yang lebih luas.
Berdasarkan atas penilaian tersebut dapat dibedakan
bermacam-macam pengeluaran yaitu :
a. Pengeluaran yang self-liquiditing sebagian atau seluruhnya
Artinya pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali
dari masyarakat yang menerima barang dan jasa yang bersangkutan.
b. Pengeluaran yang reproduktif
Artinya mewujudkan keuntungan ekonomis masyarakat. Dengan
naiknya tingkat penghasilan dan sasaran pajak maka akan menaikkan
penerimaan pemerintah.
Artinya pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan pada
masyarakat dan mengakibatkan meningkatnya pendapatan nasional
dalam arti jasa-jasa tadi.
d. Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan
pemborosan.
e. Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa akan datang.
(Suparmoko, 2000 : 45).
2.2.3.2 Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah
a. Pengeluaran Rutin
Yaitu pengeluaran atau belanja pemerintah untuk menunjang
tugas-tugas rutin, yang bersifat habis pakai atau konsumtif, karena dari
pengeluaran-pengeluaranyang telah dilakukan tidak akan mendapatkan
hasil kembali. Anggaran rutin memegang peranan penting dalam tata
kehidupan suatu daerah, karena melalui anggaran rutinlah roda
administrasi pemerintahan dan penyediaan jasa-jasa kepada
masyarakat disediakan selain untuk memelihara kelangsungan seluruh
kekayaan negara yang berbentuk modal tetap yang sudah ada. Volume
anggaran belanja rutin dari tahun ke tahun pasti mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan oleh 3 faktor antara lain :
1. Kekayaan Negara yang selesai dibangun memerlukan
jalan raya, jembatan, waduk, bendungan, pelabuhan,
gedung-gedung milik negara dan sebagainya.
2. Melaksanakan investasi dan bersifat konsumtif
Peningkatan jasa-jasa pemerintahan yang diberikan kepada
masyarakat perlu ditingkatkan disegala bidang demi pemenuhan
pelayanan kepada masyarakat yang sebesar-besarnya.
3. Pengeluaran untuk jenis belanja pegawai setiap tahunnya
ditingkatkan terus-menerus secara bertahap supaya kehidupan
pegawai negeri dapat hidup layak.
Yang termasuk dalam klasifikasi pengeluaran rutin daerah antara lain :
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja pemeliharaan dan perbaikan
4. Belanja perjalanan dinas
5. Belanja pensiun
6. Subsidi
7. Pengeluaran rutin lainnya.
b. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk
membiayai proses perubahan yang merupakan perbaikan dan
pembangunan menuju kemajuan yang ingin dicapai. Anggaran
pembangunan digunakan untuk membiayai suatu proyek yang
pembiayaannya akan selesai pula. Pada dasarnya pembiayaan anggaran
belanja pembangunan digunakan untuk membiayai proyek-proyek
dimana proyek-proyek tersebut jika dilihat dari segi hasilnya berbentuk
proyek fisik dan proyek non fisik.
Yang termasuk dalam pengeluaran pembangunan pemerintah daerah
antara lain pengeluaran untuk :
o Pertanian dan pengairan
o Industri
o Pertambangan dan energi
o Perhubungan dan pariwisata
o Perdagangan dan koperasi
o Tenaga kerja
o Pembangunan daerah
o Agama
o Pendidikan generasi muda, kebudayaan nasional,
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
o Kesehatan, kesejahteraan sosial, peranan wanita,
kependudukan, dan keluarga berencana
o Hukum
o Ilmu pengetahuan, teknologi, dan penelitian
o Subsidi atau bantuan pembangunan kepada daerah
2.2.3.3 Sebab-Sebab Pengeluaran Pemerintah Meningkat
a. Adanya perang
Sekali pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan perang itu diadakan
akan sulit untuk dikurangi meskipun perang tersebut telah selesai
pengeluaran pemerintah harus tetap diadakan bagi tentara-tentara yang
sudah terlanjur diangkat menjadi pegawai negeri.
b. Adanya kenaikan tingkat pengasilan dalam masyarakat
Dengan meningkatnya penghasilan, maka jelas kebutuhan konsumsi
barang dan jasa akan meningkat. Banyak barang yang tak mungkin
diusahakan oleh swasta seperti kegiatan pendidikan, pemeliharaan
prasarana jalan dan jembatan.
c. Urbanisasi yang membarengi perkembangan ekonomi
Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota perlu dilayani
oleh pemerintah dalam penyediaan lapangan kerja, kebutuhan listrik,
air minum dan sebagainya. Urbanisasi bisa terjadi bersama-sama
dengan industrialisasi dan perkembangan ekonomi.
d. Perkembangan demokrasi
Perkembangan demokrasi memerlukan biaya sangat besar, terutama
untuk mengadakan musyawarah-musyawarah, pemungutan suara dan
sebagainya.
e. Semakin berkembangnya peranan pemerintah itu sendiri justru
mengakibatkan adanya ketidakefisienan, pemborosan, dan birokrasi
f. Untuk negara atau daerah yang sedang berkembang peranan
pemerintah dalam pembangunan ekonomi semakin menyolok karena
pemerintah bertindak sebagai pengarah dan pelopor pembangunan
ekonomi. Pemerintah mengarahakan usaha pembangunan melalui
rencana-rencana pembangunan.
g. Timbulnya program kesejahteraan masyarakat, seperti progam panti
asuhan, rumah jompo dan sebagainya. ( Suparmoko, 2000 : 24 )
2.2.3.4. Hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi
Besar atau kecilnya bagian pengeluaran pemerintah didalam Gross
National Product ( GNP ) tergantung pada keadaan negara yang
bersangkutan. Didalam Negara yang sedang berkembang peranan
pemerintah besar sekali dilapangan perekonomian sebab sektor swasta
memerlukan banyak sekali bimbingan dan pengarahan maupun
pemeloporan terutama dibidang-bidang usaha yang masih baru. Hal ini
menyebabkan di negara yang sedang berkembang pengeluaran pemerintah
menempati bagian yang cukup besar didalam Gross National Product
( GNP ). ( Sukirno, 1994 : 115 )
Pengeluaran pemerintah lebih banyak ditentukan oleh
pertimbangan sosial dan politik daripada pertimbangan ekonomi, oleh
karena itu besarnya pengeluaran pemerintah tidak tergantung kepada
Tujuan pemerintah didalam mempercepat pembangunan ekonomi
jangka panjang, maka pemerintah harus membelanjakan uang yang jauh
lebih besar dari pendapatan yang diperoleh dari pajak.
( Sukirno, 1994 : 152 )
2.2.4 Kurs Valuta Asing
2.2.4.1 Pengertian Kurs Valuta Asing
Kurs Valuta asing yaitu harga mata uang negara asing dalam
satuan mata uang domestik. (Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 450).
Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency diartikan
sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainya yang digunakan
untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan
internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral
(Hady, 2001 : 15).
Kurs valuta asing adalah mata uang dari negara tertentu yang telah
ditetapkan berdasarkan faktor-faktor ekonomi seperti cadangan devisa
posisi neraca perdagangan suatu negara dengan negara lainya. Nilai tukar
mata uang internasional atau kurs valuta asing merupakan nilai atau harga
tukar suatu mata uang dengan mata uang Negara lainya yang ditetapkan
atau terjadi dalam hubungan lalu lintas perdagangan dan moneter antar
Negara.
Kurs valuta asing dalam periode waktu tertentu dapat saja tetap
nilainya, dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami goncangan atau
gejolak yang besar.
Pasar valuta asing adalah organisasi (pasar) yang didalamnya
terdapat individu-individu, perusahaan-perusahaan dan bank-bank yang
melakukan penjualan dan pembelian mata uang asing atau devisa.
Sedangkan fungsi pasar valuta asing adalah untuk mentransfer daya beli
untuk menyediakan kredit bagi perdagangan luar negeri dan untuk
memberi fasilitas-fasilitas bagi penbatasan resiko (hedging) valuta asing.
2.2.4.2 Sistem Kurs Valuta Asing
1. Sistem kurs tetap
Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan
tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk
berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas
dimana keduanya tetap berdiri dan kekal.
Karakteristik dalam sistem kurs tetap adalah :
A. Stabilitas kurs jangka panjang dengan perubahan nilai paritas yang
Jarang.
B. Penyesuaian ketidakseimbangan neraca pembayaran temporer
melalui perubahan cadangan internasional, tingkat bunga, dan
pendapatan serta harga terhadap ketidakseimbangan fundamental
C. Kurs yang stabil dipertahankan melalui Invetasi pemerintah. dalam
batas yang sempit dan terdefinisi dengan jelas.
2. Sistem Kurs mengambang.
Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu berfluktuasi
dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran
valuta asing. sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973.
sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan
sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur
tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas
bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor–faktor yang
mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. implimasinya
adalah bahwa sistem kurs mengambang akan lebih berfluktuasi dari
pada sistem kurs tetap
(Suparmoko, 2000 : 370).
3. Sistem kurs mengambang terkendali.
Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating system) adalah
sebuah sistem dimana penguasaan moneter campur tangan dalam pasar
mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek atau tanpa
2.2.4.3 Faktorktor–Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang.
Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata
uang satu dengan mata uang lainya atau negara lain :
1. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan
harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa
terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya
jumlah uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang beredar di
masyarakat.
2. Tingkat Bunga
Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar
negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi
penanam modal bagi dari dalam maupun luar negeri, sehingga akan
menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung
menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.
3.Tingkat Pendapatan
Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka
permintaan akan barang–barang impor akan meningkat, yang berarti
peningkatan permintaan valuta asing. hal ini akan mengakibatkan nilai
tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam
negeri akan mengalami depresiasi.
4. Faktor Spekulasi
Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau
peningkatan dalam nilai mata uang dalam negeri.
2.2.4.4 Sistem Kurs yang Berubah–ubah
Didalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa
faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran
keluar negeri (impor). permintaan valuta asing di tentukan dari transaksi
debit dalam neraca. pembayaran internasional, sedangkan penawaran
valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit
neraca pembayaran internasional. suatu mata uang dikatakan kuat apabila
transaksi autonomus debet (surplus neraca pembayaran) sebaliknya di
katakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit.
2.2.4.5 Sistem Kurs yang Stabil
Sistem kurs bebas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi
sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. oleh karena itu :
1. Aktif : Yakni pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas
kurs.
2 . Pasif : Yakni di dalam suatu negara yang menggunakan sistem standart