• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kelompok

Dalam penentuan kedinamisan kelompok baik di MPSDH Wana Lestari maupun LMDH Argo Mulyo, di gunakan tiga indikator sebagai penilainya, yaitu aspek tujuan kelompok, aspek struktur kelompok, dan aspek efektivitas kelompok

Tujuan Kelompok

Pada sebuah organisasi, terutama lembaga masyarakat desa hutan, tujuan kelompok merupakan salah satu elemen penting yang harus di perhatikan. Karena dengan tujuan kelompok yang jelas maka anggota yang tergabung di dalamnya akan mengetahui arah organisasi yang akan di bangun. Dalam kegiatan PHBM, lembaga masyarakat desa hutan merupakan unsur penting yang harus dibangun. Dengan lembaga msyarakat desa hutan yang jelas akan menunjang kesuksesan dari program PHBM.

MPSDH Wana Lestari dibangun atas dasar untuk menghimpun dan memperdayakan potensi sumber daya hutan dalam pembangunan dan pengelolaan sumber daya hutan sehingga terbentuk sistem pengelolaan hutan jati yang optimal bagi kepentingan masyarakat desa hutan, masyarakat luas, pemerintah dan kelestarian lingkungan. Disamping itu, juga untuk melestarikan hutan demi anak cucu, untuk menambah rejeki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta untuk menjalin kerjasama dengan Perum Perhutani dalam melakukan pengelolan hutan.

Sedangkan LMDH Argo Mulyo dalam pembentukanya memiliki tujuan utama untuk ikut bertanggung jawab dalam menjaga dan memelihara kawasan hutan dari gangguan dan perusakan sehingga kelestarian hutan dapat dipertahankan. Disamping itu, juga sebagai sarana untuk berbagai dengan Perum Perhutani baik berbagi peran, berbagi tanggung jawab maupun berbagi hasil (manfaat) terutama hasil sharing dari hutan sehingga dapat ikut serta dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan pada umumnya serta anggota LMDH Argo Mulyo pada khususnya.

Selain berkaitan dengan kegiatan pengelolaan hutan, LMDH Argo Mulyo juga melakukan kegiatan untuk meringankan anggota dari iuran desa seperti kegiatan bersih desa. Dengan bergabung dalam LMDH Argo Mulyo, biaya iuran di tanggung dan membantu anggotanya jika melakukan pengobatan. LMDH Argo Mulyo juga memberikan kontribusi dalam pembangunan Desa Sugihwaras seperti LMDH melakukan kegiatan pembuatan jalan yang secara swadaya dilakukan oleh anggota disampimg itu, juga melakukan pemberian bantuan rutin kepada SDN Sugihwaras dalam usaha untuk peningkatan mutu anak didik.

Berdasasarkan hasil wawancara dengan responden untuk mengetahui kesesuai dari tujuan kelompok tani hutan, responden dari MPSDH Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo sebayak 30 orang (100 %) menyatakan bahwa tujuan dari pembentukan kelompok sudah sesuai, karena selama ini telah memberian manfaat bagi masyarakat sekitar hutan terutama dari anggota yang tergabung di dalamnya. Begitu juga tentang tingkat kejelasan tujuan dari MPSDH Wana Lestari dan Argo Mulyo, sebanyak 30 orang (100 %) menyatakan bahwa tujuan kelompok telah jelas, karena dalam pembentukan MPSDH Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo, mereka ikut dilibatkan didalamnya terutama dalam penyusunan AD / ART dan juga berbagai kegiatan yang berlangsung selama ini dalam pengelolaan hutan bersama Perum Perhutani.

Struktur Kelompok

Untuk melihat kedinamisan suatu kelompok, struktur kelompok merupakan salah satu unsur yang harus di perhatikan dimana struktur kelompok adalah bagaimana tersebut mengatur dirinya sendiri. Dengan adanya ketidak jelasan struktur, dapat menyebabkan ketidak jelasan wewenang dan kewajiban setiap anggota, sehingga akan berdampak pada kegiatan tidak berjalan efektif.

Pada MPSDH Wana Lestari, menurut responden dalam pengambilan keputusan dalam kelompok, rapat pengurus dan anggota menjadi pihak yang berwenang karena dengan rapat bersama, setiap permasalahan yang ada dapat dilakukan pemecahan secara bersama-sama. Untuk kesesuaian kegiatan dengan tujuan dari kelompok, sebanyak 30 orang (100 %) menyatakan bahwa kegiatan kelompok yang berjalan selama ini telah sesuai dengan tujuan, dimana banyak

kegiatan yang dilakukan MPSDH Wana Lestari berkaitan dengan peningkatan ekonomi anggota, seperti melakukan budidaya porang di bawah tegakan yang mempunyai nilai ekonomi, disamping kegiatan pembuatan pupuk bokhasi.

Untuk menunjang komunikasi kelompok, pada umumnya responden menyatakan bahwa KKP (Kumpulan-Kumpulan Prayasawana) merupakan salah satu sarana untuk menujang komunikasi secara formal yang berkaitan dengan kegiatan MPSDH Wana Lestari, disamping menggunakan sarana lain seperti kegiatan arisan dan pengajian.

Pada LMDH Argo Mulyo, dalam melakukan pengambilan keputusan dalam kelompok menggunakan sarana rapat pengurus dan anggota menjadi pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan. Untuk kesesuaian kegiatan dengan tujuan dari kelompok, sebanyak 30 orang (100 %) menyatakan sesuai, karena mereka menilai selama ini LMDH Argo Mulyo telah melakukan kegiatan yang dapat memberikan kontribusi bagi anggota serta Desa Sugihwaras seperti budidaya tanaman porang, empon-empon yang memiliki nilai ekonomi, dan melakukan kegiatan pengamanan hutan, sedangkan kontribusi bagi desa dengan melakukan kegiatan pembutan jalan serta bantuan dana pendidikan bagi SDN Sugihwaras. Dalam menujang komunikasi kelompok secara formal, menggunakan sarana Pokja dan kegiatan-kegiatan informal seperti arisan.

Efektivitas Kelompok

Efektivitas kelompok merupakan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan. Semakin berhasil suatu kelompok, maka anggota akan memiliki kebanggaan terhadap kelompoknya. Responden yang ada di MPSDH Wana Lestari pada umunya menjawab bahwa banyak manfaat yang diperoleh dari keberadaan kelompok terutama bisa menambah penghasilan kelurga dari hasil hutan.

Setelah adanya MPSDH Wana Lestari dan konsep Wanareksa dalam pengelolaan hutan dengan Perum Perhutani, petani mempunyai akses yang lebih besar terutama dalam pemanfaatan lahan di bawah tegakan jati. Disamping itu, kelestarian sumberdaya hutan dapat terjaga dengan baik. Sebelum ada MPSDH Wana Lestari rasa memiliki hutan bagi masyarakat sekitar tidak ada, sehingga

ketika ada pencurian kayu masyarakat membiarkan. Tetapi setelah adanya MPSDH, mulai muncul rasa kepedulian terhadap hutan karena mereka sadar bahwa fungsi hutan sangat besar bagi kehidupan mereka.

Untuk masalah motivasi awal responden ikut serta dalam MPSDH Wana Lestari, pada umumnya karena adanya faktor bagi hasil berupa kayu dari Perum Perhutani yang besarnya sesuai dengan persentase yang telah disepakati dengan Perum Perhutani.

Responden di LMDH Argo Mulyo, berkaitan dengan manfaat dari keberadaan kelompok tersebut, pada umumnya mereka mengatakan bahwa banyak manfaat yang di peroleh dengan adanya LMDH terutama berkaitan dengan peningkatan pendapatan rumah tangga. Sebelum adanya LMDH dan konsep Wengkon, mereka hanya memiliki lahan di hutan maksimal 0,25 ha dalam jangka waktu 2 tahun. Tapi setelah adanya konsep Wengkon, mereka bisa memperoleh lahan lebih dari 0,25 ha dan juga dapat menanami tanaman di bawah tegakan seperti budidaya porang dan empon-empon dengan waktu kepemilikan lebih dari 2 tahun. Selain itu, faktor bagi hasil berupa kayu dari Perum Perhutani yang besarnya tergantung dari potensi tegakan yang menjadi wilayah Wengkon LMDH Argo Mulyo.

Untuk masalah motivasi awal mereka ikut tergabung dalam LMDH, pada umumnya responden menjawab, karena adanya progarm PHBM yang didalamnya terdapat hasil bagi berupa kayu dari Perum Perhutani. Tetapi seiring dengan berjalanya waktu dan banyaknya kegiatan yang telah dilaksanakan oleh LMDH Argo Mulyo, mereka sudah tidak tergantung lagi pada bagi hasil berupa kayu. Mereka menyadari bahwa disamping bagi hasil, mereka memperoleh manfaat lain seperti anggota LMDH Argo Mulyo dilibatkan dalam kegiatan penanaman yang sebelumnya mereka jarang dilibatkan, kegiatan penjarangan dan kegiatan penebangan, dimana dari hasil penebangan tersebut mereka memperoleh upah.

Secara umum kondisi MPSDH Wana Lestari maupun LMDH Argo Mulyo adalah dinamis dimana dari aspek tujuan kelompok telah jelas tentang tujuan pembentukan MPSDH Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo dalam Progeam PHBM, dari aspek struktur kelompok jelas karena masing-masing kelompok telah memiliki aturan yang jelas dan struktur organisasi yang lengkap

serta kelompok telah berjalan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya manfaat yang diperoleh dari keberadaan MPSDH Wana Lestari maupun LMDH Argo Mulyo terutaam dalam mendukung pendapatan keluarga.

Partisipasi Masyarakat

Dalam penentuan partisipasi masyarakat yang tergabung dalam MPSDH Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo, di gunakan tiga indikator untuk melihat tingkat partisipasi dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, yaitu aspek perencanaan, aspek pelaksanaan, aspek pemanfaatan hasil, dan aspek monitoring atau evaluasi.

Partisipasi Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahapan paling penting dalam kegiatan PHBM dikarenakan, pada tahap ini dilakukan persiapan atas segala sesuatu yang disepakati dalam kontrak kerja serta pengenalan konsep kerja. Pada tahap perencanaan ini meliputi kegiatan penentuan jenis tanaman, pembagian lahan andil, penentuan luas lahan andil, pengadaan bibit tanaman pokok serta penentuan pola tanam. Pentingnya partisipasi pada tahap perencanaan akan menentukan untuk tahap selanjutnya baik pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan pengawsan karena pada tahap ini, anggota dari MPSDH dan LMDH ikut dilibatkan dalam tahap perencanaan. Karena pada kegiatan PHBM, kelompok MPSDH dan LMDH diposisikan sebagai pelaku utama. Menurut Priscolli (1997) dalam Suporahardjo (2005), pada kegiatan partisipasi, masyarakat harus punya suara dalam keputusan tentang tindakan yang mempengaruhi kehidupan mereka serta partisipasi masyarakat meliputi jaminan bahwa kontribusi masyarakat akan mempengaruhi keputusan.

Hasil penilaian terhadap responden dari anggota MPSDH Wana Lestari dan LMDH Argo Mulyo dapat pada dilihat pada Tabel 10.

Tabel.10 Distribusi Petani Responden pada Tahap Perencanaan PHBM No Lembaga Masyarakat Desa

Hutan

Tidak pernah

Jarang Sering 1 MPSDH Wana Lestari

• Penentuan jenis tanaman

• Pembagian lahan andil

• Penentuan luas lahan andil

• Pengadaan bibit tanaman pokok

• Penentuan pola tanam

2 (6,67 %) 2 (6,67 %) 2 (6,67% ) - 1 (3,33 %) 21 (70 %) 21 (70 %) 21 (70 %) 30 (100 %) 15 (50 %) 7 (23,33 %) 7 (23,33 %) 7 (23,33 %) - 14 (46,67 %) 2 LMDH Argo Mulyo

• Penentuan jenis tanaman

• Pembagian lahan andil

• Penentuan luas lahan andil

• Pengadaanbibit tanaman pokok

• Penentuan pola tanam

- - - - 26 (86,67%) 25 (83,33%) 25 (83,33%) 30 ( 100 % ) 26 (86,67%) 4 (13,33 %) 5 (16,67 %) 5 (16,67%) - 4 (13,33 %)

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa untuk tahap perencanan kegiatan PHBM di MPSDH Wana Lestari untuk penentuan jenis tanaman sebanyak 21 orang (70 %) jarang terlibat, sedangkan responden di LMDH Argo Mulyo sebanyak 26 orang (86,67 %) menyatakan jarang terlibat dalam kegiatan penentuan jenis tanaman sedangkan penentuan pola tanam di MPSDH Wana Lestari sebanyak 15 orang (50 %) menyatakan jarang terlibat. Dan di LMDH Argo Mulyo sebanyak 26 orang (86,67 %) menyatakan jarang. Rendahnya tingkat partisipasi petani pada penentuan jenis tanaman dan penentuan pola tanam dikarenakan pada umumnya kegiatan tersebut dilakukan oleh pengurus dengan tetap berdasar pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak Perum Perhutani, sedangkan anggota yaitu petani tinggal melaksanakan di lapangan. Hasil kesepakatan tersebut tetap disosialisasikan kepada anggota melalui pertemuan. Pada umumnya, responden yang menjawab sering merupakan orang-orang yang berada di pengurus kelompok.

Dalam penentuan jenis tanaman, ada yang dilakukan oleh pihak Perum Perhutani tetapi ada juga jenis tanaman yang diserahkan kepada masyarakat. Jenis tanaman yang biasanya ditentukan oleh Perum Perhutani adalah tanaman pokok

(jati) dan tanaman pengisi (mahoni), sedangkan untuk jenis tanaman lain, masyarakat di beri kebebasan menanam tanaman lain, seperti yang terjadi di LMDH Argo Mulyo dimana untuk tanaman pagar yang biasanya ditanam dengan tanaman secang dapat diganti dengan tanaman lain dari jenis buah-buahan. Pada umumnya jenis tanaman untuk tumpang sari antara jati dengan tanaman lain baik di MPSDH Wana Lestari maupun LMDH Argo Mulyo adalah sebagai berikut :

1. Jenis tanaman pokok : Jati

2. Jenis tanaman sela : Kemlandingan 3. Jenis tanaman pagar : Secang

4. Jenis tanaman pengisi : Kesambi / Mahoni

Jenis tanaman sisipan yang biasanya ditanama oleh anggota kelompok MPSDH Wana Lestari adalah tanaman jagung, pisang, dan ketela. Sedangkan untuk jenis tanaman sisipan yang biasa ditanam oleh anggota kelompok LMDH Argo Mulyo adalah jagung dan ketela. Tanaman tersebut berfungsi sebagai pembatas lahan antara pemilik satu dengan yang lain dengan cara mengitari areal yang menjadi hak kelola. Ketika musim penghujan, tanaman sisipan bisa diganti dengan tanaman padi terutama jenis gogo.

Dengan adanya sistem PHBM saat ini, Perum Perhutani menggunakan jarak tanam 3 x 3 m di LMDH Argo untuk jenis tanaman pokok (jati), sedangkan di MPSDH Wana Lestari mengunakan jarak tanam 6 x 1 m untuk jenis tanaman pokok (jati). Hal tersebut bertujuan agar anggota kelompok dapat menanami dengan tanaman lain di sela tanaman pokok sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan keluarga seperti tanaman padi, ketela, maupun jagung. Diharapkan dengan adanya tanaman tersebut, petani akan sering ke hutan untuk merawat tanaman pertanian yang secara otomatis juga melakukan perawatan terhadap tanaman jati sehingga areal hutan yang menjadi hak pengelolaanya akan menjadi lebih terurus dan relatif aman dari gangguan.

Sementara itu, untuk kegiatan pembagian lahan andil dan penentuan luas lahan andil di MSPDH Wana Lestari, sebanyak 21 orang (70 %) jarang terlibat pada penentuan lahan andil dan 21 orang (70 %) jarang terlibat dalam kegiatan penentuan luas lahan andil, sedangkan untuk LMDH Argo Mulyo, sebanyak 25 orang (83,33 %) mereka jarang terlibat pada kegiatan pembagian lahan andil.

Begitu juga pada penentuan luas lahan andil karena dari kedua kelompok tersebut, untuk pembagian lahan andil dan penentuan luas lahan telah ditentukan oleh pengurus dengan melalui pertemuan anggota, sehingga anggota tinggal melaksanakan hasil pertemuan tersebut. Untuk LMDH Argo Mulyo, luas lahan andil maksimal yang bisa diperoleh anggota seluas 0,25 ha. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anggota, sehingga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka LMDH menetapkan maksimal 0,25 ha dan penentuan tempat lahan yang akan di dikelola, maka dilakukan dengan menggunakan sistem diundi, sehingga antar anggota akan merasa adil. Jarak dekatnya lahan andil yang akan dikelola tergantung dari hasil undian yang diperoleh. Untuk meningkatkan semangat anggota dalam mengelola tanaman dari Perum Perhutani, maka LMDH Argo Mulyo akan memberikan tambahan 0,25 ha untuk tahun berikutnya, jika tanaman yang dikelola oleh anggota tumbuh dengan baik dan cara ini berjalan efektif karena rata-rata tanaman jati yang dikelola oleh petani tumbuh dengan baik. Dibawah ini merupakan gambar patok batas sebagai pembatas antara lahan kontrak antara petani satu dengan lainnya di LMDH Argo Mulyo.

Gambar 6. Patok batas lahan di LMDH Argo Mulyo

Sedangkan lahan yang berada di bawah tegakan, dimana biasanya ditanami porang atau empon-empon, baik di LMDH Argo Mulyo maupun MPSDH Wana Lestari luas lahan tidak dibatasi, tergantung modal yang dimiliki oleh anggota. Jika anggota mempunyai modal besar untuk menanamn porang maupun empon-empon, maka luas lahan dibawah tegakan yang bisa di kelola semakin besar. Dalam menentukan batasan-batasan penguasan lahan antara petani satu dengan petani lain, LMDH Argo Mulyo mengunakan pal batas dari patok

kayu yang di cat, sehingga batas antara petani satu dengan lainya jelas, begitu juga yang dilakukan pada lahan di bawah tegakan. Untuk MPSDH Wana lestari, tata batas belum dilakukan secara optimal, dimana untuk lahan di bawah tegakan yang ditanami porang tidak mernggunakan pal batas yang jelas, tetapi hanya didasarkan pada batasan semak.

Dalam pengadaan bibit tanaman pokok, baik MPSDH Wana Lestari maupun LMDH Argo Mulyo, sebanyak 30 orang (100 %) menyatakan jarang terlibat, karena untuk masalah bibit sudah disediakan oleh Perum Perhutani sedangkan MPSDH dan LMDH tinggal menerima dan melakukan penanaman di lapangan. Hal ini disebabakan, jika pengadaan bibit dilakukan oleh MPSDH dan LMDH, di kwatirkan hasil bibit yang diperoleh tidak optimal dan tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.

Untuk kasus pengadaan bibit, LMDH Argo Mulyo pernah mencoba untuk melakukan pembibitan sendiri dan hasilnya bisa di jual kepada Perum Perhutani, sehingga keuntungan dari pembibitan tersebut dapat di gunakan untuk pengembangan LMDH, tetapi pada akhirnya tidak bisa dilaksanakan karena kalah dalam melakukan tender. Dari kasus tersebut, seharusnya Perum Perhutani memberikan kesempatan kepada LMDH maupun MPSDH dalam melakukan kegiatan pembibitan, selama standar untuk kualitas bibit yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan dari Perum Perhutani. Disamping akan menambah pengetahuan petani tentang pembibitan, juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan. Sehingga secara tidak langsung akan memberikan kotribusi terhadap kegiatan pengamanan hutan terutama dari kegiatan pencurian kayu.

Partisipasi Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dalam PHBM, terdapat 4 elemen kegiatan secara umum yang biasa dilakukan dalam kegiatan PHBM di lapangan, di mana pelaksanaan PHBM merupakan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan PHBM yang telah direncanakan. Pada tahap ini terdiri dari kegiatan keamanan hutan, kegiatan penyuluhan, kegiatan penanaman serta kegiatan pemeliharaan.

Hasil penilaian dari responden baik MPSDH Wana Lestari maupun LMDH Argo Mulyo. Distribusi petani dalam tahap pelaksanaan PHBM disajikan pada Tabel 11.

Tabel.11 Distribusi Petani Responden pada Tahap Pelaksanaan PHBM No Lembaga Masyarakat Desa

Hutan Tidak pernah Jarang Sering 1 MPSDH Wana Lestari • Keamanan hutan • Kegiatan penyuluhan • Kegiatan penanaman • Kegiatan pemeliharaan - - - - 1 (3,33 %) 2 (6,67 %) - - 29 (96,67%) 28 (93,33%) 30 ( 100 % ) 30 ( 100 % ) 2 LMDH Argo Mulyo • Keamanan hutan • Kegiatan penyuluhan • Kegiatan penanaman • Kegiatan pemeliharaan - - - - - 3 (10 %) - - 30 (100 %) 27 (90 %) 30 (100 %) 30 (100 %)

Berdasarkan Tabel 11, dapat dijelaskan bahwa untuk kegiatan keamanan hutan baik MPSDH Wana Lestari maupun LMDH Argo Mulyo sebanyak 29 orang (96,67 %) dan 30 orang (100 %) menyatakan bahwa mereka sering terlibat dalam kegiatan pengamanan hutan baik secara pasif maupun aktif. Di MPSDH Wana lestari, setelah adanya kegiatan PHBM yang dilaksanakan di wilayah padas, keamanan hutan semakin kondusif dan relative sedikit tingkat pencurian oleh masyarakat. Hal ini disebabkan mereka semakin sadar akan pentingnya untuk menjaga kelestarian hutan, disamping adanya konsep bagi hasil dari Perum Perhutani berupa kayu dan besarnya bagi hasil tergantung pada potensi tegakan yang dimiliki, sehingga jika tegakan mengalami penurunan, maka nilai bagi hasil akan berkurang.

Dalam kegiatan pengamanan hutan, LMDH Argo Mulyo melakukan kegiatan patroli yang dilakukan secara bergiliran dimana setiap 10 hari sekali setiap pokja melakukan patroli dengan jumlah personel sebanyak setengah dari anggota, bersama dengan pihak dari Perhutani seperti mandor dan KRPH.. Sedangkan kegiatan patroli secara pasif dilakukan ketika anggota LMDH Argo Mulyo pergi ke hutan baik untuk mengembala, mencari rumput, atau kegiatan yang lain, mereka tetap mengawasi jika ada orang mecurigakan melakukan aktivitas di dalam hutan dan wajib lapor ke petugas Perum Perhutani atau anggota

yang piket di Pos Pengendali Operasional (PPO) dimana PPO merupakan pos pengamanan yang dibangun oleh LMDH Argo Mulyo.

Sementara itu, untuk kegiatan penyuluhan, sebanyak 28 orang (93,33 %) di MPSDH Wana Lestari dan sebanyak 27 orang (90 %) di LMDH Argo Mulyo ikut terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Dalam kegiatan penyuluahan di MPSDH Wana Lestari tidak hanya dilakukan oleh petugas dari Perum Perhutani, tapi juga dilakukan oleh instansi terkait seperti dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), karena disamping melakukan kegiatan pengelolaan hutan, juga dilakukan kegiatan budidaya pertanian. Selain penyuluhan dari PPL, penyuluhan juga dilakukan dari pihak PMDH untuk melakukan kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan penguatan pelaksanaan program PHBM.

Kegiatan penyuluhan di LMDH Argo Mulyo, biasanya dilakukan dari Dinas Kehutanan, Asper PMDH, KRPH dan juga dari pihak pengurus. Dengan intensifnya dilakukan kegiatan penyuluhan, dapat mendorong masyarakat untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan serta menambah pengetahuan baru bagi anggota seperti pengembangan budidaya porang di bawah tegakan jati.

Persentase partisipasi responden dalam kegiatan penanaman, di MPSDH Wana Lestari sebanyak 30 orang (100 %), dan di LMDH Argo Mulyo sebayak 30 orang (100 %) menyatakan mereka terlibat dalam kegiatan penanaman. Di MPSDH Wana Lestari, petak yang dilakukan kegiatan penaman adalah petak 66 a dan 66 c dengan luasan masing-masing 13,9 ha dan 4,1 ha pada tahun tanam 2004 dan bibit tanaman pokok yang di gunakan adalah jenis JPP (Jati Perhutani Plus), walaupun dari segi upah yang diperoleh responden dari kegiatan penanaman dengan istilah biaya acir relative kecil, anggota tetap melaksanakan karena dengan semakin cepat mereka menanami, maka mereka dapat melakukan tumpang sari. Hal itu sejalan dengan ungkapan salah satu anggota, Pak Samin, seorang modin di Desa Padas yang juga sebagai anggota MPSDH Wana Lestari :

“Tiyang mriki bilih wonten kegiatan penanaman saking perhutani, sedaya anggota sami terlibat walaupun biaya acir alit, walaupun upah ipun alit, anggota tetep purun amargi pengin cepat saget tumpang sari lan anggasl hasil saking wana supados saget damel panguripan (Orang sini bila ada kegiatan penanaman, mereka banyak yang terlibat walaupun upah yang diterima kecil, mereka tetap melaksankan

karena ingin cepat dapat memperoleh hasil dari kegiatan tumpang sari).

Sedangkan untuk LMDH Argo Mulyo, kegiatan penanaman dilakukan secara rutin dan hampir setiap tahun, karena untuk kasus di RPH Cabean banyak terdapat tanah kosong akibat dari sisa penjarahan tahun 2002 – 2003, sehingga perlu dilakukan kegiatan penanaman agar tidak menjadi TK (Tanah Kosong). Di RPH Cabean, setelah terbentuk LMDH Argo Mulyo tahun 2003, tanah kosong semakin berkurang.

Dalam kegiatan pemeliharaan, responden dari anggota MPSDH Wana Lestari sebanyak 30 orang (100 %) terlibat dalam kegiatan pemeliharaan, begitu juga pada LMDH Argo Mulyo sebanyak 30 orang (100 %) menyatakan mereka terlibat dalam kegiatan pemeliharaan. Untuk elemen kegiatan ini, dilakukan secara teratur karena dengan sistem tumpang sari, petani dapat memelihara tanaman pertanian dan tanaman pokok. Dari dua kelompok tersebut, pertumbuhan jati rata- rata bagus dan lebih terawat. Seperti yang terjadi di LMDH Argo Mulyo, dimana

Dokumen terkait