• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Wilayah Penelitian Keadaan Geografis

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa, yang merupakan sentra pengembangan jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kabupaten Sumbawa terletak pada posisi 116" 42' -118" 22’ Bujur Timur dan 8” 8' - 9” 7' Lintang Selatan. Kabupaten Sumbawa memiliki batas wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat dan Selat Alas di sebelah barat, Kabupaten Dompu di sebelah timur, Laut Flores di sebelah utara dan Samudera Indonesia di sebelah selatan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sebesar 6 643.98 km2yang terdiri dari 24 kecamatan.

Iklim

Kabupaten Sumbawa merupakan daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara di Kabupaten Sumbawa sangat dipengaruhi oleh keadaan topografi yang tidak rata atau berbukit-bukit. Ketinggian berkisar antara 0 sampai 1 730 meter di atas permukaan air laut, sebagian besar wilayah berada pada ketinggian 100 sampai 500 meter di atas permukaan air laut yaitu seluas 355 108 hektar atau 41.81 persen.

Tabel 8 menunjukkan bahwa suhu rata-rata setiap bulan di Kabupaten Sumbawa sebesar 26.50C berkisar dari 25.30C-280C dan rata-rata curah hujan hanya sebesar 148.27 mm3 dengan rata-rata hari hujan sebesar 12.33 hari. Sedangkan rata-rata kelembaban udara relatif tinggi yaitu sebesar 80 persen dengan rata-rata tekanan udara sebesar 1 009.1 mb pada tahun 2011.

Tabel 8 Keadaan iklim di Kabupaten Sumbawa tahun 2011 Bulan Suhu (0C)

Curah Hujan (mm3)

Hari Hujan Kelembaban Udara (%) Tekanan Udara (mb) Januari 26.1 248 26 89 1 006.5 Pebruari 26.2 316 24 88 1 006.9 Maret 26.2 171 24 88 1 007.2 April 26.6 247 21 86 1 008.2 Mei 26.4 230 7 82 1 009.4 Juni 25.3 - - 75 1 010.5 Juli 25.3 - - 73 1 010.6 Agustus 25.6 - - 70 1 011.1 September 27 0,1 1 70 1 011 Oktober 28.4 15 5 71 1 010.9 Nopember 27.5 228 22 82 1 009.1 Desember 27.3 176 18 84 1 007.7 Rata-rata 26.49 148.27 12.33 79.83 1 009.09 Sumber: BPS Sumbawa 2012

Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa terdiri atas lahan pertanian dan non-pertanian. Penggunaan lahan pertanian meliputi lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan sawah sebesar 49.324 hektar atau sebesar 7.42 persen dan penggunaan lahan kering sebesar 236 354 hektar atau sebesar 35.57 persen dari total lahan yang tersedia di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan penggunaan lahan lahan non-pertanian sebesar 378 720 hektar atau sebesar 57 persen dari total luas lahan. Melihat potensi lahan pertanian (lahan sawah dan kering) yang ada di Kabupaten Sumbawa maka pengembangan sektor pertanian melalui ekstensifikasi masih sangat potensial dan diperlukan terutama untuk tanaman pangan seperti jagung agar dapat mendukung swasembada pangan (BPS Sumbawa 2012). Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa tahun 2011 secara jelas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa tahun 2011 Tata Guna Lahan Luas Lahan (ha) Persentase (%) Lahan Sawah Teknis 19 001 2.86 Setengah teknis 11 012 1.66 Sederhana 4 198 0.63 Desa/non PU 6 563 0.99 Tadah hujan 8 550 1.29 Pasang surut - 0.00 Lebak - 0.00 Lainnya - 0.00 Jumlah 49 324 7.42 Lahan Kering Tegal/kebun 61 461 9.25 Ladang/huma 9 576 1.44 Padang rumput 3 777 0.57 Hutan Rakyat 88 911 13.38 Perkebunan 27 381 4.12 Sementara 24 911 3.75 Lainnya 20 337 3.06 Jumlah 236 354 35.57 Non pertanian

Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 6 308 0.95 Hutan Negara 278 154 41.87 Rawa-rawa 6 0.001 Tambak 3 027 0.46 Kolam/Tebat/Empang 252 0.04 Lainnya 90 973 13.69 Jumlah 378 720 57.00 Jumlah keseluruhan 664398 100.00 Sumber: BPS Sumbawa 2012

Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian

Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 memiliki penduduk sebanyak 419 989 jiwa terdiri dari 214 387 jiwa penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sebanyak 205 602 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Sumbawa sebesar 63 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar berada di Kecamatan Sumbawa yaitu sebesar 1 269 jiwa/km2 sedangkan kepadatan penduduk terkecil berada di Kecamatan Orong Telu yaitu sebesar 10 jiwa/km2 (Tabel 10).

Tabel 10 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kepadatan penduduk di Kabupaten Sumbawa tahun 2011

Kecamatan Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Lunyuk 9.423 8.869 18.292 36 Orong Telu 2.424 2.206 4.630 10 Alas 14.366 14.039 28.405 231 Alas Barat 9.463 9.105 18.568 110 Buer 6.892 6.867 13.759 100 Utan 14.670 14.364 29.034 187 Rhee 3.629 3.341 6.970 30 Batulanteh 5.359 4.903 10.262 26 Sumbawa 28.846 28.064 56.910 1 269 Labuhan Badas 14.793 14.590 29.383 67 Unter Iwes 9.430 8.904 18.334 223 Moyohilir 11.332 10.988 22.320 119 Moyo Utara 4.690 4.529 9.219 102 Moyohulu 10.359 9.753 20.112 64 Ropang 2.673 2.393 5.066 11 Lenangguar 3.351 3.032 6.383 13 Lantung 1.420 1.372 2.792 17 Lape 8.368 7.916 16.284 80 Lopok 8.961 8.780 17.741 114 Plampang 14.419 13.699 28.118 67 Labangka 5.326 4.988 10.314 42 Maronge 5.128 4.741 9.869 36 Empang 11.248 10.626 21.874 39 Tarano 7.817 7.533 15.350 46 Jumlah 214 387 205 602 419 989 63 Sumber: BPS Sumbawa 2012

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Sumbawa relatif beragam, sektor pertanian merupakan sektor mata pencaharian utama yaitu sebesar 66.67% (Tabel 11). Hal ini dapat dilihat dari pengembangan tanaman jagung di Kabupaten Sumbawa hampir dilakukan di setiap kecamatan kecuali kecamatan Lantung dan Ropang. Pengembangan tanaman jagung dipusatkan di Kecamatan Labangka

untuk jenis lahan kering dan di Kecamatan Utan untuk jenis lahan sawah. Keadaan sarana dan prasarana di kedua kecamatan tersebut sebagai wilayah pengembangan jagung di Kabupaten Sumbawa sangat memadai karena adanya jalan yang menghubungkan kecamatan dengan ibu kota kabupaten dan Provinsi serta adanya transportasi untuk mengangkut hasil pertanian pada setiap desa.

Tabel 11 Mata pencaharian penduduk di Kabupten Sumbawa tahun 2011 Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

Pertanian 173 620.01 66.67

Pertambangan dan penggalian 1 380.21 0.53

Industri Pengolahan 3 567.71 1.37

Listrik dan gas 598.96 0.23

Konstruksi 4 609.38 1.77

Perdagangan 28 906.29 11.10

Hotel dan rumah makan 1 406.25 0.54

Transportasi dan pergudangan 8 854.18 3.40

Informasi dan komunikasi 677.08 0.26

Keungan dan asuransi 1 770.84 0.68

Jasa pendidikan 12 500.02 4.80 Jasa kesehatan 2 005.21 0.77 Jasa kemasyarakatan 18 958.36 7.28 Lainnya 1 562.50 0.60 Jumlah 260 417 100 Sumber: BPS Sumbawa 2012

Karakteristik Petani Responden

Berdasarkan hasil analisis karakteristik petani pada Tabel 12, rata-rata umur petani jagung pada lahan kering lebih muda dari pada petani jagung lahan sawah. Rata-rata umur petani jagung pada lahan kering 42 tahun sedangkan petani jagung lahan sawah 50 tahun. Persentase umur terbanyak petani jagung lahan kering dan petani jagung lahan sawah berada pada kisaran umur 35-44 tahun masing-masing sebesar 37.14 persen dan 34.29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani dapat mengelola usaha tani jagung dengan baik karena berada pada umur produktif.

Tingkat pendidikan pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal petani. Rata-rata tingkat pendidikan petani responden berada pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Persentase terbanyak tingkat pendidikan petani responden berada pada tingkatan Sekolah Dasar (SD) yakni sebanyak 28.57 persen untuk petani lahan kering dan 42.86 persen untuk petani lahan sawah. Meskipun tingkat pendidikan terbanyak berada pada tingkatan SD akan tetapi terdapat juga beberapa lulusan perguruan tinggi (S1) di daerah penelitian. Tingkat pendidikan sangat berkaitan dengan penggunaan teknologi dan adopsi inovasi pertanian. Semakin baik tingkat pendidikan petani maka semakin terampil petani dalam melakukan usahatani jagung terutama yang berhubungan dengan penggunaan teknologi dan inovasi baru pertanian. Selain tingkat pendidikan, pengalaman usahatani petani responden juga merupakan faktor penentu petani

dalam memilih teknologi dan inovasi yang tepat untuk usahatani jagung. Semakin banyak pengalaman petani maka semakin terampil petani dalam melakukan usahatani dan memilih serta menggunakan teknologi dan inovasi. Rata-rata pengalaman usahatani petani jagung lahan kering lebih banyak dari pada petani lahan sawah yaitu 13 tahun sedangkan pada petani jagung lahan sawah hanya 6 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa petani jagung pada lahan kering sudah terlebih dahulu melakukan usahatani jagung dari pada petani jagung lahan sawah. Petani jagung pada lahan kering sudah mulai melakukan usahatani jagung dari tahun 1992 kemudian secara besar-besaran pada tahun 1997 sedangkan petani jagung pada lahan sawah baru mulai menanam jagung pada tahun 2003 dan secara besar- besaran pada tahun 2006. Jumlah anggota keluarga petani responden yang masih menjadi tanggungan kepala keluarga di daerah penelitian berada pada kisaran 1- 10 orang. Persentase terbanyak anggota keluarga petani pada lahan kering sebesar 91.43 persen dan petani pada lahan sawah sebesar 80 persen pada kisaran jumlah anggota keluarga 1-5 orang.

Tabel 12 Sebaran petani responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pengalaman dan jumlah anggota keluarga di Kabupaten Sumbawa tahun 2013

No Kisaran

Petani Jagung Lahan Kering

Petani Jagung Lahan Sawah Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Umur (Tahun) a. 15-24 1 2.86 0 0.00 b. 25-34 8 22.86 1 2.86 c. 35-44 13 37.14 12 34.29 d. 45-54 8 22.86 11 31.43 e. 55-64 4 11.43 7 20.00 f. > 64 1 2.86 4 11.43

Rata-rata umur petani 35(42) 35(50)

2 Pendidikan (tahun) a. Tidak Sekolah (0) 5 14.29 0 0.00 b. SD (1-6) 10 28.57 15 42.86 c. SMP (7-9) 9 25.71 7 20.00 d. SMA (10-12) 10 28.57 4 11.43 e. Perguruan Tinggi (> 12) 1 2.86 9 25.71

Rata-rata Pendidikan petani (35)8 100 35(9)

3 Pengalaman (tahun) a. 1-5 3 8.57 18 51.43 b. 6-10 13 37.14 15 42.86 c. 11-15 3 8.57 2 5.71 d. 16-20 14 40.00 0 0.00 e. > 20 2 5.71 0 0.00

Rata-rata pengalaman petani 35(13) 35(6)

4 Anggota keluarga (orang)

a. 1-5 32 91.43 28 80.00

b. 6-10 3 8.57 7 20.00

Kepemilikan Lahan

Sebagian besar kepemilikan lahan petani di daerah penelitian adalah milik sendiri sebesar 84.29 persen, milik sendiri dan sewa sebesar 7.14 persen, dan sewa sebesar 8.57 persen. Rata-rata harga sewa lahan di daerah penelitian sebesar Rp 2 000 000-Rp 3 000 000 per hektar. Tabel 13 menunjukkan bahwa luas lahan garapan petani bervariasi antara 0.2 hektar sampai 10 hektar. Petani jagung pada lahan kering memiliki luas lahan garapan yang lebih luas dari pada petani jagung lahan. Rata-rata luas lahan petani jagung lahan kering sebesar 3.14 hektar dengan kisaran 1 sampai 10 hektar sedangkan rata-rata luas lahan garapan petani jagung lahan sawah hanya sebesar 1.34 hektar dengan kisaran 0.2 sampai 5 hektar.

Tabel 13 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan di Kabupaten Sumbawa tahun 2013

Luas lahan (Ha)

Petani Jagung Lahan Kering Petani Jagung Lahan Sawah Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 0.1-1 5 14.29 22 62.86 1.01-2 13 37.14 11 31.43 2.01-3 7 20.00 0 0.00 3.01-4 3 8.57 1 2.86 >4 7 20.00 1 2.86 Total 35 100 35 100 Rata-rata 3.14 1.34 Maksimum 10 5 Minimum 1 0.2 Akses Kredit

Petani jagung pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa mengakses kredit melalui lembaga formal dan informal. Lembaga formal sumber pembiayaan petani dalam melakukan usahataninya adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sedangkan lembaga non formal sumber pembiayaan petani adalah rentenir dan tengkulak. Petani yang mengakses modal dari BRI rata-rata yang memiliki luas lahan yang besar karena membutuhkan modal yang besar untuk membiayai usahatani jagung. Syarat yang memberatkan petani dalam mengakses modal di perbankan adalah agunan (collateral) dan biaya transaksi yang mahal. Petani kecil sulit mendapatkan pinjaman dari bank karena tidak mampu menyediakan agunan dan terlalu administratif sehingga petani memilih untuk meminjam pada rentenir dan tengkulak.

Petani jagung pada lahan kering lebih banyak mengakses kredit dari pada petani jagung lahan sawah. Hal ini dikarenakan lahan yang diusahakan oleh petani jagung lahan kering relatif lebih luas (>1 hektar) sehingga membutuhkan modal yang besar. Persentase petani jagung yang mengakses kredit pada usahatani lahan kering sebesar 91 persen sedangkan pada usahatani lahan sawah sebesar 74.26 persen. Persentase petani yang tidak mengakses kredit sangat sedikit yaitu sebesar 9 persen pada petani jagung lahan kering dan petani lahan sawah sebesar 25.74 persen. Secara jelas mengenai akses kredit petani jagung pada lahan kering dan lahan sawah di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Akses kredit petani jagung pada lahan kering dan lahan sawah di Kabupaten Sumbawa tahun 2013

Uraian

Lahan Kering Lahan Sawah

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Mengakses kredit 32 91 26 74.26

Tidak mengakses kredit 3 9 9 25.74

Pola Tanam Usahatani Jagung

Pola tanam usahatani jagung di daerah penelitian relatif berbeda. Pada lahan kering, usahatani jagung merupakan mata pencaharian pokok sedangkan pada lahan sawah, usahatani padi merupakan mata pencaharian pokok. Ketersediaan air merupakan faktor pembatas petani untuk memaksimalkan pengelolaan lahan secara optimal guna mencapai produksi yang maksimal. Ketersediaan air pada usahatani jagung lahan kering berasal dari air hujan sedangkan pada usahatani jagung lahan sawah selain dari air hujan juga terdapat sungai dengan sitem irigasi setengah teknis untuk mengairi sawah petani.

Tabel 15 Pola tanam petani pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa tahun 2013

Jenis pola tanam

Lahan Kering Lahan Sawah

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Palawija 30 85.71 0 0 Palawija-palawija 5 14.29 0 0 Padi-palawija-palawija 0 0 6 17.14 Padi-palawija 0 0 29 82.86

Tabel 15 menunjukkan bahwa pola tanam usahatani pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa adalah padi-palawija-palawija, dan padi-palawija pada lahan sawah, sedangkan pada lahan kering adalah palawija-palawija, dan palawija. Pada lahan kering sebagian besar petani di daerah penelitian melakukan usahatani sekali setahun yaitu pada musim hujan (MH) dengan menanam palawija (jagung hibrida) yaitu sebanyak 85.71 persen dan hanya 14.29 persen petani yang mampu melakukan usahatani dua kali setahun yaitu melakukan pola tanam palawija (jagung)-palawija(kacang-kacangan). Hal ini dikarenakan petani lahan kering sangat tergantung pada air hujan sebagai sumber air untuk melakukan usahatani. Pada lahan sawah sebagian besar petani melakukan usahatani dua kali setahun yaitu pada musim hujan (MH) menanam padi dan pada musim tanam kedua (MK1) menanam jagung. Persentase petani jagung yang melakukan pola tanam tersebut sebesar 82.86 persen. Sedangkan sisanya sebesar 17.14 persen dapat melakukan usahatani 3 kali setahun dengan pola tanam padi pada MH, jagung pada MK I, dan jagung atau kacang-kacangan pada MK II. Hal ini dikarenakan sumber air pada lahan sawah tidak hanya tergantung pada air hujan tetapi juga terdapat saluran irigasi atau sungai untuk mengairi lahan sawah.

Keragaan Usahatani Jagung

Jagung merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Sumbawa khususnya Kecamatan Labangka yang ditetapkan sebagai kawasan/kota terpadu mandiri (KTM) untuk pengembangan jagung oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan (MH) petani menanam jagung pada lahan kering (kebun/tegalan) pada bulan Desember-Januari dan panen pada kisaran bulan April-Mei 2013. Sedangkan pada lahan sawah petani menanam jagung pada musim kemarau (MK I) antara bulan April-Mei dan panen pada kisaran bulan Agustus-September 2013.

Adapun tahapan-tahapan kegiatan usahatani jagung pada lahan sawah dan kering di Kabupaten Sumbawa meliputi:

1. Penyiapan lahan: petani jagung pada lahan sawah secara umum tidak banyak melakukan persiapan lahan sebelum melakukan usahatani jagung hanya ada beberapa petani yang melakukan dengan cara menyemprot lahan dengan herbisida untuk membasmi gulma setelah tanam padi. Sedangkan petani jagung pada lahan kering melakukan penyiapan lahan dengan membersihkan dan mengolah lahan terlebih dahulu menggunakan traktor dan sapi untuk lahan yang cukup datar, dan lahan yang berbukit-bukit menggunakan herbisida seperti Round-Up, dan kalaris

2. Penanaman: Kegiatan penanaman jagung pada lahan sawah meliputi pembuatan lubang tanam dengan cara ditugal (asak), kemudian penanaman benih jagung di lubang tersebut. Pembuatan lubang tanam pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita mengikuti untuk memasukkan biji jagung ke dalam lubang yang sudah dibuat serta menebar jeramih atau keesokan harinya setelah ditanam baru jeramihnya disebar dan setelah kering dibakar. Benih jagung yang ditanam oleh petani jagung pada lahan sawah adalah benih hibrida yaitu Pioneer 23, 29, dan NK 22. Kemudian petani jagung pada lahan kering, umumnya penanaman dilakukan setelah lahan dibajak tanpa membuat lubang tanam sedangkan pada lahan yang miring dibuat lubang terlebih dahulu dengan cara ditugal (asak). Benih jagung yang ditanam pada lahan kering sangat beragam yaitu Pioner 23, 29, PAC 224/339, Bisi 2/12/22, DK 95/77/979, dan NK 22. Jarak tanam yang digunakan oleh petani jagung pada lahan sawah maupun lahan kering cukup beragam yaitu 70 cm x 20 cm, 60 cm x 20 cm dan 25 cm x 70 cm dengan 2-3 biji benih jagung per lubang. Jarak tanam yang sesuai anjuran 70 cm x 20 cm untuk 1 biji per lubang. Akan tetapi, petani tidak menggunakan sesuai anjuran karena resiko benih jagung tidak tumbuh dengan baik.

3. Pemupukan: pada umumnya pemupukan di daerah penelitian dilakukan sebanyak dua kali. Pemupukan pertama dilakukan setelah dua minggu dari penanaman pada kisaran umur jagung 15-20 hari setelah tanam (HST), kemudian pemupukan kedua dilakukan setelah umur jagung setelah dua bulan pada kisaran umur jagung 40-45 HST. Jenis pupuk yang digunakan peetani jagung adalah pupuk Urea, pupuk ZA dan pupuk Phonska (NPK). Kegiatan pemupukan dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.

4. Pemeliharaan: umumnya di daerah penelitian pemeliharaan dilakukan dengan melakukan pembersihan gulma dengan menggunakan herbisida seperti Kalaris

dan lindomin. Penyemprotan dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum pemupukan pertama dan sebelum pemupukan kedua. Serangan hama umumnya tidak dijumpai pada usahatani jagung. Oleh karena itu, petani tidak menggunakan isektisida. Kegiatan penyemprotan gulma hanya dilakukan oleh laki-laki.

5. Panen: panen jagung dilakukan pada saat umur tanaman jagung sekitar 110- 120 HST. Pemanenan usahatani jagung pada lahan sawah umumnya dilakukan dengan membayar tenaga kerja laki-laki dan perempuan secara harian dengan upah kisaran Rp 40 000 - Rp 50 000 per hari kerja. Sedangkan pada usahatani jagung lahan kering pada umumnya dilakukan dengan sistem borongan dengan upah kisaran Rp 1 500 000-Rp 2 000 000 per hektar.

6. Pascapanen: kegiatan pascapanen meliputi pemipilan jagung dan pengeringan jagung. Pemipilan jagung dengan menggunakan mesin penggiling jagung. Penggilingan jagung dilakukan di lahan usahatani jagung. Kegiatan pengeringan jagung dilakukan jika petani mau menjual jagungnya dalam keadaan kering biasanya dilakukan pengeringan selama 1 minggu. Akan tetapi sebagian besar petani menjual jagung dalam keadaan basah. Petani menjual jagung pada pedagang pengumpul yang ada di desa. Sistemnya pedagang langsung yang mendatangi petani dan menyiapkan mesin pemipil, tenaga kerja pemipil dan karung serta tali ikat karung. Harga jual jagung petani pada daerah penelitian berkisar sebesar Rp 2 000 - Rp 2 700 pada keadaan jagung basah dan sebesar Rp 2 800- Rp 3 500 pada keadaan jagung kering.

Penggunaan Input dan Produksi Usahatani Jagung

Input produksi pada usahatani jagung di daerah penelitian meliputi lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk ZA, pestisida dan tenaga kerja. Lahan usahatani jagung yang digunakan pada penelitian ini meliputi lahan kering dan lahan sawah. Usahatani jagung pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa pada umumnya dilakukan oleh semua petani dan di pusatkan di Kecamatan Labangka sebagai Kota Terpadu Mandiri (KTM) pengembangan jagung di NTB. Sedangkan untuk usahatani jagung pada lahan sawah dipusatkan di Kecamatan Utan.

Benih jagung yang digunakan oleh petani jagung lahan kering maupun lahan sawah adalah benih jagung hibrida seperti Pioner 23, 29, PAC 224/339, Bisi 2/12/22, DK 95/77/979, dan NK 22. Input produksi pupuk yang digunakan oleh petani pada usahatani jagung pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa meliputi pupuk urea, NPK, dan pupuk ZA. Penggunaan pupuk di daerah penelitian masih belum sesuai dengan dosis anjuran dari petugas penyuluh setempat. Semua petani (100 persen) menggunakan pupuk urea dan NPK sedangkan untuk ZA hanya 11 orang atau 31 persen pada lahan kering dan 16 orang atau sebesar 48 persen pada lahan sawah (Tabel 16). Penggunaan pupuk urea di daerah penelitian relatif lebih tinggi dari pada penggunaan pupuk NPK dan ZA. Hal ini dikarenakan harga pupuk NPK yang mahal dan petani lebih suka memupuk menggunakan urea karena mengagap tanaman jagung akan lebih hijau dan produksi tinggi.

Pestisida yang digunakan petani jagung pada lahan kering dan sawah adalah herbisida dan insektisida seperti round up, nokzon, kalaris, lindomin, gauco dan kruizer. Penggunaan pestisida (herbisida) dilakukan pada tahap penyiapan lahan

dan pemeliharaan tanaman. Pada usahatani jagung lahan kering pada tahap persiapan lahan dan pemeliharaan semua petani menggunakan herbisida sedangkan pada usahatani jagung lahan sawah pada tahap persiapan lahan hanya sebagian kecil petani yang menggunakan herbisida kaena lebih memilih membakar gulma dan untuk pemeliharaan semua petani menggunakan herbisda. Penggunaan tenaga kerja usahatani jagung pada lahan kering relatif lebih rendah karena sulitnya mendapatkan tenaga kerja lokal terutama pada saat pemanenan. Adanya adopsi teknologi yaitu penggunaan traktor untuk olah tanam sebelum tanam juga membantu petani untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja.

Tabel 16 Jumlah petani yang menggunakan input usahatani jagung pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa tahun 2013

Uraian

Lahan Kering Lahan Sawah

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Lahan 35 100 35 100 Benih 35 100 35 100 Urea 35 100 35 100 NPK 35 100 35 100 ZA 11 31 16 48 Pestisida 35 100 35 100 Tenaga Kerja 35 100 35 100

Rata-rata penggunaan input dan produksi jagung pada usahatani jagung lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa berbeda nyata, seperti yang terlihat pada Tabel 17. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik lahan, cara bercocok tanam dan waktu tanam jagung pada usahatani jagung lahan kering dan lahan sawah sehingga penggunaan input dan produksi jagung pun juga berbeda. Secara rinci penggunaan input dan produksi usahatani jagung pada lahan kering dan lahan sawah di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Rata-rata penggunaan input dan produksi jagung pada usahatani jagung lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa tahun 2013

Uraian Satuan Penggunaan Input Lahan Kering Lahan Sawah T-tes Sig. (2-tailed)

Luas lahan (ha) 3.14 1.34 4.670 .000

Benih (kg/ha) 24.38 16.80 4.205 .000

Pupuk Urea (kg/ha) 274.67 299.12 -0.810 .421

Pupuk NPK (kg/ha) 178.87 191.96 -0.618 .539

Pupuk ZA (kg/ha) 36.90 59.61 -1.279 .205

Pestisida (liter/ha) 7.06 3.41 5.003 .000

Tenaga Kerja (HKO/ha) 53.81 70.11 -4.166 .000

Rata-rata luas lahan petani jagung pada lahan kering sebesar 3.14 hektar dengan kisaran 1 sampai 10 hektar sedangkan rata-rata luas lahan petani jagung lahan sawah sebesar 1.34 hektar dengan kisaran 0.2 sampai 5 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa petani jagung lahan kering mempunyai lahan yang relatif lebih luas dari pada petani jagung lahan sawah. Berdasarkan uji statistik, rata-rata penggunaan lahan antara usahatani jagung lahan kering dan sawah berbeda nyata pada taraf 1 persen.

Benih jagung yang digunakan pada usahatani jagung pada lahan kering dan lahan sawah adalah benih jagung hibrida seperti Pioner 23, 29, PAC 224/339, Bisi 2/12/22, DK 95/77/979, dan NK 22. Rata-rata penggunaan benih jagung pada lahan kering sebanyak 24.38 kilogram per hektar lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan benih jagung pada lahan sawah yang hanya sebanyak 16.80 kilogram per hektar. Hal ini dikarenakan petani jagung pada lahan kering terbiasa menanam benih jagung sebanyak 2-3 buah per lubang tanam sedangkan petani lahan sawah menanam benih jagung sebanyak 1-2 buah per lubang tanam. Uji statistik menunjukan rata-rata penggunaan benih antara petani jagung lahan kering dan sawah berbeda nyata pada taraf 1 persen.

Pupuk yang digunakan petani jagung pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa yaitu pupuk urea, NPK, dan ZA. Rata-rata penggunaan pupuk urea pada petani jagung lahan sawah masih lebih tinggi dari pada petani jagung lahan kering. Hal ini dikarenakan distribusi pupuk urea pada usahatani

Dokumen terkait