• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014 di Kabupaten Sumbawa, dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakan sentra produksi jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan jumlah produksi 132 554 ton dan luas areal panen sebesar 26 065 hektar (BPS Sumbawa 2012).

Pemilihan daerah sampel dilakukan dengan cara bertahap (multi-stage) dan

purposive sampling. Daerah sampel pada penelitian ini adalah Kabupaten Sumbawa karena merupakan daerah sentra jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dari tingkat kabupaten selanjutnya dipilih dua kecamatan yaitu Kecamatan Labangka dan Kecamatan Utan. Kedua kecamatan tersebut dipilih karena daerah tersebut merupakan daerah sentra jagung di Kabupaten Sumbawa. Kecamatan Labangka merupakan sentra produksi jagung pada lahan kering dan Kecamatan Utan merupakan sentra produksi jagung pada lahan sawah. Kemudian dari kedua kecamatan tersebut dipilih masing-masing dua desa yang merupakan desa yang memiliki produksi dan luas areal tanam tertinggi yaitu Desa Jaya Makmur dan Desa Labangka di Kecamatan Labangka dan Desa Orong Bawa dan Desa Pukat di Kecamatan Utan.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah datacross sectionyang berupa data kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sinaga (2013) menyatakan bahwa data kualitatif adalah data yang ukuran (measurement) besarnya (magnitude) tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka (numbers), sedangkan data kuantitatif adalah data yang ukuran (measurement) besarnya (magnitude) dapat dinyatakan dalam angka-angka (numbers).

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan

wawancara langsung dengan petani responden. Data primer yang dikumpulkan adalah data karakteristik petani responden dan usahatani jagung petani pada lahan kering dan sawah pada musim tanam jagung tahun 2013. Sedangkan data skunder diperoleh dari data pada instansi pemerintah seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan dinas-dinas terkait di Kabupaten Sumbawa seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Provinsi, Kabupaten, Dinas Pertanian, Balai Pertanian, dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

Metode Pengambilan Sampel

Ada dua tipe usahatani jagung pada penelitian ini yakni usahatani jagung pada lahan kering di Kecamatan Labangka dan usahatani jagung pada lahan sawah di Kecamatan Utan. Kemudian dari masing-masing tipe usahatani dipilih petani responden sebanyak 35 orang secara simple random sampling, sehingga total petani responden pada penelitian ini sebanyak 70 orang.

Metode Analisis

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan pertama menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung pada lahan kering dan sawah dan tujuan kedua menganalisis tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani jagung pada lahan kering dan sawah dianalisis menggunakan fungsi

stochastic frontier. tujuan ketiga menganalisis tingkat efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani jagung pada lahan kering dan sawah dianalisis menggunakan fungsi biayadual frontier, dan tujuan keempat menganalisis daya saing usahatani jagung pada lahan kering dan sawah dianalisis menggunakan policy analysis matrix(PAM).

Analisis Efisiensi Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis

Pada penelitian ini fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani jagung pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa. Fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Pilihan terhadap bentuk fungsi produksi ini diambil berdasarkan alasan sebagai berikut: (1) bersifat homogen (2) lebih sederhana, dan (3) jarang menimbulkan masalah. Selain itu, fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas telah digunakan secara luas dan teruji untuk mengkaji efisiensi produksi di negara-negara maju dan berkembang (Binici et al. 2006). Akan tetapi terdapat beberapa kelemahan fungsiCobb-Douglas, diantaranya adalah: (1) tidak ada produksi (y) maksimum, artinya sepanjang kombinasi input (x) dinaikkan maka produksi (y) akan terus naik sepanjang expansion path-nya, dan (2) elastisitas produksi tetap. Kelemahan ini membuat fungsi produksi Cobb-Douglas tidak bisa menggambarkan fungsi produksi neo-klasik (Debertin 1986).

Pada usahatani jagung lahan kering dan sawah terdapat faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi produksi jagung. Faktor-faktor tersebut

diantaranya luas lahan, benih, pupuk (N dan PK), pestisida dan tenaga kerja. Dengan memasukkan faktor-faktor tersebut ke dalam persamaan frontier maka model persamaan penduga fungsi produksi frontier dari usahatani jagung dapat ditulis sebagai berikut(Coelliet al.1998):

ln Y =β0+β lnX1+β lnX23lnX34lnX4+β lnX56lnX +( i-ui).(3.1) keterangan:

Y = jagung dalam bentuk pipilan kering (kg) X1 = luas lahan (ha)

X2 = benih jagung (kg)

X3 = pupuk N (kg)

X4 = pupuk PK (kg)

X5 = pestisida (liter)

X6 = tenaga kerja (HKO)

β0 = konstanta

βj = koefisien parameter dimana j= 1,2,3,4,5, dan 6

vi = variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal seperti iklim, hama/penyakit dan kesalahan pemodelan yang sebarannya simetris dan menyebar normal (vi–N(0, )

ui = variabel acak non negatif dan diasumsikan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis dan berkaitan dengan faktor-faktor internal yang sebarannya bersifat setengah normal (ui–N(0, )

Pada persamaan tersebut nilai parameter yang diharapkan adalah positif (βj>0), ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah input berupa luas lahan,

benih, pupuk nitrogen dan kalium, pupuk posfat, pestisida, dan tenaga kerja maka semakin meningkat produksi jagung pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa. Untuk mengukur tingkat efisiensi teknis usahatani jagung dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Coelliet al.1998):

= ( / , , , , , , )

( / , , , , , , )………..…….(3.2)

keterangan:

TE = efisiensi teknis

( / , , , , , , ) = output observasi

( / = 0, , , , , , ) = output batas (frontier)

Nilai efisiensi teknis antara 0≤ TE ≤ 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu. Nilai efisiensi teknis petani dikategorikan efisien jika bernilai ≥ 0.80 dan dikategorikan belum efisien jika bernilai < 0.80.

Metode inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1995); dan Coelliet al. (1998). Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek

(ui,σ2). Dalam menentukan nilai parameter distribusi (ui) efek inefisiensi teknis

pada penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

= 0+ 1+ 2+ 3Z3+ 4Z4+ 5Z5+ i…...……….(3.3)

keterangan:

U

i= efek inefesiensi teknis

Z

1= umur petani (tahun)

Z

2= pendidikan petani (tahun)

Z

3= pengalaman petani (tahun)

Z

4= jumlah anggota keluarga petani (orang)

Z

5=dummyakses kredit (akses=1 dan tidak akses=0)

Nilai koefisien yang diharapkan:δ

0> 0,δ1>0, δ2,δ3,δ4,δ5<0.

Supaya konsisten maka pendugaan parameter fungsi produksi dan

inefficiency function (Persamaan 3.1 dan Persamaan 3.2) dilakukan secara simultan dengan Program Frontier 4.1 (Coelli 1996). Pengujian parameter

stochastic frontierdan efek inefisiensi teknis dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama merupakan pendugaan parameter β

j dengan menggunakan metode OLS.

Tahap kedua merupakan pendugaan seluruh parameter β

0, βj, varians ui dan

v

idengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimator (MLE), pada

tingkat kepercayaanα =5 persen.

Hasil pengolahan Program Frontier 4.1 menurut Aigner et al. (1977); Jondrow et al. (1982) ataupun Greene (1993) dalam Coelli et al. (1998), akan memberikan nilai perkiraan varians dalam bentuk parameter sebagai berikut:

= + ……….(3.4) = ………..(3.5) Parameter dari varians ini dapat mencari nilai γ, oleh sebab itu 0 <γ <1. Nilai parameterγmerupakan kontribusi dari efisiensi teknis di dalam efek residual total.

Analisis Efisiensi Alokatif dan Ekonomi

Fungsi biaya dual frotier digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi alokatif dan ekonomis. fungsi biayadual frontier diperoreh dari penurunan fungsi produksi Cobb-Douglas yang homogenous (Debertin 1986). Asumsinya bahwa bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas menggunakan dua input adalah sebagai berikut:

= ………...(3.6)

= + ………...(3.7) Bentuk fungsi biaya dual frontier dapat diturunkan dengan menggunakan asumsi minimisasi biaya dengan kendala Y= Yo. Untuk memperoleh fungsi biaya

dual frontier harus diperoleh nilai expansion path (perluasan skala usaha) yang dapat diperoleh dengan membuat fungsi langrange sebagai berikut :

L = r 1x1+ r2x2+ λ(Y -β0x1 β1 x 2 β2 ).………(3.8) Untuk mendapatkan nilai x1 dan x2 (expansion path) fungsi langrange

diturunkan padafirst oder condition

= = 0………..(3.9)

= = 0………(3.10)

= = 0………(3.11)

Dari persamaan (3.9) dan (3.10) dapat dicari nilaix1danx2(expansion path)

yaitu:

=

=

Kemudian substitusikan nilaix1ataux2ke dalam persamaan (3.6) menjadi:

= ………...………..(3.12)

= ……...………...(3.14)

= ….………...……….………..…....(3.15) Dari persamaan (3.12) maka fungsi permintaan input untukx1danx2dapat

ditentukan yaitu:

= .……...……….………..………....(3.17) Untuk mendapatkan fungsi biayadual frontiermaka persamaan (3.16) dan (3.17) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.7) yaitu:

= + ….. (3.18)

Menurut Jondrow et al. (1982), efisiensi ekonomi (EE) merupakan rasio antara biaya total produksi minimum yang diobservasi (C*) dengan total biaya produksi aktual (C), seperti terlihat pada persamaan berikut:

= = / , ,

( / , )………...(3.19)

keterangan:

EE bernilai 0≤ EE ≤ 1

Efisiensi ekonomi merupakan gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif, oleh karena itu efisiensi alokatif dapat diketahui yaitu:

= ………(3.20) keterangan:

EA bernilai 0≤ EA ≤ 1.

Analisis Daya Saing

Analisis Policy Analysis Matrix(PAM)

Metode policy analysis matrix (PAM) pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis tingkat daya saing usahatani jagung pada lahan kering dan sawah di Kabupaten Sumbawa. Monke dan Pearson (1989) mengemukakan bahwa policy analysis matrix (PAM) digunakan untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap tingkat daya saing dari beberapa komoditi unggulan tanaman pangan. Kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi sektor pertanian dapat dibagi menjadi tiga yaitu: kebijakan harga, kebijakan makroekonomi dan kebijakan investasi publik. Analisis daya saing pada analisis menggunakan metode PAM dapat dilihat dari penggunaan sumberdaya domestik dantradabel input.

Menurut Pearsonet al.(2005), Ada beberapa tahapan dalam menggunakan metode PAM yaitu: (1) identifikasi input secara lengkap dari usahatani jagung, (2) menentukan harga bayangan (shadow price) dari input dan output usahatani jagung, (3) memilah biaya ke dalam kelompok tradabel dan domestik, (4) menghitung penerimaan dari usahatani jagung, dan (5) menghitung dan menganalisis berbagai indikator yang bisa dihasilkan PAM.

Penentuan Harga Bayangan

Menurut Gittinger (1986), harga bayangan merupakan harga yang terjadi dalam perekonomian pada keadaan persaingan sempurna dan kondisi keseimbangan. Kondisi biaya imbangan sama dengan harga pasar sulit ditemukan, maka untuk memperoleh nilai yang mendekati biaya imbangan atau harga bayangan perlu dilakukan penyesuaian terhadap harga pasar yang berlaku. Pada penelitian ini harga bayangan secara umum ditentukan dengan mengeluarkan distorsi akibat adanya kebijaksanaan pemerintah seperti subsidi, pajak, penentuan upah minimum, kebijakan harga dan lain-lain. Untuk komoditas yang diperdagangkan akan didekati dengan harga batas (border price). Untuk komoditas yang selama ini diekspor digunakan harga FOB (free on board) dan untuk komoditas yang diimpor digunakan harga CIF (cost insurance freight). 1. Harga Bayangan Output

Harga output adalah harga output yang terjadi di pasar dunia apabila diberlakukan pasar bebas. Pada penelitian ini harga bayangan output jagung menggunakan harga perbatasan yaitu harga CIF (cost insurance freight). Harga CIF digunakan karena saat ini Indonesia merupakan negara importir jagung dunia. Oleh karena itu pada penelitian ini harga jagung yang digunakan adalah harga perbatasan CIF. Harga CIF jagung sebesar US$ 0.30 per kg, Selanjutnya dari harga CIF jagung tersebut dilakukan penyesuaian dengan penambahan terhadap biaya distribusi dan handling sampai ke tingkat petani. Akan tetapi karena jagung petani di Kabupaten Sumbawa diekspor ke Kota Surbaya maka harga bayangan jagung pada penelitian ini adalah harga bayangan jagung di tingkat konsumen di Kota Surabaya.

2. Harga Bayangan Lahan

Harga bayangan lahan dapat didekati melalui: (1) pendapatan bersih usahatani tanaman alternatif terbaik yang biasa ditanam pada lahan tersebut, (2) nilai sewa yang berlaku di daerah setempat, dan (3) nilai tanah yang hilang karena proyek, dan (4) tidak dimasukkan dalam perhitungan sehingga keuntungan yang didapat petani merupakan return to management and land. Pada penelitian ini harga bayangan lahan yang digunakan adalah nilai sewa lahan yang berlaku di daerah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Gittinger (1986) yang mengatakan bahwa menentukan harga bayangan lahan dapat memakai nilai sewa yang diperhitungkan setiap musim.

3. Harga Bayangan Sarana Produksi dan Peralatan

Perhitungan harga bayangan sarana produksi pertanian dan peralatan yang diperdagangan (tradeable input)sama dengan perhitungan harga bayangan output, yaitu dengan menggunakan harga perbatasan (border price), yaitu untuk komoditas ekspor digunakan harga FOB (free on board) dan untuk komoditas impor digunakan sebagai harga perbatasan yaitu harga CIF (cost insurance freight). Sedangkan perhitungan harga bayangan saprotan dan peralatan yang tidak diperdagangkan (non tradeable input) digunakan harga domestik setelah mengeluarkan beberapa faktor domestik.

Pupuk yang digunakan dalam usahatani jagung ini terdiri atas pupuk Urea, ZA dan NPK. Sejak tahun 1998 perdagangan pupuk sudah berdasarkan pasar bebas, namun harga aktualnya belum mencerminkan harga sosialnya, sehingga dalam penelitian ini untuk menghitung harga bayangannya menggunakan harga perbatasan (border price).

Harga bayangan pupuk urea dan ZA ditentukan berdasarkan FOB (free on board) karena Indonesia merupakan Negara eksportir Urea dan ZA. Harga FOB pupuk Urea sebesar US$ 0.48 per kg. Selanjutnya dari harga FOB pupuk Urea tersebut dilakukan penyesuaian dengan pengurangan terhadap biaya distribusi dan handling sampai ketingkat petani. Harga bayangan pupuk ZA menggunakan harga FOB sebesar US$ 0.20 per kg. Selanjutnya dari harga FOB pupuk ZA tersebut dilakukan penyesuaian dengan pengurangan terhadap biaya distribusi dan handling sampai ketingkat petani. Sedangkan untuk pupuk NPK harga bayangan ditentukan mengacu pada Hoeridah et al. (2011). Harga bayangan pupuk NPK dihitung dari perbedaan rasio antara subsidi dan non subsidi dikalikan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk NPK, kemudian ditambah dengan biaya distribusi ke tingkat petani. Perhitungan ini berdasarkan pupuk bahwa pupuk NPK lebih banyak digunakan untuk produksi domestik jika dibandingkan untuk diekspor dan hanya diproduksi oleh satu perusahaan yaitu PT Petrokimia Gresik. Perbedaan rasio antara subsidi dan non subsidi yaitu 3-5 kali dari Harga Eceran Tertinggi. Menurut Peraturan Menteri Nomor:69/Permentan/SR.130/11/2012 menyatakan bahwa Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk NPK sebesar Rp 2 300 per kg. Jadi, harga bayangan pupuk NPK diperoleh dari 3 dikalikan dengan HET pupuk NPK dan dikurangi dengan biaya distribusi dan handling sampai ke tingkat petani.

Penentuan harga bayangan untuk pestisida ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar, karena pasar pestisida di Indonesia sudah mendekati pasar persaingan sempurna sehingga harga privat pestisida dapat mencerminkan harga bayangan pestisida.

Menurut Mayrita (2007) dan Situmorang (2013) Harga bayangan untuk benih jagung didekati dari harga jagung di pasar dikonversi dengan harga bayangan jagung pipilan. Karena benih jagung meskipun hibrida lebih banyak diproduksi di Indonesia. Penentuan harga bayangan benih dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

= ……….(3.20)

keterangan:

HA = Harga aktual (Rp/kg) HB = Harga bayangan (Rp/kg)

Untuk peralatan usahatani jagung seperti cangkul dan sabit, harga bayangannya didekati dengan harga aktualnya karena pasar peralatan usahatani mendekati pasar persaingan sempurna. Harga bayangan peralatan pertanian adalah harga penyusutannya selama satu musim. Sedangkan untuk traktor dan phower thresher, harga bayangannya adalah nilai sewa.

3. Harga Bayangan Tenaga Kerja.

Bila pasar tenaga kerja bersaing sempurna, maka tingkat upah yang berlaku di pasar mencerminkan nilai produktivitas marginalnya (Gittinger 1986). Pada keadaan ini besarnya tingkat upah yang terjadi dapat dipakai sebagai harga bayangan tenaga kerja. Hal ini tidak berlaku untuk sektor pertanian karena tingkat upah di pedesaan cenderung lebih tinggi sehingga tidak mencerminkan nilai produk marginalnya, karena adanya sifat gotong royong (sambatan/gantosan).

Menurut Pearson et al. (2005), tingkat divergensi di pasar tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia kecil. Distorsi tidak begitu signifikan karena peraturan tentang upah minimum tidak berlaku di sektor pertanian dan tidak memiliki dampak yang berarti dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Fragmentasi yang terjadi diantara sub-pasar tenaga kerja amat kecil karena tenaga kerja bebas keluar masuk di sub-pasar tersebut, informasi tentang kesempatan kerja yang baik dan banyaknya buruh kontrak. Oleh karena itu, harga privat untuk upah tenaga kerja pedesaan merupakan penduga yang baik untuk harga sosial tenaga kerja. Jadi dalam penelitian ini, untuk menghitung harga sosial/bayangan tenaga kerja disesuaikan dengan harga aktualnya.

4. Harga Bayangan Bunga Modal

Menurut Rosegrant (1987), harga bayangan bunga modal sebesar 20 persen per tahun. Hal ini berdasarkan pada tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh pemerintah untuk kredit sektor pertanian sebesar 12 persen per tahun sedangkan tingkat suku bunga yang berlaku disektor informal di pedesaan berkisar 17 sampai 24 persen per tahun. Sedangkan menurut Simatupang dan Mewa (1987), harga bayangan bunga modal sebesar 18 persen. Pada penelitian ini tingkat suku bunga bayangan adalah suku bunga nominal yang berlaku di bank umum dikonversi dengan tingkat inflasi. Tingkat suku bunga modal kerja nominal berdasarkan bank umum adalah 12.83% per tahun dan inflasi 4.11% pada tahun 2012.

5. Harga Bayangan Pemipilan Jagung, Pengepakan dan Pengangkutan

Biaya pemipilan, pengepakan dan pengangkutan jagung dari ladang ke gudang pemipilan jagung, pengepakan dan karung disesuaikan dengan harga privat di tingkat petani karena tidak ada distorsi pasar.

6. Harga Bayangan Nilai Tukar

Menurut van der Tak (1969) dalam Gittinger (1986), harga bayangan nilai tukar dapat ditentukan dengan persamaan:

= ………..(3.21) keterangan:

SER =Shadow exchange rate(nilai tukar bayangan) OER =Official exchange rate(nilai tukar resmi) SCF =Standar exchange rate(faktor konversi standar)

Rosegrant (1987) membuat persamaan untuk menentukan nilai faktor konvensi standar yaitu:

= ( ) ( )………(3.22) keterangan: M = Nilai impor (Rp) X = Nilai ekspor (Rp) Tm = Pajak Impor (Rp) Tx = Pajak ekspor (Rp)

Alokasi Komponen Biaya Domestik dan Asing

Pada analisis policy analysis matrix (PAM) terdapat komponen biaya domestik dan komponen biaya asing. Pada penelitian ini yang termasuk ke dalam komponen biaya domestik dan komponen biaya asingdapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Alokasi biaya produksi berdasarkan komponen biaya domestik dan asing No Keterangan Domestik (%) Asing (%) 1 Benih* 0 100 2 Urea* 0 100 3 ZA* 0 100 4 NPK* 0 100 5 Pestisida* 0 100 6 Sprayer* 0 100 7 Traktor* 33 67 8 Power thresher* 33 67 9 Cangkul* 33 67 10 Sabit* 33 67 11 Tenaga kerja* 100 0 12 Sewa lahan* 100 0 13 Pajak* 100 0 14 Bunga modal* 100 0 15 Pengangkutan** 70 30 16 Pemipilan jagung** 70 30 17 Pengepakan** 86 14

Keterangan :*Mayrita 2007,**Situmorang 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa yang termasuk ke dalam tradabel inputadalah benih, pupuk urea, ZA, NPK, sprayer dan pestisida sedangkan untuknon tradabel inputyaitu tenaga kerja, sewa lahan dan pajak. Disamping itu terdapat komponen biaya yang sebagian masuktradable inputdan sebagian masuknon tradabel input

yaitu traktor, power thresher, cangkul, sabit, pengangkutan, pemipilan jagung dan pengepakan.

Analisis Keuntungan Privat dan Sosial

1. Analisis Keuntungan Privat (private profitability)

Keuntungan privat adalah selisih antara penerimaan dan biaya (domestik dan tradabel) pada tingkat harga privat. Keuntungan privat merupakan indikator daya saing (competitiveness) dari sistem komoditi berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan transfer kebijakan yang ada. Berdasarkan tabel policy analysis matrix (PAM) pada Tabel 6 keuntungan privat (D)=A-(B+C). Jika D>0, maka sistem komoditas tersebut memperoleh keuntungan diatas normal yang mempunyai implikasi bahwa komoditas tersebut mampu berekspansi, kecuali adanya sumberdaya yang terbatas atau ada alternatif komoditi yang lebih menguntungkan.

2. Analisis Keuntungan Sosial (sosial profitability)

Keuntungan sosial adalah selisih antara penerimaan dan biaya (domestik dan tradabel) pada tingkat harga sosial. Keuntungan sosial merupakan indikator keunggulan komparatif (comparative advantage) atau efisiensi dari sistem komoditas pada kondisi tidak ada intervensi pemerintah dan penerapan kebijakan efisien. Berdasarkan tabelpolicy analysis matrix(PAM) pada Tabel 6 keuntungan sosial (H)=E-(F+G). Jika H>0, maka sistem komoditas memiliki keunggulan

komparatif. Sebaliknya jika H < 0, maka komoditas tidak memiliki keunggulan komparatif dan tidak mampu bertahan tanpa bantuan atau intervensi dari pemerintah. Komoditas yang memiliki keuntungan sosial yang besar akan diprioritaskan untuk dikembangkan.

Analisis Keunggulan Kompetitif dan Komparatif

1. Keungggulan Privat

Rasio biaya privat (private cost ratio) adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga privat, Berdasarkan tabel policy analysis matrix (PAM) pada Tabel 6 PCR=C/(A–B). Nilai PCR menunjukkan berapa banyak sistem produksi usahatani jagung dapat menghasilkan untuk membayar semua faktor domestik yang digunakannya, dan tetap dalam kondisi kompetitif. Jika nilai PCR < 1 dan nilainya makin kecil, berarti sistem produksi usahatani jagung mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat dan kemampuannya tersebut akan meningkat. Begitu juga sebaliknya jika nilai PCR > 1 dan nilainya makin besar, berarti sistem produksi usahatani jagung tidak mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat dan kemampuannya tersebut terus menurun. Nilai PCR merupakan kriteria keunggulan kompetitif dari usahatani jagung.

2. Keunggulan Komparatif

Rasio sumberdaya domestik (domestic resources cost ratio) merupakan rasio biaya domestik terhadap nilai tambah pada harga bayangannya, Berdasarkan tabelpolicy analysis matrix(PAM) pada Tabel 6 DRCR= G/(E–F). Nilai DRCR merupakan salah satu kriteria kemampuan sistem usahatani jagung dalam membiayai faktor domestik pada harga bayangannya atau kriteria dari efisiensi ekonomi relatif dari suatu sistem produksi. Jika DRCR < 1 dan nilainya makin kecil, berarti sistem produksi usahatani jagung memiliki daya saing di pasar dunia, sehingga dinilai memiliki peluang ekspor yang makin besar. Begitu juga sebaliknya Jika DRCR > 1, maka sistem produksi usahatani jagung dinilai tidak memiliki daya saing dan tidak dapat bertahan tanpa intervensi pemerintah, sehingga lebih baik melakukan impor saja dari pada memproduksi sendiri. Nilai DRCR merupakan kriteria keunggulan komparatif dari usahatani jagung.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana hasil analisis suatu aktivitas ekonomi bila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Pada penelitian analisis sensitivitas ini dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel tertentu pada masing-masing variabel atau dengan mengkombinasikan beberapa variabel sampai seberapa besar perubahan dari variabel-variabel tersebut. Ada beberapa analisis sensititivitas yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:

1. Produksi jagung naik sebesar 10 persen 2. Harga pupuk urea naik sebesar 12 persen 3. Harga jagung domestik naik 10 persen 4. Kurs rupiah melemah sebesar 10 persen 5. Kurs rupiah menguat sebesar 10 persen 6. Harga jagung dunia turun sebesar 5 persen

Dasar pertimbangan dari analisis sensitivitas tersebut adalah:

1. Pemerintah Indonesia saat ini dituntut untuk menaikan produksi jagung sampai dengan 10 persen supaya dapat mengurangi atau menurunkan laju impor jagung. Oleh karena itu sangat perlu melihat daya saing memproduksi jagung apabila terjadi kenaikan produksi sebesar 10 persen (Kementerian Pertanian 2011).

2. Harga pupuk urea sering mengalami kenaikan karena faktor kelangkaan atau kekurangan stok dan biasanya di berbagai daerah di Indonesia terjadi kenaikan

Dokumen terkait