• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada empat habitat ex-situ orangutan, yaitu Taman Marga Satwa Ragunan, Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Kebun Binatang Bandung dan Taman Safari Indonesia ditemukan jenis ektoparasit pengganggu, yaitu

Culex hutchinsoni, Culex quinquefasciatus, Culex fuscocephalus, Aedes albopictus, Armigeres foliatus, Armigeres subalbatus, Tripteroides sp, Culicoides sp, Musca domestica, Musca sp, Chrysomya megacephala, Drosophila melanogaster dan

Chironomus sp. Sebaran dari masing-masing dari ektoparasit tersebut disajikan pada Tabel 1-5.

4.1 Taman Marga Satwa Ragunan (TMR)

Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan di TMR, yaitu Culex quinquefasciatus, Aedes albopictus, Chironomus sp, Drosophila melanogaster, Chrysomya megacephala,

dan Musca domestica.

Tabel 1 Jenis-jenis ektoparsit yang ditemukan pada habitat ex-situ di TMR

No. Spesies Ordo/Famili

Cara Pengambilan Sampel LT SN MA 1. Aedes albopictus Diptera/ Culicidae ++ - - 2. Culex

quinquefasciatus

Diptera/ Culicidae ++ - -

3. Chironomus sp Diptera/ Chironomidae ++ - - 4. Musca domestica Diptera/ Muscidae - +++ -

5. Chrysomya megacephala Diptera/ Calliphoridae - + - 6. Drosophila melanogaster Diptera/ Drosophilidae - ++ -

Gambar 4 Jenis-jenis Ektoparsit Pengganggu Orangutan yang di Temukan pada Habitat

Ex-situ TMR, PPSC, KBB, TSI. (A) Armigeres subalbatus, (B) Aedes albopictus

(Anonimus 2008f), (C) Culicoides sp (Bowles dan Swaby 2006), (D) Musca sp, (E) Chrysomya megacephala, (F) Drosophila melanogaster, (G) Chironomus sp

(Anonimus 2008c), (H) Culex fuscocephalus (Anonimus 2008e), (I) Culex hutchinsoni, (J) Culex quinquefasciatus (Anonimus 2008d), (K) Tripteroides sp,

(L) Musca domestica.

A B C

D E F

G H I

Manajemen perkandangan di Taman Marga Satwa Ragunan, terawat dengan baik. Kandang tidur dibersihkan setiap hari ketika orangutan sedang berada di kandang peraga. Orangutan yang berada di TMR terawat dengan baik sehingga tidak ditemukan keropeng-keropeng pada kulit yang biasanya disebabkan oleh tungau. Animal keeper bekerjasama dengan dokter hewan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setiap hari. Di TMR tidak kasus orangutan terinfestasi ektoparasit.

Daerah sekitar kandang orangutan merupakan kebun yang ditumbuhi banyak pepohonan yang rindang serta letak dari Ragunan yang berada di tengah kota sehingga dapat ditemukan nyamuk dan lalat yang biasa tinggal di daerah pemukiman penduduk. Pakan yang diberikan adalah buah-buahan dan sayuran, oleh karena dapat ditemukan lalat buah di sekitar kandang. Kandang peraga terdapat kayu yang dirancang mirip dengan habitat di alam. Kandang dikelilingi dengan pepohonan yang cukup rindang sehingga dapat dijumpai nyamuk yang berhabitat di kayu yang lapuk. Pengambilan spesimen dilakukan dengan pemasangan light trap, sweep net dan anastesi

Culex quinquefasciatus (Gambar 4.J)diperoleh di TMR dengan derajat infestasi yang tinggi karena nyamuk ini bersifat yang kosmopolit dan tinggal di dekat pemukiman penduduk (Levine 1978). Nyamuk ini diperoleh dengan light trap karena C. quinquefasciatus merupakan nyamuk yang bersifat nokturnal dan beraktifitas sekitar pukul 22.00 sampai dengan 02.00 (Sigit dan Hadi 2006).

Aedes albopictus (Gambar 4.B) ditemukan dengan derajat infestasi sedang dan diperoleh dengan light trap. Nyamuk ini merupakan nyamuk yang biasa beraktifitas pada pagi, siang dan sore hari (Sigit dan Hadi 2006), ada kemungkinan nyamuk ini masih beredar pada kisaran pukul 17.00 sampai dengan 18.00 sehingga nyamuk ini tertangkap dengan light trap karena perangkap ini dipasang dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00. Menurut Hadi dan Soviana (2000) Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun yang dapat dijumpai di daerah dengan pepohonan yang rindang oleh karena itu nyamuk.

Chironomus sp (Gambar 4.G) ditemukan disekitar kandang orangutan dengan derajat infestasi sedang. Kandang orangutan terdapat kayu yang sudah lapuk. Chironomus sp

ditemukan pada pemasangan light trap, karena ektoparasit ini terdapat dalam jumlah yang banyak ketika sore hari (Borror et al. 1996).

Drosophila melanogaster (Gambar 4.F) diperoleh dengan derajat infestasi sedang. Menurut Hall dan Gerhardt (2002) lalat ini dapat ditemukan karena pakan dari orangutan adalah buah-buahan dan sayuran. Lalat ini diperoleh dengan sweep net di sekitar kandang orangutan.

Chrysomya megacephala (Gambar 4.E) diperoleh karena TMR dekat dengan pemukiman penduduk dan kandang orangutan yang berdekatan dengan kandang satwa lainnya. Menurut Boror et al. (1996) lalat ini merupakan lalat yang hidup kosmopolit dan dapat ditemukan di dekat pemukiman penduduk selain itu lalat ini juga dapat ditemukan di tempat yang terdapat zat organik yang membusuk dan bangkai, lalat ini diperoleh dengan sweep net.

Musca domestica (Gambar 4.L) diperoleh di TMR karena lalat ini hidup kosmopolit yang bisa hidup dimana saja serta dekat dengan pemukiman penduduk (Moon 2002). Lalat ini diperoleh dengan sweep net. Pada metode anastesi tidak ditemukan keropeng kulit yang bisa disebabkan oleh tungau dan tidak ditemukan kutu, hal ini karena orangutan mempunyai kebiasaan menggrooming tubuhnya (Maple 1980).

4.2 Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC)

Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan di PPSC, yaitu Culex quinquefasciatus, Aedes albopictus, Tripteroides sp, Chironomus sp, Drosophila melanogaster, Chrysomya megacephala, Musca domestica dan Culicoides sp.

Manajemen perkandangan di PPSC, terawat dengan baik. Kandang di bersihkan setiap hari oleh animal keeper dan tidak ditemukan keropeng pada kulit orangutan. Kandang orangutan dikelilingi dengan pepohonan yang rindang dan dekat dengan pemukiman penduduk desa, sehingga dapat ditemukan nyamuk yang sering dijumpai disekitar pemukiman penduduk. Kandang orangutan berdekatan dengan kandang satwa lain dan berdekatan dengan gudang pakan sehingga dapat ditemukan lalat buah. Pengambilan spesimen dilakukan dengan pemasangan light trap dan sweep net, metode anastesi tidak dilakukan karena orangutan baru melahirkan dan dalam masa laktasi.

Tabel 2 Jenis-jenis ektoparsit yang ditemukan pada habitat ex-situ di PPSC

No. Spesies Ordo/Famili

Cara Pengambilan

Sampel LT SN 1. Aedes albopictus Diptera/ Culicidae + - 2. Culex quinquefasciatus Diptera/ Culicidae +++ -

3. Chironomus sp Diptera/ Chironomidae + +

4. Musca domestica Diptera/ Muscidae - +++ 5. Chrysomya megacephala Diptera/ Calliphoridae - +

6. Drosophila melanogaster Diptera/ Drosophilidae - ++ 7. Culicoides sp Diptera/

Ceratopogonidae

++ + 8. Tripteroides sp Diptera/ Culicidae + - Ket : LT : light trap SN : sweep net

Culex quinquefasciatus (Gambar 4.J) diperoleh di PPSC dengan derajat infestasi tinggi karena nyamuk ini bersifat kosmopolit dan tinggal di dekat pemukiman penduduk (Levine 1978). Nyamuk ini di dapat dengan light trap karena C. quinquefasciatus

merupakan nyamuk yang nokturnal aktivitasnya sekitar pukul 22.00 sampai dengan 02.00 (Sigit dan Hadi 2006).

Aedes albopictus (Gambar 4.B) diperoleh dengan derajat infestasi ringan dan ditemukan dengan light trap. Nyamuk ini merupakan biasa beraktifitas pada pagi, siang dan sore hari (Sigit dan Hadi 2006), ada kemungkinan nyamuk ini masih beredar pada kisaran waktu pukul 17.00 sampai dengan 18.00 sehingga nyamuk ini tertangkap pada perangkap light trap karena perangkap ini dipasang dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00. Menurut Hadi dan Soviana (2000) Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun yang dapat dijumpai di daerah pepohonan yang rindang.

Chironomus sp (Gambar 4.G) ditemukan disekitar kandang orangutan dengan derajat infestasi sedang karena terdapat kayu yang lapuk di kandang. Ektoparasit ini ditemukan dengan pemasangan light trap dan menggunakan sweep net. Chironomus sp terdapat dalam jumlah yang banyak ketika sore hari (Borror et al. 1996).

Drosophila melanogaster (Gambar 4.F) diperoleh dengan derajat infestasi sedang. Menurut Hall dan Gerhardt (2002) lalat ini dapat ditemukan karena pakan dari orangutan adalah buah-buahan dan sayuran. Lalat ini diperoleh dengan sweep net di sekitar kandang orangutan.

Musca domestica (Gambar 4.L)diperoleh karena lalat ini hidup kosmopolit yang bisa hidup dimana saja serta dekat dengan pemukiman penduduk (Moon 2002). Lalat ini diperoleh dengan sweep net.

Chrysomya megacephala (Gambar 4.E) diperoleh dengan derajat infestasi ringan. Menurut Boror et al. (1996) Chrysomya megacephala merupakan lalat yang hidup kosmopolit dekat pemukiman penduduk dan dapat ditemukan di tempat yang terdapat zat organik yang membusuk dan bangkai, lalat ini diperoleh dengan sweep net.

Tripteroides sp (Gambar 4.K)ditemukan dengan derajat infestasi ringan. Nyamuk dewasanya dapat ditemukan di daerah pemukiman penduduk dan di daerah hutan. Pradewasanya berkembang di genangan air, kayu yang lapuk, bambu, batok kelapa, daun dan ujung daun yang sudah lapuk dan rumah siput. Nyamuk ini beraktifitas setiap waktu (anonimus 2008).

Culicoides sp (Gambar 4.C) diperoleh dengan derajat infestasi sedang. Di sekitar kandang orangutan terdapat kolam karena kolam merupakan tempat berkerumunnya

Culicoides sp. Culicoides sp diperoleh dengan sweep net (Hadi dan Soviana 2000).

4.3 Kebun Binatang Bandung (KBB)

Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan di KBB, yaitu Culex quinquefasciatus, Armigeres foliatus, Musca sp, Drosophila melanogaster, Chrysomya megacephala, Culicoides sp, Chironomus sp dan Musca domestica.

Manajemen perkandangan di KBB, termasuk terawat dengan baik. Kandang dibersihkan setiap hari. Di KBB pernah ditemukan kasus scabies pada orangutan. Kandang orangutan berdekatan dengan kandang satwa lain dan BATAN, hanya dipisahkan dengan tembok. KBB terletak di tengah kota dan dekat dengan pemukiman penduduk sehingga dapat ditemukan nyamuk dan lalat yang terdapat di pemukiman penduduk. Pakan yang diberikan adalah buah-buahan dan sayuran sehingga dapat ditemukan lalat buah disekitar kandang. Kandang peraga terdapat kayu dirancang agar

mirip dengan habitat aslinya dan terdapat kolam pada kandang peraga sehingga dapat ditemukan nyamuk yang berkembangbiak didaerah tersebut. Pengambilan spesimen dilakukan, yaitu pemasangan light trap, sweep net dan anastesi.

Tabel 3. Jenis-jenis ektoparsit yang ditemukan pada habitat ex-situ di KBB

No. Jenis Ordo/Famili

Cara Pengambilan Sampel LT SN MA 1.. Culex quinquefasciatus Diptera/ Culicidae +++ - -

2. Musca domestica Diptera/ Muscidae - +++ -

3. Chrysomya megacephala Diptera/ Calliphoridae - + - 4. Drosophila melanogaster Diptera/ Drosophilidae - ++ - 5. Culicoides sp Diptera/

Ceratopogonidae

- ++ - 6. Armigeres foliatus Diptera/ Culicidae + - -

7. Musca sp Diptera/ Muscidae - + -

8. Chironomus sp Diptera/ Chironomidae ++ - - Ket : LT : light trap SN : sweep net MA : manual anastesi

Culex quinquefasciatus (Gambar 4.J) diperoleh dengan derajat infestasi yang tinggi karena nyamuk ini bersifat yang kosmopolit dan tinggal di dekat pemukiman penduduk (Levine 1978). Nyamuk ini diperoleh dengan light trap karena C. quinquefasciatus

merupakan nyamuk yang bersifat nokturnal aktivitasnya sekitar pukul 22.00 sampai dengan 02.00 (Sigit dan Hadi 2006).

Drosophila melanogaster (Gambar 4.F) diperoleh dengan derajat infestasi sedang. Menurut Hall dan Gerhardt (2002) lalat ini dapat ditemukan karena pakan dari orangutan adalah buah-buahan dan sayuran. Lalat ini diperoleh dengan sweep net di sekitar kandang orangutan.

Chrysomya megacephala (Gambar 4.E) diperoleh dengan derajat infestasi ringan. Menurut Boror et al. (1996) Chrysomya megacephala merupakan lalat yang hidup kosmopolit dekat pemukiman penduduk dan lalat dapat ditemukan di tempat yang terdapat zat organik yang membusuk dan bangkai. Lalat ini diperoleh dengan sweep net.

Musca domestica (Gambar 4.L) diperoleh dengan derajat infestasi ringan. Menurut Moon (2002) Musca merupakan lalat yang bersifat kosmopolit dan tinggal dekat pemukiman penduduk. Lalat ini diperoleh dengan sweep net. Selain itu ditemukan juga spesies lain, yaitu Musca sp (Gambar 4.D) yang memiliki ukuran lebih kecil dari Musca domestica, lalat ini tidak bisa diidentifikasi karena spesimennya sudah rusak.

Culicoides sp (Gambar 4.C) diperoleh dengan derajat infestasi sedang. Di kandang peraga terdapat kolam. Kolam merupakan salah satu habitat pradewasa dari agas ini (Hadi dan Soviana 2000). Culicoides sp diperoleh dengan sweep net.

Armigeres foliatus ditemukan di KBB dalam dengan derajat infestasi ringan. Habitat pradewasa nyamuk ini adalah bambu, kayu-kau yang lapuk dan berlubang, pohon palem, dedaunan yang jatuh dan batok kelapa. Nyamuk ini bersifat zoophilic dan aktif setiap hari. Nyamuk ini dapat di jumpai di daerah hutan atau daerah yang rindang (Harbach 2008), karena bersifat zoophilic sehingga dapat ditemukan nyamuk ini disekitar kandang. Pada manual anastesi tidak ditemukan keropeng kulit. Selain itu orangután memiliki kebiasaan menggrooming tubuhnya (Maple 1980).

4.4 Taman Safari Indonesia (TSI)

Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan di TSI, yaitu Culex hutchinsoni, Culex quinquefasciatus, Culex fuscocephalus, Aedes albopictus, Armigeres subalbatus, Armigeres foliatus, Chironomus sp dan Drosophila melanogaster.

Manajemen perkandangan di TSI, termasuk terawat dengan baik. Kandang dibersihkan setiap hari. Orangutan yang berada di TSI terawat dengan baik sehingga tidak ditemukan keropeng-keropeng pada kulit. Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari oleh dokter hewan TSI. Lokasi TSI jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak ditemukan lalat yang biasa dijumpai di pemukiman penduduk. Kandang orangutan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang sehingga dapat ditemukan nyamuk yang berhabitat ditempat tersebut. Kandang peraga terdapat kayu, ban, tali dan air terjun buatan. Pakan yang diberikan adalah buah dan sayuran maka dapat dijumpai lalat buah disekitar kandang. Pengambilan spesimen dilakukan yaitu pemasangan light trap dan

sweep net. Metode anastesi tidak digunakan karena tidak mendaptkan izin dari dokter hewan di TSI karena alasan kesehatan orangutan.

Tabel 4. Jenis-jenis ektoparsit yang ditemukan pada habitat ex-situ di TSI

No. Jenis Ordo/Famili

Cara Pengambilan Sampel LT SN 1. Aedes albopictus Diptera/ Culicidae ++ - 2. Culex hutchinsoni Diptera/ Culicidae + - 3. Culex quinquefasciatus Diptera/ Culicidae + - 4. Culex fuscocephalus Diptera/ Culicidae + - 5. Armigeres subalbatus Diptera/ Culicidae ++ - 6. Armigeres foliatus Diptera/ Culicidae + - 7. Chironomus sp Diptera/

Chironomidae

++ - 9. Drosophila melanogaster Diptera/Drosophilidae - ++ Ket : LT : light trap SN : sweep net

Spesies Culex yang ditemukan di TSI adalah C. hutchinsoni (Gambar 4.I), C. quinquefasciatus (Gambar 4.J), C. fuscocephalus (Gambar 4.H). C. quinquefasciatus

ditemukan dengan derajat infestasi ringan karena nyamuk ini bersifat yang kosmopolit (Hadi dan Soviana 2000). C. fuscocephalus ditemukan dengan derajat infestasi ringan. Habitat dari nyamuk ini adalah genangan air, selokan dan air di sawah, serta di pemukiman penduduk, bersifat zoophilic (Baisas 1974). Nyamuk ini diperoleh dengan

light trap karena Culex merupakan nyamuk yang bersifat nokturnal aktivitasnya sekitar pukul 22.00 sampai 02.00 (Sigit dan Hadi 2006).

Aedes albopictus (Gambar 4.B) ditemukan dengan derajat infestasi sedang. Nyamuk ini merupakan nyamuk yang biasa beraktifitas pada pagi, siang dan sore hari (Sigit dan Hadi 2006), ada kemungkinan nyamuk ini masih beredar pada kisaran pukul 17.00 sampai dengan 18.00 sehingga nyamuk ini tertangkap oleh light trap karena dipasang dari pukul 18.00 sampai pada pukul 06.00. Menurut Hadi dan Soviana (2000) Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun yang dapat dijumpai di daerah dengan pepohonan yang rindang.

Jenis Armigeres yang ditemukan adalah Armigeres subalbatus (Gambar 4.A) dan

Armigeres foliatus. Armigeres foliatus ditemukan dengan derajat infestasi ringan.

Armigeres subalbatus ditemukan dengan derajat infestasi sedang. Nyamuk ini memiliki perbedaan, yaitu dengan melihat bagian abdomennya, Armigeres foliatus bagian perutnya

tidak terdapat strip hitam dan putih sedangkan Armigeres subalbatus bagian perutnya terdapat strip hitam dan putih. Habitat pradewasa nyamuk ini adalah bambu, kayu-kau yang lapuk dan berlubang, dedaunan yang jatuh dan batok kelapa, nyamuk ini bersifat

zoophilic, nyamuk ini aktif setiap hari dan dapat di jumpai di daerah hutan atau daerah yang rindang (Harbach 2008), karena bersifat zoophilic sehingga dapat dijumpai disekitar kandang.

Chironomus sp (Gambar 4.G) ditemukan dengan derajat infestasi ringan. Kandang peraga terdapat kayu lapuk air terjun buatan. Nyamuk ini ditemukan dengan light trap, karena agas ini terdapat dalam jumlah yang banyak ketika sore hari (Borror et al. 1996).

Drosophila melanogaster (Gambar 4.E) ditemukan dengan derajat infestasi sedang. Menurut Hall dan Gerhardt (2002), lalat buah dapat ditemukan karena pakan orangutan adalah buah dan sayuran.

4.5 Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan dan dampaknya pada kesehatan

Tabel 5 Jenis-jenis ektoparsit yang ditemukan di habitat ex-situ pada empat lokasi penelitian

No. Jenis Spesimen TMR PPSC KBB TSI

LT SN MA LT SN LT SN MA LT SN 1. Aedes albopictus ++ - - + - - - - ++ - 2. Culex hutchinsoni - - - + - 3. Culex quinquefasciatus +++ - - +++ - +++ - - + - 4. Culex fuscocephalus - - - + - 5. Armigeres subalbatus - - - ++ - 6. Armigeres foliatus - - - + - - + - 7. Tripteroides sp - - - + - - - - 8. Chironomus sp ++ - - + + ++ - - ++ - 9. Culicoides sp - - - ++ + ++ - - - - 10. Musca domestica - +++ - - +++ - +++ - - - 11. Musca sp - - - + - - - 12. Chrysomya megacephala - + - - + - + - - - 13. Drosophila melanogaster - ++ - - ++ - ++ - - ++

Keterangan : LT : light trap, SN : sweep net, MA : manual anstesi

Jenis-jenis ektoparasit yang ditemukan di keempat daerah pengambilan sample adalah Culex hutchinsoni (Gambar 4.I), Culex quinquefasciatus (Gambar 4.10), Culex fuscocephalus (Gambar 4.H), Aedes albopictus (Gambar 4.B), Armigeres foliatus, Armigeres subalbatus (Gambar 4.A), Tripteroides sp (Gambar 4.11), Culicoides sp

(Gambar 4.3), Musca domestica (Gambar 4.L), Musca sp (Gambar 4.D) Chrysomya megacephala (Gambar 4.E), Drosophila melanogaster (Gambar 4.F) dan Chironomus sp

(Gambar 4.G). Dari jenis yang ditemukan di lapangan, ektoparasit tersebut bersifat temporer dan dapat menimbulkan dampak yang merugikan terhadap hewan dan manusia serta merupakan vektor dari beberapa penyakit.

Spesies Culex yang ditemukan di habitat orangutan adalah C. hutchinsoni, C. quinqefasciatus, C. fuscocephalus. C. hutchinsoni ditemukan di TSI dengan

menggunakan light trap dengan derajat infestasi yang ringan. C. quinquefasciatus

ditemukan di TMR, PPSC, KBB dan TSI dengan menggunakan light trap. Nyamuk ini ditemukan dengan derajat infestasi tinggi di TMR, KBB, PPSC karena tempat ini dekat dengan pemukiman penduduk. Menurut Hadi dan Soviana (2000) Culex merupakan nyamuk yang bersifat kosmopolit dan tinggal dekat pemukiman penduduk. Nyamuk ini ditemukan dengan derajat infestasi rendah di TSI, hal ini karena letak TSI yang jauh dari pemukiman penduduk. C. fuscocephalus ditemukan di TSI dengan derajat infestasi yang ringan, habitat dari nyamuk ini adalah genangan air, selokan dan air di sawah, serta di pemukiman penduduk, bersifat zoophilic (Baisas 1974).

Menurut Sigit dan Hadi (2006) Culex memiliki aktivitas menggigit pada malam hari dan puncaknya pada pukul 22.00 sampai dengan 02.00, oleh karena itu dengan light trap

dapat ditemukan nyamuk ini. Semakin meningkatnya jumlah penduduk di dunia maka semakin banyak air kotor yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk ini sehingga menjadi masalah yang serius untuk kesehatan, yaitu gigitannya yang dapat mengganggu dan merupakan vektor dari penyakit filariasis dan encephalitis (Patterson et al. 1975).

Jenis nyamuk Aedes yang ditemukan adalah Aedes albopictus. Nyamuk ini ditemukan di TMR, PPSC dan TSI dengan menggunakan light trap. Nyamuk ini ditemukan dengan derajat infestasi sedang di TMR dan TSI. Habitat dari nyamuk ini adalah lubang-lubang pada kayu terkadang juga ditemukan di bambu serta bebatuan yang lembab dan bersifat kosmopolit (Baisas 1974).

Di PPSC nyamuk ditemukan dengan derajat infestasi ringan. Nyamuk ini merupakan nyamuk yang biasa beraktivitas di siang hari, pagi dan sore hari (Sigit dan Hadi 2006) ada kemungkinan nyamuk ini masih beredar pada kisaran waktu pukul 17.00 sampai dengan 18.00 sehingga nyamuk ini tertangkap dengan perangkap light trap karena perangkap ini dipasang dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00.

Nyamuk ini ditemukan di TMR, PPSC dan TSI, karena ke tiga tempat tersebut merupakan tempat yang rindang sehingga nyamuk ini dapat ditemukan. Menurut Hadi dan Soviana (2000) nyamuk ini biasa disebut nyamuk kebun dan dapat dijumpai di daerah dengan pepohonan yang rindang. Nyamuk ini merupakan vektor dari penyakit

Culicoides sp yang ditemukan di PPSC dan KBB dengan derajat infestasi sedang. Ektoparasit ini ditemukan cukup banyak di kedua tempat tersebut, karena berhabitat di rawa-rawa, kolam serta tanah yang lembab sebagai tempat untuk berkembangbiak dan berkumpul pada siang hari. Ektoparasit ini memiliki aktivitas menggigit dan menyerang pada malam hari yang tenang dan tanpa angin (Hadi dan Soviana 2000). Sehingga ektoparasit ini dapat ditemukan di PPSC dan KBB karena terdapat kolam serta kayu-kayu yang lapuk sebagai tempat berkembangbiak ektoparasit ini.

Menurut Kline dan Axtell (1976)pengambilan spesimen Culicoides sp yang bagus dan umum adalah dengan menggunakan light trap. Peranan Culicoides didalam dunia kesehatan adalah sebagai penghisap darah yang sangat mengganggu dan juga sebagai vektor penular berbagai macam penyakit terutama pada hewan, seperti leucocytozoonosis pada unggas, blue tongue pada domba, filariasis dan masonellosis pada manusia, onchocercosis pada kuda dan sapi dan encephalitis pada manusia dan kuda (Hadi dan Soviana 2000).

Jenis lalat Musca yang ditemukan di habitat orangutan adalah Musca sp dan

Musca domestica. Musca sp ditemukan di KBB dengan metode sweep net, memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan Musca domestica. Musca domestica

ditemukan di TMR, PPSC dan KBB dengan derajat infestasi tinggi. Musca domestica

merupakan lalat yang bersifat kosmopolit dan ditemukan banyak di pemukiman penduduk (Moon 2002). Oleh karena itu Musca domestica dapat ditemukan dengan derajat infestasi tinggi di TMR, PPSC dan KBB karena tempat tersebut dekat dengan pemukiman penduduk. Lalat ini merupakan vektor demam tifoid, disentri, patek, antraks dan beberapa bentuk konjungtivitis (Borror et al. 1996).

Lalat Chrysomya megacephala yang ditemukan di TMR, PPSC dan KBB dengan

sweep net. Lalat ini merupakan lalat yang hidup kosmopolit dan dapat ditemukan di dekat pemukiman penduduk selain itu lalat ini juga dapat ditemukan di tempat yang terdapat zat organik yang membusuk dan bangkai (Borror et al. 1996). Lalat ini ditemukan di TMR, PPSC dan KBB karena dekat dengan pemukiman penduduk serta kandang hewan yang saling berdekatan antara satu dengan yang lainnya. Lalat ini merupakan forensic entomology yang digunakan untuk identifikasi atau estimasi kematian dari mayat pada

selain itu lalat ini juga dapat menyebabkan disentri apabila populasi lalat ini sangat banyak (Borror et al. 1996).

Drosophila melanogaster ditemukan di semua tempat karena pakan orang adalah buah-buahan dan sayuran dengan derajat infestasi sedang. Lalat ini didapatkan dengan metode sweep net di sekitar kandang orangutan. Beberapa spesies dari Drosophila

berpotensi sebagai transmisi dari agen patogen apabila Drosophila berkembangbiak pada feses hewan. Lalat buah juga merupakan hama yang terdapat di dalam rumah apabila terdapat buah-buahan (Hall dan Gerhardt 2002).

Chironomus sp yang ditemukan di semua tempat pengambilan spesimen dengan derajat infestasi sedang, hal ini karena habitat atau tempat orangutan tersebut terdapat kolam, kayu-kayu yang sudah lapuk. Habitat pradewasa dari ektoparasit ini adalah material yang membusuk, tanah, di bawah kulit kayu dan habitat yang basah serta kaya zat organik selain itu ektoparasit ini beraktivitas pada waktu sore hari (Borror et al. 1996). Chironomus sp merupakan agas pengganggu yang dapat menyerang manusia. Larva Chironomus sp juga sangat menguntungkan karena merupakan sumber pakan

Dokumen terkait