• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antropometri

Panjang Feeder dan Rangka Bawah

Saat menentukan ergonomika dimensi feeder dan rangka bawah pada alat pencacah pelepah sawit tipe serut bagi operator, diperlukan data dimensi dari panjang feeder dan tinggi rangka bawah pada alat pencacah pelepah sawit tipe serut serta data dimensi panjang jangkauan tangan dan jarak kaki-pinggul dari 50 orang operator. Data dimensi jangkauan tangan dan jarak kaki-pinggul dari operator dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan untuk data dari dimensi panjang feeder adalah 33,7 cm dan untuk rangka bawah 70 cm. Selanjutnya, dilakukan pengujian kecukupan data terhadap data dimensi tubuh operator dan diperoleh hasil seperti yang tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji kecukupan data

Keterangan ’ Kesimpulan data dinyatakan cukup dan dapat digunakan dalam penelitian. Sebaliknya jika N’>N, maka data dinyatakan tidak cukup dan tidak dapat digunakan dalam penelitian. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai lebih dari nilai ’ untuk masing-masing data JT (Jangkauan Tangan) dan KP (Kaki-Pinggul). Sehingga data dimensi JT dan KP yang diperoleh telah cukup hal ini sesuai dengan literatur Syakhroni (2008) yang menyatakan bahwa jumlah data pengamatan yang diambil lebih besar dari jumlah data minimal yan seharusnya diambil ’ , dapat disimpulkan bahwa jumlah data pengamatan yang diambil telah cukup.

Setelah melakukan uji kecukupan data, kemudian dilakukan uji keseragaman pada data, hasil dari uji keseragaman data disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil uji keseragaman data

Keterangan BKA (cm) BKB (cm) Min (cm) Maks (cm) Kesimpulan JT 86,73 60,87 64,20 82,80 Seragam

KP 106,88 77,12 81,90 101,80 Seragam

Keterangan: JT = Jangkauan Tangan; KP = Kaki-Pinggul; BKA = Batas Kontrol Atas; BKB = Batas Kontrol Bawah; Min = data terkecil; Maks = data terbesar.

Penentuan keseragaman data dilihat pada sebaran data pada grafik kontrol yang dibuat berdasarkan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) (X maks<BKA; Xmin > BKB. Jika ada data yang diluar batas kontrol , data akan dikeluarkan atau dibuang. Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai maksimum dari masing-masing JT dan KP tidak ada yang melebihi BKA begitu juga dengan nilai minimum dari JT dan KP tidak ada yang kurang dari BKB sehingga data dimensi JT dan KP dapat dikatakan seragam, hal ini terlihat dari grafik kendali keseragaman data sebagaimana yang tersaji pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Grafik data dimensi jangkauan tangan 0

Gambar 6. Grafik data dimensi jarak kaki-pinggul

Pada grafik kendali dapat dilihat bahwa data untuk masing-masing dimensi tubuh tidak ada yang out of control artinya seluruh data berada pada range antara batas kontrol atas dan kontrol bawah sehingga data dapat dinyatakan seragam. Hal ini sesuai dengan literatur Maulana (2019) yang menyatakan bahwa uji keseragaman data dimaksudkan untuk menentukan bahwa populasi data sampel yang digunakan memiliki penyimpangan yang normal dari nilai rata-ratanya pada tingkat kepercayaan/signifikansi tertentu. Data dianggap seragam bila seluruh sampel data berada dalam cakupan range antara batas bawah dan batas atas.

Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menentukan kenormalan data menggunakan aplikasi SPSS pada data yang hasilnya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji kenormalan data

Keterangan Nilai Signifikansi Nilai True Significantion Kesimpulan JT 0,200 0,05 Normal KP 0,077 0,05 Normal

Keterangan: JT = Jangkauan Tangan; KP = Kaki-Pinggul

0

Penentuan kenormalan data dapat dilihat dari nilai signifikansi data sebagaimana yang telah tersaji pada Tabel 7 apabila nilai signifikansi dari data >

0,05 maka data dapat dikatakan terdistribusi dengan normal dan layak digunakan sebagai data penelitian. Jika nilai signifikansi (sig) dari data < 0,05, maka data tidak normal dan tidak layak digunakan sebagai data penelitian. Hal ini sesuai dengan literatur Egi (2010) yang menyatakan bahwa apabila nilai signifikansi dari data kurang dari 0,05 maka data disimpulkan tidak terdistribusi normal.

Persentil

Persentil yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah persentil 5, persentil 50, dan persentil 95. Hasil perhitungan persentil dari setiap data antropometri dimensi tubuh yang telah diolah disajikan ke dalam Tabel 8.

Tabel 8. Data persentil antroprometri dimensi tubuh operator

Keterangan: JT =Jangkauan Tangan; KP= Kaki-Pinggul

Berdasarkan hasil dari pengujian yang tersaji pada Tabel 8, diketahui bahwa pada persentil 5 ukuran jangkauan tangan adalah 67,51 cm yang berarti bahwa 5% dari populasi akan berada pada atau dibawah ukuran 67,51 cm untuk jangkaun tangan. Pada persentil 50 sebear 74,6 cm dan pada persentil 95 sebesar 81,68 cm sedangkan untuk dimensi dari panjang feeder adalah 337 mm atau 33,7 cm, ini berarti bahwa panjang feeder alat pencacah pelepah sawit ini sudah terancang dengan ergonomis karena sesuai dengan persentil 5, 50 dan 95 sehingga tidak akan menganggu operator dalam bekerja nantinya hal ini sesuai dengan literatur Aras, (2019) yang menyatakan bahwa data antropometri akan

Keterangan

Persentil (cm)

5 50 95

JT 67,51 84,4 74,68 KP 92,6 81,6 100,75

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan antara dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90%-95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya tanpa menyebabkan sakit pada bagian tubuh operator yang menggunakannya.

Berdasarkan hasil pengujian data yang tersaji pada Tabel 8 untuk dimensi jarak pinggul-telapak kaki operator, maka diketahui pada persentil 5 ukuran pinggul telapak kaki adalah 84,44 cm hal ini berarti 5 % dari populasi akan berada pada atau di bawah ukuran 84,44 cm. Pada persentil 50 adalah 92,6 dan pada persentil 95 adalah 100,75 cm. Dimensi dari tinggi rangka bawah adalah 700 mm atau 70 cm, yang menandakan alat pencacah pelepah sawit tipe serut ini sudah terancang dengan ergonomis karena perbedaan ukuran antara dimensi pada tinggi rangka bawah dengan ukuran dimensi kaki-pinggul pada persentil ke-95 tidak terlalu besar, sehingga tidak akan menyebabkan operator membungkukkan badan secara berlebihan dan menganggu operator dalam bekerja nantinya. Hal ini sesuai dengan literatur Aras (2019) yang menyatakan bahwa data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya.

Kelelahan Operator

Denyut nadi merupakan salah satu variabel fisiologi tubuh yang menggambarkan tubuh dalam keadaan statis dan dinamis. Oleh karena itu, denyut nadi dipakai sebagai indikator metabolisme tubuh. Denyut nadi adalah indikator yang dipakai untuk mengetahui berat ringannya beban kerja seseorang, semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja dengan kelelahan dan gangguan fisiologis lainnya. Kelelahan merupakan salah satu bentuk mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadi pemulihan setelah istirahat.

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 50 orang mahasiswa Keteknikan Pertanian Universitas Sumatera Utara sebagai operator selama 30 menit, diperoleh data sebagaimana yang terlampir pada Lampiran 4. Dari data tersebut diperoleh jumlah persentase klasifikasi tingkat kelelahan yang tersaji dalam Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah persentase kelelahan operator berdasarkan %CVL Tingkat Kelelahan %CVL

Tidak Terjadi Kelelahan 10%

Perlu Perbaikan 76%

Kerja dalam Waktu Singkat 14%

Diperlukan Tindakan Segera -

Berdasarkan data denyut nadi dari 50 orang mahasiswa sebagai operator dalam waktu 30 menit peroperator, dapat diketahui bahwa 10% operatotidak mengalami kelelahan, 76% operator mengalami kelelahan yang perlu perbaikan, sedangkan 14% operator mengalami kelelahan dalam waktu singkatdan 0 % operator diperlukan tindakansegera.

Dari data yang tersaji pada Tabel 9 dapat diasumsikan bahwa pada masing-masing operator/individu terdapat perbedaan tingkat kelelahanya, hal ini

dikarenakan oleh alat pencacah pelepah sawit tipe serut tidak bekerja dengan baik, sebab mata serut alat pencacah pelepah sawit tipe serut ini tidak memiliki daya tarik yang besar terhadap pelepah sawit, sehingga operator harus memberi tekanan atau dorongan terhadap pelepah sawit, agar mata serut dapat menarik pelepah sawit ke dalam feeder dan adanya perbedaan ketahanan tubuh dari dari masing-masin operator seba aimana yan tertulis pada literatur Suma’mur 2009 yan menyatakan bahwa seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, mentaldan sosial. Namun, sebagai persamaan yang umum memikul beban pada berat tertentu dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan, pengalaman, keterampilan dan motivasi. Sebagaimana hal ini juga sesuai dengan literatur Wibowo (2011) yang menyatakan bahwa kelelahan pada dasarnya merupakan suatu keadaan dimana tubuh memberikan tanda bahwa pekerjaan yang dilakukan sudah mencapai batas kemampuan tubuh yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dilakukan terus menerus akan berakibat buruk dan dapat mengakibatkan sakit setelah bekerja.

Tabel 10. Jumlah persentase kelelahan operator di berbagai persentil dimensi tubuh

Dimensi

Tubuh Persentil Tingkat kelelahan %CVL

1 2 3 4

Keterangan: Tingkat kelelahan berdasarkan %CVL; (1) Tidak merasakan kelelahan; (2) Perlu Istirahat Pendek; (3) Tidak dapat bekerja untuk waktu lama;(4) Perlu tindakan segera. JT : Jangkauan Tangan; KP : Jarak Pinggul-Telepak Kaki

Berdasarkan hasil dari dimensi tubuh mahasiswa sebagai operator, diketahui jumlah persentase kelelahan pada berbagai dimensi tubuh untuk jangkauan tangan dan kaki pinggul yang tersaji pada Tabel 10. Bahwa pada persentil 5 ukuran jangkauan tangan berada pada tingkat kelelahan perlu perbaiakan, pada persentil 50 tidak terjadi kelelahan 7,1%, perlu istirahat pendek 85,8% dan tidak bekerja untuk waktu lama sebesar 7,1%, sedangkan pada persentil 95, persentase operator yang tidak merasakan kelelahan meningkat sebesar 10,0% dan pada tingkat tidak bekerja pada waktu lama juga meningkat sebesar 65,0%. Hal ini dikarenakan oleh alat pencacah pelepah sawit tipe serut tidak bekerja dengan baik, sebab mata serut alat pencacah pelepah sawit tipe serut ini tidak memiliki daya tarik yang besar terhadap pelepah sawit, sehingga operator harus memberi tekanan atau dorongan terhadap pelepah sawit, agar mata serut dapat menarik pelepah sawit ke dalam feeder. Hal menunjukan bahwa semakin panjang jangkauan tangan operator semangkin tinggi tingkat kelelahan yang dialami operator. Karena jangkauan tangan yang terlalu panjang mempersulit operator mendorong pelepah sawit ke dalam feeder. Hal ini sesuai dengan literatur Tarwaka (2010) yang menyatakan bahwa berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan dan atau kapasitas kerjanya bersangkutan. Penanganan bahan secara manual, termasuk mengangkat beban, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan lebih cepat menimbulkan kelelahan otot pada bagian tubuh tertentu.

Pada hasil penelitian dimensi jarak pinggul-telapak kaki dari 50 operator pada berbagai persentil seperti yang tersaji pada Tabel 10. Diketahui dari data yang menunjukan bahwa pada persentil 5 dengan ukuran dimensi jarak pinggul-telapak kaki berada pada tingkat kelelahan perlu perbaikan 100,0%, pada persentil 50 ada sekitar 12,0% operator tidak terjadi kelelahan, perlu istirahat pendek 76,0% dan tidak dapat bekerja dalam waktu lama sebesar 12,0%, sedangkan pada persentil 95, mengalami penurunan di tingkat kelelahan perlu perbaikan sebesar 18,2%, tetapi untuk istirahat pendek meningkat sebesar 72,7% dan pada tingkat tidak dapat bekerja dalam waktu lama sebesar 9,1%. Hal ini dikarenakan semakin besar selisih ukuran antara tinggi rangkah bahwa alat dengan jarak pinggul-telapak kaki operator akan membuat operator membungkukan badan, sehingga membuat operator akan cepat merasa lelah saat bekerja. Hal ini sesuai dengan literatur Tarwaka (2010) yang menyatakan bahwa berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan dan atau kapasitas kerjanya bersangkutan. Penanganan bahan secara manual, termasuk mengangkat beban, apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan lebih cepat menimbulkan kelelahan otot pada bagian tubuh tertentu. Untuk mengatasi kelelahan yang berlebihan, perlunya istirahat yang cukup sesuai waktu dan beban kerja yang diterima. Sebagaiman hal ini sesuai denagn literatur Grandjean (2000) yang menyatakan jam kerja berlebihan di luar batas kemampuan, apalagi pekerjaan itu berat, akan menjadi sumber terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Beban kerja fisik yang terlalu berat dan dilakukan di dalam waktu yang lama, mikroklimat yang tidak memadai, status nutrisi yang

buruk dan adanya penyakit atau rasa sakit karena sikap paksa juga merupakan sumber munculnya keluhan muskuloskeletal, kelelahan, kebosanan, ketidaknyamanan dan ketidakpuasan kerja dalam bekerja. Untuk mengatasi kondisi ini perlu dirancang adanya istirahat resmi 30 menit setelah bekerja 30 menit. Memberi waktu istirahat aktif dapat meningkatkan dan mempertahankan prestasi kerja

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam pengoperasian alat pencacah pelepah sawit tipe serut ini pembebanan kerja terhadap operator cukup berat karena operator harus mendorong pelepah sawit masuk ke feeder disebabkan oleh mata serut dari alat pencacah pelepah sawit tipe serut ini tidak menarik pelepah sawit ke dalam feeder dan daun pelepah sawit banyak yang tidak ikut tercacah. Pada saat operator memasukan pelepah sawit ke dalam feeder, tangan operator juga ikut bergetar yang diakibatkan dari getaran alat ini. Feeder alat pencacah pelepah sawit ini juga telalu panjang, yang membuat operator harus membukukan badannya pada saat mendorong dipenghujung pelepah sawit masuk ke feeder. Hal ini yang menyebabkan operator mengalami kelelahan.

Dokumen terkait