• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan terhadap petani yang ikut serta menerapkan pelaksanaan metode partisipatif dalam penerapan sistem legowo 4:1 di Desa Janggir Leto Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun. Pada penelitian ini ditetapkan jumlah petani sebanyak 25 orang yaitu petani dalam satu kelompok tani yang menerapkan program sistem legowo 4:1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan metode partisipatif dalam kegiatan penyuluhan program sistem legowo 4:1.

Penerapan Sistem Legowo 4:1

Penerapan Sistem Legowo 4:1 di Desa Janggir Leto Kecamatan Panei dilaksanakan pertama kali pada tahun 2004. Program ini bertujuan untuk menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Melihat jangka waktu penerapan yang cukup lama, maka perlu dilihat, apakah selama ini tingkat penerapan yang dilakukan petani sudah sesuai dengan yang diharapkan, yang meliputi persiapan lahan, pembibitan padi dan pemeliharaan tanaman padi. Karena hal ini akan berpengaruh pada tingkat produktivitas yang dihasilkan.

Tabel 9. Penerapan Sistem Legowo 4:1 di Desa Janggir Leto

No Tahapan Kegiatan Penerapan Sistem Legowo

4:1 oleh petani

I 1. Persiapan Lahan

a. Bersihkan saluran air dan sawah diterapkan dengan baik oleh petani sampel

b. Perbaiki pematang diterapkan dengan baik oleh petani sampel

98% c. Pembajakan Sawah diterapkan dengan baik

oleh petani sampel 88% d. Ratakan permukaan tanah diterapkan dengan baik

oleh petani sampel 98%

e. Buat teras pada lereng curam diterapkan dengan baik oleh petani sampel

100% 2. Pembuatan baris tanam diterapkan dengan baik

oleh petani sampel 100% II 1. Pembibitan diterapkan dengan baik

oleh petani sampel 100%

2. Tanam

a. Umur bibit diterapkan dengan baik oleh petani sampel

76% b. Tanam bibit ke dalam lubang diterapkan cukup baik

oleh petani sampel 64%

c. Cara menanam bibit diterapkan cukup baik oleh petani sampel

III Pemeliharaan

1. Penyiangan diterapkan dengan baik oleh petani sampel

100% 2. Pengairan padi sawah

a. sumber air diterapkan dengan baik oleh petani sampel

100% b. menggenangi sawah dengan air diterapkan dengan baik

oleh petani sampel 100%

c. cara membuat lubang

pemasukan diterapkan dengan baik dan pembuangan air oleh petani sampel

94% d. syarat air diterapkan dengan baik

oleh petani sampel 98% e. setelah tanam sawah dikeringkan diterapkan dengan baik

oleh petani sampel 98% f. genangan air pada padi berumur diterapkan dengan baik 8 hari oleh petani sampel

94% g. kedalaman air pada padi berumur diterapkan dengan baik 8-45 hari oleh petani sampel

90% h. genangan air pada saat padi diterapkan dengan baik mulai berbulir oleh petani sampel

82% i. ketinggian air pada saat padi diterapkan dengan baik Menguning oleh petani sampel

98% 3. Pemupukan

a. cara memupuk diterapkan dengan baik oleh petani sampel

100% b. posisi saat melakukan diterapkan dengan baik Pemupukan oleh petani sampel

98%

4. Pengendalian Hama dan diterapkan dengan baik

Penyakit oleh petani sampel

a. menggunakan alat 96%

b. posisi saat melakukan diterapkan dengan baik Penyemprotan oleh petani sampel

100% c. arah pada saat melakukan diterapkan dengan baik Penyemprotan oleh petani sampel

98%

TOTAL 93.36%

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Persiapan Lahan

Persiapan lahan adalah pengolahan tanah sawah sehingga siap untuk ditanami bibit padi, mulai dari pembajakan, penggenangan, pemupukan setelah pembajakan dan pembuatan saluran irigasi. Lahan harus dipersiapakan dengan melakukan beberapa hal antara lain, membersihkan saluran air, pembuatan atau perbaikan pematang, pembajakan tanah.

Dari Tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar petani sampel sudah tepat dalam menerapkan sistem tanam padi Legowo khususnya dalam penyiapan lahan, yaitu 100% petani sampel menerapkan persiapan lahan dengan

membersihkan saluran air dan sawah, 98% petani sampel memperbaiki pematang, 88% petani sampel melakukan pembajakan sawah, 98% petani sampel meratakan permukaan tanah sawah, dan 100% petani sampel membuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi oleh pematang pada lereng yang curam.. Kebanyakan dari lahan petani sampel di Desa Janggir Leto telah lebih dari 3 tahun menggunakan sistem Legowo, sehingga para petani sampel telah paham benar bagaimana cara persiapan lahan yang harus dilakukan.

Lahan sawah yang sudah siap ditanami, 1 – 2 hari sebelum tanam, air dibuang sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Tujuan air dihilangkan adalah untuk dapat membentuk garis-garis tanam secara jelas. Cara membuat baris tanam yaitu memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam lebih besar 2 kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).

Cara penanamannya yaitu dengan memakai senar (tali) secara berjalan. Sistem tanam dengan cara ini sangat baik dilakukan pada lahan sawah yang petakannya luas dan datar. Cara menanamnya adalah dengan menyiapkan alat bahan yang dibutuhkan yaitu tali dan tali tanam. Memasang tali tetap pada batas sawah (pinggir) dengan arah timur-barat. Tahap selanjutnya adalah memasang tali tanam (yang telah diberi tanda Legowo) pada patok yang panjangnya sekitar 150 cm pada setiap ujungnya. Tali dipasang membujur dengan arah utara-selatan. Tali tanam dipegang oleh dua orang dengan cara memegang patok. Dua orang tersebut bertugas memindahkan tali tanam sesuai dengan jarak tanam pada tali

tetap, tidak boleh bergeser, karena akan berpengaruh terhadap jarak tanam. Pemegang patok yang satunya dalam memindahkan patok menyesuaikan. Tahap selanjutnya adalah penanaman.

Tujuan dari sistem tanam Legowo adalah membuat agroekosistem ( lingkungan ) agar tanaman padi bisa lebih sempurna pertumbuhannya. Sistem tanam Legowo ternyata juga tidak disukai oleh tikus, asal Legowonya

diperhatikan dengan baik. Berbagai manfaat dari sistem tanam Legowo yaitu:

a) Sinar matahari lebih merata (arah Legowo sebaiknya barat timur)

b) Sirkulasi udara dalam lingkungan tanaman lebih lancar

c) Dapat menekan tingkat serangan hama (tikus, wereng coklat, dll) dan penyakit (busuk batang padi, pelepah dan penyakit kresek/blas).

d) Anakan lebih banyak

e) Tanaman lebih tinggi

f) Produktivitas tanaman lebih tinggi, produksi yang dihasilkan bisa mencapai 7,5 ton gabah per hektar. Sedangkan dengan sistem acak atau sistem jarak tanam biasa menghasilkan 7 ton gabah per hektar.

g) Pemeliharaan lebih mudah, dan memerlukan benih lebih sedikit

(Rohmat, 2006).

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa seluruh petani sampel di Desa Janggir Leto menerapkan pembuatan baris tanam Sistem Legowo 4:1, yaitu 100% petani sampel menerapkan pembuatan baris tanam Sistem Legowo.

Pembibitan Padi

Benih yang digunakan petani sampel di Desa Janggir Leto sudah memenuhi standar yang dianjurkan yaitu petani sudah menggunakan benih unggul, petani di daerah penelitian menanam padi jenis IR 64. Sebelum benih tersebut disebar perlu dilakukan perendaman terlebih dahulu. Perendaman dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan akar benih di lahan persemaian dan agar benih dapat melekat dengan tanah sehingga apabila sewaktu-waktu turun hujan, benih tersebut tidak mudah hanyut.

Pemilihan bibit yang diterapkan oleh petani sampel di Desa Janggir Leto semua mengikuti sesuai anjuran yaitu sebanyak 100% (seluruh petani sampel menerapkan pemilihan benih yang baik).

Tingkat penerapan petani sampel dalam aspek penanaman yaitu penerapan petani mulai dari umur bibit padi siap tanam, jumlah bibit yang dimasukkan per lubang tanam dan cara laju tanam dapat diketahui dari Tabel 9 bahwa petani sampel yang menggunakan bibit padi pada umur kurang dari 21 hari ada sebanyak 76%, petani sampel yang menggunakan 1-3 bibit per lubang tanam ada sebanyak 64%, dan petani sampel yang mengikuti cara laju tanam maju ada sebanyak 64%.

Pemeliharaan Tanaman Padi

Penyiangan pada tanaman tujuannya untuk menghilangkan rumput yang ada disekitar tanaman padi. Penyiangan ini dilakukan dengan menggunakan “gosrok/landak” setelah tanaman padi berumur 2 minggu setelah tanam dengan

cara menggarukkan landak keareal persawahan, selain menghilangkan gulma kegiatan melandak ini juga dapat menggemburkan tanah.

Penyiangan di Desa Janggir Leto dilakukan petani sampel dengan menggunakan landak, dengan satu arah yaitu searah dalam barisan. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa seluruh petani sampel menerapkan penyiangan yaitu sebanyak 100%.

Pengairan sawah dilakukan sesuai dengan anjuran oleh sebagian besar petani sampel yaitu menggunakan sumber air yang telah ditentukan Dinas Pengairan sebanyak 100%, air menggenangi sawah dengan merata sebanyak 100%, teknik pembuatan lubang pemasukan dan pembuangan air letaknya berseberangan yang dilakukan petani sampel sebanyak 94%, air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak petani sampel menerapkan sebanyak 98%, sawah dikeringkan 2-3 hari setelah tanam sebanyak 98%, genangan air 5 cm pada umur 8 hari sebanyak 94%, kedalaman air 10-20 cm pada umur 8-45 hari sebanyak 90%, genangan mencapai 20-25 pada waktu padi berbulir sebanyak 82%, ketinggian air dikurangi sedikit demi sedikit pada saat padi menguning petani sampel menerapkan sebanyak 98%.

Untuk pemupukan, petani sampel di Desa Janggir Leto menggunakan phonska dengan jumlah 350 kg/ha dan menggunakan urea sekitar 200 kg/ha dari anjuran untuk pupuk phonska 300-400 kg/ha dan urea 150-250 kg/ha. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat umur 0-14 hari, pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 21-28 hari serta pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hari.

Tingkat penerapan petani sampel dalam aspek pemupukan dapat dilihat pada Tabel 9 yaitu pemupukan dengan cara tabur diterapkan petani sampel sebanyak 100%, posisi pemupukan berada pada barisan kosong diantara 2 barisan legowo diterapkan petani sampel sebanyak 98%.

Cara pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani sampel di Desa Janggir Leto adalah dengan teknik budidaya, yaitu dengan rotasi tanaman, secara fisik yaitu dengan dibakar, penyiangan atau dicabut, dan secara kimia. Penyakit yang menyerang diatasi dengan perbaikan kesuburan tanah, cara fisik yaitu dengan mencabut inang dan cara kimia yaitu dengan herbisida. Dosis yang digunakan adalah sesuai dengan kebutuhan, luas lahan dan jenis hama penyakit.

Tingkat penerapan petani sampel dalam aspek pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 9 yaitu menggunakan alat semprot atau handsprayer sebanyak 96%, posisi berada pada barisan kosong sebanyak 100%,

penyemprotan dilakukan ke kiri dan kanan diterapkan petani sampel sebanyak 98%.

Menanam padi dengan sistem Legowo 4:1, yakni teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antarrumpun dan antarbarisan, dapat meningkatkan produksi padi. Dari hasil penelitian, petani padi sawah di Desa Janggir Leto yang menerapkan program Sistem Legowo 4:1 menghasilkan padi sebanyak 7,5 ton per hektare (ha). Sementara hasil produksi padi yang diharapkan sebanyak 7,9 ton per hektare (ha). Maka dapat disimpulkan persentase ketercapaian produksi penerapan Sistem Legowo 4:1 sebesar 94,93%. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa program Sistem Legowo 4:1 yang diterapkan oleh petani sebesar 93,36%. Maka jika dilihat antara persentase ketercapaian produksi padi Sistem Legowo 4:1

dengan persentase Sistem Legowo 4:1 yang diterapkan oleh petani, dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Janggir Leto hampir menerapkan seluruh Sistem Legowo 4:1 dan dampaknya adalah produktivitas padi sawah petani di Desa Janggir Leto meningkat.

Pelaksanaan Metode Penyuluhan Partisipatif dalam Penerapan Sistem Legowo 4:1

Menurut Fuddin (2009) model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu : evaluasi konteks (melayani keputusan perencanaan), evaluasi input (untuk menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud), evaluasi proses (membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan), dan evaluasi produk (yaitu meninjau kembali keputusan).

Keempat macam evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian pelaksanaan metode penyuluhan partisipatif dalam penerapan Sistem Legowo 4:1 pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Pelaksanaan Metode Penyuluhan Partisipatif dalam Penerapan Sistem Legowo 4:1 Berdasarkan Model CIPP di Desa Janggir Leto

No Model CIPP Indikator

1. Context 1.Perencanaan peningkatan kesejahteraan

2.Perencanaan pemenuhan kebutuhan beras 3.Perencanaan usaha pertanian padi yang

berkelanjutan.

4.Perencanaan partisipatif dalam

pengembangan sistem legowo 2. Input 1.Ketersediaan teknologi oleh BPTP.

2.Pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP sebagai fasilitator program LEGOWO.

3.Kesiapan kelembagaan kelompok tani.

3. Process 1.Persiapan lahan

2.Pembibitan padi

3.Pemeliharaan tanaman padi

4.Kehadiran petani dalam pertemuan- pertemuan penyuluhan

5.Sumbangan pikiran 6. Sumbangan dana 7. Sumbangan tenaga

8.Mengajukan pertanyaan kepada penyuluh 9. Ikut serta dalam pengambilan keputusan

4. Product 1. Peningkatan produksi padi sawah setelah menerapkan program Sistem legowo 4:1 2. Dinamika Kelompok

3. Kemampuan petani dalam memanfaatkan teknologi dari pihak BPTP

Sumber : Data diolah berdasarkan landasan teori yang telah dibangun.

Dari Tabel 10 dapat dilihat penilaian pelaksanaan metode penyuluhan partisipatif dalam penerapan Sistem Legowo 4:1 dapat diukur menurut indikator aktivitas mulai dari konteks, input, proses dan produk. Berdasarkan indikator yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui hasil penilaian pelaksanaan metode penyuluhan partisipatif dalam penerapan Sistem Legowo 4:1 di daerah penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Transformasi Nilai Penerapan Sistem Legowo 4:1 di Desa Janggir Leto

No

Uraian Nilai yang Nilai yang %

Indikator Diharapkan Diperoleh Ketercapaian

1 Context 4-12 10,0 83,33

2 Input 3-9 7,28 80,88

3 Process 9-27 20,88 77,33

4 Product 3-9 7,8 86,66

Jumlah 19-57 45,96 80,63

Sumber: Diolah dari lampiran 6,7,8,9

Berdasarkan indicator context (konteks) nilai yang diharapkan ada pada kisaran 4-12 sedangkan nilai yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 10. Atau dengan persentase ketercapaian sebesar 83,33%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa pihak BPTP sebagai fasilitator Program Sistem Legowo 4:1, sudah melakukan perencanaan yang baik dalam Program Sistem Legowo 4:1, seperti adanya perencanaan peningkatan

kesejahteraan petani, perencanaan kebutuhan beras nasional yang dapat dipenuhi, perencanaan usaha pertanian padi yang berkelanjutan serta perencanaan partisipatif dalam pengembangan sistem legowo. Perencanaan peningkatan kesejahteraan petani baik karena adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak BPTP, yaitu:

1. Mendampingi petani dalam melakukan inovasi teknologi dengan pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada kelompok tani dengan metode partisipatif

2. Melakukan pelatihan-pelatihan dimana pihak BPTP sebagai narasumber mengenai inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas padi kepada Penyuluh dan petani

3. Mendampingi petani dalam melakukan SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu). Kegiatan yang dilakukan dalam pendampingan SLPTT yaitu Demfarm PTT (demonstrasi PTT kepada petani), temu lapang (PTT dikenal dan diterapkan), melakukan pelatihan untuk peneliti dan penyuluh.

4. Memberikan brosur-brosur tentang materi petunjuk teknis, alat bantu teknologi seperti BWD (Bagan Warna Daun) yang berguna untuk mengukur pemupukan urea susulan

5. Penyediaan informasi/ buku tentang teknologi budidaya padi sawah

PTT merupakan pengelolaan lahan, air, tanaman dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan berkelanjutan. Tujuan PTT yaitu : • Meningkatkan produktivitas padi

• Peningkatan pendapatan

• Kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi • Usaha pertanian padi dapat berkelanjutan

Komponen teknologi PTT ada dua yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen dasar adalah komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas. Yang termasuk komponen dasar yaitu varietas modern, bibit bermutu dan sehat, pemupukan, pengendalian hama terpadu. Sedangkan komponen pilihan adalah komponen teknologi yang bersifat lebih spesifik lokasi. Yang termasuk komponen pilihan yaitu pengelolaan tanaman, cara tanam (tegel, legowo), bahan organik, pemupukan, penanganan panen dan pasca panen.

SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan, yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam upaya peningkatan produksi padi nasional. Tujuan utama SLPTT adalah mempercepat alih inovasi teknologi padi dengan pendekatan PTT melalui pelatihan (teori dan praktek lapangan) dari peneliti atau narasumber lainnya (Pihak BPTP).

Berdasarkan indikator input (masukan) nilai yang diharapkan ada pada

kisaran 3-9 sedangkan nilai yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 7,28 atau dengan persentase ketercapaian sebesar 80,88%. Dimana input tersebut dapat

membantu petani dalam melaksanakan program Sistem Legowo 4:1 dengan lancar.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa pemberian input kepada program di daerah penelitian telah dilaksanakan dengan baik . Adapun teknologi yang diberikan oleh BPTP antara lain :

1. varietas unggul

2. bibit muda (15-21 hari)

3. benih bermutu

4. pemupukan

5. pembuatan baris tanam

Pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP sebagai fasilitator program Sistem Legowo 4:1 ini dimaksudkan agar para petani mengerti bagaimana cara pelaksanaan teknologi yang telah diberikan. Pelatihan yang diberikan pihak BPTP dalam bentuk pelatihan pemandu lapang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan adalah pelatihan tentang teknologi yang diberikan oleh BPTP. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 16 orang petani (Lampiran 5) mengikuti pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Dan ada 9 orang petani (lampiran 5) yang tidak pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh pihak BPTP.

Kegiatan pembinaan kelompok tani yang diberikan BPTP berupa pembenahan kelompok tani (petani diberi inovasi teknologi budidaya padi). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 16 orang petani (lampiran 5) mengikuti kegiatan pembinaan kelembagaan kelompok tani sebanyak lebih dari 3 kali dalam setahun. Dan ada 9 orang petani (Lampiran 5) yang mengikuti kegiatan tersebut sebanyak 1-2 kali dalam setahun.

Dalam indicator process (proses) kegiatan yang dilaksanakan adalah persiapan lahan, pembibitan padi, pemeliharaan tanaman padi, kehadiran petani dalam pertemuan-pertemuan penyuluhan, sumbangan pikiran, sumbangan dana,

sumbangan tenaga, mengajukan pertanyaan kepada penyuluh, ikut serta dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan indicator process (proses) nilai yang diharapkan ada pada kisaran 9-27 sedangkan nilai yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 20,88 atau dengan persentase ketercapaian sebesar 77,33%.

Persiapan lahan adalah proses tahapan dalam pelaksanaan program Sistem Legowo 4:1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 25 orang petani (Lampiran 5) menerapkan tahapan persiapan lahan sesuai dengan yang dianjurkan dalam program Sistem Legowo 4:1 yaitu 5-6 kali/MT (Musim Tanam). Untuk pembibitan padi, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 18 orang petani (Lampiran 5) menerapkan tahapan pembibitan padi sebanyak 3-4 kali/MT, dan ada 7 orang petani (Lampiran 5) menerapkan tahapan pembibitan padi sebanyak 2 kali/MT. Dalam pemeliharaan tanaman padi, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 17 orang petani (lampiran 5) menerapkan tahapan pemeliharaan padi sebanyak 10-15 kali/MT, dan ada 8 orang petani (Lampiran 5) menerapkan tahapan pemeliharaan padi sebanyak 5-9 kali/MT.

Frekuensi kehadiran petani dalam pertemuan penyuluhan tentang program Sistem legowo 4:1, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 7 orang petani (Lampiran 5) hadir dalam pertemuan sebanyak 5-6 kali/MT, ada 8 orang petani (Lampiran 5) hadir dalam pertemuan sebanyak 3-4 kali/MT dan ada 10 orang petani (Lampiran 5) hadir dalam pertemuan sebanyak 1-2 kali/MT. Frekuensi

petani dalam memberikan sumbangan pikiran tentang program Sistem Legowo 4:1, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 8 orang petani

orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan pikiran sebanyak 3-4 kali/MT, dan ada 7 orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan pikiran sebanyak 1-2 kali/MT. Frekuensi petani dalam memberikan sumbangan dana dalam kegiatan program Sistem Legowo 4:1, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 12 orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan dana sebanyak 5-6 kali/MT, ada 9 orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan dana sebanyak 3-4 kali/MT, dan ada 2 orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan dana sebanyak 1-2 kali/MT. Frekuensi petani dalam memberikan sumbangan tenaga dalam kegiatan program Sistem Legowo 4:1, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 11 orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan tenaga sebanyak 5-6 kali/MT, ada 8 orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan tenaga sebanyak 3-4 kali/MT, dan ada 6 orang petani (Lampiran 5) memberikan sumbangan tenaga sebanyak 1-2 kali/MT. Frekuensi petani dalam mengajukan pertanyaan tentang program Sistem Legowo 4:1, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 10 orang petani (Lampiran 5) mengajukan pertanyaan sebanyak 5-6 kali/MT, ada 6 orang petani (Lampiran 5)

mengajukan pertanyaan sebanyak 3-4 kali/MT, dan ada 9 orang petani (Lampiran 5) mengajukan pertanyaan sebanyak 1-2 kali/MT. Frekuensi petani ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan program Sistem Legowo 4:1, berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 6 orang petani (Lampiran 5) ikut serta sebanyak 5-6 kali/MT, ada 9 orang petani (Lampiran 5) ikut serta sebanyak 3-4 kali/MT, dan ada 10 orang petani (Lampiran 5) ikut serta sebanyak 1-2 kali/MT.

Indikator terakhir dari pelaksanaan program Sistem Legowo 4:1 adalah product (produk). Dalam indikator ini poin yang dapat ditarik mengenai peningkatan produksi padi sawah setelah menerapkan program Sistem legowo 4:1, dinamika kelompok, kemampuan petani dalam memanfaatkan teknologi dari pihak BPTP.

Berdasarkan indikator produk nilai yang diharapkan ada pada kisaran 3-9 sedangkan nilai yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 7,8 atau dengan persentase ketercapaian sebesar 86,66%.

Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas padi petani yang menerapkan sistem legowo 4:1 lebih besar dibandingkan petani yang menerapkan sistem tegel. Rata-rata produksi padi per satuan lahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 12. Rata-rata Produksi Padi Petani Legowo 4:1 dan Petani Tegel

No Sistem Tanam Produksi Rata-rata (ton/Ha)

1 Legowo 4:1 7,5 ton/Ha

2 Tegel 7 ton/Ha

Sumber: BP3K, 2007

Tujuan dari sistem tanam Legowo adalah untuk meningkatkan produktivitas padi, dengan syarat petani mengikuti seluruh tahapan yang dianjurkan BPTP dalam menerapkan program Sistem Legowo 4:1. Karena jika salah satu dari tahapan tersebut tidak dilaksanakan, dampaknya bagi petani adalah tidak terjadinya peningkatan produktivitas padi dan sebaliknya jika petani menerapkan seluruh tahapan program Sistem Legowo 4:1 yang dianjurkan BPTP maka petani akan menikmati peningkatan produktivitas padi. Berdasarkan hasil penelitian petani di Desa Janggir Leto mengalami peningkatan produktivitas padi

setelah menerapkan program Sistem Legowo 4:1. Hal ini dapat dilihat dari jawaban petani yang menjawab bahwa ada peningkatan produksi padi sawah setelah menerapkan Sistem Legowo 4:1 sebanyak 25 orang petani (Lampiran 5).

Adanya penerapan Sistem Legowo 4:1 di daerah penelitian memberilkan dampak yang positif bagi petani padi sawah seperti perubahan keterkaitan antar individu (Dinamika Kelompok). Usaha yang dilakukan agar terjadi dinamika kelompok yaitu: menciptakan suasana yang mendukung agar para peserta saling akrab dan saling menghargai satu sama lain, menumbuhkan kekompakan dan keinginan peserta menjadi petani yang dinamis, luwes dalam bergaul, saling mendukung, dan saling memberi pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian, petani yang menjawab bahwa sangat berubah keterkaitan antar individu sebanyak 17

Dokumen terkait