• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Pada awal perencanaan percobaan selain ke enam nomor harapan pegagan yang dicobakan juga menyertakan pegagan lokal yang berasal dari masing-masing lokasi penelitian. Pegagan lokal tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding di masing-masing lokasi. Ketersediaan bibit pegagan lokal menjadi kendala dalam perencanaan di atas, untuk itu penelitian ini dilakukan tanpa pembanding dalam artian dari masing-masing nomor harapan nantinya akan dibandingkan satu sama lainnya.

Hal yang mendasari perbedaaan dari ke dua lokasi penelitian ini adalah ketinggian tempat. Lahan percobaan di Cibinong merupakan lahan pertanian yang sebelumnya pernah digunakan akan tetapi diberakan hingga penelitian ini berlangsung. Letak lahan ini terbuka tanpa pohon-pohon tinggi di sekitar kanan dan kirinya. Pada lokasi Cimanggu lahan percobaan yang dipakai adalah lahan yang sebelumnya kosong dan belum pernah digunakan sebagai lahan pertanian. Letaknya agak sedikit ternaungi dengan pepohonan yang terdapat di kanan dan kiri lahan.

Persentase tanaman hidup dari ke enam nomor harapan pegagan baik yang dievaluasi di KP. Cibinong maupun KP. Cimanggu berkisar antara 78.3% - 93.7%. Pertumbuhan tanaman pada lokasi Cimanggu menunjukkan keadaan yang lebih baik dibandingkan Cibinong. Dilihat dari kondisi tanah dan curah hujannya, lokasi Cibinong berbeda dengan lokasi Cimanggu (Tabel Lampiran 2.). Cibinong memiliki kandungan liat lebih besar dibandingkan Cimanggu yaitu memiliki kandungan liat 80.75%, pasir 3.65%, dan debu 15.60% sedangkan Cimanggu kandungan liat 60.01%, pasir 14.46%, dan debu 25.53%. Unsur hara makro (N, P, dan K) dan unsur hara mikro (Mn, Cu, dan Zn) di lokasi Cibinong lebih rendah dari pada Cimanggu. Ketersediaan hara makro terutama unsur N, P dan K dalam jumlah yang lebih besar dan seimbang akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (Musyarofah, 2006). Kandungan Fe, di lokasi Cibinong lebih baik dari pada lokasi Cimanggu. Kondisi curah hujan dari awal penanaman hingga saat panen di lokasi Cimanggu lebih tinggi dari pada lokasi Cibinong. Pada awal

18

penanaman curah hujan di kedua lokasi menunjukkan paling tinggi sedangkan curah hujan terendah terjadi saat menjelang panen. Ketersediaan air tanah yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada masa vegetatif tanaman banyak memerlukan air guna pertumbuhan dan perkembangannya sedangkan pada masa generatif tanaman tidak banyak memerlukan air karena tanaman melakukan proses perkembangbiakan.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman saat penelitian berlangsung di kedua lokasi hampir sama. Hama yang menyerang di antaranya belalang (Valanga transiena), rayap tanah (Subterranean termite), dan kutu daun (Aphis gossipi), sedangkan penyakit yang menyerang tanaman adalah penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) dan bercak daun (Septonia Sp.). Kebanyakan tanaman yang terserang penyakit layu bakteri ini indukannya akan mati akan tetapi jika telah memiliki anakan, anakannya masih dapat hidup (Gambar Lampiran 1). Induk yang terserang harus segera di cabut dan dimusnahkan supaya tidak menimbulkan serangan terhadap tanaman yang lain. Serangan hama maupun penyakit di lapang tidak menghawatirkan sehingga pengendaliannya cukup dikendalikan secara manual. Pengendalian hama maupun penyakit pada tanaman ini tidak boleh menggunakan bahan kimia secara berlebih karena residu yang tertinggal pada bagian tanaman dapat mempengaruhi kandungan bahan aktif yang dikandungnya.

(a) (b)

Gambar 1. Lokasi Penelitian (a) Cibinong dan (b) Cimanggu, pada saat tanaman berumur 3 BST

Hasil pengamatan terhadap karakter kualitatif keenam nomor harapan pegagan yang ditanam di dua lokasi menunjukkan adanya perbedaan warna dari

19

karakter yang diamati. Warna daun di lokasi Cimanggu relatif lebih hijau tua dari pada warna daun di lokasi Cibinong begitu pula dengan warna tangkai daunnya. Tangkai daun pada masing-masing nomor harapan tampak jelas berbeda pada fase ketika tangkainya masih muda, sedang, dan tua. Warna runner di lokasi Cimanggu memiliki warna ungu yang lebih tua dan jelas dibanding Cibinong (Tabel Lampiran 4). Penyebab perbedaan warna dari masing-masing karakter di dua lokasi di atas bukan semata-mata disebabkan oleh faktor genetikanya melainkan adanya pengaruh faktor lingkungan dan adanya kemungkinan interaksi antara genetik dan lingkungan.

Pada warna runner, perbedaan di antara keenam nomor harapan itu sendiri tidak nampak jelas kecuali untuk warna runner pada B3. B3 memiliki karakter warna yang jelas berbeda dari nomor-nomor lainnya yaitu memiliki runner yang cenderung berwarna putih (Tabel Lampiran 4). Hal ini dikarenakan runner pada B3 masuk ke dalam tanah, sedangkan runner yang lain berada di permukaan atau di atas tanah.

Uji Kehomogenan Ragam

Uji kehomogenan ragam merupakan titik awal sebelum melakukan pengujian berikutnya yaitu analisis ragam gabungan. Uji ini akan menunjukkan beberapa peubah yang diamati memiliki ragam galat yang homogen sehingga data yang homogen dapat digabung. Gomez dan Gomez (1995), menyatakan bahwa dalam penelitian pertanian, uji kehomogenan ragam digunakan untuk mengetahui kehomogenan ragam dalam keperluan mencari sidik ragam yang sah dan menyatakan kehomogenan ragam galat dalam data gabungan dari serangkaian percobaan. Hasil uji kehomogenan ragam ditunjukkan pada Tabel lampiran 5.

Hasil uji kehomogenan menunjukkan bahwa karakter lebar daun, jumlah daun induk, jumlah daun anakan ke-1, jumlah daun anakan ke-2, diameter tangkai daun, dan panjang ruas memiliki ragam galat yang homogen sehingga data kedua lokasi dapat digabung dan dianalisis menggunakan analisi ragam gabungan. Untuk peubah yang tidak homogen analisis ragam dilakukan pada masing-masing lokasi guna mencari perbedaan pada tiap nomor harapan yang diujikan.

20

Analisis Ragam Gabungan

Hasil analisis ragam gabungan peubah-peubah yang memiliki data homogen menunjukkan bahwa nomor harapan berbeda sangat nyata terhadap masing-masing peubah. Interaksi antar nomor harapan dengan lokasi berbeda nyata pada peubah lebar daun dan panjang ruas sedangkan peubah lainnya tidak berbeda nyata. Adanya interaksi ini berarti menunjukkan adanya respon dari gen- gen pada nomor harapan terhadap lingkungan, sehingga pada nomor harapan yang sama akan memberikan respon pertumbuhan yang berbeda di lingkungan yang berbeda.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Gabungan Beberapa Karakter Kuantitatif Enam Nomor Harapan Pegagan

Peubah Nomor

harapan

Nomor

harapan*Lokasi KK (%)

Jumlah daun induk ** tn 11.91

Jumlah daun anakan-1 ** tn 14.60

Jumlah daun anakan-2 ** tn 18.83

Lebar daun ** * 6.98

Diameter tangkai daun ** tn 6.61

Panjang ruas ** * 8.65

Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** berpengaruh nyata pada taraf 1 % tn tidak berbeda nyata

Jumlah Daun Induk, Jumlah Daun Anakan ke-1, dan Jumlah Daun Anakan ke-2

Peubah jumlah daun menunjukkan bahwa masing-masing nomor berbeda sangat nyata, baik peubah jumlah daun induk, jumlah daun anakan ke-1, maupun jumlah daun anakan ke-2 (Tabel 1). Jumlah daun induk, anakan 1, dan anakan 2 pada nomor harapan B2 memiliki jumlah daun yang relatif lebih banyak dibanding nomor lainnya dengan rataan nilai tengah 17.79, 4.24, dan 3.84. Apabila ditinjau dari masing-masing peubah, jumlah daun induk B2 tidak berbeda dengan B4 (15.98), jumlah daun anakan ke-1 B2 tidak berbeda dengan B6 (3.84), dan jumlah daun anakan ke-2 hanya B5 (2.89) dan B3 (1.00) yang berbeda dengan B2.

21

Hasil penelitian Wijayanti 2007, menyampaikan bahwa peubah jumlah daun berkorelasi sangat nyata terhadap produktivitas tanaman. Hal ini berarti semakin banyak jumlah daun pada tanaman tersebut maka produktivitasnya juga semakin meningkat.

Interaksi antara genotipe dan lingkungan (GxL) pada peubah jumlah daun induk, anakan ke-1 dan ke-2 tidak berpengaruh nyata (tidak ada interaksi). Ini berarti perbedaan peubah-peubah tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh genetik tanaman itu sendiri atau lingkungannya.

Tabel 2. Nilai Tengah Peubah Jumlah Daun Induk, Anakan ke-1, dan Anakan ke-2 Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Jumlah Daun Induk Jumlah Daun Anakan ke-1 Jumlah Daun Anakan ke-2 B1 13.13 b 3.60 bc 3.60 a B2 17.79 a 4.24 a 3.84 a B3 1.11 d 1.09 c 1.00 c B4 15.98 ab 3.45 b 3.49 a B5 9.58 c 3.33 b 2.89 b B6 14.40 b 3.84 ab 3.80 a

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Lebar Daun

Berdasarkan hasil uji lanjut, nomor harapan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap peubah lebar daun. Interaksi nomor harapan dengan lingkungan pada peubah ini nyata (Tabel 1).

Di lokasi Cibinong nomor B1 dan B2 memiliki lebar daun yang relatif lebih tinggi dibanding lainnya dengan nilai tengah 2.81 cm dan 2.68 cm. Di lokasi Cimanggu lebar daun B5 (2.44 cm) berbeda dengan nomor lainnya sedangkan nomor lainnya tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 2.81 – 2.96 cm. Lebar daun tertinggi diperoleh di lokasi Cimanggu pada nomor harapan B2 dengan nilai tengah sebesar 2.96 cm.

Grafik interaksi menjelaskan bahwa lokasi Cimanggu lebih baik dari pada lokasi Cibinong walaupun ada satu nomor yang menunjukkan menurun jika di tanam di Cimanggu (Gambar 2). Salah satu penyebab terjadinya perbedaan ini diantaranya adalah perbedaan kondisi iklim dan naungan di masing-masing lokasi.

22

Lokasi Cibinong memiliki suhu dan kelembaban yang lebih tinggi dari pada Cimanggu sehingga menyebabkan daun menjadi lebih sempit. Selain itu di lokasi Cimanggu lahan percobaan sedikit ternaungi oleh pohon di sekitar lahan. Wijayanti (2007) menyatakan bahwa lebar daun pada perlakuan naungan lebih lebar dibanding perlakuan tanpa naungan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin rendah intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban maka permukaan daun akan semakin lebar.

Lebar sempitnya daun berpengaruh terhadap jumlah stomata dan mempengaruhi hasil fotosintesis tanaman sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil atau produktivitas tanaman itu sendiri. Hasil penelitian Wijayanti (2007) menerangkan bahwa lebar daun berpengaruh nyata terhadap produktivitas asiatikosid yaitu semakin sempit lebar daun, produktivitas asiatikosidnya akan meningkat.

Tabel 3. Nilai Tengah Peubah Lebar Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Lebar Daun

Cibinong Cimanggu ---cm--- B1 2.81 ab 2.82 ab B2 2.68 abc 2.96 a B3 2.64 bcd 2.81 ab B4 2.36 d 2.91 ab B5 2.48 dc 2.44 dc B6 2.50 dc 2.86 ab

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Diameter Tangkai Daun

Diameter tangkai daun berpengaruh nyata pada masing-masing nomor harapan yang ditanam di dua lokasi. Diameter terbesar dimiliki oleh nomor B3 (2.26 mm). Perbedaan ini menunjukkan perbedaan pada masing-masing nomor, akan tetapi nomor-nomor harapan yang lain tidak menunjukkan adanya perbedaan dengan kisaran nilai tengah 1.58 – 1.76 mm. Dalam perhitungan produktivitas tangkai daun merupakan salah satu komponen yang dapat dikatakan berpengaruh. Hal ini dikarenakan panen dilakukan dengan mengambil daun beserta tangkainya sehingga panjang-pendek maupun tebal-tipisnya tangkai berpengaruh terhadap

23

produktivitasnya. Secara tidak langsung hal tersebut akan menentukan tinggi rendahnya bobot segar maupun bobot keringnya.

Tabel 4. Nilai Tengah Peubah Diameter Tangkai Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Diameter Tangkai Daun

---cm--- B1 1.76 b B2 1.70 bc B3 2.26 a B4 1.62 c B5 1.58 c B6 1.68 bc

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Panjang Ruas

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa panjang ruas berbeda sangat nyata pada setiap nomor harapan dan interaksi antara nomor harapan dengan lokasi pada peubah ini berbeda nyata. Nomor harapan B1 dan B3 di Cibinong memiliki panjang ruas yang relatif lebih panjang dibanding dengan nomor-nomor yang lain. Di lokasi Cimanggu panjang ruas nomor-nomor harapan hampir tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 9.40 – 10.91 cm. Dapat dilihat pada tabel 5. Gambar 2 menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu memiliki respon yang lebih baik pada panjang ruas dari pada tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong meskipun pada nomor B1 dan B3 tidak demikian. Walaupun demikian, nomor B1 yang ditanam di Cibinong memiliki panjang ruas terbaik.

Tabel 5. Nilai Tengah Peubah Panjang Ruas pada Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Panjang Ruas

Cibinong Cimanggu ---cm--- B1 11.13 a 10.91 ab B2 9.10 de 10.80 ab B3 10.10 abcd 9.40 cde B4 8.24 e 10.13 abcd B5 8.71 e 9.61 bcde B6 8.94 de 10.60 abc

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

24

Gambar 2. Grafik Interaksi antara Nomor Harapan dan Lokasi terhadap Peubah Lebar Daun pada Enam Nomor Pegagan Balittro

Gambar 3. Grafik Interaksi antara Nomor Harapan dengan Lokasi pada Peubah Panjang Ruas Enam Nomor Pegagan Balittro

2.2 2.4 2.6 2.8 3 CIBINONG CIMANGGU Lokasi L e b a r D a u n (c m ) B1 B2 B3 B4 B5 B6 7.5 8 8.5 9 9.5 10 10.5 11 11.5 CIBINONG CIMANGGU Lokasi P a n ja n g r u a s (c m ) B-01 B-02 B-03 B-04 B-05 B-06

25

Analisis Masing-masing Lokasi

Dari hasil sidik ragam didapat bahwa di lokasi Cibinong, nomor harapan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tebal daun, bobot kering/tanaman, dan produktivitas segar/ha. Peubah berat segar/tanaman dan produktivitas kering/ha berbeda nyata sedangkan peubah lainnya berbeda sangat nyata. Di lokasi Cimanggu nomor harapan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tebal daun, panjang runner, jumlah anakan, berat segar/tanaman, dan berat kering/tanaman. Peubah produktivitas/ha semua berpengaruh nyata sedangkan peubah lainnya berpengaruh sangat nyata. Dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Beberapa Peubah terhadap Nomor Harapan pada Masing-masing Lokasi

Peubah Cibinong Cimanggu

Panjang tangkai daun ** **

Panjang daun ** ** Tebal daun tn tn Jumlah vena ** ** Panjang runner ** tn Diameter runner ** ** Jumlah runner ** ** Jumlah anakan ** tn Berat segar/tanaman * tn Berat kering/tanaman tn tn Produktivitas segar/ha tn * Pronduktivitas kering/ha * * Produktivitas asiatikosid/ha ** *

Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** berpengaruh nyata pada taraf 1 % tn tidak berpengaruh nyata

Panjang Daun, Tebal Daun, dan Panjang Tangkai Daun

Pada masing-masing lokasi untuk peubah tebal daun tidak berbeda nyata pada masing-masing nomor harapan, sedangkan peubah panjang daun dan panjang tangkai daun kedua-duanya sangat berbeda nyata. Untuk peubah tebal daun di Cibinong rata-rata memiliki nilai tengah berkisar 0.39 – 0.46 mm, sedangkan di Cimanggu rata-rata berkisar 0.44 – 0.55 mm. Ini menunjukkan bahwa di masing-masing lokasi percobaan untuk peubah ini tidak menunjukkan

26

adanya perbedaan dari masing-masing nomor harapan. B5 relatif memiliki tebal daun terbaik di masing masing lokasi yaitu 0.46 mm (Cibinong) dan 0.55 mm (Cimanggu) seperti terlihat pada tabel 7.

Di Cibinong panjang daun terpanjang adalah B3 (5.10 cm) disusul B2 (4.50 cm) dan B1 (4.39 cm) sedangka yang lain hampir tidak berbeda dengan nilai tengah berkisar 3.90 – 3.67 cm. Di Cimanggu B3 dan B2 adalah yang terbaik dengan nilai tengah 5.27 cm dan 5. 23 cm dan terendah B5 (4.02 cm), sedangkan yang lain tidak berbeda dengan nilai berkisar 4.65 – 4.96 cm, sebagaimana terlihat pada tabel 7.

Peubah panjang tangkai daun di Cibinong tertinggi adalah nomor B2 (8.42 cm) dan B1 (7.76 cm), terendah B5 (4.67 cm). Di Cimanggu tertinggi adalah B2 (14.17 cm), terendah B5 (7.05 cm) dan nomor ini tidak berbeda dengan B3 (8.30 cm). B2 menunjukkan hasil tertinggi di kedua lokasi (Tabel 7).

Dari ketiga peubah ini ketiga tiganya untuk tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu relatif memiliki respon yang lebih baik dari pada tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong. Setiap nomor harapan selalu menunjukkan peningkatan apabila ditanam di Cimanggu.

Tabel 7. Nilai Tengah Peubah Tebal Daun, Panjang Daun dan Panjang Tangkai Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi Nomor harapan Tebal daun Panjang daun Panjang tangkai daun

Cibinong ---mm--- ---cm--- B1 0.46 4.39 b 7.76 a B2 0.45 4.50 b 8.42 a B3 0.43 5.10 a 6.90 b B4 0.39 3.90 cd 6.56 b B5 0.46 3.67 d 4.67 c B6 0.44 3.97 c 6.26 b Cimanggu ---mm--- ---cm--- B1 0.52 4.67 b 10.54 b B2 0.53 5.23 a 14.17 a B3 0.44 5.27 a 8.30 c B4 0.50 4.96 ab 11.76 b B5 0.55 4.02 c 7.05 c B6 0.50 4.65 b 11.36 b

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

27

Jumlah Vena dan Jumlah Anakan Total

Hasil uji menunjukkan kedua peubah ini berbeda sangat nyata di lokasi Cibinong dan di lokasi Cimanggu hanya peubah jumlah anakan yang menunjukkan tidak berbeda nyata. Jumlah vena setiap nomor harapan di masing- masing lokasi relatif tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa karakter ini tidak dipengaruhi lingkungan melainkan mutlak dipengaruhi oleh genotipe tanaman itu sendiri. Pada masing-masing lokasi nomor harapan B3 menunjukkan perbedaan yang cukup jelas terhadap jumlah vena nomor-nomor yang lain dengan jumlah ± 16 vena. Banyaknya jumlah vena yang dimiliki oleh nomor ini dikarenakan daunnya yang melingkar (bulat dan menyatu).

Jumlah anakan didapat dengan menghitung jumlah ruas pada runner. Jumlah anakan di lokasi Cibinong relatif tidak berbeda antar nomor harapan kecuali B3 (107.03) dengan kisaran nilai tengah 132.80 – 154.93 anakan. Terbanyak dimiliki oleh B4. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa di lokasi Cimanggu jumlah anakan tiap nomor tidak berbeda nyata dengan kisaran nilai tengah 181.05 – 239.33 anakan. Dari hasil pengujian di dua lokasi ini, B4 relatif menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibanding nomor-nomor lainnya (Tabel 8).

Tabel 8. Nilai Tengah Peubah Jumlah Vena dan Jumlah Anakan Total Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi

Nomor harapan Jumlah vena Jumlah anakan

Cibinong B1 7.33 b 152.80 ab B2 7.59 b 141.03 ab B3 15.64 a 107.03 c B4 7.51 b 154.93 a B5 7.50 b 132.80 b B6 7.44 b 135.80 ab Cimanggu B1 7.35 b 212.23 B2 7.74 b 181.05 B3 15.40 a 167.38 B4 8.19 b 239.33 B5 7.41 b 216.60 B6 7.55 b 227.53

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

28

Hasil pengujian dua lokasi penelitian untuk ke dua peubah di atas, menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu relatif memiliki respon yang lebih baik untuk masing-masing nomor harapan.

Panjang, Diameter, dan Jumlah Runner

Hasil uji di masing-masing lokasi menunjukkan bahwa nomor harapan untuk peubah diameter dan jumlah runner berbeda sangat nyata, sedangkan panjang runner menunjukkan berbeda sangat nyata di Cibinong dan tidak berbeda nyata di Cimanggu.

Runner terpanjang di Cibinong dimiliki B3 (157.40 cm) terpendek B4 (106.17 cm), sedangkan nomor lainnya tidak berbada dengan kisaran nilai tengah 120.55 – 128.10 cm. Di Cimanggu panjang runner tiap nomor tidak berbeda nyata dengan kisaran nilai tengah 148.34 – 169.30 cm dengan nilai tertinggi dimiliki oleh B3. B3 jelas menunjukkan hasil yang lebih baik di banding nomor lainnya di dua lokasi uji (Tabel 9).

Di Cibinong B3 (4.81 mm) adalah nomor yang memiliki diameter runner tertinggi, sedangkan terendah balittro 04 (1.51 mm). Nomor lainnya tidak berbeda nyata dengan kisaran nilai tengah 1.71 – 1.79 mm. Hal yang sama juga terjadi di Cimanggu. B3 (5.33 mm) memiliki diameter tertinggi dan nomor lainnya tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 1.77 – 1.92 mm. Hal ini berarti B3 menunjukkan hasil yang baik di kedua lokasi pengujian (Tabel 9).

Jumlah runner di Cibinong selain B3 ( 1.10) menunjukkan jumlah yang tidak berbeda antar nomor dengan kisaran nilai tengah 8.90 – 11.08 runner. Di lihat dari angka nilai tengah, B2 (11.08) relatif memiliki jumlah yang lebih banyak dibanding nomor lain. Hal serupa terjadi di Cimanggu, B3 (1.13 runner) memiliki jumlah paling sedikit dan B2 (14.00) juga relatif memiliki jumlah lebih banyak. Hasil uji lanjut, menunjukkan nomor tersebut tidak berbeda dengan B4 (13.30) dan B6 (10.73). B2, B4, dan B6 menunjukkan hasil yang baik di dua lokasi pengujian (Tabel 9).

29

Tabel 9. Nilai Tengah Peubah Panjang, Diameter, dan Jumlah Runner Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi

Nomor harapan Panjang runner Diameter runner Jumlah runner Cibinong ---cm--- ---mm--- B1 126.22 b 1.74 b 10.23 ab B2 128.10 b 1.71 b 11.08 a B3 157.40 a 4.81 a 1.10 c B4 106.17 c 1.51 c 10.85 a B5 120.55 b 1.73 b 8.90 b B6 124.44 b 1.79 b 10.35 ab Cimanggu ---cm--- ---mm--- B1 167.52 1.92 b 9.20 b B2 155.18 1.81 b 14.00 a B3 169.30 5.33 a 1.13 c B4 152.35 1.78 b 13.30 a B5 148.34 1.81 b 8.83 b B6 166.74 1.77 b 10.73 ab

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Berat Segar dan Berat Kering Pertanaman

Hasil uji lanjut menunjukkan peubah berat segar di lokasi Cibinong berbeda nyata pada masing-masing nomor, sedangkan di Cimanggu tidak berbeda nyata. Peubah berat kering di kedua lokasi sama-sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Di Cibinong berat segar tertinggi adalah B3 (94.18 gram) sedangkan nomor harapan lainnya menunjukkan tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 60.41 – 74.82 gram. Di lokasi Cimanggu berat segar tidak menunjukkan adanya perbedaan diantara masing-masing nomor harapan dengan kisaran nilai tengah 103. 74 – 167.48 gram. Nomor harapan yang memiliki berat 167.48 gram adalah nomor harapan B1 (Tabel 10).

Di kedua lokasi baik Cibinong maupun Cimanggu untuk peubah berat kering menunjukkan tidak ada perbedaan pada setiap nomor harapan. Di Cibinong nilai tengah berat keringnya berkisar antara 14.54 – 20.20 gram, sedangkan di Cimanggu nilai tengahnya berkisar antara 26.78 – 40.65 gram.

30

Tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu memiliki respon yang lebih baik pada kedua peubah diatas dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong.

Tabel 10. Nilai Tengah Peubah Berat Segar dan Berat Kering Pertanaman Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-Masing Lokasi

Nomor harapan Berat segar Berat kering

Cibinong ---g--- B1 71.77 b 19.15 B2 74.82 b 20.20 B3 94.18 a 18.56 B4 72.24 b 19.45 B5 60.41 b 14.54 B6 72.59 b 19.30 Cimanggu ---g--- B1 167.48 40.65 B2 141.08 37.14 B3 164.17 32.72 B4 143.63 43.07 B5 103.74 26.78 B6 149.88 39.72

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Produktivitas Segar, Produktivitas Kering dan Produktivitas Asiatikosid Perhektar

Hasil pengujian menunjukkan peubah produktivitas segar tidak berbeda nyata terhadap nomor harapan di lokasi Cibinong, sedangkan di Cimanggu peubah ini berpengaruh nyata. Nilai tengah peubah produktivtas segar di Cibinong berkisar antara 1.80 – 2.90 ton/ha. Di Cimanggu, B2 relatif memiliki produktivitas paling tinggi (7.36 ton/ha) walaupun tidak berbedanyata dengan B1 (5.60 ton/ha), B3 (6.77 ton/ha), dan B6 (5.46 ton/ha) (Tabel 11).

Produktivitas kering baik di Cibinong maupun di Cimanggu berdasarkan hasil uji menunjukkan berbeda nyata antar masing-masing nomor harapan. Di Cibinong B2 (0.72 ton/ha) adalah nomor harapan yang memiliki nilai produktivitas relatif lebih tinggi, akan tetapi nomor ini tidak berbeda dengan B1

31

(0.63 ton/ha), B4 (0.55 ton/ha), dan B6 (0.62 ton/ha). B1 jelas berbeda dengan B3 (0.37 ton/ha). Di Cimanggu B2 juga memiliki produktivitas kering relatif lebih baik dengan nilai tengah 1.73 ton/ha, akan tetapi dari hasil uji lanjut nomor tersebut tidak berbeda nyata dengan B1 (1.37 ton/ha) dan B6 (1.45 ton/ha) (Tabel 11).

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa nomor harapan berbeda sangat nyata untuk lokasi Cibinong dan berbeda nyata di lokasi Cimanggu. Di lokasi Cibinong B2 (0.013 ton/ha) memiliki respon yang lebih baik dari pada nomor harapan lainnya sedangkan di Cimanggu terdapat tiga nomor yang memiliki produktivitas asiatikosid tinggi, yaitu B2 (0.025 ton/ha), B3 (0.023 ton/ha) dan B1 (0.021ton/ha). Di lihat dari nilai tengahnya untuk ketiga peubah produktivitas, tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu memiliki respon yang lebih baik dibanding tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong. Dapat dikatakan produktivitas di Cimanggu dua kali-lipat dibandingkan produktivitas yang didapat di Cibinong.

Tabel 11. Nilai Tengah Peubah Produktivitas Segar, Produktivitas Kering, dan` Produktivitas Asiatikosid Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing- Masing Lokasi

Nomor

harapan Produktivitas segar

Dokumen terkait