Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret - Agustus 2008 di dua lokasi yang berbeda yaitu Kebun Percobaan Cimanggu (Maret – Juli 2008) dengan ketinggian tempat 250 m dpl dan Kebun Percobaan Cibinong (April – Agustus 2008) dengan ketinggian tempat 150 m dpl.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah enam nomor harapan pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) koleksi Balittro meliputi Balittro-01 (B1) , Balittro- 02 (B2), Balittro-03 (B3), Balittro-04 (B4), Balittro-05 (B5), dan Balittro-06 (B6). Bahan lainnya diantaranya pupuk organik dan pupuk an-organik, pestisida, dan bahan kimia untuk analisa fitokimia.
Peralatan yang dibutuhkan adalah peralatan pertanian yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman (cangkul, sabit, koret, gembor, dan ember). Peralatan lain yang juga penting guna mendukung kelangsungan penelitian ini diantaranya alat tulis-menulis, alat ukur (penggaris, jangka sorong, meteran, dan timbangan), tampah, kantong plastik, blower, Royal Horticulture Society Color Chart 2008, saringan 60 mess, kamera digital, dan alat-alat untuk analisis kimia.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi dengan ketinggian tempat yang berbeda Cibinong dan Cimanggu. Rancangan yang digunakan pada masing- masing lokasi adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan empat ulangan. Setiap ulangan terdiri dari enam nomor pegagan (B1, B2, B3, B4, B5, dan B6) yang ditempatkan secara acak, sehingga terdapat 24 satuan percobaan pada setiap lokasi. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 100 tanaman sehingga total keseluruhan per lokasi terdapat 2.400 tanaman. Ukuran masing-masing plot 1,5 m x 8 m. Luas lahan yang dibutuhkan pada satu
11
lokasi 24 x 1,5 m x 8 m = 288 m2, sehingga total luas area yang dibutuhkan adalah 288 m2 x 2 = 576 m2.
Model linier aditif pada masing-masing lokasi adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ = Nilai rataan umum
ái = Pengaruh nomor harapan ke-i, dimana i = B1, B2, B3, B4, B5, dan B6
âj = Pengaruh ulangan ke-j, dimana j=1, 2, 3, dan 4
åij = Pengaruh galat percobaan pada nomor harapan ke-i, ulangan ke-j
Model linier aditif dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan pada lokasi ke-i, ulangan ke-j, dan nomor harapan
ke-k.
µ = Nilai rataan umum
Li = Pengaruh lokasi ke-i, dimana i = 1 dan 2
U(L)ji = pengaruh ulangan ke-j dalam lokasi ke-i
Nk = Pengaruh nomor harapan ke-k, dimana k = B1, B2, B3, B4, B5, dan B6
NLki = Pengaruh nomor harapan ke-k dan lokasi ke-i
åijk = Galat percobaan pada lokasi ke-i, ulangan ke-j, dan nomor harapan
ke=k
Pelaksanaan Penelitian
Lokasi penelitian sudah ditentukan oleh Balai Penelitian Obat dan Aromatik (Ballitro). Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa langkah yaitu: 1. Pembibitan
Untuk menghasilkan bibit yang seragam, pembibitan dilakukan di satu lokasi yaitu di Kebun Percobaan Cicurug, Sukabumi. Bibit diperoleh dari hasil pertanaman tahun 2007, diambil perbuku kemudian ditanam dalam polibag untuk dibibitkan. Media yang digunakan adalah campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. setelah berumur 4-6 minggu bibit siap untuk ditanam di lapang.
12
2. Pengolahan dan Ploting lahan
Di masing-masing lokasi sebelum penanaman dilakukan pengolahan tanah dengan kedalaman ± 30 cm. Tanah diolah sedemikian rupa agar menjadi gembur, selain itu juga dilakukan pembersihan dari gulma-gulma yang ada. Setelah tanah diolah dan dibersihkan dibuat bedengan dengan ukuran 1,5 m x 8 m. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 30 cm, kemudian dibuat lubang tanam dengan kedalaman secukupnya. Di samping-samping petakan dibuat bedengan dan saluran drainase, untuk mencegah terjadinya genangan di lahan.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada bulan Maret - April. Dua minggu sebelum tanam petakan terlebih dahulu diberi pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha. Pada saat tanam dilakukan pemupukan yang berupa Urea, SP-36, dan KCl untuk dosis satu hektarnya masing-masing 200 kg. Pemberian pupuk organik dilakukan dengan cara menaburkan pupuk tersebut di sekeliling tanaman setelah penanaman. Pupuk kandang dan urea diberikan kembali setiap selesai panen dengan dosis masing-masing 10 ton/ha dan 100 kg/ha.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiangan dilakukan setiap satu bulan sekali setelah tanam (BST). Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif dan perlu penanganan khusus. Hal ini dikarenakan hama maupun penyakit tanaman yang berarti untuk saat ini belum pernah dilaporkan, sehingga perlu penanganan khusus terhadap adanya serangan hama maupun patogen di lapang. Untuk mengatasi masalah genangan air hujan perlu dilakukan pembumbunan ulang yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan curah hujan. 5. Panen dan Pasca panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan setelah tanam (BST) dengan cara memetik bagian daun dan tangkai daun saja. Setelah panen dilakukan penyortiran terhadap daun yang masih baik dan segar, kemudian dicuci dengan bersih. Daun ditiriskan lalu dikeringkan menggunakan blower. Setelah pemanenan dilakukan pemupukan terhadap tanaman yang masih berada di lapang karena tanaman ini masih dapat dipanen 2 hingga 3 kali panen dengan selang waktu 2 bulan.
13
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi peubah kualitatif dan kuantitatif terhadap morfologi, produktivitas, dan mutu simplisia dari tanaman. Pengamatan peubah kualitatif meliputi warna daun, tangkai daun, runner, dan kandungan fitokimia sedangkan peubah kuantitatif meliputi peubah- peubah yang ada pada daun, stolon (runner), bunga, dan peubah produktivitas dan mutu simplisia. Peubah produktivitas terdiri dari produktivitas pertanaman (berat segar dan kering pertanaman) dan Produktivitas perhektar (produktivitas segar, kering, dan asiatikosid) sedangkan peubah mutu simplisia meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut dalam asam, kadar sari terlarut dalam air, kadar sari terlarut dalam alkohol, dan kadar asiatikosid.
Pengamatan sifat kualitatif
1) Warna daun (daun muda, sedang, tua)
2) Warna tangkai daun (tangkai daun muda, sedang, tua) 3) Warna runner
Pengamatan kualitatif yang berhubungan dengan warna diamati menggunakan RHS Color Chart 2008 dengan mencocokkan warna peubah yang diamati dengan warna pada RHS Color Chart yang paling sesuai atau mendekati.
Pengamatan kuantitatif terhadap morfologi 1. Pengamatan terhadap daun
Daun yang di ambil adalah daun yang mempunyai tangkai terpanjang, berumur sedang, berdiri tegak, dan daun terbuka sempurna. Pengamatan daun diantaranya:
− Panjang tangkai daun, diukur dari permukaan tanah hingga ujung tangkai daun.
− Diameter tangkai daun, pengukuran dilakukan pada tangkai yang berada 5 cm dari atas tanah pada bagian terlebar.
− Panjang daun, pengukuran dilakukan pada bagian terpanjang daun yaitu memotong titik tengah daun.
14
− Lebar daun, diukur pada bagian terlebar daun yang dimulai dari titik tengah daun.
− Tebal daun, diukur pada bagian terlebar daun dan memotong peruratan atau vena daun.
− Jumlah vena, yang dimaksud jumlah vena adalah peruratan utama daun, pengamatan dilakukan pada permukaan bagian bawah daun.
− Jumlah daun induk, dihitung dari total daun yang tumbuh pada rumpun induk.
− Jumlah daun pada anakan ke-1 dan anakan ke-2. Anakan yang diamati adalah anakan yang tumbuh pada runner terpanjang, jumlah daun yang dihitung adalah semua daun yang ada pada masing-masing anakan.
Semua peubah ini diamati setiap bulan dimulai umur satu bulan setelah tanam (BST) hingga tanaman berumur 3 bulan atau saat panen kecuali jumlah anakan ke-1 dan ke-2. Kedua peubah tersebut diamati pada saat panen (3 BST).
2. Pengamatan terhadap runner (stolon) meliputi:
− Jumlah runner. Peubah ini diamati dengan menghitung jumlah runner yang tumbuh dari rumpun induk.
− Panjang runner terpanjang. Peubah ini diamati pada runner terpanjang yang tumbuh dari rumpun induk. Runner tersebut merupakan runner utama.
− Jumlah anakan total, diamati dengan cara menghitung seluruh anakan yang ada pada runner.
− Panjang ruas terpanjang, diamati pada ruas yang terdapat pada runner terpanjang.
− Diameter runner, diukur pada runner terpanjang pada ruas pertama yang tumbuh dari indukan.
Semua peubah diamati pada saat umur 3 BST (panen) kecuali peubah jumlah runner yang diamati setiap bulan sekali.
Pengamatan kuantitatif terhadap peubah produktivitas
15
Pengamatan terhadap berat tanaman dilakukan dengan memanen tanaman sempel. Berat segar didapat dengan menimbang tanaman sampel yang masih segar setelah tanaman di bersihkan dari debu, tanah, dan kotoran yang menempel. Berat kering didapat dengan menimbang tanaman sampel setelah dicuci, ditiriskan, dan dikeringkan hingga tanaman benar-benar kering. Pengeringan menggunakan sinar matahari selama ± 2 hari berturut-turut. 2. Produktivitas segar, kering, dan asiatikosid per hektar
Produktivitas segar dan kering perhektar ditentukan dengan mengambil sampel pada masing-masing satuan petak percobaan. Sampel tersebut didapat dengan cara memanen menggunakan kuadran berukuran 1 m x 1 m saat tanaman berumur 3 bulan. Bagian tanaman yang dipanen adalah bagian daun dan tangkai daun yang terdapat pada luasan kuadran tersebut, sedangkan bagian tanaman yang lain seperti akar dan runner tidak dipanen.
Bobot segar diperoleh dengan menimbang segera hasil panen yang didapat setelah disortasi, sedangkan bobot kering didapat setelah tanaman di dicuci, ditiriskan, dan dikeringkan menggunakan sinar matahari selama ± 48 jam. Produktivitas segar, kering, dan asiatikosid perhektar didapat dengan rumus:
Produktivitas segar/ha = bobot segar/m2x 10.000 m2 Produktivitas kering/ha = bobot kering/m2x 10.000 m2
Produktivitas asiatikosid/ha = Produktivitas kering x % kadar asiatikosid
Pengamatan terhadap peubah mutu simplisia
Pengamatan terhadap peubah ini dilakukan oleh Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Peubah-peubah yang diamati diantaranya sebagai berikut:
1. Kadar air 2. Kadar abu
3. Kadar abu tak larut asam 4. Kadar sari terlarut dalam air 5. Kadar sari terlarut dalam alkohol 6. Kadar asiatikosid
16
7. Komponen fitokimia
Komponen fitokimia diketahui dengan melakukan analisis kualitatif terhadap serbuk pegagan pada masing-masing nomor harapan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kandungan alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosid yang terkandung dalam simplisia pegagan.
Analisis Data
Hasil pengamatan pada masing-masing lokasi dianalisis dengan menggunakan uji nilai F menggunakan SAS v6.12. Selanjutnya dilakukan uji kehomogenan galat yang dihitung dari KT galat pada masing-masing peubah dari dua lokasi dengan rumus (Gomez dan Gomez, 1995) :
KTgalat yang lebih besar
F =
KTgalat yang lebih kecil
Nilai F yang didapat dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan db sama
dengan db galatnya pada taraf nyata 5%. Jika hipotesis tentang kehomogenan ragam dapat dierima (tidak berbeda nyata pada taraf 5%), maka dilanjutkan dengan analisis ragam gabungan pada taraf nyata 5%. Jika terdapat pengaruh nyata, maka akan dilakukan uji lanjut dengan metode Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
17