• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Potensi Hasil dan Mutu Enam Nomor Harapan Pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) pada Dua Lokasi Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Potensi Hasil dan Mutu Enam Nomor Harapan Pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) pada Dua Lokasi Dataran Rendah"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM NOMOR

HARAPAN PEGAGAN (

Centella asiatica

L. (Urban))

PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH

Oleh

Arfan Adi Nugroho

A34404070

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM NOMOR

HARAPAN PEGAGAN (

Centella asiatica

L. (Urban))

PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Arfan Adi Nugroho

A34404070

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

ARFAN ADI NUGROHO. Evaluasi Potensi Hasil dan Mutu Enam Nomor

Harapan Pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) pada Dua Lokasi Dataran

Rendah. (Di bawah bimbingan ANDRI ERNAWATI dan NURLIANI

BERMAWIE)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi nomor harapan pegagan yang berpotensi menjadi varietas unggul yang adaptif dan stabil di spesifik atau berbagai lokasi berdasarkan morfologi, produktivitas, dan kandungan bahan aktifnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2008 - Agustus 2008. Bahan tanaman yang digunakan adalah 6 nomor harapan pegagan unggul Balittro yang berasal dari Bali (B1), Manoko (B2), Malaysia (B3), Ciwidey (B4), Sumedang (B5), dan Majalengka (B6). Rancangan percobaan yang digunakan pada

masing-masing lokasi adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT).

Pengamatan dilakukan terhadap peubah kualitatif dan kuantitatif. Peubah kualitatif meliputi pengamatan terhadap peubah warna daun, warna tangkai daun, warna runner, dan fitokimia simplisia pegagan. Peubah kuantitatif sendiri meliputi peubah pertumbuhan (pengamatan terhadap daun dan runner), peubah produktivitas (produktivitas pertanaman dan produktivitas perhektar), serta peubah mutu simplisia pegagan (kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut dalam asam, kadar sari terlarut dalam air, kadar sari terlarut dalam alkohol, dan kadar asiatikosid).

(4)

Pada lokasi Cimanggu, pertumbuhan dan produktivitas ke-6 nomor harapan pegagan lebih baik dari pada di Cibinong. Di lokasi Cibinong pertumbuhan terbaik adalah nomor harapan B1, B2, dan B3. Peubah berat kering/tanaman dan produktivitas segar/ha menunjukkan tidak berbeda nyata. Berat segar/tanaman terbaik adalah B3, sedangkan produktivitas kering/ha B1, B2, B4, dan B6. Produktivitas asiatikosid/ha terbaik yaitu B2. Di lokasi Cimanggu, kecuali B5 memiliki pertumbuhan yang baik. Peubah berat segar maupun kering pertanaman tidak menunjukkan berbeda nyata sedangkan produktivitas/ha terbaik, masing-masing adalah produktivitas segar (B1, B2, B3, dan B6), produktivitas kering (B1, B2, dan B6), dan produktivitas asiatikosid (B1, B2, dan B3).

Pengujian terhadap mutu simplisia menunjukkan bahwa mutu dari ke-6 nomor harapan yang diujikan di kedua lokasi telah memenuhi standar Depkes RI

sehingga layak digunakan sebagai bahan obat. Pengujian terhadap fitokimia menunjukkan bahwa alkaloid, tanin, dan glikosida 4+ terdapat pada 6 nomor harapan di kedua lokasi. Kandungan saponin 4+ terdapat pada semua nomor yang ditanam di Cimanggu sedangkan di Cibinong berkisar antara 3+ - 4+. Kandungan

flavonoid 6 nomor harapan di kedua lokasi berkisar antara 3+ - 4+, triterpenoid 2+ - 4+, dan fenol 1+ (kecuali B3 di Cibinong (2+)). Steroid negatif pada B4 dan B6 di lokasi Cibinong serta negatif pada nomor B1 di Cimanggu, nomor harapan lain berkisar antara 1+ - 3+.

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM

NOMOR HARAPAN PEGAGAN (Centella asiatica L. (Urban)) PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH

Nama : Arfan Adi Nugroho

NRP : A34404070

Program Studi : Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Andri Ernawati, MAgr., MAgr.Sc. Dr. Ir. Nurliani Bermawie

NIP 131 622 689 NIP 080 079 767

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang, 27 November 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara putra pasangan bapak Wartono dengan Ibu Ambariah.

Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 1 Pagersari, kemudian

melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Mungkid dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan studi ke SMU Negeri 1 Kota Mungkid dan lulus pada tahun 2004.

Penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa program studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih pada tahun 2004 melalui jalur SPMB. Selama

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul Evaluasi Potensi Hasil dan Mutu Enam Nomor Harapan Pegagan (Centella asiaticaL. (Urban)) pada Dua Lokasi Dataran Rendah ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Andri Ernawati, MAgr., MAgr.Sc. selaku pembimbing akademik serta pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan,

dukungan, pengarahan, bantuan, kritik, dan sarannya selama penulis menjadi mahasiswa maupun saat penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Nurliani Bermawie selaku pembimbing skripsi II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kritik serta sarannya selama penelitian hingga akhir penyusunan skripsi.

3. Bapak – Ibu tercinta, Mbak Nik, Mbak Henry, Mas Dadang, Mbak Ita serta ponakan tersayang atas kasih sayang, do’a, dukungan baik moril maupun materiil, nasihat dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

4. M. Isa N. dan Woeland atas persaudaraan, dukungan, dan bantuan yang telah kau berikan selama ini.

5. Novita Fardilawati atas kasih sayang, dukungan, semangat, bantuan, do’a, dan ketulusan hatinya selama ini.

6. Imel, Rahma, Nene’, Riyanti, Rika, Pendi atas kekeluargaan dan kebersaamaan yang telah kita jalani bersama.

(8)

8. Mbak Susi, Pak Yayat, Pak Totong, Pak Uning, Pak Sarjono, Pak Nardi serta pihak Balittro atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.

9. Saudara-saudara kost ku (Mas Muji, Mas Kisno, Mas Wahyu) atas inspirasi dan kebersamaan berbagi suka duka selama berada di kost. 10. Sulis, Tekno, Pak Tri, dan Toni atas do’a dan semangat yang telah

diberikan selama ini.

11. Teman-teman seperjuangan PMTTB 41 atas kebersamaan, suka duka dan kenangan indah selamanya.

12. Pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan bernilai dihadapan Allah SWT. Amin.

Bogor, 20 Januari 2009

(9)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Umum ... 4

Teknik Budidaya... 5

Pemuliaan Tanaman Pegagan... 6

Kandungan Mutu dan Bahan Aktif Pegagan ... 6

Genotipe, Lingkungan, dan Interaksi Keduanya terhadap Tanaman... 7

Korelasi ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Waktu dan Tempat ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Rancangan Penelitian... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan... 13

Analisis Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Kondisi Umum Penelitian ... 17

Uji Kehomogenan Ragam ... 19

Analisis Ragam Gabungan ... 20

Jumlah Daun Induk, Anakan ke-1 dan Anakan ke-2 ... 20

Lebar Daun ... 21

Diameter Tangkai Daun ... 22

Panjang Ruas ... 23

Analisis Masing-masing Lokasi ... 25

Panjang Daun, Tebal Daun, dan Panjang Tangkai Daun ... 25

Jumlah Vena dan Jumlah Anakan Total... 27

Panjang, Diameter, dan Jumlah Runner ... 28

Berat Segar dan Berat Kering Pertanaman... 29

Produktivitas Segar, Produktivitas Kering, dan Produktivitas Asiatikosid Perhektar... 30

Mutu Simplisia ... 32

Fitokimia ... 34

Korelasi Peubah Pertumbuhan dengan Produktivitas ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

(10)

Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(11)

EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM NOMOR

HARAPAN PEGAGAN (

Centella asiatica

L. (Urban))

PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH

Oleh

Arfan Adi Nugroho

A34404070

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM NOMOR

HARAPAN PEGAGAN (

Centella asiatica

L. (Urban))

PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Arfan Adi Nugroho

A34404070

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

ARFAN ADI NUGROHO. Evaluasi Potensi Hasil dan Mutu Enam Nomor

Harapan Pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) pada Dua Lokasi Dataran

Rendah. (Di bawah bimbingan ANDRI ERNAWATI dan NURLIANI

BERMAWIE)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi nomor harapan pegagan yang berpotensi menjadi varietas unggul yang adaptif dan stabil di spesifik atau berbagai lokasi berdasarkan morfologi, produktivitas, dan kandungan bahan aktifnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2008 - Agustus 2008. Bahan tanaman yang digunakan adalah 6 nomor harapan pegagan unggul Balittro yang berasal dari Bali (B1), Manoko (B2), Malaysia (B3), Ciwidey (B4), Sumedang (B5), dan Majalengka (B6). Rancangan percobaan yang digunakan pada

masing-masing lokasi adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT).

Pengamatan dilakukan terhadap peubah kualitatif dan kuantitatif. Peubah kualitatif meliputi pengamatan terhadap peubah warna daun, warna tangkai daun, warna runner, dan fitokimia simplisia pegagan. Peubah kuantitatif sendiri meliputi peubah pertumbuhan (pengamatan terhadap daun dan runner), peubah produktivitas (produktivitas pertanaman dan produktivitas perhektar), serta peubah mutu simplisia pegagan (kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut dalam asam, kadar sari terlarut dalam air, kadar sari terlarut dalam alkohol, dan kadar asiatikosid).

(14)

Pada lokasi Cimanggu, pertumbuhan dan produktivitas ke-6 nomor harapan pegagan lebih baik dari pada di Cibinong. Di lokasi Cibinong pertumbuhan terbaik adalah nomor harapan B1, B2, dan B3. Peubah berat kering/tanaman dan produktivitas segar/ha menunjukkan tidak berbeda nyata. Berat segar/tanaman terbaik adalah B3, sedangkan produktivitas kering/ha B1, B2, B4, dan B6. Produktivitas asiatikosid/ha terbaik yaitu B2. Di lokasi Cimanggu, kecuali B5 memiliki pertumbuhan yang baik. Peubah berat segar maupun kering pertanaman tidak menunjukkan berbeda nyata sedangkan produktivitas/ha terbaik, masing-masing adalah produktivitas segar (B1, B2, B3, dan B6), produktivitas kering (B1, B2, dan B6), dan produktivitas asiatikosid (B1, B2, dan B3).

Pengujian terhadap mutu simplisia menunjukkan bahwa mutu dari ke-6 nomor harapan yang diujikan di kedua lokasi telah memenuhi standar Depkes RI

sehingga layak digunakan sebagai bahan obat. Pengujian terhadap fitokimia menunjukkan bahwa alkaloid, tanin, dan glikosida 4+ terdapat pada 6 nomor harapan di kedua lokasi. Kandungan saponin 4+ terdapat pada semua nomor yang ditanam di Cimanggu sedangkan di Cibinong berkisar antara 3+ - 4+. Kandungan

flavonoid 6 nomor harapan di kedua lokasi berkisar antara 3+ - 4+, triterpenoid 2+ - 4+, dan fenol 1+ (kecuali B3 di Cibinong (2+)). Steroid negatif pada B4 dan B6 di lokasi Cibinong serta negatif pada nomor B1 di Cimanggu, nomor harapan lain berkisar antara 1+ - 3+.

(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : EVALUASI POTENSI HASIL DAN MUTU ENAM

NOMOR HARAPAN PEGAGAN (Centella asiatica L. (Urban)) PADA DUA LOKASI DATARAN RENDAH

Nama : Arfan Adi Nugroho

NRP : A34404070

Program Studi : Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Andri Ernawati, MAgr., MAgr.Sc. Dr. Ir. Nurliani Bermawie

NIP 131 622 689 NIP 080 079 767

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magelang, 27 November 1985. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara putra pasangan bapak Wartono dengan Ibu Ambariah.

Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 1 Pagersari, kemudian

melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Mungkid dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan studi ke SMU Negeri 1 Kota Mungkid dan lulus pada tahun 2004.

Penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa program studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih pada tahun 2004 melalui jalur SPMB. Selama

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul Evaluasi Potensi Hasil dan Mutu Enam Nomor Harapan Pegagan (Centella asiaticaL. (Urban)) pada Dua Lokasi Dataran Rendah ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu Andri Ernawati, MAgr., MAgr.Sc. selaku pembimbing akademik serta pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan,

dukungan, pengarahan, bantuan, kritik, dan sarannya selama penulis menjadi mahasiswa maupun saat penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Nurliani Bermawie selaku pembimbing skripsi II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, kritik serta sarannya selama penelitian hingga akhir penyusunan skripsi.

3. Bapak – Ibu tercinta, Mbak Nik, Mbak Henry, Mas Dadang, Mbak Ita serta ponakan tersayang atas kasih sayang, do’a, dukungan baik moril maupun materiil, nasihat dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

4. M. Isa N. dan Woeland atas persaudaraan, dukungan, dan bantuan yang telah kau berikan selama ini.

5. Novita Fardilawati atas kasih sayang, dukungan, semangat, bantuan, do’a, dan ketulusan hatinya selama ini.

6. Imel, Rahma, Nene’, Riyanti, Rika, Pendi atas kekeluargaan dan kebersaamaan yang telah kita jalani bersama.

(18)

8. Mbak Susi, Pak Yayat, Pak Totong, Pak Uning, Pak Sarjono, Pak Nardi serta pihak Balittro atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.

9. Saudara-saudara kost ku (Mas Muji, Mas Kisno, Mas Wahyu) atas inspirasi dan kebersamaan berbagi suka duka selama berada di kost. 10. Sulis, Tekno, Pak Tri, dan Toni atas do’a dan semangat yang telah

diberikan selama ini.

11. Teman-teman seperjuangan PMTTB 41 atas kebersamaan, suka duka dan kenangan indah selamanya.

12. Pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan bernilai dihadapan Allah SWT. Amin.

Bogor, 20 Januari 2009

(19)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Umum ... 4

Teknik Budidaya... 5

Pemuliaan Tanaman Pegagan... 6

Kandungan Mutu dan Bahan Aktif Pegagan ... 6

Genotipe, Lingkungan, dan Interaksi Keduanya terhadap Tanaman... 7

Korelasi ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Waktu dan Tempat ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Rancangan Penelitian... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan... 13

Analisis Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Kondisi Umum Penelitian ... 17

Uji Kehomogenan Ragam ... 19

Analisis Ragam Gabungan ... 20

Jumlah Daun Induk, Anakan ke-1 dan Anakan ke-2 ... 20

Lebar Daun ... 21

Diameter Tangkai Daun ... 22

Panjang Ruas ... 23

Analisis Masing-masing Lokasi ... 25

Panjang Daun, Tebal Daun, dan Panjang Tangkai Daun ... 25

Jumlah Vena dan Jumlah Anakan Total... 27

Panjang, Diameter, dan Jumlah Runner ... 28

Berat Segar dan Berat Kering Pertanaman... 29

Produktivitas Segar, Produktivitas Kering, dan Produktivitas Asiatikosid Perhektar... 30

Mutu Simplisia ... 32

Fitokimia ... 34

Korelasi Peubah Pertumbuhan dengan Produktivitas ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

(20)

Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Gabungan Beberapa Karakter Kuantitatif Enam Nomor Harapan Pegagan... 20

2. Nilai Tengah Peubah Jumlah Daun Induk, Anakan 1, dan Anakan ke-2 Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi... 21

3. Nilai Tengah Peubah Lebar Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi... 22

4. Nilai Tengah Peubah Diameter Tangkai Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi... 23

5. Nilai Tengah Peubah Panjang Ruas pada Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi... 23

6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Beberapa Peubah terhadap Nomor Harapan pada Masing-masing Lokasi... 25

7. Nilai Tengah Peubah Tebal Daun, Panjang Daun, dan Panjang Tangkai Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi ... 26

8. Nilai Tengah Peubah Jumlah Vena dan Jumlah Anakan Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi ... 27

9. Nilai Tengah Peubah Panjang, Diameter, dan Jumlah Runner Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi ... 29

10. Nilai Tengah Peubah Berat Segar dan Berat Kering Pertanaman Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-Masing Lokasi... 30

11. Nilai Tengah Peubah Produktivitas Segar, Produktivitas Kering, dan Produktivitas Asiatikosid Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi... 31

12. Mutu Simplisia Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi... 34

13. Hasil Uji Kualitatif Kandungan Fitokimia Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi... 37

(22)

Lampiran

1. Kondisi Agroekologi Lokasi Asal Eksplorasi ... 47

2. Hasil Uji Anlasis Tanah di Lokasi Cibinong dan Cimanggu ... 47

3. Data Curah Hujan Lokasi Cibinong dan Cimanggu selama Penelitian pada Tahun 2008... 48

4. Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif pada Keenam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi... 48

5. Hasil Uji Kehomogenan Ragam Peubah Kuantitatif Enam Nomor Harapan Pegagan ... 49

6. Sidik Ragam Analisis Gabungan ... 49

7. Sidik Ragam Masing-masing Peubah di Lokasi Cibinong ... 51

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Lokasi Penelitian... 18

2. Grafik Interaksi antara Nomor Harapan dan Lokasi terhadap Peubah Lebar Daun pada Enam Nomor Harapan Pegagan Balittro ... 24

3. Grafik Interaksi antara Nomor Harapan dengan Lokasi pada Peubah Panjang Ruas Enam Nomor Harapan Pegagan Balittro... 24

Lampiran

1. Tanaman Terserang Layu Fusarium ... 55

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir penggunaan obat alami atau obat tradisional sebagai pengobatan terhadap berbagai penyakit semakin marak. Hal ini

dikarenakan obat tradisional dipercaya mempunyai khasiat yang lebih efektif dan dampak negatif yang ditimbulkannya relatif ringan. Obat tradisional juga relatif lebih murah dibanding obat berbahan baku kimia (Duryatmo, 2003). Pada umumnya proses kerja dari obat berbahan alami membutuhkan waktu yang lama, tetapi efek yang ditimbulkan bersifat pelindung, membangun, dan berimplikasi positif terhadap organ lain yang lemah atau kuat (Soenanto, 2005).

Kebutuhan akan obat alami untuk saat ini semakin hari semakin meningkat. Industri jamu memerlukan kurang lebih 100 ton simplisia pegagan setiap tahunnya. Dari sepuluh jenis jamu yang beredar di pasaran, pegagan merupakan bahan baku yang dipergunakan, dengan kadar simplisia yang dicantumkan dalam kemasannya antara 15-25 % (Januwati dan Yusron, 2004).

Pegagan dipanen dari alam dan juga dari hasil budidaya petani, akan tetapi jumlahnya masih dapat dikatakan sangat terbatas. Untuk mendukung pengembangan pegagan skala luas perlu didukung dengan usaha budidaya secara tepat. Salah satu usaha dalam menghasilkan produk pegagan yang bermutu yaitu dengan mengadakan bahan tanaman yang bermutu dan terjamin tingkat produksi dan mutunya. Januwati dan Yusron (2004), mengatakan bahwa penggunaan bahan tanaman dari varietas dengan potensi produksi dan mutu tinggi, teknik budidaya dan proses pasca panen yang baku melalui penerapan SPO (Standar Prosedur Operasional) dapat meningkatkan mutu tanaman ini. Menurut Syukur dan Hernani

(2002), setiap tahap dalam budidaya tanaman obat mempunyai ciri tersendiri dan memerlukan perlakuan yang khusus di antaranya perlu adanya kesesuaian lingkungan tumbuh, sifat genetik dari tanaman, dan pengolahan panen yang tepat supaya didapatkan kandungan simplisia yang bermutu tinggi.

(25)

2

faktor genetik terdapat pula faktor lingkungan dan interaksi antar keduanya. Faktor lingkungan cahaya dan suhu telah diketahui berpengaruh pada pertumbuhan dan pembungaan tanaman (Setiamihardja, 2000). Tanaman yang ditanam pada perbedaan ketinggian tempat dan lokasi dapat memiliki respon yang berbeda pada setiap spesies, kultivar, bahkan pada tanaman yang sama. Untuk tanaman yang sama, pengaruh lingkungan dapat menyebabkan pengaruh pada setiap fase pertumbuhannya. Hal tersebut menunjukkan adaptasi dan mekanisme biologis suatu tanaman dalam menghadapi lingkungan (Setiamihardja, 2000).

Bermawieet al. (2006) melaporkan dari data penelitian di dataran rendah, menengah, dan tinggi pada kondisi tanpa naungan dan dengan naungan 25 %, disimpulkan bahwa kadar asiatikosid terbaik diperoleh dari dataran tinggi tanpa naungan, sedangkan untuk bobot kering tanaman hasil tertinggi diperoleh dari tanaman yang dibudidayakan di dataran rendah tanpa naungan. Dalam penelitian

ini dapat diketahui bahwa produktivitas asiatikosid ditentukan oleh produktivitas bahan kering dan kadar asiatikosidnya. Bahan aktif pada tanaman ini mulanya hanya berfungsi sebagai zat pengidentitas tanaman.

Bermawie et al. (2006) melakukan analisis kimia pada beberapa aksesi

pegagan yang ditanam di Kebun Percobaan (KP) Cimanggu pada kondisi tanpa naungan dengan ketinggian 250 m dpl, kadar sari terlarut dan alkohol serta kadar asiatikosid menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung nomor aksesi (0,4 – 2,9 %). Percobaan di KP. Cicurug (550 m dpl) dan KP. Manoko (1200 mdpl) pada tiga nomor aksesi pegagan dengan perlakuan naungan 55% dan pupuk NPK dan organik menghasilkan kadar asiatikosid tertinggi 1.8 – 1.93 % dan komponen fitokimia (4+ untuk hampir semua golongan kimia, kecuali triterpenoid 3+ – 4+, saponin 2+ – 4+, dan steroid 1+ – 2+) (Bermawieet al., 2006).

(26)

3

bahan tanaman yang berpotensi, baik di lingkungan atau tempat tertentu maupun di berbagai lingkungan. Dalam penelitian ini, dievaluasi enam nomor pegagan terpilih yang berasal dari berbagai daerah dan kondisi agroekologi berbeda di dua lokasi dataran rendah untuk mengetahui adaptabilitas tanaman berdasarkan mutu dan potensi hasilnya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi nomor harapan pegagan yang berpotensi menjadi varietas unggul yang adaptif dan stabil di spesifik atau berbagai lokasi berdasarkan morfologi, produktivitas, dan kandungan bahan aktifnya.

Hipotesis

(27)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Umum Pegagan

Terna liar ini terdapat di seluruh Indonesia, berasal dari Asia tropik. Bersifat kosmopolitan, tumbuh liar di tempat-tempat yang ternaungi pada

intensitas sinar yang rendah (30 % – 40 %) hingga pada tempat-tempat terbuka, seperti padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah, dan perkebunan (Muhlisah, 1999). Di tempat dengan naungan yang cukup, helaian daun pegagan menjadi lebih besar dan tebal dibanding apabila tanaman tumbuh di tempat terbuka. Sedangkan pada tempat-tempat yang kurang cahaya, helaian daun akan menipis, warna memucat.

Klasifikasi dan tata nama serta morfologi pegagan menurut Santa dan Prayogo (1995) yaitu sebagai berikut:

Divisio : Embryophyta siphonogama Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Umbelliflorae (Apiales) Famili : Umbelliferae (Apiceae) Genus : Centella

Spesies : Centella asiaticaL. Urban

Pegagan (Centella asiatica L. Urban) merupakan tumbuhan terna menahun, tanpa batang, tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang 10 cm - 80 cm, akar keluar dari setiap bonggol, banyak bercabang yang membentuk tumbuhan baru. Daun bertangkai panjang sekitar 5 cm - 15 cm dengan bentuk bundar seperti ginjal, berwarna hijau. Helai daun tunggal. Tepi daun bergerigi atau beringgit, dengan penampang 1 cm – 7 cm

tersusun dalam roset yang terdiri atas 2 – 10 helai daun, terkadang berambut. Letak daun bergerombol pada buku batang atau rumpun (Djauhariya dan Hernani, 2004).

(28)

5

Pegagan tumbuh di ketinggian 0 – 2500 m dpl di lahan terbuka maupun ternaungi, lingkungan tumbuh yang optimal antara 200-800 m dpl. Daerah tersebut meliputi dataran rendah, menengah, maupun dataran tinggi (Januwati dan Yusron, 2004).

Teknik Budidaya

Tanaman ini umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan stolon atau tunas anakan, tetapi dapat pula diperbanyak dengan biji (secara generatif). Benih yang akan ditanam sudah berstolon dengan disertai minimal 2 calon tunas. Benih berasal dari induk yang telah berumur minimal setahun

(Januwati dan Yusron, 2005). Walaupun pegagan berbiji, perbanyakan dilakukan melalui bagian stolon (vegetatif), yang disemaikan terlebih dahulu selama 2 – 3 minggu. Persemaian menggunakan polibag kecil, diisi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (2 : 1), diletakkan di tempat dengan naungan yang cukup dan disiram setiap hari.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Pengolahan tanah dilakukan sedalam 30 cm, digemburkan dan dibersihkan dari gulma dan ranting-ranting, lalu dibuat bedengan dan saluran drainase, untuk mencegah terjadinya genangan di lahan. Penanaman dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan jarak tanam antar baris 20 - 30 cm, dan dalam baris 20 – 25 cm (Januwati dan Yusron, 2005).

Pemanenan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 4 bulan, dengan cara memangkas bagian daun dan tangkainya. Selang pemanenan dengan panen selanjutnya sekitar dua bulan. Hasil produksi total sekitar 15 – 25 ton /ha segar atau setara 1,5 – 2,5 ton/ha kering.

Penanganan pasca panen diawali dengan pencucian herba hasil panen sampai bersih kemudian dikeringkan dengan alat pengering dengan suhu

(29)

6

Pemuliaan Tanaman Pegagan

Pegagan merupakan tanaman liar yang telah dikembangkan dan akan dibudidayakan. Selama ini Balai Penelitian Obat Dan Aromatik (Balittro) telah melakukan konservasi tanaman ini dari berbagai daerah dan telah melakukan seleksi tahap awal guna membentuk suatu varietas unggul. Dari hasil seleksi awal didapat 6 nomor yang mempunyai keunggulan dari aksesi lainnya berdasarkan

kandungan bahan aktif dan bobot keringnya. Keenam nomor harapan tersebut akan diuji dalam penelitian ini dengan mengevaluasi mutu dan kandungan bahan aktifnya. Keenam nomor tersebut berasal dari Bali, Manoko, Malaysia, Ciwidey, Sumedang, dan Majalengka (Tabel Lampiran 1).

Kegiatan evaluasi ini dilakukan guna mengetahui kestabilan dari genotipe di beberapa lingkungan. Dari kegiatan ini dapat diketahui apakah tanaman ini dapat dilepas sebagai varietas baru, menjadi sumber keragaman, atau perlu diseleksi lebih lanjut (Allard, 1960). Selanjutnya Alcazar (1993) menambahkan bahwa manfaat dari evaluasi adalah untuk mengetahui keragaman genetik tanaman sehingga sumber genetik yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.

Kandungan Mutu Dan Bahan Aktif Pegagan

Pegagan memiliki mutu dan kandungan zat yang berkhasiat terutama bagi kesehatan sehingga tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat

tradisional. Hasil analisis nutrisi pegagan menunjukkan di setiap 100 g terkandung 34 kalori, 8.3 g air, 6.9 g karbohidrat, 1.6 g protein, 0.6 g lemak, 2.0 g serat, 1.6 g abu, 170 mg kalsium, 30 mg fosfor, 3.1 mg besi, 414 mg kalium, 6580 µ

betakaroten, 0.15 mg tiamin, 0.14 mg riboflavin, 1.2 mg niasin, dan 4 mg askorbat (Duke, 1987).

(30)

7

menimbulkan koma (Widowati et al., 1992). Djauhariya dan Hernani (2005), mengatakan bahwa obat alami yang dibuat dari bahan segar dan dibuat rebusan hendaknya dalam pemakaian sesuai dosis untuk satu hari pemakaian, sedangkan dari bahan kering hendaknya menggunakan setengah resep dari bahan segarnya.

Bahan aktif yang terkandung dalam tanaman ini terutama adalah golongan steroid yaitutriterpenoid glycoside (asiatikosid, madekosid, asam madekasik, dan asam asiatik), alkaloid hidrokotilin, steroid, tanin, minyak atsiri, gula pereduksi, dan mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi (Djauhariya dan Hernani, 2004). Selain itu pegagan juga dipercaya mempunyai kandungan bahan aktif berupa ß-kariote, ß-kariofilen, ß-elemena, ß-farnesen, dan ß-sitosterol (Mursito, 2002). Mayating et al. (2005) menambahkan bahwa pegagan juga mengandung velarin dan senyawa anti lepra.

Agar bahan tanaman ini layak dijadikan sebagai obat maka bahan tanaman

ini harus memenuhi syarat atau ketentuan yang berlaku. Persyaratan mutu simplisia berdasar ketetapan Materia Medika Indonesia adalah memiliki kadar air kurang dari sama dengan 10%, kadar abu tidak lebih 19%, kadar abu tak larut dalam asam tidak lebih dari 5%, kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari

6%, kadar sari larut dalam etanol tidak kurang 9.5%, dan bahan organik lain tidak lebih dari 2% (Departemen Kesehatan RI, 1977).

Genotipe, Lingkungan,

dan Interaksi Keduanya terhadap Tanaman

(31)

8

keragaan dari genotipe suatu tanaman. Untuk mendukung progam pemuliaan khususnya seleksi dan uji adaptabilitas kedua faktor tersebut harus diperhatikan termasuk interaksi antar keduanya. Rachmadi (1999) menyatakan bahwa keberhasilan progam pemuliaan tanaman tergantung pada kemampuan mengenali genotipe yang diinginkan untuk dikembangkan.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara garis besar terdiri dari komponen iklim dan tanah. Komponen iklim terdiri dari radiasi sinar matahari, panjang hari, temperatur, suhu, kelembaban, awan dan presipitasi, dan komposisi gas di atmosfir, sedangkan komponen tanah meliputi suhu, kelembaban, struktur, tekstur, susunan gas dalam tanah dan kandungan air, unsur hara, bahan organik dalam tanah (Wijayanti, 2007). Menurut Crowder (1986), pengaruh lingkungan dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu; faktor luar (ekstraseluler) seperti suhu, sinar matahari,

gizi, dan pengaruh induk; sedangkan faktor internal (intraseluler) meliputi umur, jenis kelamin, substrat, dan hormon.

Korelasi

Korelasi adalah istilah dalam statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukan hubungan sebab-akibat melainkan hubungan yang searah saja. Analisis korelasi dapat memberikan informasi tentang hubungan peubah-peubah yang diamati sehingga dapat diketahui keterangan tambahan tentang adanya karakter tertentu yang merupakan komponen-komponen penting yang berpengaruh terhadap hasil.

Hubungan antar peubah ditunjukkan dengan nilai korelasi (r) yang memiliki nilai tertinggi +1 dan terendah -1, sehingga dapat ditulis -1 r +1. nilai r = +1 disebut hubungan positif sempurna dan hubungannya linier langsung

sangat tinggi. Sebaliknya jika r = -1 disebut hubungan negatif sempurna dan hubungannya tidak langsung sangat tinggi (Usaman dan Purnomo, 1995). Nilai r = 0 berarti menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua peubah. Koefisien korelasi dinyatakan berbeda nyata pada tarafá apabila nilai absolut dari r hitung

(32)

9

Permadiet al. (1993) menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi yang tinggi dan nyata di antara sifat hasil dengan komponen hasil umumnya mendukung studi-studi heritabilitas dengan asumsi bahwa porsi terbesar dari varians genetik adalah aditif, sehingga seleksi terhadap komponen-komponen yang berkorelasi dengan hasil akan memberikan sumbangan untuk perbaikan sifat atau peningkatan terhadap hasil. Sifat komplek seperti hasil tersusun atas sifat-sifat lain yang kurang komplek yang memungkinkan berinteraksi satu dengan lainnya dalam meningkatkan potensi hasil, memeliharanya untuk tetap, ataupun menurunkannya. Komponen-komponen tersebut memiliki hubungan ganda terhadap hasil (Suwelo, 1983).

Pendugaan korelasi genetik dan fenotipik berguna dalam perencanaan dan evaluasi di dalam program-program pemuliaan tanaman. Nilai korelasi fenotipik adalah nilai derajat keeratan hubungan antara dua karakter yang langsung diukur,

(33)

10

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret - Agustus 2008 di dua lokasi yang berbeda yaitu Kebun Percobaan Cimanggu (Maret – Juli 2008) dengan

ketinggian tempat 250 m dpl dan Kebun Percobaan Cibinong (April – Agustus 2008) dengan ketinggian tempat 150 m dpl.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah enam nomor harapan pegagan (Centella asiatica L. (Urban)) koleksi Balittro meliputi 01 (B1) , Balittro-02 (B2), Balittro-03 (B3), Balittro-04 (B4), Balittro-05 (B5), dan Balittro-06 (B6). Bahan lainnya diantaranya pupuk organik dan pupuk an-organik, pestisida, dan bahan kimia untuk analisa fitokimia.

Peralatan yang dibutuhkan adalah peralatan pertanian yang biasa digunakan dalam budidaya tanaman (cangkul, sabit, koret, gembor, dan ember). Peralatan lain yang juga penting guna mendukung kelangsungan penelitian ini diantaranya alat tulis-menulis, alat ukur (penggaris, jangka sorong, meteran, dan

timbangan), tampah, kantong plastik, blower, Royal Horticulture Society Color Chart 2008, saringan 60 mess, kamera digital, dan alat-alat untuk analisis kimia.

Rancangan Penelitian

(34)

11

lokasi 24 x 1,5 m x 8 m = 288 m2, sehingga total luas area yang dibutuhkan adalah 288 m2 x 2 = 576 m2.

Model linier aditif pada masing-masing lokasi adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ = Nilai rataan umum

ái = Pengaruh nomor harapan ke-i, dimana i = B1, B2, B3, B4, B5, dan B6

âj = Pengaruh ulangan ke-j, dimana j=1, 2, 3, dan 4

åij = Pengaruh galat percobaan pada nomor harapan ke-i, ulangan ke-j

Model linier aditif dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada lokasi ke-i, ulangan ke-j, dan nomor harapan

ke-k.

µ = Nilai rataan umum

Li = Pengaruh lokasi ke-i, dimana i = 1 dan 2

U(L)ji = pengaruh ulangan ke-j dalam lokasi ke-i

Nk = Pengaruh nomor harapan ke-k, dimana k = B1, B2, B3, B4, B5, dan B6

NLki = Pengaruh nomor harapan ke-k dan lokasi ke-i

åijk = Galat percobaan pada lokasi ke-i, ulangan ke-j, dan nomor harapan

ke=k

Pelaksanaan Penelitian

Lokasi penelitian sudah ditentukan oleh Balai Penelitian Obat dan Aromatik (Ballitro). Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa langkah yaitu: 1. Pembibitan

(35)

12

2. Pengolahan dan Ploting lahan

Di masing-masing lokasi sebelum penanaman dilakukan pengolahan tanah dengan kedalaman ± 30 cm. Tanah diolah sedemikian rupa agar menjadi gembur, selain itu juga dilakukan pembersihan dari gulma-gulma yang ada. Setelah tanah diolah dan dibersihkan dibuat bedengan dengan ukuran 1,5 m x 8 m. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 30 cm, kemudian dibuat lubang tanam dengan kedalaman secukupnya. Di samping-samping petakan dibuat bedengan dan saluran drainase, untuk mencegah terjadinya genangan di lahan.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan pada bulan Maret - April. Dua minggu sebelum tanam petakan terlebih dahulu diberi pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha. Pada saat tanam dilakukan pemupukan yang berupa Urea, SP-36, dan KCl untuk dosis satu hektarnya masing-masing 200 kg. Pemberian pupuk organik dilakukan

dengan cara menaburkan pupuk tersebut di sekeliling tanaman setelah penanaman. Pupuk kandang dan urea diberikan kembali setiap selesai panen dengan dosis masing-masing 10 ton/ha dan 100 kg/ha.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiangan dilakukan setiap satu bulan sekali setelah tanam (BST). Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara intensif dan perlu penanganan khusus. Hal ini dikarenakan hama maupun penyakit tanaman yang berarti untuk saat ini belum pernah dilaporkan, sehingga perlu penanganan khusus terhadap adanya serangan hama maupun patogen di lapang. Untuk mengatasi masalah genangan air hujan perlu dilakukan pembumbunan ulang yang disesuaikan dengan kondisi tanah dan curah hujan. 5. Panen dan Pasca panen

(36)

13

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi peubah kualitatif dan kuantitatif terhadap morfologi, produktivitas, dan mutu simplisia dari tanaman. Pengamatan peubah kualitatif meliputi warna daun, tangkai daun, runner, dan kandungan fitokimia sedangkan peubah kuantitatif meliputi peubah-peubah yang ada pada daun, stolon (runner), bunga, dan peubah-peubah produktivitas dan

mutu simplisia. Peubah produktivitas terdiri dari produktivitas pertanaman (berat segar dan kering pertanaman) dan Produktivitas perhektar (produktivitas segar, kering, dan asiatikosid) sedangkan peubah mutu simplisia meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut dalam asam, kadar sari terlarut dalam air, kadar sari

terlarut dalam alkohol, dan kadar asiatikosid.

Pengamatan sifat kualitatif

1) Warna daun (daun muda, sedang, tua)

2) Warna tangkai daun (tangkai daun muda, sedang, tua) 3) Warna runner

Pengamatan kualitatif yang berhubungan dengan warna diamati

menggunakan RHS Color Chart 2008 dengan mencocokkan warna peubah yang diamati dengan warna pada RHS Color Chart yang paling sesuai atau mendekati.

Pengamatan kuantitatif terhadap morfologi

1. Pengamatan terhadap daun

Daun yang di ambil adalah daun yang mempunyai tangkai terpanjang, berumur sedang, berdiri tegak, dan daun terbuka sempurna. Pengamatan daun

diantaranya:

− Panjang tangkai daun, diukur dari permukaan tanah hingga ujung tangkai daun.

− Diameter tangkai daun, pengukuran dilakukan pada tangkai yang berada 5 cm dari atas tanah pada bagian terlebar.

(37)

14

− Lebar daun, diukur pada bagian terlebar daun yang dimulai dari titik tengah daun.

− Tebal daun, diukur pada bagian terlebar daun dan memotong peruratan atau vena daun.

− Jumlah vena, yang dimaksud jumlah vena adalah peruratan utama daun, pengamatan dilakukan pada permukaan bagian bawah daun.

− Jumlah daun induk, dihitung dari total daun yang tumbuh pada rumpun induk.

− Jumlah daun pada anakan ke-1 dan anakan ke-2. Anakan yang diamati adalah anakan yang tumbuh pada runner terpanjang, jumlah daun yang dihitung adalah semua daun yang ada pada masing-masing anakan.

Semua peubah ini diamati setiap bulan dimulai umur satu bulan setelah tanam (BST) hingga tanaman berumur 3 bulan atau saat panen kecuali jumlah anakan ke-1 dan ke-2. Kedua peubah tersebut diamati pada saat panen (3 BST).

2. Pengamatan terhadap runner (stolon) meliputi:

− Jumlah runner. Peubah ini diamati dengan menghitung jumlah runner yang tumbuh dari rumpun induk.

− Panjang runner terpanjang. Peubah ini diamati pada runner terpanjang yang tumbuh dari rumpun induk. Runner tersebut merupakan runner utama.

− Jumlah anakan total, diamati dengan cara menghitung seluruh anakan yang ada pada runner.

− Panjang ruas terpanjang, diamati pada ruas yang terdapat pada runner terpanjang.

− Diameter runner, diukur pada runner terpanjang pada ruas pertama yang tumbuh dari indukan.

Semua peubah diamati pada saat umur 3 BST (panen) kecuali peubah jumlah runner yang diamati setiap bulan sekali.

Pengamatan kuantitatif terhadap peubah produktivitas

(38)

15

Pengamatan terhadap berat tanaman dilakukan dengan memanen tanaman sempel. Berat segar didapat dengan menimbang tanaman sampel yang masih segar setelah tanaman di bersihkan dari debu, tanah, dan kotoran yang menempel. Berat kering didapat dengan menimbang tanaman sampel setelah dicuci, ditiriskan, dan dikeringkan hingga tanaman benar-benar kering. Pengeringan menggunakan sinar matahari selama ± 2 hari berturut-turut. 2. Produktivitas segar, kering, dan asiatikosid per hektar

Produktivitas segar dan kering perhektar ditentukan dengan mengambil sampel pada masing-masing satuan petak percobaan. Sampel tersebut didapat dengan cara memanen menggunakan kuadran berukuran 1 m x 1 m saat tanaman berumur 3 bulan. Bagian tanaman yang dipanen adalah bagian daun dan tangkai daun yang terdapat pada luasan kuadran tersebut, sedangkan bagian tanaman yang lain seperti akar dan runner tidak dipanen.

Bobot segar diperoleh dengan menimbang segera hasil panen yang didapat setelah disortasi, sedangkan bobot kering didapat setelah tanaman di dicuci, ditiriskan, dan dikeringkan menggunakan sinar matahari selama ± 48 jam. Produktivitas segar, kering, dan asiatikosid perhektar didapat dengan

rumus:

Produktivitas segar/ha = bobot segar/m2x 10.000 m2 Produktivitas kering/ha = bobot kering/m2x 10.000 m2

Produktivitas asiatikosid/ha = Produktivitas kering x % kadar asiatikosid

Pengamatan terhadap peubah mutu simplisia

Pengamatan terhadap peubah ini dilakukan oleh Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Peubah-peubah yang diamati diantaranya sebagai berikut:

1. Kadar air

2. Kadar abu

3. Kadar abu tak larut asam 4. Kadar sari terlarut dalam air 5. Kadar sari terlarut dalam alkohol

(39)

16

7. Komponen fitokimia

Komponen fitokimia diketahui dengan melakukan analisis kualitatif terhadap serbuk pegagan pada masing-masing nomor harapan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kandungan alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosid yang terkandung dalam simplisia pegagan.

Analisis Data

Hasil pengamatan pada masing-masing lokasi dianalisis dengan menggunakan uji nilai F menggunakan SAS v6.12. Selanjutnya dilakukan uji kehomogenan galat yang dihitung dari KT galat pada masing-masing peubah dari

dua lokasi dengan rumus (Gomez dan Gomez, 1995) : KTgalat yang lebih besar

F =

KTgalat yang lebih kecil

Nilai F yang didapat dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan db sama

(40)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Pada awal perencanaan percobaan selain ke enam nomor harapan pegagan yang dicobakan juga menyertakan pegagan lokal yang berasal dari masing-masing lokasi penelitian. Pegagan lokal tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding di masing-masing lokasi. Ketersediaan bibit pegagan lokal menjadi kendala dalam perencanaan di atas, untuk itu penelitian ini dilakukan tanpa pembanding dalam artian dari masing-masing nomor harapan nantinya akan dibandingkan satu sama lainnya.

Hal yang mendasari perbedaaan dari ke dua lokasi penelitian ini adalah ketinggian tempat. Lahan percobaan di Cibinong merupakan lahan pertanian yang

sebelumnya pernah digunakan akan tetapi diberakan hingga penelitian ini berlangsung. Letak lahan ini terbuka tanpa pohon-pohon tinggi di sekitar kanan dan kirinya. Pada lokasi Cimanggu lahan percobaan yang dipakai adalah lahan yang sebelumnya kosong dan belum pernah digunakan sebagai lahan pertanian. Letaknya agak sedikit ternaungi dengan pepohonan yang terdapat di kanan dan kiri lahan.

(41)

18

penanaman curah hujan di kedua lokasi menunjukkan paling tinggi sedangkan curah hujan terendah terjadi saat menjelang panen. Ketersediaan air tanah yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada masa vegetatif tanaman banyak memerlukan air guna pertumbuhan dan perkembangannya sedangkan pada masa generatif tanaman tidak banyak memerlukan air karena tanaman melakukan proses perkembangbiakan.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman saat penelitian berlangsung di kedua lokasi hampir sama. Hama yang menyerang di antaranya belalang (Valanga transiena), rayap tanah (Subterranean termite), dan kutu daun (Aphis gossipi), sedangkan penyakit yang menyerang tanaman adalah penyakit layu

bakteri (Ralstonia solanacearum) dan bercak daun (Septonia Sp.). Kebanyakan tanaman yang terserang penyakit layu bakteri ini indukannya akan mati akan tetapi jika telah memiliki anakan, anakannya masih dapat hidup (Gambar

Lampiran 1). Induk yang terserang harus segera di cabut dan dimusnahkan supaya tidak menimbulkan serangan terhadap tanaman yang lain. Serangan hama maupun penyakit di lapang tidak menghawatirkan sehingga pengendaliannya cukup dikendalikan secara manual. Pengendalian hama maupun penyakit pada tanaman

ini tidak boleh menggunakan bahan kimia secara berlebih karena residu yang tertinggal pada bagian tanaman dapat mempengaruhi kandungan bahan aktif yang dikandungnya.

(a) (b)

Gambar 1. Lokasi Penelitian (a) Cibinong dan (b) Cimanggu, pada saat tanaman berumur 3 BST

(42)

19

karakter yang diamati. Warna daun di lokasi Cimanggu relatif lebih hijau tua dari pada warna daun di lokasi Cibinong begitu pula dengan warna tangkai daunnya. Tangkai daun pada masing-masing nomor harapan tampak jelas berbeda pada fase ketika tangkainya masih muda, sedang, dan tua. Warna runner di lokasi Cimanggu memiliki warna ungu yang lebih tua dan jelas dibanding Cibinong (Tabel Lampiran 4). Penyebab perbedaan warna dari masing-masing karakter di dua lokasi di atas bukan semata-mata disebabkan oleh faktor genetikanya melainkan adanya pengaruh faktor lingkungan dan adanya kemungkinan interaksi antara genetik dan lingkungan.

Pada warna runner, perbedaan di antara keenam nomor harapan itu sendiri tidak nampak jelas kecuali untuk warna runner pada B3. B3 memiliki karakter warna yang jelas berbeda dari nomor-nomor lainnya yaitu memiliki runner yang cenderung berwarna putih (Tabel Lampiran 4). Hal ini dikarenakan runner pada

B3 masuk ke dalam tanah, sedangkan runner yang lain berada di permukaan atau di atas tanah.

Uji Kehomogenan Ragam

Uji kehomogenan ragam merupakan titik awal sebelum melakukan pengujian berikutnya yaitu analisis ragam gabungan. Uji ini akan menunjukkan beberapa peubah yang diamati memiliki ragam galat yang homogen sehingga data yang homogen dapat digabung. Gomez dan Gomez (1995), menyatakan bahwa dalam penelitian pertanian, uji kehomogenan ragam digunakan untuk mengetahui kehomogenan ragam dalam keperluan mencari sidik ragam yang sah dan menyatakan kehomogenan ragam galat dalam data gabungan dari serangkaian percobaan. Hasil uji kehomogenan ragam ditunjukkan pada Tabel lampiran 5.

Hasil uji kehomogenan menunjukkan bahwa karakter lebar daun, jumlah daun induk, jumlah daun anakan ke-1, jumlah daun anakan ke-2, diameter tangkai

(43)

20

Analisis Ragam Gabungan

Hasil analisis ragam gabungan peubah-peubah yang memiliki data homogen menunjukkan bahwa nomor harapan berbeda sangat nyata terhadap masing-masing peubah. Interaksi antar nomor harapan dengan lokasi berbeda nyata pada peubah lebar daun dan panjang ruas sedangkan peubah lainnya tidak berbeda nyata. Adanya interaksi ini berarti menunjukkan adanya respon dari

gen-gen pada nomor harapan terhadap lingkungan, sehingga pada nomor harapan yang sama akan memberikan respon pertumbuhan yang berbeda di lingkungan yang berbeda.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Gabungan Beberapa Karakter Kuantitatif Enam Nomor Harapan Pegagan

Peubah Nomor

harapan

Nomor

harapan*Lokasi KK (%)

Jumlah daun induk ** tn 11.91

Jumlah daun anakan-1 ** tn 14.60

Jumlah daun anakan-2 ** tn 18.83

Lebar daun ** * 6.98

Diameter tangkai daun ** tn 6.61

Panjang ruas ** * 8.65

Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** berpengaruh nyata pada taraf 1 % tn tidak berbeda nyata

Jumlah Daun Induk, Jumlah Daun Anakan ke-1, dan Jumlah Daun Anakan ke-2

(44)

21

Hasil penelitian Wijayanti 2007, menyampaikan bahwa peubah jumlah daun berkorelasi sangat nyata terhadap produktivitas tanaman. Hal ini berarti semakin banyak jumlah daun pada tanaman tersebut maka produktivitasnya juga semakin meningkat.

Interaksi antara genotipe dan lingkungan (GxL) pada peubah jumlah daun induk, anakan ke-1 dan ke-2 tidak berpengaruh nyata (tidak ada interaksi). Ini berarti perbedaan peubah-peubah tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh genetik tanaman itu sendiri atau lingkungannya.

Tabel 2. Nilai Tengah Peubah Jumlah Daun Induk, Anakan ke-1, dan Anakan ke-2 Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Jumlah Daun Induk

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Lebar Daun

Berdasarkan hasil uji lanjut, nomor harapan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap peubah lebar daun. Interaksi nomor harapan dengan lingkungan pada peubah ini nyata (Tabel 1).

Di lokasi Cibinong nomor B1 dan B2 memiliki lebar daun yang relatif lebih tinggi dibanding lainnya dengan nilai tengah 2.81 cm dan 2.68 cm. Di lokasi Cimanggu lebar daun B5 (2.44 cm) berbeda dengan nomor lainnya sedangkan nomor lainnya tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 2.81 – 2.96 cm. Lebar daun tertinggi diperoleh di lokasi Cimanggu pada nomor harapan B2 dengan nilai tengah sebesar 2.96 cm.

(45)

22

Lokasi Cibinong memiliki suhu dan kelembaban yang lebih tinggi dari pada Cimanggu sehingga menyebabkan daun menjadi lebih sempit. Selain itu di lokasi Cimanggu lahan percobaan sedikit ternaungi oleh pohon di sekitar lahan. Wijayanti (2007) menyatakan bahwa lebar daun pada perlakuan naungan lebih lebar dibanding perlakuan tanpa naungan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin rendah intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban maka permukaan daun akan semakin lebar.

Lebar sempitnya daun berpengaruh terhadap jumlah stomata dan mempengaruhi hasil fotosintesis tanaman sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil atau produktivitas tanaman itu sendiri. Hasil penelitian Wijayanti (2007) menerangkan bahwa lebar daun berpengaruh nyata terhadap produktivitas asiatikosid yaitu semakin sempit lebar daun, produktivitas asiatikosidnya akan meningkat.

Tabel 3. Nilai Tengah Peubah Lebar Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Lebar Daun

Cibinong Cimanggu

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Diameter Tangkai Daun

Diameter tangkai daun berpengaruh nyata pada masing-masing nomor harapan yang ditanam di dua lokasi. Diameter terbesar dimiliki oleh nomor B3 (2.26 mm). Perbedaan ini menunjukkan perbedaan pada masing-masing nomor, akan tetapi nomor-nomor harapan yang lain tidak menunjukkan adanya perbedaan dengan kisaran nilai tengah 1.58 – 1.76 mm. Dalam perhitungan produktivitas

(46)

23

produktivitasnya. Secara tidak langsung hal tersebut akan menentukan tinggi rendahnya bobot segar maupun bobot keringnya.

Tabel 4. Nilai Tengah Peubah Diameter Tangkai Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Diameter Tangkai Daun

---cm---Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Panjang Ruas

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa panjang ruas berbeda sangat nyata pada setiap nomor harapan dan interaksi antara nomor harapan dengan lokasi pada peubah ini berbeda nyata. Nomor harapan B1 dan B3 di Cibinong memiliki panjang ruas yang relatif lebih panjang dibanding dengan nomor-nomor yang lain. Di lokasi Cimanggu panjang ruas nomor-nomor harapan hampir tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 9.40 – 10.91 cm. Dapat dilihat pada tabel 5. Gambar 2

menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu memiliki respon yang lebih baik pada panjang ruas dari pada tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong meskipun pada nomor B1 dan B3 tidak demikian. Walaupun demikian, nomor B1 yang ditanam di Cibinong memiliki panjang ruas terbaik.

Tabel 5. Nilai Tengah Peubah Panjang Ruas pada Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi

Nomor Harapan Panjang Ruas

Cibinong Cimanggu

---cm---B1 11.13 a 10.91 ab

B2 9.10 de 10.80 ab

B3 10.10 abcd 9.40 cde

B4 8.24 e 10.13 abcd

B5 8.71 e 9.61 bcde

B6 8.94 de 10.60 abc

(47)

24

Gambar 2. Grafik Interaksi antara Nomor Harapan dan Lokasi terhadap Peubah Lebar Daun pada Enam Nomor Pegagan Balittro

Gambar 3. Grafik Interaksi antara Nomor Harapan dengan Lokasi pada Peubah Panjang Ruas Enam Nomor Pegagan Balittro

(48)

25

Analisis Masing-masing Lokasi

Dari hasil sidik ragam didapat bahwa di lokasi Cibinong, nomor harapan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tebal daun, bobot kering/tanaman, dan

produktivitas segar/ha. Peubah berat segar/tanaman dan produktivitas kering/ha berbeda nyata sedangkan peubah lainnya berbeda sangat nyata. Di lokasi Cimanggu nomor harapan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tebal daun, panjang runner, jumlah anakan, berat segar/tanaman, dan berat kering/tanaman. Peubah produktivitas/ha semua berpengaruh nyata sedangkan peubah lainnya berpengaruh sangat nyata. Dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Beberapa Peubah terhadap Nomor Harapan pada Masing-masing Lokasi

Peubah Cibinong Cimanggu

Panjang tangkai daun ** **

Panjang daun ** **

Tebal daun tn tn

Jumlah vena ** **

Panjang runner ** tn

Diameter runner ** **

Jumlah runner ** **

Jumlah anakan ** tn

Berat segar/tanaman * tn

Berat kering/tanaman tn tn

Produktivitas segar/ha tn *

Pronduktivitas kering/ha * *

Produktivitas asiatikosid/ha ** *

Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** berpengaruh nyata pada taraf 1 % tn tidak berpengaruh nyata

Panjang Daun, Tebal Daun, dan Panjang Tangkai Daun

Pada masing-masing lokasi untuk peubah tebal daun tidak berbeda nyata

pada masing-masing nomor harapan, sedangkan peubah panjang daun dan panjang tangkai daun kedua-duanya sangat berbeda nyata. Untuk peubah tebal daun di Cibinong rata-rata memiliki nilai tengah berkisar 0.39 – 0.46 mm, sedangkan di Cimanggu rata-rata berkisar 0.44 – 0.55 mm. Ini menunjukkan

(49)

26

adanya perbedaan dari masing-masing nomor harapan. B5 relatif memiliki tebal daun terbaik di masing masing lokasi yaitu 0.46 mm (Cibinong) dan 0.55 mm (Cimanggu) seperti terlihat pada tabel 7.

Di Cibinong panjang daun terpanjang adalah B3 (5.10 cm) disusul B2 (4.50 cm) dan B1 (4.39 cm) sedangka yang lain hampir tidak berbeda dengan nilai tengah berkisar 3.90 – 3.67 cm. Di Cimanggu B3 dan B2 adalah yang terbaik dengan nilai tengah 5.27 cm dan 5. 23 cm dan terendah B5 (4.02 cm), sedangkan yang lain tidak berbeda dengan nilai berkisar 4.65 – 4.96 cm, sebagaimana terlihat pada tabel 7.

Peubah panjang tangkai daun di Cibinong tertinggi adalah nomor B2 (8.42 cm) dan B1 (7.76 cm), terendah B5 (4.67 cm). Di Cimanggu tertinggi adalah B2 (14.17 cm), terendah B5 (7.05 cm) dan nomor ini tidak berbeda dengan B3 (8.30 cm). B2 menunjukkan hasil tertinggi di kedua lokasi (Tabel 7).

Dari ketiga peubah ini ketiga tiganya untuk tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu relatif memiliki respon yang lebih baik dari pada tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong. Setiap nomor harapan selalu menunjukkan peningkatan apabila ditanam di Cimanggu.

Tabel 7. Nilai Tengah Peubah Tebal Daun, Panjang Daun dan Panjang Tangkai Daun Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi

Nomor harapan Tebal daun Panjang daun Panjang tangkai daun Cibinong

(50)

27

Jumlah Vena dan Jumlah Anakan Total

Hasil uji menunjukkan kedua peubah ini berbeda sangat nyata di lokasi Cibinong dan di lokasi Cimanggu hanya peubah jumlah anakan yang menunjukkan tidak berbeda nyata. Jumlah vena setiap nomor harapan di

masing-masing lokasi relatif tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa karakter ini tidak dipengaruhi lingkungan melainkan mutlak dipengaruhi oleh genotipe tanaman itu sendiri. Pada masing-masing lokasi nomor harapan B3 menunjukkan perbedaan yang cukup jelas terhadap jumlah vena nomor-nomor yang lain dengan jumlah ± 16 vena. Banyaknya jumlah vena yang dimiliki oleh nomor ini dikarenakan daunnya yang melingkar (bulat dan menyatu).

Jumlah anakan didapat dengan menghitung jumlah ruas pada runner. Jumlah anakan di lokasi Cibinong relatif tidak berbeda antar nomor harapan kecuali B3 (107.03) dengan kisaran nilai tengah 132.80 – 154.93 anakan. Terbanyak dimiliki oleh B4. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa di lokasi Cimanggu jumlah anakan tiap nomor tidak berbeda nyata dengan kisaran nilai tengah 181.05 – 239.33 anakan. Dari hasil pengujian di dua lokasi ini, B4 relatif menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dibanding nomor-nomor lainnya (Tabel 8).

Tabel 8. Nilai Tengah Peubah Jumlah Vena dan Jumlah Anakan Total Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi

Nomor harapan Jumlah vena Jumlah anakan

Cibinong

B3 15.40 a 167.38

B4 8.19 b 239.33

B5 7.41 b 216.60

B6 7.55 b 227.53

(51)

28

Hasil pengujian dua lokasi penelitian untuk ke dua peubah di atas, menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu relatif memiliki respon yang lebih baik untuk masing-masing nomor harapan.

Panjang, Diameter, dan Jumlah Runner

Hasil uji di masing-masing lokasi menunjukkan bahwa nomor harapan untuk peubah diameter dan jumlah runner berbeda sangat nyata, sedangkan panjang runner menunjukkan berbeda sangat nyata di Cibinong dan tidak berbeda nyata di Cimanggu.

Runner terpanjang di Cibinong dimiliki B3 (157.40 cm) terpendek B4 (106.17 cm), sedangkan nomor lainnya tidak berbada dengan kisaran nilai tengah 120.55 – 128.10 cm. Di Cimanggu panjang runner tiap nomor tidak berbeda nyata dengan kisaran nilai tengah 148.34 – 169.30 cm dengan nilai tertinggi dimiliki oleh B3. B3 jelas menunjukkan hasil yang lebih baik di banding nomor lainnya di dua lokasi uji (Tabel 9).

Di Cibinong B3 (4.81 mm) adalah nomor yang memiliki diameter runner tertinggi, sedangkan terendah balittro 04 (1.51 mm). Nomor lainnya tidak berbeda nyata dengan kisaran nilai tengah 1.71 – 1.79 mm. Hal yang sama juga terjadi di Cimanggu. B3 (5.33 mm) memiliki diameter tertinggi dan nomor lainnya tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 1.77 – 1.92 mm. Hal ini berarti B3

menunjukkan hasil yang baik di kedua lokasi pengujian (Tabel 9).

Jumlah runner di Cibinong selain B3 ( 1.10) menunjukkan jumlah yang tidak berbeda antar nomor dengan kisaran nilai tengah 8.90 – 11.08 runner. Di lihat dari angka nilai tengah, B2 (11.08) relatif memiliki jumlah yang lebih

(52)

29

Tabel 9. Nilai Tengah Peubah Panjang, Diameter, dan Jumlah Runner Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-masing Lokasi

Nomor harapan Panjang runner Diameter runner Jumlah runner Cibinong

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Berat Segar dan Berat Kering Pertanaman

Hasil uji lanjut menunjukkan peubah berat segar di lokasi Cibinong berbeda nyata pada masing-masing nomor, sedangkan di Cimanggu tidak berbeda nyata. Peubah berat kering di kedua lokasi sama-sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Di Cibinong berat segar tertinggi adalah B3 (94.18 gram) sedangkan nomor harapan lainnya menunjukkan tidak berbeda dengan kisaran nilai tengah 60.41 – 74.82 gram. Di lokasi Cimanggu berat segar tidak menunjukkan adanya perbedaan diantara masing-masing nomor harapan dengan kisaran nilai tengah 103. 74 – 167.48 gram. Nomor harapan yang memiliki berat 167.48 gram adalah nomor harapan B1 (Tabel 10).

(53)

30

Tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu memiliki respon yang lebih baik pada kedua peubah diatas dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong.

Tabel 10. Nilai Tengah Peubah Berat Segar dan Berat Kering Pertanaman Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-Masing Lokasi

Nomor harapan Berat segar Berat kering

Cibinong

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf 5%

Produktivitas Segar, Produktivitas Kering dan Produktivitas Asiatikosid Perhektar

Hasil pengujian menunjukkan peubah produktivitas segar tidak berbeda nyata terhadap nomor harapan di lokasi Cibinong, sedangkan di Cimanggu peubah ini berpengaruh nyata. Nilai tengah peubah produktivtas segar di Cibinong berkisar antara 1.80 – 2.90 ton/ha. Di Cimanggu, B2 relatif memiliki produktivitas paling tinggi (7.36 ton/ha) walaupun tidak berbedanyata dengan B1 (5.60 ton/ha), B3 (6.77 ton/ha), dan B6 (5.46 ton/ha) (Tabel 11).

(54)

31

(0.63 ton/ha), B4 (0.55 ton/ha), dan B6 (0.62 ton/ha). B1 jelas berbeda dengan B3 (0.37 ton/ha). Di Cimanggu B2 juga memiliki produktivitas kering relatif lebih baik dengan nilai tengah 1.73 ton/ha, akan tetapi dari hasil uji lanjut nomor tersebut tidak berbeda nyata dengan B1 (1.37 ton/ha) dan B6 (1.45 ton/ha) (Tabel 11).

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa nomor harapan berbeda sangat nyata untuk lokasi Cibinong dan berbeda nyata di lokasi Cimanggu. Di lokasi Cibinong B2 (0.013 ton/ha) memiliki respon yang lebih baik dari pada nomor harapan lainnya sedangkan di Cimanggu terdapat tiga nomor yang memiliki produktivitas asiatikosid tinggi, yaitu B2 (0.025 ton/ha), B3 (0.023 ton/ha) dan B1 (0.021ton/ha). Di lihat dari nilai tengahnya untuk ketiga peubah produktivitas, tanaman yang ditanam di lokasi Cimanggu memiliki respon yang lebih baik dibanding tanaman yang ditanam di lokasi Cibinong. Dapat dikatakan produktivitas di Cimanggu dua kali-lipat dibandingkan produktivitas yang didapat

di Cibinong.

Tabel 11. Nilai Tengah Peubah Produktivitas Segar, Produktivitas Kering, dan` Produktivitas Asiatikosid Enam Nomor Harapan Pegagan di Masing-Masing Lokasi

(55)

32

Mutu Simplisia

Pengujian mutu simplisia pegagan didapat dari hasil pengujian di laboratorium Balittro. Berdasarkan Tabel. 12 hasil uji kandungan mutu simplisia ke enam nomor harapan yang di uji di kedua lokasi telah memenuhi standar Materia Medika Indonesia (MMI).

Kadar air simplisia pegagan yang di hasilkan di Cibinong berkisar antara

8.96 – 9.45 %. Kadar air tertinggi pada B6 dan terendah B5. Di Cimanggu kandungan kadar air berkisar antara 9.37 – 10.17 % dengan kadar air tertinggi pada B1 dan terendah B3. Kadar air di Cimanggu relatif lebih tinggi dibanding Cibinong pada masing-masing nomor harapan (Tabel 12). Semakin rendah

kandungan kadar air simplisia semakin baik mutu simplisia tersebut. Kadar air yang rendah dapat mengurangi kerusakan akibat mikro organisme yang dapat menimbulkan kebusukan sehingga daya simpan simplisia relatif dapat dipertahankan. Persyaratan mutu simplisia berdasar ketetapan Materia Medika Indonesia untuk kadar air adalah kurang dari sama dengan 10% (Januwati dan Yusron, 2004). Dalam hal ini hanya nomor harapan B1 yang ditanam di lokasi Cimanggu yang memiliki nilai kadar air lebih dari 10%, yaitu 10.17%. Perbedaan tersebut sangat kecil (0.17%) dan dapat dianggap sama dengan standar sehingga nomor B1 dapat dikatakan masih memenuhi standar MMI.

Pengujian kadar abu bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian bahan terhadap kandungan bahan lain (anorganik maupun mineral). Semakin rendah kadar abu yang dikandung suatu bahan maka semakin tinggi tingkat kemurnian bahan tersebut. Hasil pengujian kadar abu di Cibinong pada masing-masing nomor harapan berkisar antara 6.06 – 8.12 %. Kadar abu tertinggi adalah B3 dan terendah B2. Di Cimanggu kisaran nilai kadar abu berkisar antara 6.48 – 9.63% tertinggi B3 dan terendah B5 (Tabel 12). Dari hasil uji kadar abu di kedua lokasi kedua-duanya tidak menunjukkan rentang yang tidak terlalu besar dan memenuhi

standar MMI yaitu tidak lebih dari 19% sehingga layak untuk di gunakan sebagai obat.

Kadar abu tak larut dalam asam di hitung dari kadar abunya. Semakin rendah kadar ini maka abu yang dapat larut makin sedikit sehingga tidak

(56)

33

kadar ini berkisar antara 0.02 – 0.29 % sedangkan di Cimanggu berkisar antara 0.02 – 0.04 %. Dari kedua lokasi kadar abu tak larut dalam asam dapat dibilang sangat rendah karena kadarnya di bawah 0.5%. Menurut standar MMI kadar abu tak larut dalam asam harus kurang dari 5%. Seperti terlihat pada tabel 12.

Kadar sari terlarut dalam air menunjukkan berapa persen bahan aktif yang terkandung dapat dilarutkan terhadap air. Semakin tinggi kadarnya menunjukkan tingkat kemudahan bahan aktif larut dalam air, sehingga ekstrak tersebut baik dilarutkan menggunakan air. Kadar sari terlarut dalam air di Cibinong berkisar antara 36.92 – 40.10 %, sedangkan di Cimanggu berkisar antara 33.85 – 36.42 %. Lokasi Cibinong memiliki kadar yang lebih baik dibanding Cimanggu. Nilai kadar sari terlarut dalam air simplisia pegagan yang dihasilkan di kedua lokasi memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh MMI yaitu tidak kurang dari 6% (Tabel 12).

Kadar sari terlarut dalam alkohol menunjukkan kelarutan serbuk simplisia pegagan dalam alkohol. Dari hasil uji laboratorium di Cibinong kadar ini berkisar antara 24.42 – 27.45 % lebih tinggi dari pada lokasi Cimanggu yaitu berkisar antara 13.6 – 15.28 %. Kadar ini sudah menunjukkan memenuhi standar yang

telah ditetapkan yaitu tidak kurang dari 9.50% (Tabel 12).

Kadar asiatikosid adalah parameter yang paling penting dalam menentukan mutu simplisia pegagan karena asiatikosid merupakan bahan aktif yang utama yang dikandung dalam pegagan. MMI menetapkan untuk herba Centella asiatica standar bahan aktif yang dikandung (asiatikosid) tidak kurang dari 0.90%. Hasil uji menunjukkan di lokasi Cibinong dan Cimanggu telah memenuhi standar dengan nilai persentase berkisar antara 0.96 – 1.73 % di lokasi Cibinong dan 1.20 – 2.06 % di lokasi Cimanggu. Kadar asiatikosid tertinggi di Cibinong adalah B2 sedangkan di Cimanggu B3. B6 merupakan nomor harapan yang memiliki kadar asiatikosid terendah di kedua lokasi.

(57)

34

Tabel 12. Mutu Simplisia Enam Nomor Harapan di Masing-masing Lokasi

Nomor

harapan K Air K Abu

K Abu T

B1 9.04 6.35 0.16 38.68 25.54 1.14

B2 9.16 6.06 0.29 38.03 25.00 1.73

B3 9.27 8.12 0.04 39.49 27.45 1.48

B4 9.27 6.68 0.19 40.10 25.24 1.26

B5 8.96 6.37 0.35 36.92 25.77 1.38

B6 9.45 6.93 0.02 39.17 24.42 0.96

Cimanggu

---%---B1 10.17 7.09 0.04 33.85 14.56 1.49

B2 9.77 6.84 0.02 35.57 14.73 1.41

B3 9.34 9.63 0.03 36.42 13.61 2.06

B4 9.91 7.24 0.03 35.31 13.78 1.47

B5 9.59 6.48 0.02 34.60 15.28 1.58

B6 9.47 7.21 0.03 35.95 14.62 1.20

Standar Materia Medika Indonesia, DepKes R.I

MMI <10% < 19% < 5% > 6% > 9.5% > 0.9%

Keterangan : K Air : Kadar Air K Abu : Kadar Abu

K Abu TAs : Kadar Abu Tak Larut Dalam Asam K S Air : Kadar Sari Terlarut Dalam Air K S Alkohol : Kadar Sari Terlarut Dalam Alkohol K Asid : Kadar Asiatikosid

Fitokimia

Secara umum fitokimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai sifat menghambat

pertumbuhan mikroba, menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan.

Hasil uji fitokimia menunjukkan adanya kandungan alkaloid yang positif kuat sekali pada semua nomor harapan baik yang di tanaman di Cibinong maupun Cimanggu. Ini menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam di kedua lokasi tidak memiliki respon yang berbeda.

(58)

35

Alkaloid merupakan metabolit basa yang mengandung nitrogen (Herbert, 1995 dalamWijayanti, 2007).

Hal serupa terjadi pada kandungan tanin dan glikosid. Kedua komponen fitokimia ini juga menunjukkan positif kuat sekali terdapat pada ekstrak pegagan. Tanin merupakan senyawa fenol lain dari bahan polimer, memiliki rasa sepat dan cenderung pahit. Menurut Norton (1999) faktor yang menyebabkan adanya variasi kandungan tanin antara lain perbedaan spesies tanaman, genotipe, tahap perkembangan tanaman, perbedaan pada tiap bagian tanaman (batang, daun, bunga, dan biji), musim tumbuh, dan faktor lingkungan lain seperti curah hujan, suhu dan pemangkasan.

Nomor harapan B3 dan B5 yang ditanam di Cibinong menunjukkan kandungan saponin positif kuat, sedangkan nomor harapan lain menunjukkan hasil yang positif kuat sekali. Di Cimanggu kandungan saponin positif kuat sekali

dimiliki oleh semua nomor harapan. Fungsi saponin yang telah diketahui antara lain untuk bakterisidal, fungisidal, amoebacidal, bahan anasetesi, serta madecocassoside (dapat memacu produksi kolagen) (Wijayanti, 2007). Kolagen berfungsi dalam regenerasi sel kulit termasuk sel telur dan sel sperma. Manfaat

lain dari saponin adalah sebagai spermisida (obat kontrasepsi laki-laki), antimikrobia, anti peradangan, dan aktivitas sitotoksik (Mahato et al., 1988). Saponin memberikan rasa pahit, dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal (www.kimianet.lipi.go.id).

Hasil pengujian terhadap kandungan fenolik pada masing masing-masing nomor harapan di kedua lokasi menunjukkan hasil positif lemah kecuali B3 yang diuji di Cibinong (positif). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan tersebut merata di miliki oleh setiap nomor harapan dengan kadar yang sama. Senyawa fenolik bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus (www.kimianet.lipi.go.id)

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian (a) Cibinong dan (b) Cimanggu, pada saat tanamanberumur 3 BST
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Gabungan Beberapa Karakter KuantitatifEnam Nomor Harapan Pegagan
Tabel 2. Nilai Tengah Peubah Jumlah Daun Induk, Anakan ke-1, dan Anakanke-2 Enam Nomor Harapan Pegagan di Dua Lokasi
Tabel 3. Nilai Tengah Peubah Lebar Daun Enam Nomor Harapan Pegagan diDua Lokasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perternak sapi perah, agar dapat menjaga produksi susu sapi, pakan ternak yang diberikan harus sebagian besar dari pakan ternak konsentrat. Karena sapi yang hanya diberikan

Selain kondisi lingkungan pondok pesantren dan perilaku santri yang kurang baik, didapatkan data pengamatan dari 210 santri pria secara keseluruhan terdapat

Pada perkembangan terjadi peningkatan 21,39% untuk perkembangan motorik hal ini karena dengan adanya peer group anak menjadi semangat untuk melakukan kegiatan,

llbesar 67,7o/o, yang artinya bahwa pelatihan dan motivasi kerja mempengaruhi kinerja karyawan PTPN III sebesar 61,10/o. Hasil penelitian juga menyatakan

Kemampuan tersebut diperoleh melalui proses belajar untuk menghasilkan inovasi dan variasi ide yang didukung pula dengan dorongan yang berasal baik dari dalam diri sendiri seperti

Hasil penelitian yang diperoleh adalah 32 sampel daging ayam dan 13 sampel daging sapi adalah negatif (tidak mengandung antibiotik tetrasiklin).. Hasil uji

[r]

i) Pusat-pusat Giat MARA khususnya di Johor dan Malaysia amnya, kolej- kolej/institusi-institusi awam dan swasta yang melaksanakan kursus-kursus berasaskan