• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di Dataran Tinggi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di Dataran Tinggi."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN

(

Centella asiatica

(L.) Urban) DI DATARAN TINGGI

FAHMILA HIDAYATI

A24052341

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

FAHMILA HIDAYATI. Pengaruh Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

di Dataran Tinggi. (Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI).

Penelitian ini dilakuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan dan memperoleh informasi dosis optimum pupuk kalium yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan di dataran tinggi. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai April 2009 di Kebun Percobaan Gunung Putri, Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Pacet, Kabupaten Cianjur.

Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor perlakuan pemupukan kalium dan lima ulangan. Faktor perlakuan terdiri dari lima taraf dosis pemupukan K, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Dosis pupuk K yang digunakan yaitu (K0) tanpa pemupukan K, (K1) pupuk K dengan dosis 66 K2O (kg/ha), (K2) pupuk K dengan

dosis 132 K2O (kg/ha), (K3) pupuk K dengan dosis 198 K2O (kg/ha), dan (K4)

pupuk K dengan dosis 264 K2O (kg/ha). Pada setiap perlakuan diberikan pupuk

dasar berupa pupuk Urea dengan dosis 306 Urea (kg/ha) dan pupuk P dengan dosis 420 SP-18 (kg/ha)

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit pegagan aksesi Boyolali yang merupakan aksesi unggul berdasarkan kandungan asiatikosida dan produksi bioaktifnya. Bibit yang berusia satu bulan, ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 40 cm pada luas petakan 6 m2 (ukuran 2 m x 3 m). Dalam satu petak terdapat 50 tanaman, sehingga untuk 25 satuan percobaan diperlukan 1 250 bibit pegagan. Jarak antar petakan adalah 50 cm. Tanaman dibuat seragam dengan jumlah daun maksimal tiga daun serta sulur dan bunganya dibuang.

(3)

(33.31 %) dan didominasi oleh kandungan pasir (54.46 %). Pada analisis tanah di akhir penelitian menunjukkan bahwa kandungan K pada semua petak perlakuan berada pada kondisi sedang.

(4)

PENGARUH PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN

(

Centella asiatica

(L.) Urban) DI DATARAN TINGGI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FAHMILA HIDAYATI

A24052341

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : PENGARUH PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DI DATARAN

TINGGI

Nama : FAHMILA HIDAYATI

NIM : A24052341

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr.Ir. Munif Ghulamahdi, MS. NIP 19590505 198503 1 004

Mengetahui,

Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. NIP 19610202 198601 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 17 Januari 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Miswadi dan Ibu Sri Kuswinarni.

Tahun 2001 penulis lulus dari SDN Proyonanggan IX Batang, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Batang. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Batang pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan minor Agroforestry.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian Pengaruh Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di Dataran Tinggi ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk memasyarakatkan kembali obat-obatan tradisional. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ir. Heni Purnamawati, MAgr.Sc. Dan Ibu Ani Kurniawati, Sp.MSi. selaku dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan.

3. Dr. Tatiek Kartika S. MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah. 4. Pak Hermanto, Pak Budi dan Pak Dahono, yang telah memberikan bantuan,

dorongan dan semangat selama Penelitian berlangsung.

5. Husain, A Dadi, A Riksa, A Aka, Faisal, Pak Agus, Pak Herman, Pak Dadi, Bu Eeng serta staff Balittro lainnya dan Pak Pardi yang telah memberikan bantuan selama penelitian

6. Ibu dan Bapak tercinta, serta kakak dan adikku tersayang (Aryana Rachmani dan Achmad B. Sujiwo) atas do a, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini.

7. Rea dan Ima, teman seperjuangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Akhirnya penantian dan kesabaran kita membuahkan hasil yang menyenangkan.

(8)

9. Teman-teman kosan Putri 26 dan Pondok Nova serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi yang memerlukan.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pegagan ... 4

Manfaat Pegagan ... 5

Persyaratan Tumbuh Tanaman Pegagan... 5

Pemupukan... 6

Kalium ... 7

Tanah Andisols di Dataran Tinggi ... 9

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 11

Bahan dan Alat... 11

Metode Penelitian... 11

Pelaksnaan Percobaan ... 12

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian... 16

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ... 18

Peubah Pertumbuhan... 21

Peubah Produksi... 28

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Pendahuluan Karakteristik Tanah Andisols Di Gunung

Putri, Cipanas, Cianjur 2008... 17

2. Rekapitulasi Uji F pada Peubah Pertumbuhan (RKLT)... 19

3. Rekapitulasi Uji F pada Komponen Produksi (RKLT) ... 21

4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Induk pada Berbagai Umur Tanaman ... 22

5. Rata-rata Pangang Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman 23

6. Rata-rata Panjang Daun pada Berbagai Umur Tanaman... 23

7. Rata-rata Lebar Daun pada Berbagai Umur Tanaman ... 24

8. Rata-rata Tebal Daun pada Berbagai Umur Tanaman ... 25

9. Rata-rata Diameter Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman ... 25

10. Rata-rata Jumlah Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman ... 26

11. Rata-rata Jumlah Sulur Sekunder pada Berbagai Umur Tanaman ... 26

12. Rata-rata Panjang Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman ... 27

13. Rata-rata Jumlah Bunga Induk pada Berbagai Umur Tanaman ... 27

14. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Umur Tanaman... 28

15. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 5 BST pada Perlakuan Pemupukan Kalium... 29

16. Kandungan Kalium Daun Pegagan pada Perlakuan Pemupukan Kalium ... 30

17. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 6 BST pada Perlakuan Pemupukan Kalium... 31

18. Dosis Optimum Tiap Peubah Panen Ubinan 6 BST ... 32

(11)

PENGARUH PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN

(

Centella asiatica

(L.) Urban) DI DATARAN TINGGI

FAHMILA HIDAYATI

A24052341

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

FAHMILA HIDAYATI. Pengaruh Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

di Dataran Tinggi. (Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI).

Penelitian ini dilakuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan dan memperoleh informasi dosis optimum pupuk kalium yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan di dataran tinggi. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai April 2009 di Kebun Percobaan Gunung Putri, Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Pacet, Kabupaten Cianjur.

Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor perlakuan pemupukan kalium dan lima ulangan. Faktor perlakuan terdiri dari lima taraf dosis pemupukan K, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Dosis pupuk K yang digunakan yaitu (K0) tanpa pemupukan K, (K1) pupuk K dengan dosis 66 K2O (kg/ha), (K2) pupuk K dengan

dosis 132 K2O (kg/ha), (K3) pupuk K dengan dosis 198 K2O (kg/ha), dan (K4)

pupuk K dengan dosis 264 K2O (kg/ha). Pada setiap perlakuan diberikan pupuk

dasar berupa pupuk Urea dengan dosis 306 Urea (kg/ha) dan pupuk P dengan dosis 420 SP-18 (kg/ha)

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit pegagan aksesi Boyolali yang merupakan aksesi unggul berdasarkan kandungan asiatikosida dan produksi bioaktifnya. Bibit yang berusia satu bulan, ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 40 cm pada luas petakan 6 m2 (ukuran 2 m x 3 m). Dalam satu petak terdapat 50 tanaman, sehingga untuk 25 satuan percobaan diperlukan 1 250 bibit pegagan. Jarak antar petakan adalah 50 cm. Tanaman dibuat seragam dengan jumlah daun maksimal tiga daun serta sulur dan bunganya dibuang.

(13)

(33.31 %) dan didominasi oleh kandungan pasir (54.46 %). Pada analisis tanah di akhir penelitian menunjukkan bahwa kandungan K pada semua petak perlakuan berada pada kondisi sedang.

(14)

PENGARUH PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN

(

Centella asiatica

(L.) Urban) DI DATARAN TINGGI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FAHMILA HIDAYATI

A24052341

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul : PENGARUH PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DI DATARAN

TINGGI

Nama : FAHMILA HIDAYATI

NIM : A24052341

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr.Ir. Munif Ghulamahdi, MS. NIP 19590505 198503 1 004

Mengetahui,

Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. NIP 19610202 198601 1 001

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 17 Januari 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Miswadi dan Ibu Sri Kuswinarni.

Tahun 2001 penulis lulus dari SDN Proyonanggan IX Batang, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Batang. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Batang pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan minor Agroforestry.

(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian Pengaruh Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di Dataran Tinggi ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk memasyarakatkan kembali obat-obatan tradisional. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ir. Heni Purnamawati, MAgr.Sc. Dan Ibu Ani Kurniawati, Sp.MSi. selaku dosen penguji skripsi atas saran yang diberikan.

3. Dr. Tatiek Kartika S. MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah. 4. Pak Hermanto, Pak Budi dan Pak Dahono, yang telah memberikan bantuan,

dorongan dan semangat selama Penelitian berlangsung.

5. Husain, A Dadi, A Riksa, A Aka, Faisal, Pak Agus, Pak Herman, Pak Dadi, Bu Eeng serta staff Balittro lainnya dan Pak Pardi yang telah memberikan bantuan selama penelitian

6. Ibu dan Bapak tercinta, serta kakak dan adikku tersayang (Aryana Rachmani dan Achmad B. Sujiwo) atas do a, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini.

7. Rea dan Ima, teman seperjuangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Akhirnya penantian dan kesabaran kita membuahkan hasil yang menyenangkan.

(18)

9. Teman-teman kosan Putri 26 dan Pondok Nova serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi yang memerlukan.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pegagan ... 4

Manfaat Pegagan ... 5

Persyaratan Tumbuh Tanaman Pegagan... 5

Pemupukan... 6

Kalium ... 7

Tanah Andisols di Dataran Tinggi ... 9

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 11

Bahan dan Alat... 11

Metode Penelitian... 11

Pelaksnaan Percobaan ... 12

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian... 16

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ... 18

Peubah Pertumbuhan... 21

Peubah Produksi... 28

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Pendahuluan Karakteristik Tanah Andisols Di Gunung

Putri, Cipanas, Cianjur 2008... 17

2. Rekapitulasi Uji F pada Peubah Pertumbuhan (RKLT)... 19

3. Rekapitulasi Uji F pada Komponen Produksi (RKLT) ... 21

4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Induk pada Berbagai Umur Tanaman ... 22

5. Rata-rata Pangang Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman 23

6. Rata-rata Panjang Daun pada Berbagai Umur Tanaman... 23

7. Rata-rata Lebar Daun pada Berbagai Umur Tanaman ... 24

8. Rata-rata Tebal Daun pada Berbagai Umur Tanaman ... 25

9. Rata-rata Diameter Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman ... 25

10. Rata-rata Jumlah Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman ... 26

11. Rata-rata Jumlah Sulur Sekunder pada Berbagai Umur Tanaman ... 26

12. Rata-rata Panjang Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman ... 27

13. Rata-rata Jumlah Bunga Induk pada Berbagai Umur Tanaman ... 27

14. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Umur Tanaman... 28

15. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 5 BST pada Perlakuan Pemupukan Kalium... 29

16. Kandungan Kalium Daun Pegagan pada Perlakuan Pemupukan Kalium ... 30

17. Rata-rata Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan 6 BST pada Perlakuan Pemupukan Kalium... 31

18. Dosis Optimum Tiap Peubah Panen Ubinan 6 BST ... 32

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Sebaran Suhu, Hari Hujan dan Curah Hujan Selama Percobaan... 16

2. Pengaruh Pupuk K terhadap Bobot Kering Total Tanaman Pegagan

(Centella asiatica (L.) Urban) pada Panen 5 BST ... 29

3. Pengaruh Pupuk K terhadap Bobot Kering Daun Tanaman Pegagan

(Centella asiatica (L.) Urban) pada Panen 6 BST ... 31

4. Pengaruh Pupuk K terhadap Bobot Kering Total Tanaman Pegagan

(Centella asiatica (L.) Urban) pada Panen 6 BST ... 32

5. Perbandingan Akar Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Panen 6 BST pada Berbagai Perlakuan. ... 33

6. Perbandingan Biomasa Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Panen 6 BST: (a) 0, (b) 66 (c) 132, (d) 198, dan (e) 264 K2O

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Rata-rata Suhu Udara dan Curah Hujan Bulanan di Kebun Percobaan

Gunung Putri Kabupaen Cianjur Tahun 2008-2009... 44

2. Kriteria Sifat Kimia Tanah 44

3. Hasi Analisis Kandungan Hara Kalium dalam Tanah setelah

Percobaan .. 44

4. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Induk . 45

5. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun 45

6. Sidik Ragam Panjang Daun .. 46

7. Sidik Ragam Lebar Daun .. 47

8. Sidik Ragam Tebal Daun .. 48

9. Sidik Ragam Diameter Tangkai Daun .. 49

10. Sidik Ragam Jumlah Sulur Primer 50

11. Sidik Ragam Jumlah Sulur Sekunder ... 51

12. Sidik Ragam Panjang Sulur Primer .. 51

13. Sidik Ragam Jumlah Bunga Tanaman Induk 52

14. Sidik Ragam Jumlah Buku 53

15. Sidik Ragam Bobot Basah dan Bobot Kering Panen Ubinan 5 BST 54 16. Sidik Ragam Kandungan Kalium Jaringan Daun 5 BST .. 54 17. Sidik Ragam Bobot Basah dan Bobot Kering Panen Ubinan 6 BST 54

18. Hasil Uji Kontras Polinomial 55

19. Sidik Ragam Kadar Air Panen Total dan Terna 6 BST .... 55

20. Hubungan Korelasi Antar Peubah 56

21. Denah Percobaan .. 58

22. Kegiatan Awal Penanaman ... 59

23. Luka Beku (Frost injury .. 59

24. Pertumbuhan Tanaman Pegagan (6-12 MST) ... 60

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pegagan (Centella asiatica [L] Urban) merupakan tanaman penutup tanah dan menyukai tempat yang lembab serta mengandung banyak air (Mahendra, 2005). Menurut Januwati dan Yusron (2004) pegagan telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun yang sudah dalam bentuk ramuan (jamu). Secara empirik, pegagan bermanfaat sebagai penyembuh luka, radang, reumatik, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, disentri, demam dan penambah selera makan.

Kandungan kimia pada tanaman pegagan yang sudah diketahui antara lain asiaticosida, thankunsida, isothankunsida, madecassosida, brahmasida, asam brakmat, asam madasiatat, meso-inosetol, centellosa, carotenoids, garam K, Na, Ca, Fe, vellarin, tannin, mucilage, resin, pektin, gula, protein, fosfor, vitamin B, sedikit vitamin C dan sedikit minyak atsiri (Winarto dan Surbakti, 2003).

Salah satu pabrik jamu memerlukan lebih kurang 100 ton pegagan setiap tahunnya. Dari sepuluh jenis jamu yang beredar di pasaran, pegagan merupakan bahan baku yang dipergunakan, dengan kadar simplisia yang dicantumkan dalam kemasannya antara 15-25 %. Banyaknya manfaat tanaman ini berkaitan dengan banyaknya komponen minyak atsiri seperti sitronelal, linalool, neral, menthol dan linalil asetat. Adanya komponen tersebut dalam minyak atsiri pegagan, menjadikan tanaman ini memiliki potensi sebagai sumber bahan pengobatan terhadap anti penyakit yang disebabkan tujuh jenis bakteri Rhizobacter spharoides, Escherichia coli, Plasmodium vulgaris, Micrococcus luteus, Baccillus

subtilis, Entero aerogenes dan Staphyllococcus aureus (Januwati dan Yusron, 2004).

(24)

kualitas hasil pegagan adalah pemupukan. Pupuk yang digunakan dalam percobaan ini adalah kalium.

Status hara dalam tanaman sebenarnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yang terjadi selama pertumbuhan tanaman dengan tingkat kesuburan tanah dan lingkungan tumbuh, hal ini menyangkut efisiensi serapan dan translokasi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa hal dalam pemupukan tanaman pegagan yaitu pemilihan jenis pupuk, takaran atau dosis, cara dan waktu aplikasi. Kondisi unsur hara yang diperlukan oleh tanah tersebut juga perlu diketahui. Menurut Lingga (1998) dosis pemupukan dapat diketahui dengan beberapa cara diantaranya adalah menganalisis tanah, memperhatikan tanda-tanda yang diperlihatkan oleh tanaman, analisis tanaman dan melakukan percobaan pemupukan. Tindakan melakukan percobaan pemupukan adalah cara yang paling banyak digunakan oleh peneliti untuk menguji ketepatan dosis suatu pupuk.

Ketersediaan K yang cukup akan mendorong perkembangan dan penetrasi akar yang lebih dalam sehingga mampu mengekstrasi air dari lapisan tanah yang paling dalam. Disamping itu, penambahan sejumlah K dapat meningkatkan laju difusi, sehingga pengaruh yang merugikan akibat kekeringan dapat diperkecil. Kalium juga dinyatakan berperan dalam mengatur potensial air dalam sel tanaman. Dengan demikian dapat diartikan bahwa penambahan K akan meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara (Mapengau, 2001).

(25)

tinggi. Analisis sifat fisik jenis tanah Andisols mempunyai kandungan liat (27.06%), debu (26.89 %) dan didominasi oleh kandungan pasir (46.05 %), jadi tergolong kelas tektur pasir liat berdebu yang dalam mengikat air dan menyangga hara rendah. Berdasarkan latar belakang di atas sangat menarik untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pupuk K terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan di dataran tinggi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan kalium terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan dan memperoleh informasi dosis optimum pupuk kalium yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan di dataran tinggi.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh yang berbeda dengan pemberian pupuk kalium pada berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan.

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Pegagan

Pegagan termasuk famil Umbelliferae (Apiceae) yaitu tanaman terna tahunan yang termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae, genus Centella, dan spesies Centella asiatica (L.) Urban (Santa dan Prayogo, 1995). Nama lain dari pegagan yaitu pegaga, daun kaki kuda, daun penggaga, pegago (Sumatera); antana, cowet gompeng, gagan-gagan, penigowang, calingan rambat (Jawa); bebele, paiduh (Nusa Tenggara); wisu-wisu, kisu-kisu (Sulawesi); dogauke (Irian); ji xue cao (Cina) (Mahendra, 2005). Nama inggris Indian Hydrocotyle, Indian Pennywort (Santa dan Prayogo, 1995)

Pegagan tumbuh merayap menutupi tanah, terutama di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi cukup lembab, memiliki daun satu helaian yang tersusun dalam roset akar dan terdiri dari 2-10 helai daun. Daun berwarna hijau, berbentuk seperti kipas, buah pinggang, atau ginjal, tepinya agak melengkung ke atas, bergerigi, dan kadang-kadang berambut, tulangnya berpusat di pangkal dan tersebar ke ujung, berdiameter 1-7 cm (Winarto dan Surbakti, 2003). Berbatang sangat pendek, sehingga dianggap tidak mempunyai batang. Tangkai daun tegak dan sangat panjang, ukuran 9-17 cm, bagian dalam dari tangkai daun berlubang, pangkal dari tangkai daun melekuk ke dalam dan melebar seperti pelepah. Akar tunggang bercabang-cabang, akar serabut tumbuh dari buku-buku dari stolon (Santa dan Prayogo, 1995).

(27)

Manfaat Pegagan

Efek farmakologis atau efek pengobatan dari pegagan secara tradisional dan secara ilmiah sudah lama berkembang. Pegagan telah dikenal sebagai obat untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. Pegagan bisa dikonsumsi sebagai brain tonic atau obat anti lupa bagi orang dewasa dan manula (manusia usia lanjut). Ekstrak pegagan dapat memperbaiki jaringan otak yang mengatur terjadinya proses interaksi di dalam otak. Karenanya pegagan dapat diberikan kepada penderita kelelahan mental. Pegagan juga sangat baik digunakan untuk terapi terhadap anak-anak penderita keterbelakangan mental dan anak hiperaktif (Winarto dan Surbakti, 2003).

Pegagan sudah secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit di berbagai Negara. Di China, tumbuhan ini digunakan sebagai tonikum dan pengobatan lepra. Dengan karakternya yang dingin, tumbuhan ini juga digunakan sebagai anti-infeksi, anti-toksik, antipiretik, dan diuretik. Dalam sistem pengobatan ayurvedic di India, pegagan dibuat dalam bentuk sirup tanpa alkohol untuk pengobatan epilepsi, termasuk penyakit lepra atau kusta yang terkenal sangat sulit diobati. Selain itu, di Thailand, juga digunakan sebagai tonikum dan obat diare. Di Sri Lanka, tumbuhan ini banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan pengeluaran air susu, sedangkan di Vietnam digunakan untuk mengatasi lemah badan karena usia lanjut (senility). Di Indonesia sendiri, tumbuhan ini, digunakan untuk menyembuhkan luka, sakit perut, obat cacing, kencing batu, obat demam, pembersih darah, hemoroid, batuk kering, dan penyakit anak- anak hidung berdarah (Handra, 2004). Pegagan bermanfaat sebagai tanaman obat karena mengandung zat kimia yang bermanfaat bagi manusia. Menurut Januwati dan Yusron (2004), pegagan dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk menyembuhkan HIV melalui peningkatan ketahanan tubuh pasien.

Persyaratan Tumbuh Tanaman Pegagan

(28)

dari permukaan laut (dpl). Kelembaban yang diinginkan antara 70-90 % dengan rata-rata temperatur udara antara 20-25 0C dan tingkat kemasaman tanah netral (pH) antara 6-7. Tumbuhan ini berasal dari Asia tropis dan sering ditemui tumbuh melimpah di tempat-tempat terbuka, seperti tegalan dan tempat yang agak terlindung. Tumbuhan ini lebih menyukai lingkungan basah seperti selokan, areal persawahan, tepi-tepi jalan, padang rumput, bahkan tepi-tepi tembok atau pagar (Winarto dan Surbakti, 2003). ketinggian tempat optimum untuk tanaman pegagan adalah 200-800 m dpl, diatas 1 000 m dpl produksi dan mutunya menjadi rendah, sebaliknya kandungan asiatikosida diduga lebih tinggi.

Faktor iklim yang penting dalam pengembangan adalah curah hujan, sebab perakaran pegagan tidak terlalu dalam sehingga pada saat kurang hujan harus dilakukan penyiraman. Selain itu pegagan akan tumbuh baik dengan intensitas cahaya 30-40 %, di tempat dengan naungan yang cukup, dimana tempat demikian helaian daun lebih besar dan tebal dibanding apabila tanaman tumbuh di tempat terbuka. Sedangkan pada tempat-tempat yang terlalu kurang cahaya, helaian daun akan menipis dan warna menjadi pucat. Pegagan dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis tanah latosol dengan kandungan liat sedang dapat tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup tinggi (Januwati dan Yusron, 2004). Sedangkan pada jenis tanah Andisols di dataran tinggi belum banyak diketahui respon pertumbuhan dan produksinya.

Pemupukan

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah dan tanaman (Lingga dan Marsono, 2008). Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Oleh tanaman, pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).

(29)

organik (pupuk kandang, konpos), dan sebagainya. Jumlah dan jenis unsur hara dalam pupuk alam terdapat secara alami. Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan kadar unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah tertentu. Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Dalam melakukan pemupukan perlu diperhadikan beberapa hal, yaitu tanaman-tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang diberikan, waktu pemupukan dan cara pemupukan (Hardjowigeno, 2007)

Kalium

Kalium merupakan unsur hara esensial yaitu, unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. Selain itu, kalium juga tergolong ke dalam unsur makro, yaitu unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak (Hardjowigeno, 2007). Bentuk K di dalam tanah sebagian besar berasal dari meniral primer biotit, muskofit, hiperstin dan kalium feldspar. Selain berasal dari mineral tersebut yang terpenting adalah bentuk K dapat ditukar yang terdapat pada permukaan mineral sekunder yaitu mineral liat seperti kaolinit dan mintmorilonit serta bentuk K pada bahan organik tanah (Sabihamet al., 1983)

(30)

Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah asam sampai sangat asam. Air yang berlebihan dapat mempercepat penghancuran tanah. Dalam peristiwa ini terjadi proses pencucian tanah baik secara fisik terhadap partikel tanah dan maupun secara kimia terhadap unsur-unsur hara hasil penghancuran mineral. Depdikbud (1991) menyatakan bahwa kehilangan kalium sangat tergantung pada tekstur tanah, kapasitas tukar kation tanah, tanah organik dan pH tanah. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa kehilangan K melalui pencucian, besar pada tanah berpasir atau tanah dengan KTK rendah serta yang bermuatan positif. Novizan (2002) juga menyatakan bahwa kalium bersifat sangat dinamis di dalam tanah. Jadi kalium mudah tercuci pada tanah dengan pH yang rendah.

Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama dari K dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Unsur ini berlimpah jumlahnya sehingga menjadi penentu tekanan turgornya (Salisbury dan Ross, 1995). Adanya K tersedia yang cukup dalam tanah menjamin ketegaran tanaman. Kalium juga membuat tanaman lebih tahan terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. Kalium cenderung meniadakan pengaruh buruk nitrogen dan dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh fosfor. Secara umum, K berperan sebagai lawan dari pengaruh nitrogen dan fosfor. Kalium diperlukan dalam pembentukan klorofil, walaupun bukan merupakan salah satu penyusunannya (Soepardi, 1983). Novizan (2002) menyatakan bahwa K di dalam jaringan tanaman tetap berbentuk ion K+. Tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan.

(31)

dibiarkan, pemupukan K menjadi tidak ekonomis. Cara tepat menghindarinya dengan memberikan pupuk K sebanyak yang direkomendasikan oleh hasil analisis tanah atau hasil analisis jaringan tanaman. Pupuk K hendaknya tidak diberikan sekaligus, tetapi diberikan beberapa kali pemupukan selama musim tanam (Novizan, 2002).

Tanaman yang menderita kekurangan K daunnya terlihat lebih tua, daun terlihat kering dan terbakar pada sisi-sisinya yang akhirnya akan rontok, dan permukaannya memperlihatkan gejala klorosis yang tidak merata. Akibatnya fotosintesis terganggu dan dapat menghentikan pembentukan karbohidrat (Soepardi, 1983). Lakitan (2008) menyatakan bahwa jumlah kecukupan unsur hara kalium pada jaringan tumbuhan tingkat tinggi adalah 1%. Jumlah kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Jika unsur hara kurang tersedia, pertumbunan tanaman akan terhambat.

Tanah Andisols di Dataran Tinggi

Dataran tinggi merupakan dataran luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan. Dataran tinggi biasanya juga terjadi oleh bekas Kaldera luas, yang tertimbun material dari lereng gunung sekitarnya. Ketinggian tempat selalu berkaitan dengan temperatur. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, semakin sejuk temperaturnya (Ashari, 2006). Tanah Andisols umumnya dijumpai pada dataran tinggi dengan ketinggian 1 000-1 500 m dpl dengan curah hujan 2 500-2 700 mm/tahun (Soepraptohardjodalam Suwardi dan Wiranegara, 2000).

(32)

mikro tanah. Andisols dicirikan oleh tekstur lempung berpasir sampai dengan lempung (Tandalam Sjarif dan Widjaja, 1994).

Tanah Andisols memiliki potensi yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan secara optimum jika pengelolaannya didasarkan pada pengetahuan sifat-sifatnya. Sifat fisik kimia Andosols ditandai oleh reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 5-6.5). Kejenuhan basa sekitar 20-40 %, KTK 20-30 me/100 g dan kandungan bahan organik pada lapisan atas 5-20 % (Dudal dan Soepraptohardjodalam Suwardi dan Wiranegara, 2000)

(33)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Gunung Putri, Cipanas, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Pacet, Kabupaten Cianjur, pada ketinggian 1 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan jenis tanah andosols. Analisis kimia tanah, analisis kandungan hara pupuk, dan analisis kandungan K pada jaringan daun dilaksanakan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Cimanggu, Bogor, sedangkan proses pengeringan dan penimbangan dilakukan di Laboratorium Hortikultur IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 - April 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit pegagan aksesi Boyolali yang merupakan aksesi unggul berdasarkan kandungan asiatikosida dan produksi bioaktifnya (Ghulamahdiat al., 2008). Pupuk anorganik yang digunakan yaitu Urea, SP-18, dan KCl. Alat-alat yang digunakan adalah peralatan budidaya tanaman, alat ukur, timbangan analitik dan jangka sorong.

Metode Penelitian

Percobaan ini menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor perlakuan dan lima ulangan. Faktor perlakuan terdiri dari lima taraf dosis pemupukan K, sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Dosis pupuk K yang digunakan yaitu (K0) tanpa pemupukan K, (K1) pupuk K dengan dosis 66 K2O (kg/ha), (K2) pupuk K dengan dosis 132 K2O (kg/ha), (K3)

pupuk K dengan dosis 198 K2O (kg/ha), dan (K4) pupuk K dengan dosis 264 K2O

(34)

Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij =µ +αi+ j+εij

Keterangan :

Yij = Pengamatan perlakuan pupuk ke-i (0,1,2,3,4) dan ulangan ke-j (1,2, ,5) µ = Rataan umum

αI = Pengaruh perlakuan ke-i (0,1,2,3,4)

j = Pengaruh ulangan ke-j (1,2, ,5)

εij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke i, ulangan ke j

Pengaruh dari seluruh perlakuan dapat diketahui dengan menggunakan uji F pada taraf 5 %. Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati maka setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan Multiple Range Test(DMRT) pada taraf kesalahan 5 %, dan dilakukan uji kontras polinomial untuk mengetahui keeratan hubungan dan menentukan kurva respon hubungan peubah. Kemudian dihitung persamaan regresi untuk mendapatkan dosis optimum pupuk kalium. Selain itu juga dilakukan analisis korelasi antar peubah Pengamatan.

Pelaksanaan Percobaan Persiapan Tempat Tumbuh

Sebelum pengolahan tanah, dilakukan pengambilan sampel tanah untuk di analisis sifat fisik dan kimia tanahnya. Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum tanam dengan menggunakan cangkul pada luasan areal 200 m2 dan dibuat petakan dengan ukuran 2 m x 3 m sebanyak 25 petakan.

Penanaman

(35)

Jadi terdapat 150 tanaman contoh yang harus diamati. Metode pengambilan tanaman contoh ini dilakukan secara acak.

Pemupukan

Hasil analisis pupuk menunjukkan bahwa kandungan hara K dalam KCL, P dalam SP-18 dan N dalam urea adalah 51.95, 14.28 dan 44 %, Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penanaman dengan cara pembuatan alur di sekeliling tanaman. Pupuk KCL diberikan dua kali (setengah dosis pada saat penanaman dan sisanya dua bulan setelah tanam) dengan dosis 0 (K0), 1.52 (K1), 3.05 (K2), 4.57 (K3), dan 6.1 (K4) KCL (g/tanaman). Pupuk urea diberikan tiga kali (saat tanam, 40 dan 80 hari setelah tanam) dengan dosis 3.68 g urea/tanaman, sedangkan pupuk P diberikan satu kali yaitu pada saat tanam dengan dosis 5.04 g SP-18/tanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyulaman dan pengendalian gulma. Penyulaman dilakukan dua minggu setelah tanam (MST), sedangkan pengendalian gulma dilakukan secara manual setiap dua minggu sekali.

Panen

Pemanenan dilakukan dua kali, yaitu umur 5 bulan setelah tanam (BST) dan 6 BST pada ubinan seluas 1 m2. Proses pengeringan menggunakan oven pada suhu 60 0C selama 72 jam. Pada panen umur 5 BST tidak dilakukan pemisahan terhadap komponen hasil, sedangkan pada panen umur 6 BST dilakukan pemisahan terhadap daun, sulur dan akar.

Pengamatan Peubah Pertumbuhan

(36)

1. Jumlah daun tanaman induk

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung semua daun pada tanaman induk yang telah terbuka penuh (2-16 MST).

2. Panjang tangkai daun

Pengamatan panjang tangkai daun dilakukan dengan cara mengukur tangkai daun terpanjang dari pangkal tangkai hingga ujung tangkai (2-16 MST). 3. Panjang daun

Pengamatan panjang daun dilakukan dengan cara mengukur sisi horizontal daun terbesar pada bagian tengahnya (2-16 MST).

4. Lebar daun

Pengamatan lebar daun dilakukan dengan cara mengukur sisi vertikal daun terbesar (2-16 MST).

5. Tebal daun

Pengamatan tebal daun dilakukan dengan cara mengukur tebal daun terbesar menggunakan jangka sorong (2-12 MST).

6. Diameter tangkai daun

Pengamatan diameter tangkai daun dilakukan dengan cara mengukur diameter tangkai daun terpanjang setinggi kira-kira 1-2 cm dari pangkal tangkai daun (2-12 MST).

7. Jumlah sulur primer

Pengamatan jumlah sulur primer dilakukan dengan cara menghitung jumlah sulur yang terbentuk pada tanaman induk (2-16 MST).

8. Jumlah sulur sekunder

Pengamatan jumlah sulur sekunder dilakukan dengan cara menghitung jumlah sulur yang terbentuk pada sulur primer terpanjang (8-16 MST).

9. Panjang sulur primer

Pengamatan panjang sulur primer dilakukan dengan cara mengukur panjang sulur primer terpanjang yang muncul dari tanaman induk mulai dari pangkal hingga ujung sulur (2-16 MST).

10. Jumlah buku

(37)

11. Jumlah bunga tanaman induk

Pengamatan jumlah bunga tanaman induk dilakukan dengan cara menghitung jumlah bunga yang terbentuk pada tanaman induk (6-16 MST).

Peubah Produksi

Pengamatan peubah produksi dilakukan dengan cara menimbang bobot basah dan kering panen ubinan seluas 1 m2 pada umur 5 BST dan 6 BST. Setelah dipanen, tanaman dibersihkan atau dipisahkan dari tanah dan gulma-gulma yang ikut terangkat ketika proses pemanenan. Pada umur 5 BST, penimbangan dilakukan pada bobot basah dan kering total, sedangkan pada umur 6 BST, penimbangan dilakukan pada bobot basah dan kering total, bobot kering akar, sulur, dan daun. Proses pengeringan menggunakan oven pada suhu 60 0C selama 72 jam.

Analisis kandungan K pada jaringan daun

Berdasarkan saran penelitian KKP3T tahun ke dua analisis K pada jaringan daun dilakukan dengan cara memanen daun ke empat pada umur 5 BST (Ghulamahdiet al., 2008). Sampel daun diambil secukupnya dari luar ubinan pada semua satuan percobaan.

Kadar Air Panen Total dan Terna Umur 6 BST

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

[image:38.612.161.479.396.621.2]

Secara umum kondisi pertanaman pegagan selama penelitian tergolong cukup baik. Berdasarkan data klimatologi dari kebun percobaan Gunung Putri, rata-rata jumlah hari hujan selama percobaan adalah 16.14 hari/bulan, dengan rata-rata curah hujan 1008.36 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari (1602 mm/bulan) dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret (721.5 mm/bulan). Bulan ini termasuk ke dalam golongan bulan basah menurut klasifikasi oldeman, yaitu bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 200 mm/bulan (Handoko, 1993). Suhu udara selama penelitian rata-rata 19.55 oC dengan suhu maksimum terjadi pada bulan Maret (20.01 oC), sedangkan suhu minimumnya terjadi pada bulan Februari (18.7oC) (Gambar 1). Hasil pengamatan curah hujan dan suhu disajikan pada Tabel Lampiran 1.

(39)

Hasil analisis tanah pada awal percobaan menunjukkan bahwa jenis tanah Andisols di lokasi penelitian memiliki pH tanah agak masam, C-organik tinggi, status hara makro N sedang, P-tersedia sedang, K rendah, Ca sedang dan Mg sedang, selain itu unsur hara mikronya juga tergolong rendah sampai sedang. Analisis sifat fisik jenis tanah ini mempunyai kandungan liat (12.23%), debu (33.31%) dan didominasi oleh kandungan pasir (54.46%), jadi tergolong kelas tekstur lempung berpasir (Tabel 1). Kriteria penilaian sifat kimia tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada analisis tanah di akhir penelitian kandungan K pada semua petak perlakuan berada pada kondisi sedang (Lampiran 3).

Tabel 1. Hasil Analisis Pendahuluan Karakteristik Tanah Andisols Di Gunung Putri, Cipanas, Cianjur 2008

Sifat Tanah Nilai Uji Tanah Metode/ekstraktan Satuan pH H2O 5.96 (Agak Masam) pH meter

pH KCl 5.62 pH meter

C-Organik 3.85 (Tinggi) Kirmies %

N-total 0.34 (Sedang) Kjeldahl %

C/N ratio 11.32 (Sedang)

-P-tersedia 17.95 (Sedang) Bray-l ppm

Ca 7.98 (Sedang) 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100g

Mg 1.41 (Sedang) 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100g

K 0.26 (Rendah) 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100g

Na 0.33 (Rendah) 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100g

Total 9.98 me/100g

Al 0 1 N KCl me/100g

KTK 19.17 (Sedang) 1 N NH4OAc pH 7.0 me/100g

KB 52.06 (Tinggi) %

Pasir 54.46 Pipet %

Debu 33.31 Pipet %

Liat 12.23 Pipet %

Sumber : Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor.

(40)

dibandingkan dengan kondisi tanaman saat berada di persemaian, yaitu berada di bawah naungan.

Hama dan penyakit yang menyerang tidak begitu berat, sehingga secara umum tidak menggangu jalannya penelitian. Hama yang menyerang tanaman adalah belalang (Valanga mausiena), ulat pemakan daun dan siput telanjang (Vaginula bleekeri). Selain itu tanaman juga terserang luka beku (frost injury). Hal ini diduga karena suhu lingkungan yang rendah, serta kelembaban yang tinggi, sehingga mengakibatkan kabut yang tebal. Luka beku terjadi dari bulan Desember sampai dengan Februari, luka ini dapat dilihat dari timbulnya bercak-bercak bewarna hitam kecokelatan pada daun. Akan tetapi bercak-bercak pada permukaan daun semakin berkurang dengan semakin tingginya suhu lingkungan. Menurut Salisbury dan Ross (1995) suhu dingin dapat merusak semua proses metabolik dan fisiologis dalam tumbuhan, suhu ini menyebabkan terjadinya pengalihan fase dari cair ke kristal. Akan tetapi jika suhu meningkat cukup cepat, membran kembali ke keadaan kristal-cair dan sel kembali pulih.

Selama proses pertumbuhan, areal pertanaman juga ditumbuhi beberapa gulma seperti Artemisia annua, Portulaca sp, Axonopus compressus, Boreria alata, Solanum tuberosum dan lain-lain. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi

relatif berbeda dengan yang tumbuh di dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individunya tidak begitu besar. Pengendalian gulma ini dilakukan 2 minggu sekali secara manual.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

(41)

Tabel 2. Rekapitulasi Uji F pada Peubah Pertumbuhan (RKLT)

Peubah K Koefisien keragaman

Jumlah Daun Induk

2 MST tn 10.78

4 MST tn 15.27

6 MST tn 17.85

8 MST tn 19.38

10 MST tn 22.21

12 MST tn 20.88

14 MST tn 19.95

16 MST tn 16.05

Panjang Tangkai Daun

2 MST tn 13.68

4 MST tn 18.13

6 MST tn 16.67

8 MST tn 13.26

10 MST tn 13.97

12 MST tn 11.63

14 MST tn 12.40

16 MST tn 13.89

Panjang Daun

2 MST tn 8.48

4 MST tn 8.92

6 MST tn 8.69

8 MST tn 11.32

10 MST tn 12.58

12 MST tn 11.64

14 MST tn 10.69

16 MST tn 10.72

Lebar Daun

2 MST tn 8.23

4 MST tn 9.11

6 MST tn 8.93

8 MST tn 10.35

10 MST tn 11.75

12 MST tn 8.53

14 MST tn 10.74

16 MST tn 28.93

Tebal Daun

2 MST tn 14.63

4 MST tn 10.90

6 MST tn 19.32

8 MST tn 14.75

10 MST * 12.24

12 MST tn 22.73

(42)

Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Uji F pada Peubah Pertumbuhan (RKLT)

Peubah K Koefisien keragaman

Diameter Tangkai Daun

2 MST tn 13.85

4 MST tn 6.78

6 MST tn 11.96

8 MST tn 12.73

10 MST tn 10.43

12 MST tn 9.69

Jumlah Sulur Primer

2 MST tn 25.13

4 MST tn 17.37

6 MST * 15.91

8 MST tn 19.48

10 MST tn 20.47

12 MST tn 22.48

14 MST tn 18.83

16 MST tn 16.71

Jumlah Sulur Sekunder

8 MST1) tn 19.93

10 MST1) tn 15.13

12 MST1) tn 16.33

14 MST1) tn 15.28

16 MST tn 27.87

Panjang Sulur Primer

2 MST tn 21.28

4 MST tn 15.83

6 MST tn 16.76

8 MST tn 17.05

10 MST tn 15.00

12 MST tn 15.29

14 MST tn 17.23

16 MST tn 15.05

Jumlah Bunga Induk

6 MST tn 29.38

8 MST tn 27.58

10 MST tn 26.52

12 MST tn 24.18

14 MST1) tn 16.25

16 MST1) tn 14.53

Keterangan : * Nyata pada taraf 5% tn Tidak nyata

1

(43)

Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Uji F pada Peubah Pertumbuhan (RKLT)

Peubah K Koefisien keragaman

Jumlah Buku

2 MST1) tn 14.08

4 MST * 11.24

6 MST tn 11.01

8 MST tn 11.72

10 MST tn 12.51

12 MST tn 13.45

14 MST tn 16.55

16 MST tn 14.18

Keterangan : *: Nyata pada taraf 5%, tn: Tidak nyata,

1

): Transformasi (X + 0.5)1/2

Rekapitulasi hasil uji F pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap komponen produksi yaitu, bobot basah dan kering total 5 bulan setelah tanam (BST), bobot basah dan kering total 6 BST, bobot basah dan kering terna 6 BST, bobot kering akar dan daun 6 BST, serta berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan kalium pada jaringan daun.

Tabel 3. Rekapitulasi Uji F pada Komponen Produksi (RKLT)

Peubah K Koefisien

keragaman

Bobot Basah Ubinan 5 BST * 15.59

Bobot Kering Ubinan 5 BST * 22.04

Bobot Basah Total 6 BST * 30.16

Bobot Basah Terna (Sulur, Tangkai, Daun) 6 BST * 31.12 Bobot Kering Terna (Sulur, Tangkai, Daun) 6 BST * 31.09

Bobot Kering Akar 6 BST * 33.66

Bobot Kering Total 6 BST * 30.92

Bobot Kering Daun 6 BST1) * 17.03

Kandungan K pada Daun 5 BST ** 8.67

Keterangan : *: Nyata pada taraf 5%, **: Sangat nyata pada taraf 10%,

1

): Transformasi (X + 0.5)1/2

Peubah Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Induk

(44)

antara 6.33 sampai 28.63 helai /tanaman. Pertumbuhan jumlah daun tanaman induk meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Namun, pada umur 16 MST jumlah daun tanaman induk menurun akibat penguguran daun tua, (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Induk pada Berbagai Umur Tanaman

Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...helai /tanaman induk...

2 6.33 7.37 6.83 6.57 6.60

4 7.73 9.20 8.37 8.47 8.77

6 9.80 12.60 10.77 10.83 10.73

8 12.40 14.77 12.23 12.73 13.47

10 15.93 19.33 16.27 15.77 17.53

12 20.03 21.70 20.33 19.37 21.23

14 25.37 27.97 28.63 25.57 27.80

16 24.13 25.77 27.97 24.70 24.67

Menurut Sutardi (2008) pembelahan sel tanaman dikotil seperti pegagan pada daun primer berakhir ketika daun mencapai jumlah 80 %, yang selanjutnya pertambahan calon daun tidak berkembang disekitar apeks tajuk untuk digunakan memperluas tanaman. Sehingga diduga bahwa perkembangan tanaman alihkan kearah pembentukan organ lain seperti jumlah sulur primer dan panjang sulur untuk memperluas tanaman.

Panjang Tangkai Daun

(45)

pembibitan (naungan) dan setelah tanaman dipindahkan ke lapang dengan mendapatkan intensitas cahaya penuh.

Hasil penelitian Kurniawati et al. (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang tangkai daun pegagan berbeda nyata dipengaruhi oleh adanya naungan.

Tabel 5. Rata-rata Panjang Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...cm...

2 13.14 13.66 14.98 12.14 14.90

4 10.71 10.96 12.96 11.04 13.11

6 8.33 8.79 8.90 8.04 10.06

8 6.47 6.50 6.92 6.36 7.02

10 6.35 5.90 6.21 6.24 6.47

12 6.40 6.10 6.18 5.77 6.14

14 6.49 6.01 6.66 6.52 6.38

16 5.80 6.22 6.46 6.80 6.36

Panjang Daun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap panjang daun pada semua umur tanaman (Lampiran 6). Nilai rata-rata panjang daun berkisar antara 2.85 sampai 3.46 cm. Pertumbuhan panjang daun berfluktuasi terhadap umur tanaman pegagan dan cenderung menurun (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata Panjang Daun pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...cm...

2 3.16 3.25 3.34 3.19 3.46

4 2.99 3.16 3.22 3.08 3.30

6 2.85 3.06 2.98 2.93 3.17

8 2.95 3.02 2.92 3.03 3.15

10 3.16 3.46 3.37 3.32 3.38

12 3.18 3.24 3.23 3.32 3.32

14 3.12 3.05 3.40 3.37 3.42

(46)

Lebar Daun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap lebar daun pada umur tanaman 2 MST sampai 16 MST (Lampiran 7). Nilai rata-rata lebar daun berkisar antara 4.93 sampai 6.78 cm. Pertumbuhan lebar daun sama seperti panjang daun yaitu berfluktuasi terhadap umur tanaman pegagan (Tabel 7). Panjang dan lebar daun mengalami proses diferensiasi dan pertumbuhan bersama-sama, sehingga daun berbentuk seperti ginjal manusia, hal ini terlihat pada ukuran panjang daun lebih kecil dibandingkan dengan lebar daun.

Tabel 7. Rata-rata Lebar Daun pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...cm...

2 5.65 5.71 5.87 5.44 6.16

4 5.01 5.55 5.58 5.32 5.70

6 4.93 5.18 5.15 5.03 5.32

8 5.05 5.18 5.01 5.06 5.25

10 5.23 5.34 5.50 5.53 5.69

12 5.41 5.47 5.73 5.74 5.69

14 5.27 5.18 5.64 5.66 5.67

16 6.78 5.22 5.39 5.55 5.62

Tebal Daun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan tebal daun pada umur 10 MST (Lampiran 8). Tebal daun pada perlakuan dosis pupuk 66 K2O (kg/ha) libih tinggi dibandingkan

dengan dosis pupuk 0, 132, dan 264 K2O (kg/ha), namun tidak berbeda dengan

perlakuan pupuk 198 K2O (kg/ha). Pola pertumbuhan tebal daun berfluktuatif

(47)

Tabel 8. Rata-rata Tebal Daun pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...mm...

2 0.37 0.38 0.39 0.36 0.39

4 0.26 0.27 0.27 0.27 0.26

6 0.29 0.28 0.29 0.28 0.30

8 0.27 0.28 0.30 0.30 0.29

10 0.32b 0.40a 0.32b 0.35ab 0.32b

12 0.29 0.29 0.35 0.34 0.34

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Diameter Tangkai Daun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tangkai daun dari umur 2 MST sampai 16 MST (Lampiran 9). Nilai rata-rata diameter tangkai daun berkisar antara 1.34 sampai 1.64 mm. Pola pertumbuhan diameter tangkai daun berfluktuatif terhadap bertambahnya umur tanaman (Tabel 9).

Tabel 9. Rata-rata Diameter Tangkai Daun pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...mm...

2 1.34 1.47 1.58 1.34 1.55

4 1.51 1.50 1.61 1.52 1.55

6 1.42 1.42 1.51 1.43 1.57

8 1.49 1.58 1.52 1.51 1.55

10 1.44 1.47 1.43 1.41 1.52

12 1.64 1.57 1.58 1.60 1.58

Jumlah Sulur Primer

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan jumlah sulur primer pada umur 6 MST (Lampiran 10). Jumlah sulur primer pada perlakuan dosis pupuk 198 K2O (kg/ha)

lebih tinggi dibandingkan dengan dosis lainnya, namun perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk 66 K2O (kg/ha). Jumlah sulur primer

(48)

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...sulur primer/tanaman...

2 1.10 1.33 1.60 1.47 1.53

4 1.50 2.10 2.07 1.97 2.04

6 2.37b 2.90ab 2.67b 3.30a 2.63b

8 3.47 4.10 3.73 4.10 3.60

10 5.53 5.67 5.07 5.60 5.37

12 6.33 6.94 6.07 6.60 6.73

14 7.36 7.93 7.93 8.57 8.53

16 8.13 8.60 8.47 8.80 8.83

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Jumlah Sulur Sekunder

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah sulur sekunder pada semua umur tanaman selama pengamatan (Lampiran 11). Rata-rata jumlah sulur sekunder pada lima taraf pemupukan kalium dari 2 MST sampai 16 MST disajikan pada Tabel 11. Nilai rata-rata jumlah sulur sekunder berkisar antara 0.93 sampai 6.38 sulur sekunder/sulur primer terpanjang. Pertambahan umur akan meningkatkan jumlah sulur sekunder. Akan tetapi pada umur 16 MST, jumlah sulur sekunder menurun.

Tabel 11. Rata-rata Jumlah Sulur Sekunder pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...sulur sekunder/sulur primer ...

8 1.00 1.23 1.23 0.93 1.20

10 1.97 2.20 2.60 3.03 3.27

12 2.90 2.93 3.77 4.00 4.63

14 4.13 5.04 6.37 4.93 6.30

16 4.60 4.03 4.63 4.63 5.03

Panjang Sulur Primer

(49)

rata-rata panjang sulur primer berkisar antara 11.77 sampai 95.66 cm. Pertumbuhan panjang sulur primer meningkat mengikuti umur tanaman pegagan.

Tabel 12. Rata-rata Panjang Sulur Primer pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...cm ...

2 11.77 12.75 13.81 11.73 15.01

4 24.51 27.58 28.23 25.95 26.47

6 39.25 44.26 41.61 38.87 40.04

8 54.51 58.79 59.97 57.02 58.32

10 61.79 66.63 69.27 67.67 73.58 12 72.97 74.81 72.22 73.08 77.10 14 78.33 76.52 76.65 77.47 74.95 16 87.89 82.99 90.12 87.16 95.66

Jumlah Bunga Tanaman Induk

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga tanaman induk pada semua umur pengamatan (Lampiran 13). Rata-rata jumlah bunga tanaman induk pada lima taraf pemupukan kalium dari umur 2-16 MST disajikan pada Tabel 13. Nilai rata-rata jumlah bunga tanaman induk berkisar antara 1.63 sampai 10.87 bunga/tanaman induk. Pertumbuhan jumlah bunga tanaman induk meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman pegagan. Akan tetapi pada umur 16 MST, jumlah bunga menurun.

Tabel 13. Rata-rata Jumlah Bunga Induk pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...bunga /tanaman induk...

6 1.67 1.93 1.96 1.63 2.07

8 2.87 2.43 2.96 2.43 2.50

10 2.97 3.43 3.73 3.14 3.43

12 4.17 5.33 5.23 4.80 5.40

14 9.97 9.50 9.06 9.33 10.87

(50)

Jumlah Buku

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan jumlah buku sulur primer terpanjang saat tanaman umur 4 MST (Lampiran 14). Pada umur ini, terlihat bahwa perlakuan dengan dosis pupuk 132 K2O (kg/ha) memberikan nilai rataan jumlah buku lebih

tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk 0 K2O (kg/ha), namun tidak

berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk 66, 198 dan 264 K2O (kg/ha) (Tabel

14). Pertumbuhan jumlah buku meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman pegagan.

Tabel 14. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Umur Tanaman Dosis Pupuk K2O (kg/ha)

Umur

Tanaman 0 66 132 198 264

(MST) ...buku/sulur primer ...

2 0.70 0.70 0.83 0.73 0.90

4 2.70b 3.27a 3.43a 3.27a 3.17ab

6 4.47 5.00 4.87 4.83 4.83

8 5.53 6.57 7.03 6.13 6.43

10 6.73 7.27 7.53 7.30 7.87

12 7.93 8.57 8.20 8.30 8.44

14 8.27 8.67 8.43 8.30 8.47

16 9.30 9.33 9.13 9.13 9.93

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Peubah Produksi Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan Umur 5 BST

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan bobot panen ubinan tanaman pegagan umur 5 BST dengan luas ubinan 1 m2, baik bobot basah total maupun bobot kering total (Lampiran 15). Bobot basah total pegagan yang dipupuk dengan dosis 198 K2O

(kg/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk 0 K2O (kg/ha), namun tidak

berbeda dengan dosis pupuk 66, 132 dan 264 K2O (kg/ha), sedangkan bobot

kering total pegagan pada dosis pupuk 198 K2O (kg/ha) lebih tinggi dibandingkan

dengan dosis pupuk 0 dan 66 K2O (kg/ha), namun tidak berbeda dengan dosis 132

(51)

memberikan peningkatan pada nilai bobot basah dan kering total 5 BST yaitu sebesar 32.03 dan 46.38 % dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan kalium.

Tabel 15. Rata-rata Bobot Basah dan Bobot Kering Ubinan 5 BST pada Perlakuan Pemupukan Kalium

Bobot Biomassa Dosis Pupuk

K2O Bobot Basah Total Bobot Kering Total

(kg/ha) ...g/m2...

0 1395.6b 338.53b

66 1490.8ab 331.00b

132 1750.1ab 438.81ab

198 1842.6a 495.53a

264 1805.1a 450.54ab

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Hasil uji kontras polinomial (Gambar 2) menunjukkan bahwa pupuk K pada bobot kering total 5 BST berpengaruh sangat nyata secara linier dengan mengikuti persamaan linier Y= 0.588694 x + 333.174 (R2 = 0.30). Hasil uji lanjut kontras polinomial bobot kering total 5 BST disajikan pada Tabel Lampiran 18.

[image:51.612.163.478.458.642.2]
(52)

Analisis Kandungan Kalium pada Jaringan Daun 5 BST

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium berpengaruh sangat nyata meningkatkan kandungan hara kalium pada daun (Lampiran 16). Perlakuan dosis pupuk 264 K2O (kg/ha) memiliki kandungan

kalium lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis 0 dan 66 K2O (kg/ha),

[image:52.612.205.432.247.354.2]

namun tidak berbeda dengan dosis pupuk 132 dan 198 K2O (kg/ha) (Tabel 16).

Tabel 16. Kandungan Kalium Daun Pegagan pada Perlakuan Pemupukan Kalium

Dosis K2O

Kandungan K Jaringan

(kg/ha) (%)...

0 3.316c

66 4.068b

132 5.022a

198 5.314a

264 5.590a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Bobot Basah dan Kering Panen Ubinan Umur 6 BST

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah dan kering total, bobot basah dan kering terna, serta bobot kering akar dan daun pada panen ubinan 6 BST seluas 1 m2. Dari Tabel 17 terlihat bahwa perlakuan pemupukan kalium pada dosis 198 K2O (kg/ha) memiliki nilai produksi lebih tinggi. Pada bobot basah total dosis 198

K2O (kg/ha) merupakan dosis terbaik dibandingkan dengan dosis lainnya. Pada

bobot basah dan kering terna, dosis 198 K2O (kg/ha) lebih baik dibandingkan

dengan dosis pupuk 0, 132 dan 264 K2O (kg/ha), namun tidak berbeda dengan

dosis 66 K2O (kg/ha). Pada bobot kering akar dan daun, dosis 198 K2O (kg/ha)

lebih baik dibandingakan dengan dosis pupuk 0 dan 264 K2O (kg/ha), namun

tidak berbeda dengan dosis pupuk 66 dan 132 K2O (kg/ha), sedangkan pada bobot

kering total, dosis 198 K2O (kg/ha) lebih baik dibandingkan dengan dosis pupuk

0, 132 dan 264 K2O (kg/ha), namun tidak berbeda dengan dosis 66 K2O (kg/ha).

(53)

peningkatan pada nilai bobot basah dan kering total 6 BST yaitu sebesar 69.19 dan 71.94 % dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan kalium.

Tabel 17. Rata-rata Bobot Basah dan Bobot Kering Hasil Panen Ubinan 6 BST pada Perlakuan Pemupukan Kalium

Peubah Dosis

Pupuk K2O

Bobot Basah Total

Bobot Basah Terna

Bobot Kering

Terna

Bobot Kering

Akar

Bobot Kering

Daun

Bobot Kering Total Kg/ha ...g/m2...

0 1096.90b 953.9b 180.02b 28.79b 61.62b 208.81b 66 1330.30b 1165.0ab 229.21ab 32.33ab 84.23ab 261.54ab 132 1230.20b 1056.5b 201.56b 37.66ab 77.37ab 239.23b 198 1855.80a 1614.2a 308.29a 48.66a 105.29a 356.95a 264 969.10b 833.2b 155.62b 25.11b 53.48b 180.73b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Hasil uji kontras polinomial (Gambar 3) menunjukkan bahwa pupuk K pada bobot kering daun 6 BST berpengaruh nyata secara kuadratik dengan mengikuti persamaan kuadratik Y = - 0.0018705 x2+ 0.501063 x + 59.1454 (R2 = 0.23). Dosis optimum untuk bobot kering daun 6 BST tanaman pegagan adalah 134 K2O (kg/ha). Hasil uji lanjut kontras polinomial bobot kering daun 6 BST

[image:53.612.164.477.483.670.2]

disajikan pada Tabel Lampiran 18.

(54)

Hasil uji kontras polinomial (Gambar 4) diketahui bahwa pupuk K pada bobot kering total 6 BST berpengaruh nyata secara kuadratik dengan mengikuti persamaan kuadratik Y = - 0.0052124 x2+ 1.4355597 x + 196.1886286 (R2 = 0.17). Dosis optimum untuk bobot kering total 6 BST tanaman pegagan adalah 138 K2O (kg/ha). Hasil uji lanjut kontras polinomial bobot kering total 6 BST

disajikan pada Tabel Lampiran 18.

[image:54.612.163.477.227.418.2]

Gambar 4. Pengaruh Pupuk K terhadap Bobot Kering Total Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)pada Panen 6 BST.

Tabel 18. Dosis Optimum Tiap Peubah Panen Ubinan 6 BST

No Peubah Dosis Optimum K2O (kg/ha)

1 Bobot Kering Daun 134

2 Bobot Kering Total 6 BST 138

Rata-rata 136

Dari tabel dosis optimum masing-masing peubah diperoleh rata-rata nilai dosis optimum untuk meningkatkan produksi tanaman pegagan sebesar 136 ± 3 K2O (kg/ha) (Tabel 18)

Kadar Air Panen Ubinan 6 BST

(55)
[image:55.612.172.467.96.198.2]

Tabel 19. Kadar Air Panen Total dan Terna 6 BST Dosis K2O Panen Total Panen Terna

(kg/ha) .. ... (%)...

0 81.275 81.327

66 80.322 80.312

132 80.618 80.916

198 80.777 80.888

264 81.496 81.501

Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan kalium berpegaruh nyata terhadap panen tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) baik pada komponen akar maupun terna 6 BST. Perlakuan dosis pupuk 198 kg K2O/ha menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang

[image:55.612.162.477.343.580.2]

lainnya .

(56)
[image:56.612.151.485.79.460.2]

Gambar 6. Perbandingan Biomasa Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Panen 6 BST: (a) 0, (b) 66 (c) 132, (d) 198, dan (e) 264 K2O

(kg/ha)

Pembahasan

Hasil sidik ragam menujukkan bahwa pemberian beberapa taraf dosis pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan peubah pertumbuhan hanya pada tebal daun umur 10 MST, jumlah sulur primer umur 6 MST, jumlah buku umur 4 MST. Namun, pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata meningkatkan semua peubah produksi baik pada panen 5 BST (Bobot basah dan kering total) maupun 6 BST (Bobot basah dan kering total, bobot basah dan kering terna, bobot kering terna dan daun), serta berpengaruh sangat nyata meningkatkan kandungan kalium pada daun.

(a)

(e)

(d)

(c)

(57)

Rata-rata nilai produksi tanaman pegagan pada dosis pemupukan 198 K2O

(kg/ha) menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis lainnya baik pada umur panen 5 BST maupun 6 BST. Dosis pupuk 198 K2O (kg/ha)

diduga dapat meningkatkan produktivitas tanaman pegagan mencapai 16.14 ton/ha pada bobot basah terna dan 3.08 ton/ha pada bobot kering terna (umur 6 BST) dengan kadar air terna sebesar 80.89 %. Tisdaleet al. (1985) menyatakan bahwa kalium memainkan peran penting dalam fotosintesis dimana lebih dari 50% dari total unsur ini pada daun terkonsentrasi di kloroplas. Pemberian kalium akan meningkatkan laju fotosintesis sehingga dapat meningkatkan kandungan fotosintesis pada tanaman. Gula hasil fotosintesis juga akan ditransportasikan ke akar, sehingga akar akan lebih aktif menyerap hara lain. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan dengan semakin banyak akar maka semakin tinggi pertumbuhan atas tanaman sehingga perlakuan K menjadi nyata.

Selain berperan dalam proses fotosintesis dan pernapasan, kalium juga berperan dalam pembentukan pati, aktivator dari enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit serta meningkatkan sistem perakaran, membentuk batang yang lebih kuat, serta berpengaruh terhadap hasil (Hardjowigeno, 2007).

(58)

daun berkorelasi sangat nyata terhadap bobot basah total 5 BST dan hara daun 5 BST, sehingga dengan bertambahnya peubah bobot basah total 5 BST dan hara daun 5 BST akan meningkatkan peubah diameter tangkai daun. Jumlah sulur primer berkorelasi nyata terhadap jumlah sulur sekunder, panjang sulur primer dan jumlah buku, sehingga setiap penambahan jumlah sulur sekunder, panjang sulur primer dan jumlah buku akan meningkatkan peubah jumlah sulur primer. Panjang sulur primer berkorelasi sangat nyata terhadap jumlah bunga dan jumlah buku serta berkorelasi nyata dengan berat kering total 5 BST, sehingga setiap penambahan jumlah bunga, jumlah buku dan bobot kering total 5 BST akan meningkatkan panjang sulur primer. Jumlah bunga berkorelasi sangat nyata terhadap jumlah buku, sehingga setiap penambahan jumlah buku akan meningkatkan jumlah bunga. Bobot basah total 5 BST berkorelasi sangat nyata dengan peubah bobot kering total 5 BST dan hara daun 5 BST, sehingga setiap penambahan bobot kering total 5 BST dan hara daun 5 BST akan meningkatkan peubah bobot basah total 5 BST. Pada peubah produksi 6 BST berkorelasi sangat nyata dengan setiap peubah produksi 6 BST yaitu bobot basah dan kering total, bobot basah dan kering terna, bobot kering akar dan daun. Hasi analisis korelasi dapat dilihat pada Lampiran 20.

(59)

menyatakan bahwa jumlah kebutuhan unsur hara berkaitan dengan kebutuhan tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Jika unsur hara kurang tersedia, pertumbunan tanaman akan terhambat.

Kandungan kalium pada jaringan daun 5 BST semakin tinggi dengan semakin bertambahnya jumlah dosis pupuk yang diberikan, sedangkan pada bobot kering total 5 BST menunjukkan bahwa pada taraf dosis pupuk 264 K2O (kg/ha)

produksi mulai menurun meskipun responnya masih terlihat linier. Hal ini terjadi karena kalium yang dibutuhkan tanaman pegagan dalam jumlah banyak dan kalium merupakan unsur konsumsi mewah. Gardner (1991) menyatakan bahwa semakin besar jumlah K tersedia, maka akan semakin besar pula jumlah K yang diserap oleh tanaman. Kecenderungan ini disebut konsumsi berlebihan (luxury consumption) karena serapan yang besar pada tanaman tidak diikuti peningkatan

produksi. Menurut Novizan (2002), luxury consumption sering terjadi pada pemupukan kalium dengan dosis yang tinggi. Jika hal ini dibiarkan, pemupukan kalium tidak lagi ekonomis. Sedangkan pada peubah panen ubinan umur 6 BST terlihat bahwa perlakuan pupuk pada dosis 264 K2O (kg/ha) menunjukkan hasil

yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis 0 K2O (kg/ha). Hal ini diduga telah

terjadi keracunan pada dosis tersebut (zona toksik). Menurut Novizan (2002) bila terjadi pemakaian K yang berlebihan, serapan atau translokasi dari kation lain dapat terganggu seperti menurunnya kadar magnesium dalam daun, kadang-kadang mencapai tingkat rendah sehingga fotosintesis terganggu. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil panen menurun. Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa penggunaan dosis pupuk yang berlebihan dapat mematikan tanaman, sedangkan dosis yang kurang tidak akan memberikan efek pertumbuhan tanaman seperti yang diharapkan.

(60)

Agustin (1990) menyatakan bahwa hubungan dosis pupuk dengan hasil tanaman mengikuti pola kuadratik, artinya pemberian pupuk tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman sebaliknya dosis yang berlebihan akan mengakibatkan turunnya hasil tanaman. Dosis optimum pupuk K untuk meningkatkan produksi tanaman pegagan adalah 136 ± 3 K2O (kg/ha).

(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pemupukan kalium berpengaruh nyata meningkatkan peubah pertumbuhan hanya pada tebal daun umur 10 MST, jumlah sulur primer umur 6 MST dan jumlah buku umur 4 MST. Perlakuan pemupukan kalium berpengaruh nyata meningkatkan semua peubah produksi baik pada panen umur 5 BST maupun umur 6 BST serta berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan kalium jaringan daun 5 BST. Dosis optimum pupuk kalium untuk meningkatkan produksi tanaman pegagan adalah 136 ± 3 K2O (kg/ha)

Saran

Berdasarkan hasi penelitian, dapat disarankan menggunakan dosis pemupukan kalium sebesar 136 ± 3 K2O (kg/ha) untuk meningkatkan produksi

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, L. 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 69 hal.

Ashari, S. 2006. Hortikultura: Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta 490 hal.

Depdikbud. 1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Palembang. 246 hal.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. H. Susilo (Penerjemah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Terjemahan dari:Pysiology of Crop Plants.

Ghulamahdi, M., S.A. Aziz, N. Bermawie, dan O. Trisilawati. 2008. Laporan Hasi Penelitian Studi Penyiapan Standar Operasional Prosedur Budidaya Untuk Produksi Bioaktif Mendukung Standarisasi Mutu Pegagan. Institut Pertanian Bogor. 70 hal.

Handra. 2004. Pegagan, tumbuh terlupakan kaya manfaat anti-cellulite. http://www.kompas.com. [22 November 2008].

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal.

Januwati, M. dan M. Yusron. 2005. Budidaya tanaman pegagan. http//balittro.litbang.deptan.go.id. [22 November 2008].

Koesmaryono, J. dan Handoko. 19

Gambar

Gambar 1. Sebaran  Suhu, Hari Hujan dan Curah Hujan Selama Percobaan
Gambar 2. Pengaruh Pupuk K terhadap Bobot Kering Total Tanaman Pegagan(Centella asiatica (L.) Urban) pada Panen 5 BST
Tabel 16. Kandungan Kalium Daun Pegagan pada    Perlakuan Pemupukan Kalium
Gambar 3. Pengaruh Pupuk K terhadap Bobot Kering Daun Tanaman Pegagan(Centella asiatica (L.) Urban) pada Panen 6 BST
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sutan Remi Syahrani, money laundering adalah serangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram,

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendampingan orangtua dalam menonton televisi terhadap

Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil data-data mengenai mekanisme pelelangan agunan atas non performing finance yang terjadi di Bank Syariah Mandiri

Perbandingan waktu getar struktur jembatan atau perioda struktur tanpa base isolator, dan dengan menggunakan base isolator akibat beban gempa. Perbandingan perpindahan pada

[r]

Dapatan analisis Korelasi Pearson pula menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi pelajar terhadap kekerapan penerapan 17 nilai murni dalam pengajaran

Euskal Herriko ikonoak hartuz gero lagin bezala –aipa- tutako % 13a, hain zuzen–, portzentajeek aro bakoitzean dagoen joera islatzen dute: 1975tik 2000ra arte egiten

Meskipun dalam kedua teks tersebut tidak ditemukan waktu penyalinannya, tetapi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roosiati (1983) disebutkan