Prosedur Pemberian Bantuan Dana Program Kemitraan BUMN PTPN II Kepada Calon Mitra Binaan
Dalam pemberian bantuan dana Program Kemitraan BUMN, PTPN II memiliki beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh calon Mitra Binaan PTPN II.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 sampel Mitra Binaan PTPN II diketahui bahwa 30 Sampel Mitra Binaan tersebut telah melengkapi persyaratan Administrasi (seperti proposal kegiatan usaha, fotocopy KTP, fotocopy Kartu keluarga, pas photo, fotocopy surat izin usaha, dan surat keterangan Kepala Desa dan tetangga, foto tempat usaha, fotocopy agunan, serta nomor rekening Bank).
Selain itu, 30 sampel Mitra Binaan tersebut juga mengajukan proposal kegiatan usahanya ke Direksi PTPN II dengan tujuan bagian umum Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN II. Dimana proposal tersebut berisi tentang jenis usaha, kegiatan usaha, pembiayaan dan keuangan usaha, hasil serta penyerapan tenaga kerja, jumlah anggota (khusus koperasi), besar pinjaman dan penggunaan dari pinjaman Mitra Binaan. Kemudian Proposal Mitra Binaan tersebut dikirim Direksi PTPN II ke Kepala Bagian PKBL dan disampaikan kepada Kepala Urusan PKBL.
Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa Asisten kepala urusan PKBL bagian Administrasi Keuangan dan Umum telah melakukan evaluasi dan seleksi terhadap seluruh (30 sampel) proposal kegiatan usaha Mitra Binaan tersebut.
Kemudian, Bagian PKBL PTPN II melakukan survey (tinjauan langsung) kelapangan untuk melihat kondisi usaha 30 sampel Mitra Binaan yang
sebenarnya. Hasil survey lapangan tersebut disampaikan ke kantor direksi Bagian SDM dan kemudian dan akan dikembalikan ke bagian umum PKBL.
Besarnya bantuan pinjaman yang diberikan berdasarkan seleksi dan evaluasi proposal usaha yang diberikan apabila usaha memiliki prospek usaha yang baik dan jelas maka akan diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan besarnya pinjaman yang ada di proposal. Apabila usaha memiliki potensi berkembang, maka diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan potensi usaha tersebut. Tidak harus sesuai dengan besarnya pinjaman seperti yang ada di proposal, dan usaha yang tidak layak tidak diberi pinjaman.
Dari hasil penelitian terhadap 30 Sampel Mitra Binaan PTPN II juga diperoleh bahwa jumlah pinjaman yang diterima oleh Mitra Binaan tidak semuanya sesuai dengan jumlah Pinjaman yang diajukan oleh Mitra Binaan. Dari Lampiran 4 dapat dilihat bahwa hanya 8 dari 30 Mitra Binaan yang menerima pinjaman sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan dan 22 Mitra Binaan lainnya menerima pinjaman tidak sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan. Hal ini karena terbatasnya dana PTPN II untuk melaksanakan Program Kemitraan BUMN dan kurang sesuainya jumlah pinjaman yang diajukan Mitra Binaan dengan kondisi usahanya.
Pemberian pinjaman kepada Mitra Binaan akan dituangkan dalam surat perjanjian atau kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :
1) Nama dan alamat PTPN II serta nama dan alamat Mitra Binaan 2) Hak dan kewajiban Program Kemitraan PTPN II dan Mitra Binaan 3) Jumlah pinjaman dan peruntukannya
4) Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pengembalian pinjaman, jadwal angsuran pokok, dan jasa administrasi pinjaman, jaminan)
Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan per tahun sebesar 6% dari limit pinjaman atau ditetapkan oleh Menteri seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2007 pasal 12 ayat 2,3 dan 4 yaitu apabila pinjaman-pinjaman diberikan berdasarkan prinsip jual beli maka proyeksi marjin yang dihasilkan disetarakan dengan marjin sebesar 6% atau sesuai dengan penetapan Menteri. Apabila pinjaman diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, maka rasio bagi hasilnya bagi
PTPN II adalah mulai dari 10% ( 10 : 90 ) sampai dengan maksimal 50% (50:50). Namun dari 30 sampel Mitra Binaan yang diteliti tidak ada yang
menyelesaikan pinjaman dengan prinsip bagi hasil melainkan dengan menetapkan jasa administrasi sebesar 6% dari limit pinjaman.
Setelah pembuatan dan penandatangan kontrak/surat perjanjian, maka bagian PKBL memberikan pinjaman bantuan dana PKBL kepada Mitra yang bersangkutan melalui rekening bank yang telah ditetapkan pada proposal usaha, yang selanjutnya digunakan sebagai modal usaha.
Dengan diberikannya pinjaman dana tersebut maka Mitra Binaan PTPN II Tanjung Morawa wajib mengikuti serangkaian pelatihan dan Pameran untuk mengembangkan usahanya. Pelatihan tersebut diberikan oleh tenaga ahli dari bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II, Dinas Koperasi Tingkat I, LPP, Cikal USU, Yayasan Srikandi, LSM yang berhubungan dengan Program Kemitraan dan para Mitra Binaan unggulan yang telah berhasil dalam mengembangkan usahanya.
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pemberian bantuan dana Program Kemitraan (dana pinjaman) dari bagian PKBL kepada Mitra Binaan adalah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh BUMN PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 diterima.
Perbedaan Pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan Dana Program Kemitraan PTPN II
Pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman dapat diketahui dengan cara mencari jumlah penerimaan dan menguranginya dengan jumlah total biaya. Berikut adalah data yang menyajikan rataan jumlah bantuan dana pinjaman, tingkat pendapatan sebelum menerima bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II, dan tingkat pendapatan sesudah menerima bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II. Tabel 6. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana
pinjaman
Uraian Satuan Keterangan
Tertinggi Terendah Rataan Pinjaman Pokok yang
diterima
Rp. 35.000.000 3.000.000 13.650.000 Pendapatan Sebelum Rp. 5.500.000 750.000 1.968.333 Pendapatan Sesudah Rp. 7.650.000 940.000 3.114.250 Selisih Pendapatan
Sebelum dan Sesudah
Rp. 3.650.000 40.000 1.145.916,67
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 8
Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan dari jumlah bantuan dana pinjaman yang diterima Mitra Binaan adalah Rp.13.650.000,- maka Mitra Binaan dapat meningkatkan rataan tingkat pendapatan perbulan sebesar Rp.4.407.448,-. Hal ini termasuk baik karena Mitra Binaan dapat meningkatkan pendapatannya
bantuan dana pinjaman dan dengan bantuan dana pinjaman tersebut Mitra Binaan juga dapat mengembangkan usahanya.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebelum menerima bantuan dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 1.968.333,- Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata Mitra Binaan setelah menerima bantuan dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 3.114.250,-. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan SPSS terhadap pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman dengan uji t-berpasangan (Paired Sample t-test)
dapat diketahui bahwa korelasi antara kedua variabel, menghasilkan angka 0,934 dengan nilai probabilitas dibawah 0,05 (yaitu 0,000). Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan adalah
sangat kuat dan berhubungan secara nyata. Dan terlihat bahwa t hitung adalah -7,872 dengan probabilitas 0,000.
Untuk -t tabel diperoleh t(0,025; 29) = -2,045 dimana kriteria pengujiannya
adalah seperti gambar berikut :
H0 ditolak H0 ditolak
H0 diterima -2,045 + 2,045
Dari gambar tersebut diperoleh :
o H0 diterima jika t hitung berada diantara -t tabel (-2,045) dan + t tabel (2,045).
o H0 ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > + t tabel.
Nilai t hitung untuk konstanta sebesar -7,872 < -t tabel (-2,045), maka
pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan BUMN PTPN II maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 diterima.
Tingkat Penggolongan Kualitas Pengembalian Pinjaman
Kualitas pinjaman adalah status kondisi pinjaman yang terdiri dari pinjaman lancar, kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet. Kualitas pengembalian dana pinjaman (Program Kemitraan) tersebut dinilai berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran pinjaman dimana pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pembayaran jasa administrasi pinjaman.
Tabel 7. Pinjaman keseluruhan Mitra Binaan yang sudah dikembalikan dan yang belum dikembalikan
Uraian Keterangan
Jumlah (Rp.) Persentase (%) Pinjaman yang sudah
dikembalikan
276.208.333 67,45
Pinjaman yang belum dikembalikan
133.291.667 32,54
Total pinjaman keseluruhan Mitra Binaan
409.500.000 100
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 9
Dari hasil penelitian, jumlah dana pinjaman yang telah dikembalikan oleh 30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 276.208.333,- . Hal ini berarti bahwa hanya 67,45 % jumlah pinjaman yang telah dikembalikan oleh Mitra Binaan kepada Bagian PKBL PTPN II. Jumlah pinjaman keseluruhan Mitra Binaan terhadap 30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 409.500.000,- dengan rentang pinjaman Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 35.000.000,- dan jangka waktu pengembalian pinjaman Mitra Binaan adalah selama 2 tahun (24 bulan).
Tabel 8. Jumlah bulan pengembalian pinjaman keseluruhan Mitra Binaan PTPN II
Uraian Keterangan
Jumlah Mitra Binaan (Unit usaha)
Persentase (%) Pengembalian selama 2 tahun
(24 bulan)
14 46,67
Pengembalian lebih dari 2 tahun (>24 bulan)
16 53,33
Total 30 100
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 10
Mitra Binaan yang telah mengembalikan pinjaman selama 2 tahun adalah sebanyak 14 Mitra Binaan ( 46,67 %), sedangkan yang mengembalikan lebih dari 2 tahun adalah sebanyak 16 Mitra Binaan (53,33 %) . Hal ini karena masih adanya sisa jangka waktu pengembalian pinjaman dari beberapa Mitra Binaan selama beberapa bulan lagi.
Jumlah Mitra Binaan yang sudah membayar pinjaman sebesar 50-100% adalah sebanyak 23 Mitra Binaan dan jumlah Mitra Binaan yang membayar pinjamannya kurang dari 50% adalah sebanyak 7 Mitra Binaan.
Tabel 9. Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan
Uraian Keterangan
Jumlah Mitra Binaan (Unit usaha)
Persentase (%)
Lancar (≤ 30 hari) 13 43,33
Kurang lancar (≥ 30-180 hari/ 1- 6 bulan)
8 26,67
Diragukan (≥ 180-270 hari/ 6-9 bulan
5 16,67
Macet ((≥ 270 hari/ 9 bulan 4 13,33
Total 30 100
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 12
Dari hasil penelitian, juga dapat dilihat bahwa dari 30 Mitra Binaan terdapat 14 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong
lancar, 9 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya kurang lancar, 4 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya tergolong diragukan, dan 3 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong Macet (melebihi batas pembayaran 270 hari atau lebih dari 9 bulan).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mitra Binaan dan bagian Program Kemitraan PTPN II, ada beberapa tingkat penggolongan kualitas pinjaman dari Mitra Binaan kepada bagian PKBL PTPN II yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Adapun yang menjadi faktor ketidaklancaran Mitra Binaan dalam pembayaran pinjamannya adalah :
o Kurangnya pengawasan dan ketegasan dari bagian PKBL PTPN II terhadap usaha kecil masyarakat.
o Sanksi dan bunga pinjaman yang diberikan pihak PKBL PTPN II tidak begitu memberatkan masyarakat, dimana sanksi hanya berupa penahanan surat agunan dan bunga tetap dibayar pertahun sebesar 6% tanpa adanya denda jika terlambat membayar.
o Tingginya biaya kebutuhan keluarga Mitra Binaan yang harus dipenuhi. o Biaya pendidikan anak-anak Mitra Binaan yang tinggi dan mendesak
sehingga mengharuskan Mereka untuk mendahulukan membayar biaya pendidikan dari pada membayar utang pinjaman.
o Pengalihfungsian dana pinjaman ke usaha lain yang dilakukan oleh Mitra Binaan yang tidak menghasilkan tetapi menimbulkan kerugian mengakibatkan Mitra Binaan malas membayar pinjaman.
Persentasi tertinggi dalam penggolongan kualitas pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan ke bagian PKBL PTPN II terdapat pada tingkat lancar yaitu
sebanyak 43,33 % dari jumlah Mitra Binaan yang pembayarannya kurang lancar 26,67 %, diragukan 16,67 %, dan macet 13,33 %. Berdasarkan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pengembalian pinjaman adalah tidak tergolong lancar karena persentasi tingkat kelancaran pengembalian pinjaman Mitra Binaan kurang dari 50%. maka hipotesis 3 ditolak.
Menurut Jackie Ambadar (2008), kunci keberhasilan dalam kemitraan adalah adanya komitmen bersama serta kerjasama yang harmonis dan kolaborasi yang serasi, serta koordinasi yang baik, yang jauh dari unsur-unsur tekanan karena telah terbangun iklim saling kepercayaan antar Mitra yang terlibat.
Namun, berdasarkan hasil penelitian dengan melihat peningkatan pendapatan dan penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra binaan kebagian PKBL adalah tidak seimbang dan tidak saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Dalam hal ini yang diuntungkan adalah Mitra Binaan, karena lebih dari 50 % Mitra Binaan yang telah menerima bantuan dana pinjaman dari bagian PKBL tidak mengembalikan pinjaman tepat waktu dan kurang dari jumlah pinjaman yang diberikan oleh bagian PKBL PTPN II sedangkan, pendapatan seluruh Mitra Binaan sampel meningkat.
Hal ini menimbulkan kurangnya kepercayaan bagian PKBL PTPN II untuk memberikan bantuan dana pinjaman berikutnya kepada Mitra Binaan yang bersangkutan. Dari 30 Mitra Binaan sampel tersebut hanya 43,33 % atau 13 Mitra Binaan yang membayar pinjaman tepat waktu. Dalam hal ini terlihat bahwa hubungan yang terjalin anatara pihak PKBL PTPN II dengan sebagian besar Mitra Binaan tidak harmonis, khususnya pada Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya kurang lancar, diragukan dan macet. Maka dapat disimpulkan bahwa
Program Kemitraan BUMN PTPN II belum berhasil dengan demikian maka Hipotesis IV ditolak.