EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN BUMN
TERHADAP USAHA KECIL MASYARAKAT
PADA PTPN II TANJUNG MORAWA
SKRIPSI
Oleh :
ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN
050309035/PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN BUMN
TERHADAP USAHA KECIL MASYARAKAT
PADA PTPN II TANJUNG MORAWA
SKRIPSI
Oleh:
ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN
050309035/PKP
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Evaluasi program kemitraan BUMN terhadap usaha kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa
Nama : Elisbet Sopia Perangin-angin
NIM : 050309035
Departemen : Agribisnis
Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Lily Fauzia, M.Si ) (
NIP. 19630822198832003 NIP.19509261993031002
Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si)
Ketua Komisi pembimbing Anggota Komisi pembimbing
Mengetahui,
(Ir. Luhut Sihombing, MP)
NIP. 132005055
Ketua Departemen Agribisnis
ABSTRAK
ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN: Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa. Dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si
Program Kemitraan merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan BUMN kepada masyarakat. Program kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Penelitian ini menganalisis perkembangan usaha Mitra binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan PTPN II di wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Simple Random Sampling, yaitu berdasarkan acak (random) yaitu Masyarakat pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PTPN II. Jumlah populasi Mitra Binaan di Kabupaten Deli Serdang adalah 253 Mitra, dan sampel yang dijadikan adalah sebanyak 30 sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji
paired sample t test (uji t berpasangan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan oleh PTPN II mampu mengembangkan usaha kecil Mitra Binaan dengan peningkatan pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebesar 61,48 %. Program ini bermanfaat bagi masyarakat dimana syarat dan prosedurnya sangat mudah dan bunga pinjaman sangat kecil. Masalah yang dihadapi oleh PTPN II adalah banyaknya Mitra Binaan yang tidak melunasi pinjaman tepat waktu yaitu 56,67 % dar 30 Mitra Binaan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Januari 1988 dari ayah Pendi
Perangin-angin dan ibu Kastina br. Kaban. Penulis merupakan putri pertama dari
tiga bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Swasta Santo Petrus, Medan dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dalam
organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Unit Kegiatan
Mahasiswa Kristen (UKM KMK), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Mangan
Molih Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi dari bulan Juni sampai Juli
2009. Penulis mulai penelitian pada bulan September sampai November 2009 di
bagian PKBL PTPN II Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada
PTPN II Tanjung Morawa”
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik
penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Lily
Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian,
sampai pada ujian akhir.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bagian
PKBL PTPN II Tanjung Morawa beserta seluruh Mitra Binaan PTPN II di
wilayah Kabupaten Deli Serdang dan juga teman-teman yang membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih untuk pembaca semoga
skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI
Kerangka Pemikiran... 17
Hipotesis Penelitian ... 20
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21
Metode pengambilan Sampel ... 21
Metode Pengumpulan Data ... 21
Metode Analisis Data ... 22
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 24
Batasan Operasional ... 25
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian
Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Status Perusahaan... 28
Visi Perusahaan... 29
Misi Perusahaan ... 29
Maksud dan Tujuan ... 27
Karakteristik Mitra Binaan Sampel ... 30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur Pemberian Bantuan dana Program Kemitraan BUMN PTPN II
kepada Calon Mitra Binaan ... 33 Perbedaan Pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Menerima
Bantuan dana Program Kemitraan PTPN II. ... 36 Tingkat Penggolongan Kualitas Pinjaman ... 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 43 Saran ... 44
DAFTAR TABEL
No Hal
1 Jumlah Mitra Binaan dan tingkat penyaluran dana Program Kemitraan menurut wilayah s/d triwulan III 2008... 5
2 Jumlah penduduk dewasa dan anak-anak menurut jenis kelamin pada tahun 2008... 27
3 Komoditi yang diusahakan PTPN II... 29
4 Karakteristik Mitra Binaan sampel di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009... 31
5 Persentase wirausaha sebagai mata pencaharian Mitra Binaan PTPN II... 32
6 Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman... 36
7 Pinjaman keseluruhan Mitra Binaan yang sudah dikembalikan dan yang belum dikembalikan... 38
8 Jumlah bulan pengembalian pinjaman keseluruhan Mitra Binaan PTPN II... 39
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1 Segitiga hubungan Tripple Bottom Line... 11 2 Skema kerangka pemikiran... 19
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1 Karakteristik Mitra Binaan sampel... 1
2 Mata pencaharian utama dan sampingan Mitra Binaan... 2
3 Jenis usaha Mitra Binaan sampel... 3
4 Prosedur pemberian bantuan dana pinjaman kepada Mitra Binaan... 4
5 Total biaya Mitra Binaan per bulan sebelum menerima bantuan dana... 5
6 Total biaya Mitra Binaan per bulan sesudah menerima bantuan dana... 6
7 Pendapatan Mitra Binaan per bulan sebelum menerima bantuan dana... 7
8 Pendapatan Mitra Binaan per bulan sesudah menerima bantuan dana... 8
9 Selisih pendapatan Mitra Binaan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana... 9
10 Persentase jumlah pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan ke bagian PKBL PTPN II... 10
11 Persentase jumlah bulan pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan... 11
12 Kualitas pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan sampai pada bulan November 2009... 12
13 Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan... 13
14 Paired Sample T-Test (Uji t Berpasangan)... 14 15 Investasi usaha Mitra Binaan yang bertambah setelah menjadi
ABSTRAK
ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN: Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa. Dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si
Program Kemitraan merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan BUMN kepada masyarakat. Program kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Penelitian ini menganalisis perkembangan usaha Mitra binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan PTPN II di wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Simple Random Sampling, yaitu berdasarkan acak (random) yaitu Masyarakat pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PTPN II. Jumlah populasi Mitra Binaan di Kabupaten Deli Serdang adalah 253 Mitra, dan sampel yang dijadikan adalah sebanyak 30 sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji
paired sample t test (uji t berpasangan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan oleh PTPN II mampu mengembangkan usaha kecil Mitra Binaan dengan peningkatan pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebesar 61,48 %. Program ini bermanfaat bagi masyarakat dimana syarat dan prosedurnya sangat mudah dan bunga pinjaman sangat kecil. Masalah yang dihadapi oleh PTPN II adalah banyaknya Mitra Binaan yang tidak melunasi pinjaman tepat waktu yaitu 56,67 % dar 30 Mitra Binaan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia telah menunjukkan hasil nyata bagi kemajuan
dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga
membawa dampak pada terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat.
Kesenjangan ini merupakan akses dari pembangunan ekonomi yang bertumpu
pada mengejar pertumbuhan yang tinggi, dan kurang memperhatikan aspek
pemerataan. Kondisi ini sering menjadi pemicu timbulnya kecemburuan sosial
yang dapat menggangu kesinambungan pembangunan (Hafsah, 2000).
Usaha kecil, koperasi dan sektor informal merupakan salah satu wahana
bagi upaya perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan sebagian
besar masyarakat Indonesia. Permasalahan yang seringkali menjadi penghambat
usaha kecil, koperasi dan sektor informal lainnya adalah sulitnya melaksanakan
pengembangan diri yang berdampak terhadap akses usaha dalam memperoleh
bantuan atau kredit dari perbankan.
Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi atau mempersempit
terjadinya kesenjangan sosial dan masalah-masalah tersebut, maka dilakukan
pengembangan kemitraan usaha antara pengusaha besar (kuat) dengan pengusaha
kecil (lemah). Kemitraan ini diharapkan dapat memacu dan memicu pertumbuhan
ekonomi sekaligus mendorong pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga
kerja, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan regional wilayah (Hafsah, 2000).
Manusia yang terdiri dari pihak pengusaha, pemerintah, dan
dari program kemitraan tersebut. Kelembagaan pengawasan juga diperlukan untuk
mengawasi jalannya kemitraan dari pemerintah dan pengusaha sehingga tidak
merugikan kaum petani. Pihak pemerintah juga bisa berfungsi sebagai pengawas
dan perantara jalannya proses kemitraan antara pengusaha dan petani/ masyarakat,
walaupun dalam kenyataannya lembaga pengawasan ini sulit untuk didapatkan
(Sumardjo, dkk. 2004).
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan bersama tertentu
untuk meraih sesuatu sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi
sesuai kesepakatan yang muncul (Mutual). Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan
dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar
wilayah, ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan
saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan
fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang
dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut.
(Hafsah, 2000).
Usaha kecil dan koperasi yang merupakan bagian terbesar sekaligus pilar
penopang utama dari perekonomian nasional harus diberikan peluang dan peran
yang lebih besar agar menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Permasalahan
mendasar yang ada pada usaha kecil dan koperasi adalah kurangnya kemampuan
manajemen dan profesionalisme serta terbatasnya akses terhadap permodalan
teknologi terutama jaringan pemasaran. Untuk mengatasi hal ini program
kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi serta mengurangi
masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. (Hafsah,2000)
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu badan yang berfungsi sebagai
pembantu dan bersifat sebagai pembina. Dimana badan tersebut dapat berasal dari
perusahaan-perusahaan yang telah maju dan berkembang pesat serta dapat
melakukan tanggung jawab sosialnya masing-masing, dalam hal ini perusahaan
tersebut adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan salah satu tujuan
pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan
Perseroan (Persero). Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil dibebankan
sebagai biaya perusahaan. Dengan terbitnya keputusan Menteri Keuangan
No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang Pedoman
Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik
Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1%-5%
dari laba setelah pajak. Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang
Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari
Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (Anonimous, 2007).
Memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebutuhan masyarakat,
yaitu melalui Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan
Pembina BUMN No.:Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999
tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, Keputusan Menteri
BUMN No.:Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dan
terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007
tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan (Anonimous, 2007).
Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha
Milik Negara, BUMN merupakan perusahaan perseroan yang seluruh modalnya
dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi
dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Dan program kemitraan BUMN dengan usaha kecil adalah program yang dibuat
untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Salah satu contoh BUMN yang melaksanakan program kemitraan adalah
BUMN PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) yang selanjutnya disebut PTPN.
PTP Nusantara II merupakan salah satu BUMN di Sumatera Utara yang konsisten
dalam menjalankan Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat, dimana
program tersebut berada di bawah naungan bagian Kemitraan dan Bina
Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat, dimana UKM-UKM yang
Dana pinjaman Program Kemitraan yang diterima Mitra Binaan dikenakan
jasa administrasi sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman. Dimana dana
pinjaman tersebut merupakan ruang lingkup dari Program Kemitraan PTPN II
yang digunakan sebagai :
Modal kerja atau dana kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek.
Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produkstivitas Mitra Binaan serta untuk
penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.
(Bag. PKBL BUMN PTPN II, 2009).
Adapun jumlah Mitra Binaan dan jumlah penyaluran dana Program
Kemitraan yang telah disalurkan oleh bagian PKBL kepada daerah-daerah yang
telah menjadi anggota Mitra Binaan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah mitra binaan dan tingkat penyaluran dana Program Kemitraan kepada Mitra menurut wilayah s/d triwulan III 2008
Wilayah Jumlah Mitra
Binaan
Jumlah Penyaluran Dana (Rp.)
Deli Serdang 253 4.788.787.125
Langkat 160 2.968.533.212
Binjai 174 1.704.850.000
Medan 35 595.840.000
Karo 44 624.043.750
Dairi 48 531.421.500
Toba Samosir 7 149.500.000
Tapanuli Utara 26 572.472.000
Tapanuli Selatan 14 532.094.932
Mandailing Natal 10 167.500.000
Riau 16 37.322.380
Irian Jaya 1 47.407.500
NTB 1 410.000.000
Total 789 13.129.772.399
Dari tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa penyaluran dana yang telah
disalurkan oleh bagian PKBL PTPN II kepada 789 Mitra Binaan adalah sejumlah
Rp. 13.129.772.399,- . Dimana jumlah Mitra Binaan terbesar berada pada wilayah
Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 253 Mitra Binaan dengan jumlah
penyaluran dana sebesar Rp. 4.788.787.125,-.
Selain program kemitraan, ada juga program Bina Lingkungan, dimana
Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan sosial masyarakat oleh
perusahaan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba PTPN II. Dan ruang
lingkup Program Bina Lingkungan ini adalah berupa bantuan seperti : untuk
korban bencana alam, pendidikan/pelatihan, peningkatan kesehatan,
perbaikan/pengembangan sarana/prasarana ibadah dan umum, pelestarian alam.
Pembinaan Usaha Kecil yang dilakukan BUMN tidak terlepas dari beberapa
peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu :
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998, pasal 16 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, pasal 2 dan pasal 88 ayat 1 tentang BUMN.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74 ayat (1) tentang Perseroan terbatas.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pasal 21 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Identifikasi Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan penelitian. Berdasarkan
uraian-uraian diatas dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu :
1. Apakah sistem pemberian bantuan dana program kemitraan PTPN II
kepada calon mitra binaan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan oleh
BUMN ? 2. Bagaimana perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan
sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan PTPN II ?
3. Bagaimana tingkat pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada
bagian Program kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II ? 4. Apakah
Program Kemitraan BUMN PTPN II telah berhasil?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi prosedur pemberian bantuan dana program
kemitraan PTPN II kepada calon Mitra Binaan.
2. Untuk mengidentifikasi perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum
dan sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan.
3. Untuk mengidentifikasi penggolongan pengembalian pinjaman dari
Mitra Binaan kepada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
PTPN II.
4. Untuk mengidentifikasi keberhasilan Program Kemitraan BUMN PTPN
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak Badan Usaha Milik
Negara PT. Perkebunan Nusantara II (PERSERO) bagian Kemitraan dan
Bina Lingkungan.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak calon Mitra Binaan.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
4. Sebagai salah satu syarat dalam penulisan tugas akhir studi di Fakultas
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan
sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam
menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung
dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami
bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan.
Komposisi kemitraan itu sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku
ekonomi seperti produsen, pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah
daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga swadaya masyarakat
dan sebagainya (Haeruman, 2001)
Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak.
Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan
berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan
menggantikan hubungan pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat
kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha
guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997).
Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya
yaitu sebagai berikut:
1. Membangun hubungan jangka panjang.
2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang.
3. Perencanaan produk yang difokuskan.
5. Membuka saluran – saluran penjualan.
6. Mengendalikan biaya – biaya penjualan.
(Linton, 1997)
Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya
merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan
kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Aktivitas
PKBL merupakan wujud nyata dari program penanggulangan dan pengentasan
kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dimana masyarakat miskin
merupakan sasaran utamanya (Anonimous, 2009).
Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini
perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa
depan. Artinya CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre),
melainkan sentra laba (Profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga
akan ikut menjaga eksistensi perusahaan (Wibisono, 2007).
Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) sebenarnya adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan ”Tripple bottom line” yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras
dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi
Istilah Tiripple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 dimana Elkington berpendapat bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan
haruslah memperhatikan ”3P” yaitu :
Profit (keuntungan) merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha
Masyarakat (People) merupakan salah satu stakeholder yang penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi
keberadaan atau kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan,
dimana perusahaan harus berkomitmen untuk berupaya memberikan
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.
Lingkungan (Planet) adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan manusia
(Wibisono, 2007)
Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai berikut :
Sosial (People)
Lingkungan Ekonomi (Planet) (Profit)
Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung
jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang
direfleksikan dalam kondisi financialnya saja, namun juga harus memperhatikan
aspek sosial dan lingkungannya artinya selain mengejar profit perusahaan juga
dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet)
(Wibisono, 2007).
PKBL sebagai upaya penanggulangan kemiskinan seyogyanya ditujukan
untuk the poorest yaitu untuk mengurangi beban masyarakat miskin dan
economically active poor yaitu untuk meningkatkan produktivitas dan kemudian pendapatannya. Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat dan Bina
Lingkungan merupakan salah satu program untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba BUMN (Anonimous, 2009).
Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu pendorong kekuatan
terdepan dan pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM amat vital untuk
menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan
dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar.
Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor
usaha lainnya, dan mereka juga cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi
penting dalam ekspor dan perdagangan.
Keikutsertaan sektor swasta dan wakil dari masyarakat sangat berperan
dalam meningkatkan dinamika suatu kemitraan dan kecenderungan di dunia usaha
sekarang bahkan kepada pembangunan usaha yang semakin besar, tetapi kepada
unit usaha kecil atau menengah dan independen sehingga menjadi lincah dan
cepat tanggap dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang cepat
dipasar (Anonimous, 2009).
Usaha kecil yang menerima pinjaman modal untuk pengembangan
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil serta memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan maksimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
Milik warga Negara Indonesia.
Berdiri sendiri, tidak merupakan anak atau cabang perusahaan yang dimiliki serta berafiliasi baik secara langsung ataupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau besar.
Pembentukan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun
Belum mempunyai persyaratan perbankan (non bankeble)
(Bag. PKBL PTPN II, 2009)
Program Kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian
pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan
memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Adapun
pola pembinaan yang dilakukan terhadap usaha kecil masyarakat adalah :
1. Pola pembinaan Langsung yang terdiri dari :
Pola Pembinaan Murni dimana pengusaha kecil diberi pinjaman modal untuk biaya modal kerja atau investasi dalam rangka untuk
meningkatkan usahanya.
pemasaran secara intensif kepada pengusaha kecil pemula agar mampu
menciptakan pendapatan melalui kegiatan produktif selama waktu
yang ditentukan.
Pola kemitraan, dimana perusahaan bekerja sama dengan instansi/lembaga/koperasi yang dapat menampung hasil produksi
pengusaha kecil sekaligus sebagai penjamin terhadap pinjaman yang
diberikan oleh perusahaan kepada pengusaha kecil dengan prinsip
saling menguntungkan
2. Pola kerjasama antara BUMN pembina dengan BUMN pembina lainnya,
misalnya dengan membentuk konsorsium. Program ini merupakan bentuk
kerjasama yang dilakukan dua atau lebih BUMN dalam melaksanakan
pembinaan terhadap mitra binaan usaha kecil, mikro secara bersama-sama.
3. Pola Satuan Kerja, dimana BUMN bekerjasama dengan pihak Pemerintah
Kabupaten/Kota dengan membentuk satuan kerja., dan pihak Pemerintah
Kabupaten/Kota sekaligus bertindak sebagai affalis.
4. Pola Kerjasama dengan Lembaga Keuangan/Perbankan, yaitu dengan
memanfaatkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang akan
dipergunakan oleh pihak perbankan untuk menjamin kredit yang akan
disalurkan oleh pihak Perbankan.
(Anonimous, 2009)
Kualitas pinjaman dana program Kemitraan dinilai berdasarkan pada
ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra
Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka
administrasi dan sisanya bila ada untuk pembayaran pokok pinjaman. Adapun
penggolongan kualitas pinjaman yang ditetapkan oleh kementrian BUMN adalah
ebagai berikut
Lancar : Pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi tepat waktu dan selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran
angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
Kurang lancar : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 30 hari dan belum
melampaui 180 hari dari tanggal yang telah disetujui bersama.
Diragukan : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 180 hari dan belum
melampaui 270 hari dari tanggal yang telah disetujui.
Macet : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 270 hari dari tanggal jatuh
tempo pembayaran angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama.
(Anonimous, 2007)
Landasan Teori
Kata evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai
padanan dari ”Penilaian” yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk
menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang
diamati (Mardikanto, 1993).
Evaluasi merupakan suatu proses meyakinkan keputusan, memilih
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih
beberapa alternatif (Tayibnapis, 2000).
Tujuan evaluasi bisa bermacam-macam, yaitu sebagai pekerjaan rutin, atau
tanggung jawab rutin, untuk membantu pekerjaan manajer dan karyawan dengan
tujuan yang lebih banyak, dan informasi yang lebih lengkap dari yang sudah ada,
atau memberikan informasi untuk tim pembina atau penasihat, untuk klien, untuk
direktur dan pemberi dana atau sponsor (Tayibnapis, 2000).
Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji
kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu
dilaksanakan. Selain evaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga
dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut pengumpulan
informasi (data, fakta), analisis keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan
cara-cara mencapai tujuan yang menyangkut : kegiatan yang akan dilaksanakan,
metoda yang diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat/lokasi dan
waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan
dipergunakan. Menurut Rossi, kegiatan evaluasi sangat penting terhadap:
Siapa (kelompok) sasaran program, dimana lokasinya, dan bagaimana spesifikasi kelompok sasaran program tersebut?
Apa metoda terbaik yang akan diterapkan, demi tercapainya tujuan yang diinginkan?
Apakah program tersebut benar-benar konsisten dengan tujuan yang diinginkan?
PTPN II merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang Agrobisnis
perkebunan dengan mengelola kebun kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan
tebu serta kegiatan rumah sakit dan pabrik fraksionasi. Perusahaan ini juga
mengembangkan Perkebunan Kelapa Sawit dengan pola PIR dan Kredit Koperasi
Primer untuk Anggota (KKPA). PTPN II ini bertujuan untuk melaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya disektor pertanian dalam arti
yang seluas-luasnya, berdasarkan kepada azaz :
- Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi
pendapatan nasional.
- Memperluas lapangan kerja.
- Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air, serta
kesuburan tanah.
(Anonimous, 2007)
Secara konseptual, kemitraan mengandung makna adanya kerjasama
antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan
dan pengembangan yang berkelanjutan. Prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan harus diperhatikan dalam konsep
tersebut (Sumardjo, dkk. 2004)
Kerangka pemikiran
Dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Republik Indonesia dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
02/SKB/M.KUMK/IV/2005 menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
tanggung jawab sosial setiap BUMN perlu ikut serta bertanggung jawab dalam
pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang perekonomian, dengan
meningkatkan lapangan pekerjaan, peningkatan pendanaan usaha mikro, kecil dan
koperasi di seluruh daerah.
Maka pada tahun 2007 dikeluarkan peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha
kecil dan Bina Lingkungan. Tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan
menengah masyarakat adalah cerminan dari perkembangan ekonomi dari
masyarakat. Dimana masyarakat mulai memikirkan cara untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dan mulai memperbaiki taraf hidupnya dengan cara
meningkatkan pendapatan.
Perkembangan mitra binaan dapat dilihat dari perkembangan tingkat
pendapatannya sebelum dan sesudah menerima bantuan dana dan pembinaan.
Berkembangnya tingkat pendapatan dari mitra binaan biasanya dilihat dari
kemajuan usaha yang dijalankan oleh mitra binaan dan kelancarannya dalam
pembayaran pinjaman setiap bulannya kepada pihak BUMN. Dalam tingkat
penggolongan pengembalian pinjaman sering terlihat ketidaksesuaian antara
pengembalian dana bantuan dan dana bantuan yang diberikan, selain itu
pengembalian jumlah pinjaman juga tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan.
Untuk mengetahui apakah tujuan dan rencana program yang dilaksanakan
oleh PKBL BUMN sesuai atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap
program tersebut sudah berhasil atau tidak yaitu dengan melihat bagaimana
hubungan yang terjalin antara BUMN PTPN II dengan mitra binaan dan melihat
bagaimana tingkat pengembalian pinjaman Mitra Binaan apakah lancar, kurang
lancar, diragukan dan macet.
Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Keterangan :
Menyatakan saling/ Kemitraan
Menyatakan Pengaruh
Hipotesis Penelitian
1. Sistem pemberian bantuan dana Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara PTPN II (PERSERO) kepada calon Mitra Binaan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
Pendapatan (Rp.) BUMN
(PTPN II)
Bantuan Dana/Pinjaman
Penggolongan Pengembalian Kualitas Pinjaman
UKM (Mitra Binaan)
Lancar Kurang Lancar,
Diragukan, dan Macet
2. Ada perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima
bantuan dana Program Kemitraan PTPN II.
3. Tingkat pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada bagian Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan di PTPN II adalah lancar.
4. Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan berhasil
METODE PENELITIAN
Daerah penelitian ditetapkan secara Purposive (sengaja) di PTPN II Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan peneliti memilih
perusahaan PTPN II tersebut adalah karena PTPN II merupakan salah satu BUMN
yang konsisten dalam menjalankan Program Kemitraan terhadap usaha kecil
masyarakat, walaupun perusahaan tersebut sedang dalam masa krisis keuntungan
dan program tersebut berada di bawah naungan bagian Kemitraan dan Bina
Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan mitra
usaha dengan PTPN II, dimana PTPN II memberikan bantuan dana/pinjaman
kepada masyarakat untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah masyarakat.
Menurut Wirartha (2006) untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data
dengan statistik, ukuran sampel paling kecil adalah 30. Oleh karena itu penulis
mengambil 30 dari 253 Mitra Binaan pengusaha kecil di Kabupaten Deli Serdang,
yang dilakukan secara ”simple random sampling” .
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden
melalui survei dan daftar kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data
sekunder diperoleh dari lembaga instansi yang terkait secara literatur yang
berhubungan dengan penelitian yaitu bagian Program Kemitraan dan Bina
Metode Analisis Data
Hipotesis (1), dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan bagaimana
prosedur pemberian bantuan dana BUMN dari PTPN II kepada calon mitra
binaan.
Hipotesis (2), dianalisis dengan menggunakan Uji Paired Sample T Test
(Uji t berpasangan) yaitu uji beda dengan pengukuran yang dilakukan sebelum
dan setelah intervensi pada subjek yang sama dan digunakan untuk mengukur
apakah intervensi tersebut mempunyai pengaruh atau tidak. Dalam hal ini yang
menjadi subjeknya adalah tingkat pendapatan mitra binaan sebelum dan sesudah
menerima bantuan pinjaman. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean dari pre test dan post test, terlebih dahulu dibuat estimasi standar error perbedaan antara kedua mean
tersebut, yang estimasi dari :
dimana:
t = hasil nilai uji-t
B = beda antara pengamatan tiap pasang
_
B = mean dari beda pengamatan
d = Selisih antara beda dan mean pengamatan tiap pasang SB = standar error dua mean yang berhubungan
(Nazir, 2003)
Keterangan :
H0 = Tidak ada perbedaan pendapatan mitra binaan sebelum dan
sesudah menjadi mitra binaan PTPN II
H1 = Ada perbedaan pendapatan mitra binaan sebelum dan sesudah
menjadi mitra binaan PTPN II
Jika :
t ≤ ttab = H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada
t > ttab = H1 diterima dan H0 ditolak berarti
perbedaan pendapatan
Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN II
Ada
Hipotesis (3) dan (4), dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu
dengan tabulasi sederhana antara jumlah bantuan dana yang diberikan, dengan
jumlah bantuan dana yang telah dikembalikan dan jumlah bulan pengembalian
serta bentuk presentasenya untuk melihat tingkat penggolongan pengembalian
pinjaman. Tingkat keberhasilan BUMN PTPN II dalam melaksanakan Program
Kemitraan terhadap Usaha Kecil Masyarakat dapat dilihat dari bagaimana perbedaan pendapatan
hubungan yang terjalin antara BUMN PTPN II dengan mitra binaan dan melihat
bagaimana perkembangan pendapatan dan pengembalian pinjaman Mitra Binaan.
Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai
berikut :
Definisi
1. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektivitas dan
dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan.
2. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama
dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
3. Program adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan
memberikan hasil atau pengaruh.
4. Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji
kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program
itu dilaksanakan.
5. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebahagian modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang bersal dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
6. Sektor Informal adalah kegiatan usaha yang tidak terorganisasi secara baik
kelembagaan yang tersedia secara formal (usaha yang berdiri sendiri atas
modal tabungan sendiri)
7. Usaha kecil dan menengah adalah kegiatan ekonomi yang berskala kecil
dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hadil penjualan tahunan serta
kepemilikan usaha tidak lebih besar dari Rp. 200.000.000,-
8. Mitra Binaan adalah masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah
(UKM) yang mendapatkan pinjaman dari bagian Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan BUMN.
9. Penggolongan tingkat pengembalian pinjaman dari mitra binaan ke bagian
Program Kemitraan BUMN di PTPN II yaitu :
Lancar : pengembalian ≤ 30 hari setiap bulannya
Kurang lancar : pengembalian melebihi batas pembayaran 30-180 hari
Diragukan : pengembalian melebihi batas pembayaran 180-270 hari
Macet : pengembalian ≥ 270 hari (tunggakan > 9 bulan)
Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah di PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.
2. Waktu penelitian tahun 2009.
3. Sampel adalah Mitra Binaan PTPN II yang sedang mengikuti Program
Kemitraan pada tahun 2007-2008 dan jumlah sampel dalam penelitian adalah
sebanyak 30 sampel.
Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak dan Keadaan Geografis
Deli Serdang Merupakan salah satu kabupaten yang berada dikawasan
Pantai timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada
pada 2°57’’ Lintang Utara 3°16’’ Lintang Selatan dan 98°33’’ - 99°27” Bujur
Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli
Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 kecamatan dan
394 Desa/ Kelurahan Definitif. Adapun batas-batas wilayah dari Kabupaten Deli
Serdang ini adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat
Malaka.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten
Karo
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Badagai
2. Iklim
Kabupaten Deli Serdang memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan . Menurut catatan stasiun Klimatologi Sampali, pada tahun 2008
terdapat 16 rata-rata hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak rata-rata
176 mm. Curah hujan paling terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu 439 mm
dengan hari hujan sebanyak 20 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi
3. Pemerintahan
Administrasi pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22
kecamatan dan 394 desa/kelurahan yang terdiri dari 78 desa Swakarya mula, 6
Swakarya Madya, 285 desa Swasembada mula dan 25 desa Swasembada Madya
yang seluruhnya telah definitif.
4. Keadaan Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008 adalah
sebesar 1.738.431 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 696 jiwa per km²
dengan rincian seperti dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah penduduk dewasa dan anak-anak menurut jenis kelamin pada tahun 2008
Penduduk Usia (Tahun) Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Persentase (%)
Dewasa 15-64 keatas 569.401 580.995 66,18
Anak anak 0-14 300.888 287.147 33,82
Jumlah 870.289 868.142 100
Total (Laki-laki+Perempuan) 1.738.431
Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang, 2008
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak dari penduduk perempuan. Sedangkan bila dilihat dari kelompok umur,
persentase jumlah penduduk usia 15-64 tahun keatas lebih besar dari pada
penduduk anak-anak usia 0-14 tahun.
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah modal geraknya roda pembangunan. Jumlah dan
berlangsungnya proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam
kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2008, di kabupaten Deli
Serdang terdapat 767,70 ribu penduduk angkatan kerja dimana sekitar 84,14
persen dari mereka telah bekerja dan sebagian dari mereka tidak bekerja 15, 86
persen. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan
lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun.
Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II ( Persero )
1. Status Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara II merupakan salah salah satu perusahaan
BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan terhadap Usaha Kecil
Masyarakat. Dimana Program kemitraan tersebut berada di bawah naungan bagian
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat
Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang
berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan
penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTPN II dan
PTPN IX. PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan
tembakau dengan areal seluas 9.8701 hektar seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Komoditi yang diusahakan PT.Perkebunan Nusantara II Komoditi yang diusahakan Luas lahan (Ha)
Karet 11.265
Kakao 7.370
Tebu 16.046
Tembakao 2.443
Jumlah 9.8701
Sumber : Anonimous, 2007
Tanaman tebu lahan kering yang ditanam pada areal seluas 16.046 ha,
terdiri dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha. Selain
penanaman komoditi pada areal sendiri + inti tersebut, PTPN II juga mengelola
areal Plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit.
2. Visi Perusahaan
Adapun Visi dari PTPN II ini adalah turut melaksanakan dan menopang
kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
nasional umumnya. Khusus di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya
dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang
sehat.
3. Misi Perusahaan
Profitisasi melalui pendayagunaan, pengelolaan perusahaan di bidang
perkebunan, dengan mengusahakan lima budidaya komoditi unggulan
yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu secara efisien,
ekonomis sehingga dapat mencapai produk yang memenuhi standard
kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen, serta melakukan diversifikasi
Pengelolaan produksi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi
yang berwawasan lingkungan, memiliki daya saing yang kuat, serta
meningkatkan kemitraan dengan petani untuk memenuhi pasar dalam dan
luar negeri guna kelangsungan usaha dalam mendukung pertanian
perkebunan.
4. Maksud dan tujuan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. Nomor 12 Tahun 1998 tentang
Perusahaan Perseroan (Persero) tertanggal 17 Januari 1998 pasal 4 ayat 1
menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah :
o Untuk menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi serta berdaya
saing kuat terhadap pasar dalam negeri maupun pasa luar negeri.
o Memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Karakteristik Mitra Binaan Sampel
Karakteristik Mitra Binaan Sampel dalam penelitian ini dapat
dideskripsikan oleh usia Mitra Binaan, pendidikan terakhir Mitra Binaan, jumlah
tangggungan Mitra Binaan, dan pengalaman berwirausaha dari Mitra Binaan.
Karakteristik Mitra Binaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Karakteristik Mitra Binaan sampel di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009
Karakteristik Satuan Keterangan
Tertinggi Terendah Rataan
Pendidikan Tahun 17 6 11,53
Jumlah Tanggungan Jiwa 5 0 2,90
Pengalaman Berwirausaha
Tahun 26 2 10,03
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 1
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan usia dari Mitra Binaan
yang ada di daerah penelitian adalah 43,63 atau sekitar 44 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa Mitra Binaan di daerah penelitian tergolong usia produktif
(15-54 tahun) dan memiliki potensi dan peluang untuk mengembangkan UKM
yang dikelola.
Rataan pendidikan Mitra binaan di daerah penelitian sudah baik yaitu
sebesar 11,53 atau sekitar 12 tahun atau setingkat SMU. Hal ini dapat menjadi
penunjang dalam mengembangkan UKM yang dimiliki agar lebih inovatif dalam
mengelola UKM.
Rataan jumlah tanggungan Mitra Binaan sebanyak 2,90 atau 3 jiwa dan
kebanyakan jumlah tanggungan masih usia non-produktif sehingga belum
dimanfaatkan untuk membantu mengelola UKM yang dimiliki.
Pengalaman berwirausaha dari Mitra Binaan cukup lama. Rataan
pengalaman berwirausaha selama 10,03 atau sekitar 10 tahun. Lamanya
pengalaman berwirausaha berpengaruh pada manajemen pengelolaan UKM,
sehingga dapat membantu peningkatan pendapatannya.
Tabel 5. Persentase wirausaha sebagai mata pencaharian Mitra Binaan PTPN II Wirausaha sebagai mata
pencaharian
Mitra binaan (Unit usaha)
Persentase ( %)
Sampingan 4 13,33
Jumlah 30 100
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 2
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 26 (86,67%)
Mitra Binaan dari 30 Mitra Binaan yang menjadikan wirausaha sebagai mata
pencaharian utama, sedangkan 4 (13,33%) Mitra Binaan lainnya hanya sebagai
mata pencaharian sampingan, disamping mata pencaharian utamanya. Ini
mengidentifikasikan bahwa wirausaha dapat menjadi salah satu mata pencaharian
utama disamping pekerjaan lain yang ada.
Prosedur Pemberian Bantuan Dana Program Kemitraan BUMN PTPN II Kepada Calon Mitra Binaan
Dalam pemberian bantuan dana Program Kemitraan BUMN, PTPN II
memiliki beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh calon
Mitra Binaan PTPN II.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 sampel Mitra Binaan PTPN II
diketahui bahwa 30 Sampel Mitra Binaan tersebut telah melengkapi persyaratan
Administrasi (seperti proposal kegiatan usaha, fotocopy KTP, fotocopy Kartu
keluarga, pas photo, fotocopy surat izin usaha, dan surat keterangan Kepala Desa
dan tetangga, foto tempat usaha, fotocopy agunan, serta nomor rekening Bank).
Selain itu, 30 sampel Mitra Binaan tersebut juga mengajukan proposal
kegiatan usahanya ke Direksi PTPN II dengan tujuan bagian umum Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN II. Dimana proposal tersebut
berisi tentang jenis usaha, kegiatan usaha, pembiayaan dan keuangan usaha, hasil
serta penyerapan tenaga kerja, jumlah anggota (khusus koperasi), besar pinjaman
dan penggunaan dari pinjaman Mitra Binaan. Kemudian Proposal Mitra Binaan
tersebut dikirim Direksi PTPN II ke Kepala Bagian PKBL dan disampaikan
kepada Kepala Urusan PKBL.
Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa Asisten kepala urusan
PKBL bagian Administrasi Keuangan dan Umum telah melakukan evaluasi dan
seleksi terhadap seluruh (30 sampel) proposal kegiatan usaha Mitra Binaan
tersebut.
Kemudian, Bagian PKBL PTPN II melakukan survey (tinjauan langsung)
sebenarnya. Hasil survey lapangan tersebut disampaikan ke kantor direksi Bagian
SDM dan kemudian dan akan dikembalikan ke bagian umum PKBL.
Besarnya bantuan pinjaman yang diberikan berdasarkan seleksi dan
evaluasi proposal usaha yang diberikan apabila usaha memiliki prospek usaha
yang baik dan jelas maka akan diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan
besarnya pinjaman yang ada di proposal. Apabila usaha memiliki potensi
berkembang, maka diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan potensi usaha
tersebut. Tidak harus sesuai dengan besarnya pinjaman seperti yang ada di
proposal, dan usaha yang tidak layak tidak diberi pinjaman.
Dari hasil penelitian terhadap 30 Sampel Mitra Binaan PTPN II juga
diperoleh bahwa jumlah pinjaman yang diterima oleh Mitra Binaan tidak
semuanya sesuai dengan jumlah Pinjaman yang diajukan oleh Mitra Binaan. Dari
Lampiran 4 dapat dilihat bahwa hanya 8 dari 30 Mitra Binaan yang menerima
pinjaman sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan dan 22 Mitra Binaan
lainnya menerima pinjaman tidak sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan.
Hal ini karena terbatasnya dana PTPN II untuk melaksanakan Program Kemitraan
BUMN dan kurang sesuainya jumlah pinjaman yang diajukan Mitra Binaan
dengan kondisi usahanya.
Pemberian pinjaman kepada Mitra Binaan akan dituangkan dalam surat
perjanjian atau kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :
1) Nama dan alamat PTPN II serta nama dan alamat Mitra Binaan
2) Hak dan kewajiban Program Kemitraan PTPN II dan Mitra Binaan
4) Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pengembalian pinjaman, jadwal
angsuran pokok, dan jasa administrasi pinjaman, jaminan)
Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan per tahun
sebesar 6% dari limit pinjaman atau ditetapkan oleh Menteri seperti tertuang
dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-05/MBU/2007 pasal 12 ayat 2,3 dan 4 yaitu apabila pinjaman-pinjaman diberikan
berdasarkan prinsip jual beli maka proyeksi marjin yang dihasilkan disetarakan
dengan marjin sebesar 6% atau sesuai dengan penetapan Menteri. Apabila
pinjaman diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, maka rasio bagi hasilnya bagi
PTPN II adalah mulai dari 10% ( 10 : 90 ) sampai dengan maksimal 50%
(50:50). Namun dari 30 sampel Mitra Binaan yang diteliti tidak ada yang
menyelesaikan pinjaman dengan prinsip bagi hasil melainkan dengan menetapkan
jasa administrasi sebesar 6% dari limit pinjaman.
Setelah pembuatan dan penandatangan kontrak/surat perjanjian, maka
bagian PKBL memberikan pinjaman bantuan dana PKBL kepada Mitra yang
bersangkutan melalui rekening bank yang telah ditetapkan pada proposal usaha,
yang selanjutnya digunakan sebagai modal usaha.
Dengan diberikannya pinjaman dana tersebut maka Mitra Binaan PTPN II
Tanjung Morawa wajib mengikuti serangkaian pelatihan dan Pameran untuk
mengembangkan usahanya. Pelatihan tersebut diberikan oleh tenaga ahli dari
bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II, Dinas Koperasi
Tingkat I, LPP, Cikal USU, Yayasan Srikandi, LSM yang berhubungan dengan
Program Kemitraan dan para Mitra Binaan unggulan yang telah berhasil dalam
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pemberian bantuan dana Program
Kemitraan (dana pinjaman) dari bagian PKBL kepada Mitra Binaan adalah sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh BUMN PT. Perkebunan Nusantara II
(PTPN II). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 diterima.
Perbedaan Pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan Dana Program Kemitraan PTPN II
Pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana
pinjaman dapat diketahui dengan cara mencari jumlah penerimaan dan
menguranginya dengan jumlah total biaya. Berikut adalah data yang menyajikan
rataan jumlah bantuan dana pinjaman, tingkat pendapatan sebelum menerima
bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II, dan tingkat pendapatan
sesudah menerima bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II.
Tabel 6. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman
Uraian Satuan Keterangan
Tertinggi Terendah Rataan Pinjaman Pokok yang
diterima
Rp. 35.000.000 3.000.000 13.650.000
Pendapatan Sebelum Rp. 5.500.000 750.000 1.968.333
Pendapatan Sesudah Rp. 7.650.000 940.000 3.114.250
Selisih Pendapatan Sebelum dan Sesudah
Rp. 3.650.000 40.000 1.145.916,67
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 8
Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan dari jumlah bantuan dana
pinjaman yang diterima Mitra Binaan adalah Rp.13.650.000,- maka Mitra Binaan
dapat meningkatkan rataan tingkat pendapatan perbulan sebesar Rp.4.407.448,-.
bantuan dana pinjaman dan dengan bantuan dana pinjaman tersebut Mitra Binaan
juga dapat mengembangkan usahanya.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendapatan rata-rata Mitra
Binaan sebelum menerima bantuan dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 1.968.333,-
Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata Mitra Binaan setelah menerima bantuan
dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 3.114.250,-. Berdasarkan hasil pengolahan
data dengan SPSS terhadap pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan sesudah
menerima bantuan dana pinjaman dengan uji t-berpasangan (Paired Sample t-test)
dapat diketahui bahwa korelasi antara kedua variabel, menghasilkan angka 0,934
dengan nilai probabilitas dibawah 0,05 (yaitu 0,000). Hal ini menyatakan bahwa
korelasi antara tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan adalah
sangat kuat dan berhubungan secara nyata. Dan terlihat bahwa t hitung adalah
-7,872 dengan probabilitas 0,000.
Untuk -t tabel diperoleh t(0,025; 29) = -2,045 dimana kriteria pengujiannya
adalah seperti gambar berikut :
H0 ditolak H0 ditolak
H0 diterima
-2,045 + 2,045
Dari gambar tersebut diperoleh :
o H0 diterima jika t hitung berada diantara -t tabel (-2,045) dan + t tabel
(2,045).
o H0 ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > + t tabel.
Nilai t hitung untuk konstanta sebesar -7,872 < -t tabel (-2,045), maka
pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan BUMN
PTPN II maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 diterima.
Tingkat Penggolongan Kualitas Pengembalian Pinjaman
Kualitas pinjaman adalah status kondisi pinjaman yang terdiri dari
pinjaman lancar, kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet. Kualitas
pengembalian dana pinjaman (Program Kemitraan) tersebut dinilai berdasarkan
pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman
Mitra Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran
pinjaman dimana pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk
pembayaran jasa administrasi pinjaman.
Tabel 7. Pinjaman keseluruhan Mitra Binaan yang sudah dikembalikan dan yang belum dikembalikan
Uraian Keterangan
Jumlah (Rp.) Persentase (%)
Pinjaman yang sudah
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 9
Dari hasil penelitian, jumlah dana pinjaman yang telah dikembalikan oleh
30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 276.208.333,- . Hal ini berarti bahwa
hanya 67,45 % jumlah pinjaman yang telah dikembalikan oleh Mitra Binaan
kepada Bagian PKBL PTPN II. Jumlah pinjaman keseluruhan Mitra Binaan
terhadap 30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 409.500.000,- dengan
rentang pinjaman Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 35.000.000,- dan jangka waktu
Tabel 8. Jumlah bulan pengembalian pinjaman keseluruhan Mitra Binaan PTPN II
Pengembalian lebih dari 2 tahun (>24 bulan)
16 53,33
Total 30 100
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 10
Mitra Binaan yang telah mengembalikan pinjaman selama 2 tahun adalah
sebanyak 14 Mitra Binaan ( 46,67 %), sedangkan yang mengembalikan lebih dari
2 tahun adalah sebanyak 16 Mitra Binaan (53,33 %) . Hal ini karena masih adanya
sisa jangka waktu pengembalian pinjaman dari beberapa Mitra Binaan selama
beberapa bulan lagi.
Jumlah Mitra Binaan yang sudah membayar pinjaman sebesar 50-100%
adalah sebanyak 23 Mitra Binaan dan jumlah Mitra Binaan yang membayar
pinjamannya kurang dari 50% adalah sebanyak 7 Mitra Binaan.
Tabel 9. Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan
Uraian Keterangan
Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 12
Dari hasil penelitian, juga dapat dilihat bahwa dari 30 Mitra Binaan
lancar, 9 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya kurang lancar, 4 Mitra
Binaan yang penggolongan kualitasnya tergolong diragukan, dan 3 Mitra Binaan
yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong Macet (melebihi batas
pembayaran 270 hari atau lebih dari 9 bulan).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mitra Binaan dan bagian Program
Kemitraan PTPN II, ada beberapa tingkat penggolongan kualitas pinjaman dari
Mitra Binaan kepada bagian PKBL PTPN II yaitu lancar, kurang lancar,
diragukan dan macet. Adapun yang menjadi faktor ketidaklancaran Mitra Binaan
dalam pembayaran pinjamannya adalah :
o Kurangnya pengawasan dan ketegasan dari bagian PKBL PTPN II
terhadap usaha kecil masyarakat.
o Sanksi dan bunga pinjaman yang diberikan pihak PKBL PTPN II tidak
begitu memberatkan masyarakat, dimana sanksi hanya berupa penahanan
surat agunan dan bunga tetap dibayar pertahun sebesar 6% tanpa adanya
denda jika terlambat membayar.
o Tingginya biaya kebutuhan keluarga Mitra Binaan yang harus dipenuhi.
o Biaya pendidikan anak-anak Mitra Binaan yang tinggi dan mendesak
sehingga mengharuskan Mereka untuk mendahulukan membayar biaya
pendidikan dari pada membayar utang pinjaman.
o Pengalihfungsian dana pinjaman ke usaha lain yang dilakukan oleh Mitra
Binaan yang tidak menghasilkan tetapi menimbulkan kerugian
mengakibatkan Mitra Binaan malas membayar pinjaman.
Persentasi tertinggi dalam penggolongan kualitas pengembalian pinjaman
sebanyak 43,33 % dari jumlah Mitra Binaan yang pembayarannya kurang lancar
26,67 %, diragukan 16,67 %, dan macet 13,33 %. Berdasarkan persentase tersebut
dapat disimpulkan bahwa kualitas pengembalian pinjaman adalah tidak tergolong
lancar karena persentasi tingkat kelancaran pengembalian pinjaman Mitra Binaan
kurang dari 50%. maka hipotesis 3 ditolak.
Menurut Jackie Ambadar (2008), kunci keberhasilan dalam kemitraan
adalah adanya komitmen bersama serta kerjasama yang harmonis dan kolaborasi
yang serasi, serta koordinasi yang baik, yang jauh dari unsur-unsur tekanan karena
telah terbangun iklim saling kepercayaan antar Mitra yang terlibat.
Namun, berdasarkan hasil penelitian dengan melihat peningkatan
pendapatan dan penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra binaan
kebagian PKBL adalah tidak seimbang dan tidak saling menguntungkan antara
kedua belah pihak. Dalam hal ini yang diuntungkan adalah Mitra Binaan, karena
lebih dari 50 % Mitra Binaan yang telah menerima bantuan dana pinjaman dari
bagian PKBL tidak mengembalikan pinjaman tepat waktu dan kurang dari jumlah
pinjaman yang diberikan oleh bagian PKBL PTPN II sedangkan, pendapatan
seluruh Mitra Binaan sampel meningkat.
Hal ini menimbulkan kurangnya kepercayaan bagian PKBL PTPN II
untuk memberikan bantuan dana pinjaman berikutnya kepada Mitra Binaan yang
bersangkutan. Dari 30 Mitra Binaan sampel tersebut hanya 43,33 % atau 13 Mitra
Binaan yang membayar pinjaman tepat waktu. Dalam hal ini terlihat bahwa
hubungan yang terjalin anatara pihak PKBL PTPN II dengan sebagian besar Mitra
Binaan tidak harmonis, khususnya pada Mitra Binaan yang penggolongan kualitas
Program Kemitraan BUMN PTPN II belum berhasil dengan demikian maka
Hipotesis IV ditolak.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1) Pemberian bantuan dana Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
PTPN II (Persero) memiliki prosedur yang telah ditetapkan, yaitu calon
Mitra Binaan membuat proposal yang ditujukan pada Kantor Direksi
PTPN II dengan tujuan Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL), kemudian akan dialamatkan kepada kepala bagian PKBL yang
akan disampaikan kepada kepala urusan PKBL, dan akan ditindaklanjuti
oleh asisten kepala urusan PKBL bagian Administrasi Keuangan dan
Umum yang akan melakukan evaluasi dan seleksi untuk menentukan
Mitra Binaan. Mitra Binaan akan diberi pelatihan, setelah selesai
memberikan bantuan pinjaman modal.
2) Terdapat perbedaan pada tingkat pendapatan Mitra Binaan sebelum dan
susudah menjadi Mitra Binaan PTPN II Tanjung Morawa. Dimana
pendapatan Mitra Binaan per bulannya mengalami peningkatan rata-rata
sebesar Rp.1.145.916,67,- atau 61,48 % dari tingkat pendapatan per bulan
sebelum menerima bantuan pinjaman.
3) Dari 30 Mitra Binaan terdapat 13 Mitra Binaan yang penggolongan
kualitas pinjamannya tergolong lancar, 8 Mitra Binaan yang penggolongan
kualitasnya kurang lancar, 5 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya
tergolong diragukan, dan 4 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas
pinjamannya tergolong Macet maka kualitas pengembalian pinjaman tidak
4) Program kemitraan BUMN yang dilaksanakan BUMN PTPN II belum
berhasil.
Saran
1. Kepada Mitra Binaan
Diharapkan agar Mita Binaan fokus dalam menjalankan usahanya dan
menggunakan modal pinjaman untuk usaha, bukan untuk kepentingan pribadi
tetapi untuk kepentingan usaha yang dijalankan dan melunasi pinjaman tepat
waktu.
2. Kepada Program Kemitraan
Diharapkan agar menambah jumlah alokasi bantuan pinjaman modal untuk
Mitra Binaan dengan bunga rendah. Kemudian menambah pelatihan-pelatihan
untuk Mitra Binaan khususnya dalam manajemen usaha dan bidang pemasaran,
serta melakukan pengawasan yang tepat terhadap pengembangan usaha Mitra
Binaan sehingga dapat meningkatkan keuntungan.
3. Kepada Peneliti
Diharapkan peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian
lebih lanjut tentang Program Kemitraan pada BUMN-BUMN lainnya.
Anonimous. 2007. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik
Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik di Indonesia. PT Alex Media Komputindo. Jakarta
Haeruman, H. J.S. 2001. Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pengembangan Lembaga Kemitraan Pemerintah, Swasta, dan masyarakat. Sosialisasi Nasional Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal, Hotel Indonesia.Jakarta diakses 20 Mei 2009
Hafsah, M.J. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Linton, I. 1997. Kemitraan Meraih Keuntungan Bersama. Halirang. Jakarta
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta
Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kedua, Gramedia Pustaka. Jakarta
Sevilla, C.G., dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia. Jakarta
Sumardjo, dkk
Tayibnapis, F.Y. 2000. Evaluasi Program. Rineka Cipta. Jakarta
. 2004. Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Surabaya
No Nama Mitra Binaan