• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN BUMN

TERHADAP USAHA KECIL MASYARAKAT

PADA PTPN II TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Oleh :

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN

050309035/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN BUMN

TERHADAP USAHA KECIL MASYARAKAT

PADA PTPN II TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Oleh:

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN

050309035/PKP

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Evaluasi program kemitraan BUMN terhadap usaha kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa

Nama : Elisbet Sopia Perangin-angin

NIM : 050309035

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Lily Fauzia, M.Si ) (

NIP. 19630822198832003 NIP.19509261993031002

Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si)

Ketua Komisi pembimbing Anggota Komisi pembimbing

Mengetahui,

(Ir. Luhut Sihombing, MP)

NIP. 132005055

Ketua Departemen Agribisnis

(4)

ABSTRAK

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN: Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa. Dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si

Program Kemitraan merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan BUMN kepada masyarakat. Program kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Penelitian ini menganalisis perkembangan usaha Mitra binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan PTPN II di wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Simple Random Sampling, yaitu berdasarkan acak (random) yaitu Masyarakat pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PTPN II. Jumlah populasi Mitra Binaan di Kabupaten Deli Serdang adalah 253 Mitra, dan sampel yang dijadikan adalah sebanyak 30 sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji

paired sample t test (uji t berpasangan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan oleh PTPN II mampu mengembangkan usaha kecil Mitra Binaan dengan peningkatan pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebesar 61,48 %. Program ini bermanfaat bagi masyarakat dimana syarat dan prosedurnya sangat mudah dan bunga pinjaman sangat kecil. Masalah yang dihadapi oleh PTPN II adalah banyaknya Mitra Binaan yang tidak melunasi pinjaman tepat waktu yaitu 56,67 % dar 30 Mitra Binaan.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Januari 1988 dari ayah Pendi

Perangin-angin dan ibu Kastina br. Kaban. Penulis merupakan putri pertama dari

tiga bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Swasta Santo Petrus, Medan dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dalam

organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Unit Kegiatan

Mahasiswa Kristen (UKM KMK), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia

(GMKI).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Mangan

Molih Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi dari bulan Juni sampai Juli

2009. Penulis mulai penelitian pada bulan September sampai November 2009 di

bagian PKBL PTPN II Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada

PTPN II Tanjung Morawa”

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih

sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik

penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Lily

Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan

berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian,

sampai pada ujian akhir.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bagian

PKBL PTPN II Tanjung Morawa beserta seluruh Mitra Binaan PTPN II di

wilayah Kabupaten Deli Serdang dan juga teman-teman yang membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih untuk pembaca semoga

skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

Kerangka Pemikiran... 17

Hipotesis Penelitian ... 20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

Metode pengambilan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 24

Batasan Operasional ... 25

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian

Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Status Perusahaan... 28

Visi Perusahaan... 29

Misi Perusahaan ... 29

Maksud dan Tujuan ... 27

(8)

Karakteristik Mitra Binaan Sampel ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur Pemberian Bantuan dana Program Kemitraan BUMN PTPN II

kepada Calon Mitra Binaan ... 33 Perbedaan Pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Menerima

Bantuan dana Program Kemitraan PTPN II. ... 36 Tingkat Penggolongan Kualitas Pinjaman ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 43 Saran ... 44

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1 Jumlah Mitra Binaan dan tingkat penyaluran dana Program Kemitraan menurut wilayah s/d triwulan III 2008... 5

2 Jumlah penduduk dewasa dan anak-anak menurut jenis kelamin pada tahun 2008... 27

3 Komoditi yang diusahakan PTPN II... 29

4 Karakteristik Mitra Binaan sampel di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009... 31

5 Persentase wirausaha sebagai mata pencaharian Mitra Binaan PTPN II... 32

6 Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman... 36

7 Pinjaman keseluruhan Mitra Binaan yang sudah dikembalikan dan yang belum dikembalikan... 38

8 Jumlah bulan pengembalian pinjaman keseluruhan Mitra Binaan PTPN II... 39

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1 Segitiga hubungan Tripple Bottom Line... 11 2 Skema kerangka pemikiran... 19

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1 Karakteristik Mitra Binaan sampel... 1

2 Mata pencaharian utama dan sampingan Mitra Binaan... 2

3 Jenis usaha Mitra Binaan sampel... 3

4 Prosedur pemberian bantuan dana pinjaman kepada Mitra Binaan... 4

5 Total biaya Mitra Binaan per bulan sebelum menerima bantuan dana... 5

6 Total biaya Mitra Binaan per bulan sesudah menerima bantuan dana... 6

7 Pendapatan Mitra Binaan per bulan sebelum menerima bantuan dana... 7

8 Pendapatan Mitra Binaan per bulan sesudah menerima bantuan dana... 8

9 Selisih pendapatan Mitra Binaan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana... 9

10 Persentase jumlah pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan ke bagian PKBL PTPN II... 10

11 Persentase jumlah bulan pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan... 11

12 Kualitas pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan sampai pada bulan November 2009... 12

13 Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan... 13

14 Paired Sample T-Test (Uji t Berpasangan)... 14 15 Investasi usaha Mitra Binaan yang bertambah setelah menjadi

(12)

ABSTRAK

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN: Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa. Dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si

Program Kemitraan merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan BUMN kepada masyarakat. Program kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Penelitian ini menganalisis perkembangan usaha Mitra binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan PTPN II di wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Simple Random Sampling, yaitu berdasarkan acak (random) yaitu Masyarakat pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PTPN II. Jumlah populasi Mitra Binaan di Kabupaten Deli Serdang adalah 253 Mitra, dan sampel yang dijadikan adalah sebanyak 30 sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji

paired sample t test (uji t berpasangan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan oleh PTPN II mampu mengembangkan usaha kecil Mitra Binaan dengan peningkatan pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebesar 61,48 %. Program ini bermanfaat bagi masyarakat dimana syarat dan prosedurnya sangat mudah dan bunga pinjaman sangat kecil. Masalah yang dihadapi oleh PTPN II adalah banyaknya Mitra Binaan yang tidak melunasi pinjaman tepat waktu yaitu 56,67 % dar 30 Mitra Binaan.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia telah menunjukkan hasil nyata bagi kemajuan

dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga

membawa dampak pada terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat.

Kesenjangan ini merupakan akses dari pembangunan ekonomi yang bertumpu

pada mengejar pertumbuhan yang tinggi, dan kurang memperhatikan aspek

pemerataan. Kondisi ini sering menjadi pemicu timbulnya kecemburuan sosial

yang dapat menggangu kesinambungan pembangunan (Hafsah, 2000).

Usaha kecil, koperasi dan sektor informal merupakan salah satu wahana

bagi upaya perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan sebagian

besar masyarakat Indonesia. Permasalahan yang seringkali menjadi penghambat

usaha kecil, koperasi dan sektor informal lainnya adalah sulitnya melaksanakan

pengembangan diri yang berdampak terhadap akses usaha dalam memperoleh

bantuan atau kredit dari perbankan.

Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi atau mempersempit

terjadinya kesenjangan sosial dan masalah-masalah tersebut, maka dilakukan

pengembangan kemitraan usaha antara pengusaha besar (kuat) dengan pengusaha

kecil (lemah). Kemitraan ini diharapkan dapat memacu dan memicu pertumbuhan

ekonomi sekaligus mendorong pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga

kerja, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan regional wilayah (Hafsah, 2000).

Manusia yang terdiri dari pihak pengusaha, pemerintah, dan

(14)

dari program kemitraan tersebut. Kelembagaan pengawasan juga diperlukan untuk

mengawasi jalannya kemitraan dari pemerintah dan pengusaha sehingga tidak

merugikan kaum petani. Pihak pemerintah juga bisa berfungsi sebagai pengawas

dan perantara jalannya proses kemitraan antara pengusaha dan petani/ masyarakat,

walaupun dalam kenyataannya lembaga pengawasan ini sulit untuk didapatkan

(Sumardjo, dkk. 2004).

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan bersama tertentu

untuk meraih sesuatu sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi

sesuai kesepakatan yang muncul (Mutual). Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan

dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar

wilayah, ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan

saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan

fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang

dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut.

(Hafsah, 2000).

Usaha kecil dan koperasi yang merupakan bagian terbesar sekaligus pilar

penopang utama dari perekonomian nasional harus diberikan peluang dan peran

yang lebih besar agar menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Permasalahan

mendasar yang ada pada usaha kecil dan koperasi adalah kurangnya kemampuan

manajemen dan profesionalisme serta terbatasnya akses terhadap permodalan

teknologi terutama jaringan pemasaran. Untuk mengatasi hal ini program

(15)

kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi serta mengurangi

masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. (Hafsah,2000)

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu badan yang berfungsi sebagai

pembantu dan bersifat sebagai pembina. Dimana badan tersebut dapat berasal dari

perusahaan-perusahaan yang telah maju dan berkembang pesat serta dapat

melakukan tanggung jawab sosialnya masing-masing, dalam hal ini perusahaan

tersebut adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan salah satu tujuan

pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada

pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan

Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan

Perseroan (Persero). Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil dibebankan

sebagai biaya perusahaan. Dengan terbitnya keputusan Menteri Keuangan

No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang Pedoman

Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik

Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1%-5%

dari laba setelah pajak. Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi

Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang

Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari

Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (Anonimous, 2007).

Memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebutuhan masyarakat,

(16)

yaitu melalui Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan

Pembina BUMN No.:Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999

tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, Keputusan Menteri

BUMN No.:Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program

Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dan

terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007

tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil

dan Program Bina Lingkungan (Anonimous, 2007).

Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha

Milik Negara, BUMN merupakan perusahaan perseroan yang seluruh modalnya

dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk

kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi

dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Dan program kemitraan BUMN dengan usaha kecil adalah program yang dibuat

untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri

melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Salah satu contoh BUMN yang melaksanakan program kemitraan adalah

BUMN PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) yang selanjutnya disebut PTPN.

PTP Nusantara II merupakan salah satu BUMN di Sumatera Utara yang konsisten

dalam menjalankan Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat, dimana

program tersebut berada di bawah naungan bagian Kemitraan dan Bina

Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat, dimana UKM-UKM yang

(17)

Dana pinjaman Program Kemitraan yang diterima Mitra Binaan dikenakan

jasa administrasi sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman. Dimana dana

pinjaman tersebut merupakan ruang lingkup dari Program Kemitraan PTPN II

yang digunakan sebagai :

 Modal kerja atau dana kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek.

 Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produkstivitas Mitra Binaan serta untuk

penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.

(Bag. PKBL BUMN PTPN II, 2009).

Adapun jumlah Mitra Binaan dan jumlah penyaluran dana Program

Kemitraan yang telah disalurkan oleh bagian PKBL kepada daerah-daerah yang

telah menjadi anggota Mitra Binaan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah mitra binaan dan tingkat penyaluran dana Program Kemitraan kepada Mitra menurut wilayah s/d triwulan III 2008

Wilayah Jumlah Mitra

Binaan

Jumlah Penyaluran Dana (Rp.)

Deli Serdang 253 4.788.787.125

Langkat 160 2.968.533.212

Binjai 174 1.704.850.000

Medan 35 595.840.000

Karo 44 624.043.750

Dairi 48 531.421.500

Toba Samosir 7 149.500.000

Tapanuli Utara 26 572.472.000

Tapanuli Selatan 14 532.094.932

Mandailing Natal 10 167.500.000

Riau 16 37.322.380

Irian Jaya 1 47.407.500

NTB 1 410.000.000

Total 789 13.129.772.399

(18)

Dari tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa penyaluran dana yang telah

disalurkan oleh bagian PKBL PTPN II kepada 789 Mitra Binaan adalah sejumlah

Rp. 13.129.772.399,- . Dimana jumlah Mitra Binaan terbesar berada pada wilayah

Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 253 Mitra Binaan dengan jumlah

penyaluran dana sebesar Rp. 4.788.787.125,-.

Selain program kemitraan, ada juga program Bina Lingkungan, dimana

Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan sosial masyarakat oleh

perusahaan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba PTPN II. Dan ruang

lingkup Program Bina Lingkungan ini adalah berupa bantuan seperti : untuk

korban bencana alam, pendidikan/pelatihan, peningkatan kesehatan,

perbaikan/pengembangan sarana/prasarana ibadah dan umum, pelestarian alam.

Pembinaan Usaha Kecil yang dilakukan BUMN tidak terlepas dari beberapa

peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu :

 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998, pasal 16 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.

 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, pasal 2 dan pasal 88 ayat 1 tentang BUMN.

 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74 ayat (1) tentang Perseroan terbatas.

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pasal 21 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

(19)

Identifikasi Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan penelitian. Berdasarkan

uraian-uraian diatas dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu :

1. Apakah sistem pemberian bantuan dana program kemitraan PTPN II

kepada calon mitra binaan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan oleh

BUMN ? 2. Bagaimana perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan

sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan PTPN II ?

3. Bagaimana tingkat pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada

bagian Program kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II ? 4. Apakah

Program Kemitraan BUMN PTPN II telah berhasil?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi prosedur pemberian bantuan dana program

kemitraan PTPN II kepada calon Mitra Binaan.

2. Untuk mengidentifikasi perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum

dan sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan.

3. Untuk mengidentifikasi penggolongan pengembalian pinjaman dari

Mitra Binaan kepada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PTPN II.

4. Untuk mengidentifikasi keberhasilan Program Kemitraan BUMN PTPN

(20)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak Badan Usaha Milik

Negara PT. Perkebunan Nusantara II (PERSERO) bagian Kemitraan dan

Bina Lingkungan.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak calon Mitra Binaan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

4. Sebagai salah satu syarat dalam penulisan tugas akhir studi di Fakultas

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam

menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung

dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami

bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan.

Komposisi kemitraan itu sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku

ekonomi seperti produsen, pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah

daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga swadaya masyarakat

dan sebagainya (Haeruman, 2001)

Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak.

Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan

berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan

menggantikan hubungan pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat

kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha

guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997).

Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya

yaitu sebagai berikut:

1. Membangun hubungan jangka panjang.

2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang.

3. Perencanaan produk yang difokuskan.

(22)

5. Membuka saluran – saluran penjualan.

6. Mengendalikan biaya – biaya penjualan.

(Linton, 1997)

Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya

merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan

kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara

berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Aktivitas

PKBL merupakan wujud nyata dari program penanggulangan dan pengentasan

kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dimana masyarakat miskin

merupakan sasaran utamanya (Anonimous, 2009).

Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini

perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa

depan. Artinya CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre),

melainkan sentra laba (Profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga

akan ikut menjaga eksistensi perusahaan (Wibisono, 2007).

Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) sebenarnya adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan ”Tripple bottom line” yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras

dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi

(23)

Istilah Tiripple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 dimana Elkington berpendapat bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan

haruslah memperhatikan ”3P” yaitu :

 Profit (keuntungan) merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha

 Masyarakat (People) merupakan salah satu stakeholder yang penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi

keberadaan atau kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan,

dimana perusahaan harus berkomitmen untuk berupaya memberikan

manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.

 Lingkungan (Planet) adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan manusia

(Wibisono, 2007)

Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai berikut :

Sosial (People)

Lingkungan Ekonomi (Planet) (Profit)

Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung

jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang

direfleksikan dalam kondisi financialnya saja, namun juga harus memperhatikan

aspek sosial dan lingkungannya artinya selain mengejar profit perusahaan juga

(24)

dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet)

(Wibisono, 2007).

PKBL sebagai upaya penanggulangan kemiskinan seyogyanya ditujukan

untuk the poorest yaitu untuk mengurangi beban masyarakat miskin dan

economically active poor yaitu untuk meningkatkan produktivitas dan kemudian pendapatannya. Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat dan Bina

Lingkungan merupakan salah satu program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari

bagian laba BUMN (Anonimous, 2009).

Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu pendorong kekuatan

terdepan dan pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM amat vital untuk

menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan

dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar.

Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor

usaha lainnya, dan mereka juga cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi

penting dalam ekspor dan perdagangan.

Keikutsertaan sektor swasta dan wakil dari masyarakat sangat berperan

dalam meningkatkan dinamika suatu kemitraan dan kecenderungan di dunia usaha

sekarang bahkan kepada pembangunan usaha yang semakin besar, tetapi kepada

unit usaha kecil atau menengah dan independen sehingga menjadi lincah dan

cepat tanggap dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang cepat

dipasar (Anonimous, 2009).

Usaha kecil yang menerima pinjaman modal untuk pengembangan

(25)

kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil serta memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

 Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki

hasil penjualan maksimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

 Milik warga Negara Indonesia.

 Berdiri sendiri, tidak merupakan anak atau cabang perusahaan yang dimiliki serta berafiliasi baik secara langsung ataupun tidak langsung

dengan usaha menengah atau besar.

 Pembentukan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

 Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun

 Belum mempunyai persyaratan perbankan (non bankeble)

(Bag. PKBL PTPN II, 2009)

Program Kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian

pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan

memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Adapun

pola pembinaan yang dilakukan terhadap usaha kecil masyarakat adalah :

1. Pola pembinaan Langsung yang terdiri dari :

 Pola Pembinaan Murni dimana pengusaha kecil diberi pinjaman modal untuk biaya modal kerja atau investasi dalam rangka untuk

meningkatkan usahanya.

(26)

pemasaran secara intensif kepada pengusaha kecil pemula agar mampu

menciptakan pendapatan melalui kegiatan produktif selama waktu

yang ditentukan.

 Pola kemitraan, dimana perusahaan bekerja sama dengan instansi/lembaga/koperasi yang dapat menampung hasil produksi

pengusaha kecil sekaligus sebagai penjamin terhadap pinjaman yang

diberikan oleh perusahaan kepada pengusaha kecil dengan prinsip

saling menguntungkan

2. Pola kerjasama antara BUMN pembina dengan BUMN pembina lainnya,

misalnya dengan membentuk konsorsium. Program ini merupakan bentuk

kerjasama yang dilakukan dua atau lebih BUMN dalam melaksanakan

pembinaan terhadap mitra binaan usaha kecil, mikro secara bersama-sama.

3. Pola Satuan Kerja, dimana BUMN bekerjasama dengan pihak Pemerintah

Kabupaten/Kota dengan membentuk satuan kerja., dan pihak Pemerintah

Kabupaten/Kota sekaligus bertindak sebagai affalis.

4. Pola Kerjasama dengan Lembaga Keuangan/Perbankan, yaitu dengan

memanfaatkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang akan

dipergunakan oleh pihak perbankan untuk menjamin kredit yang akan

disalurkan oleh pihak Perbankan.

(Anonimous, 2009)

Kualitas pinjaman dana program Kemitraan dinilai berdasarkan pada

ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra

Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka

(27)

administrasi dan sisanya bila ada untuk pembayaran pokok pinjaman. Adapun

penggolongan kualitas pinjaman yang ditetapkan oleh kementrian BUMN adalah

ebagai berikut

 Lancar : Pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi tepat waktu dan selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran

angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

 Kurang lancar : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 30 hari dan belum

melampaui 180 hari dari tanggal yang telah disetujui bersama.

 Diragukan : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 180 hari dan belum

melampaui 270 hari dari tanggal yang telah disetujui.

 Macet : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 270 hari dari tanggal jatuh

tempo pembayaran angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama.

(Anonimous, 2007)

Landasan Teori

Kata evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai

padanan dari ”Penilaian” yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk

menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang

diamati (Mardikanto, 1993).

Evaluasi merupakan suatu proses meyakinkan keputusan, memilih

(28)

melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih

beberapa alternatif (Tayibnapis, 2000).

Tujuan evaluasi bisa bermacam-macam, yaitu sebagai pekerjaan rutin, atau

tanggung jawab rutin, untuk membantu pekerjaan manajer dan karyawan dengan

tujuan yang lebih banyak, dan informasi yang lebih lengkap dari yang sudah ada,

atau memberikan informasi untuk tim pembina atau penasihat, untuk klien, untuk

direktur dan pemberi dana atau sponsor (Tayibnapis, 2000).

Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji

kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu

dilaksanakan. Selain evaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga

dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut pengumpulan

informasi (data, fakta), analisis keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan

cara-cara mencapai tujuan yang menyangkut : kegiatan yang akan dilaksanakan,

metoda yang diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat/lokasi dan

waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan

dipergunakan. Menurut Rossi, kegiatan evaluasi sangat penting terhadap:

 Siapa (kelompok) sasaran program, dimana lokasinya, dan bagaimana spesifikasi kelompok sasaran program tersebut?

 Apa metoda terbaik yang akan diterapkan, demi tercapainya tujuan yang diinginkan?

 Apakah program tersebut benar-benar konsisten dengan tujuan yang diinginkan?

(29)

PTPN II merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang Agrobisnis

perkebunan dengan mengelola kebun kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan

tebu serta kegiatan rumah sakit dan pabrik fraksionasi. Perusahaan ini juga

mengembangkan Perkebunan Kelapa Sawit dengan pola PIR dan Kredit Koperasi

Primer untuk Anggota (KKPA). PTPN II ini bertujuan untuk melaksanakan dan

menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan

pembangunan nasional pada umumnya, khususnya disektor pertanian dalam arti

yang seluas-luasnya, berdasarkan kepada azaz :

- Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi

pendapatan nasional.

- Memperluas lapangan kerja.

- Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air, serta

kesuburan tanah.

(Anonimous, 2007)

Secara konseptual, kemitraan mengandung makna adanya kerjasama

antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan

dan pengembangan yang berkelanjutan. Prinsip saling memerlukan, saling

memperkuat, dan saling menguntungkan harus diperhatikan dalam konsep

tersebut (Sumardjo, dkk. 2004)

Kerangka pemikiran

Dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Republik Indonesia dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

(30)

02/SKB/M.KUMK/IV/2005 menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

tanggung jawab sosial setiap BUMN perlu ikut serta bertanggung jawab dalam

pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang perekonomian, dengan

meningkatkan lapangan pekerjaan, peningkatan pendanaan usaha mikro, kecil dan

koperasi di seluruh daerah.

Maka pada tahun 2007 dikeluarkan peraturan Menteri Negara BUMN

Nomor PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha

kecil dan Bina Lingkungan. Tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan

menengah masyarakat adalah cerminan dari perkembangan ekonomi dari

masyarakat. Dimana masyarakat mulai memikirkan cara untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya dan mulai memperbaiki taraf hidupnya dengan cara

meningkatkan pendapatan.

Perkembangan mitra binaan dapat dilihat dari perkembangan tingkat

pendapatannya sebelum dan sesudah menerima bantuan dana dan pembinaan.

Berkembangnya tingkat pendapatan dari mitra binaan biasanya dilihat dari

kemajuan usaha yang dijalankan oleh mitra binaan dan kelancarannya dalam

pembayaran pinjaman setiap bulannya kepada pihak BUMN. Dalam tingkat

penggolongan pengembalian pinjaman sering terlihat ketidaksesuaian antara

pengembalian dana bantuan dan dana bantuan yang diberikan, selain itu

pengembalian jumlah pinjaman juga tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditetapkan.

Untuk mengetahui apakah tujuan dan rencana program yang dilaksanakan

oleh PKBL BUMN sesuai atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap

(31)

program tersebut sudah berhasil atau tidak yaitu dengan melihat bagaimana

hubungan yang terjalin antara BUMN PTPN II dengan mitra binaan dan melihat

bagaimana tingkat pengembalian pinjaman Mitra Binaan apakah lancar, kurang

lancar, diragukan dan macet.

Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Keterangan :

Menyatakan saling/ Kemitraan

Menyatakan Pengaruh

Hipotesis Penelitian

1. Sistem pemberian bantuan dana Program Kemitraan Badan Usaha Milik

Negara PTPN II (PERSERO) kepada calon Mitra Binaan sesuai dengan

prosedur yang ditetapkan.

Pendapatan (Rp.) BUMN

(PTPN II)

Bantuan Dana/Pinjaman

Penggolongan Pengembalian Kualitas Pinjaman

UKM (Mitra Binaan)

Lancar Kurang Lancar,

Diragukan, dan Macet

(32)

2. Ada perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima

bantuan dana Program Kemitraan PTPN II.

3. Tingkat pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada bagian Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan di PTPN II adalah lancar.

4. Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan berhasil

METODE PENELITIAN

(33)

Daerah penelitian ditetapkan secara Purposive (sengaja) di PTPN II Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan peneliti memilih

perusahaan PTPN II tersebut adalah karena PTPN II merupakan salah satu BUMN

yang konsisten dalam menjalankan Program Kemitraan terhadap usaha kecil

masyarakat, walaupun perusahaan tersebut sedang dalam masa krisis keuntungan

dan program tersebut berada di bawah naungan bagian Kemitraan dan Bina

Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan mitra

usaha dengan PTPN II, dimana PTPN II memberikan bantuan dana/pinjaman

kepada masyarakat untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah masyarakat.

Menurut Wirartha (2006) untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data

dengan statistik, ukuran sampel paling kecil adalah 30. Oleh karena itu penulis

mengambil 30 dari 253 Mitra Binaan pengusaha kecil di Kabupaten Deli Serdang,

yang dilakukan secara ”simple random sampling” .

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden

melalui survei dan daftar kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data

sekunder diperoleh dari lembaga instansi yang terkait secara literatur yang

berhubungan dengan penelitian yaitu bagian Program Kemitraan dan Bina

(34)

Metode Analisis Data

Hipotesis (1), dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan bagaimana

prosedur pemberian bantuan dana BUMN dari PTPN II kepada calon mitra

binaan.

Hipotesis (2), dianalisis dengan menggunakan Uji Paired Sample T Test

(Uji t berpasangan) yaitu uji beda dengan pengukuran yang dilakukan sebelum

dan setelah intervensi pada subjek yang sama dan digunakan untuk mengukur

apakah intervensi tersebut mempunyai pengaruh atau tidak. Dalam hal ini yang

menjadi subjeknya adalah tingkat pendapatan mitra binaan sebelum dan sesudah

menerima bantuan pinjaman. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean dari pre test dan post test, terlebih dahulu dibuat estimasi standar error perbedaan antara kedua mean

tersebut, yang estimasi dari :

(35)

dimana:

t = hasil nilai uji-t

B = beda antara pengamatan tiap pasang

_

B = mean dari beda pengamatan

d = Selisih antara beda dan mean pengamatan tiap pasang SB = standar error dua mean yang berhubungan

(Nazir, 2003)

Keterangan :

H0 = Tidak ada perbedaan pendapatan mitra binaan sebelum dan

sesudah menjadi mitra binaan PTPN II

H1 = Ada perbedaan pendapatan mitra binaan sebelum dan sesudah

menjadi mitra binaan PTPN II

Jika :

 t ≤ ttab = H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada

 t > ttab = H1 diterima dan H0 ditolak berarti

perbedaan pendapatan

Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN II

Ada

Hipotesis (3) dan (4), dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu

dengan tabulasi sederhana antara jumlah bantuan dana yang diberikan, dengan

jumlah bantuan dana yang telah dikembalikan dan jumlah bulan pengembalian

serta bentuk presentasenya untuk melihat tingkat penggolongan pengembalian

pinjaman. Tingkat keberhasilan BUMN PTPN II dalam melaksanakan Program

Kemitraan terhadap Usaha Kecil Masyarakat dapat dilihat dari bagaimana perbedaan pendapatan

(36)

hubungan yang terjalin antara BUMN PTPN II dengan mitra binaan dan melihat

bagaimana perkembangan pendapatan dan pengembalian pinjaman Mitra Binaan.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai

berikut :

Definisi

1. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektivitas dan

dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan.

2. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama

dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.

3. Program adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan

memberikan hasil atau pengaruh.

4. Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji

kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program

itu dilaksanakan.

5. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebahagian modalnya

dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang bersal dari

kekayaan negara yang dipisahkan.

6. Sektor Informal adalah kegiatan usaha yang tidak terorganisasi secara baik

(37)

kelembagaan yang tersedia secara formal (usaha yang berdiri sendiri atas

modal tabungan sendiri)

7. Usaha kecil dan menengah adalah kegiatan ekonomi yang berskala kecil

dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hadil penjualan tahunan serta

kepemilikan usaha tidak lebih besar dari Rp. 200.000.000,-

8. Mitra Binaan adalah masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah

(UKM) yang mendapatkan pinjaman dari bagian Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan BUMN.

9. Penggolongan tingkat pengembalian pinjaman dari mitra binaan ke bagian

Program Kemitraan BUMN di PTPN II yaitu :

 Lancar : pengembalian ≤ 30 hari setiap bulannya

 Kurang lancar : pengembalian melebihi batas pembayaran 30-180 hari

 Diragukan : pengembalian melebihi batas pembayaran 180-270 hari

 Macet : pengembalian ≥ 270 hari (tunggakan > 9 bulan)

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.

2. Waktu penelitian tahun 2009.

3. Sampel adalah Mitra Binaan PTPN II yang sedang mengikuti Program

Kemitraan pada tahun 2007-2008 dan jumlah sampel dalam penelitian adalah

sebanyak 30 sampel.

(38)

Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak dan Keadaan Geografis

Deli Serdang Merupakan salah satu kabupaten yang berada dikawasan

Pantai timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada

pada 2°57’’ Lintang Utara 3°16’’ Lintang Selatan dan 98°33’’ - 99°27” Bujur

Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli

Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 kecamatan dan

394 Desa/ Kelurahan Definitif. Adapun batas-batas wilayah dari Kabupaten Deli

Serdang ini adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat

Malaka.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten

Karo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Badagai

2. Iklim

Kabupaten Deli Serdang memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan

musim hujan . Menurut catatan stasiun Klimatologi Sampali, pada tahun 2008

terdapat 16 rata-rata hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak rata-rata

176 mm. Curah hujan paling terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu 439 mm

dengan hari hujan sebanyak 20 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi

(39)

3. Pemerintahan

Administrasi pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22

kecamatan dan 394 desa/kelurahan yang terdiri dari 78 desa Swakarya mula, 6

Swakarya Madya, 285 desa Swasembada mula dan 25 desa Swasembada Madya

yang seluruhnya telah definitif.

4. Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008 adalah

sebesar 1.738.431 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 696 jiwa per km²

dengan rincian seperti dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2. Jumlah penduduk dewasa dan anak-anak menurut jenis kelamin pada tahun 2008

Penduduk Usia (Tahun) Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Persentase (%)

Dewasa 15-64 keatas 569.401 580.995 66,18

Anak anak 0-14 300.888 287.147 33,82

Jumlah 870.289 868.142 100

Total (Laki-laki+Perempuan) 1.738.431

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang, 2008

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih

banyak dari penduduk perempuan. Sedangkan bila dilihat dari kelompok umur,

persentase jumlah penduduk usia 15-64 tahun keatas lebih besar dari pada

penduduk anak-anak usia 0-14 tahun.

5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah modal geraknya roda pembangunan. Jumlah dan

(40)

berlangsungnya proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam

kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2008, di kabupaten Deli

Serdang terdapat 767,70 ribu penduduk angkatan kerja dimana sekitar 84,14

persen dari mereka telah bekerja dan sebagian dari mereka tidak bekerja 15, 86

persen. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan

lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun.

Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II ( Persero )

1. Status Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara II merupakan salah salah satu perusahaan

BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan terhadap Usaha Kecil

Masyarakat. Dimana Program kemitraan tersebut berada di bawah naungan bagian

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk

berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang

berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan

penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTPN II dan

PTPN IX. PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan

tembakau dengan areal seluas 9.8701 hektar seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Komoditi yang diusahakan PT.Perkebunan Nusantara II Komoditi yang diusahakan Luas lahan (Ha)

(41)

Karet 11.265

Kakao 7.370

Tebu 16.046

Tembakao 2.443

Jumlah 9.8701

Sumber : Anonimous, 2007

Tanaman tebu lahan kering yang ditanam pada areal seluas 16.046 ha,

terdiri dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha. Selain

penanaman komoditi pada areal sendiri + inti tersebut, PTPN II juga mengelola

areal Plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit.

2. Visi Perusahaan

Adapun Visi dari PTPN II ini adalah turut melaksanakan dan menopang

kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan

nasional umumnya. Khusus di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya

dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang

sehat.

3. Misi Perusahaan

 Profitisasi melalui pendayagunaan, pengelolaan perusahaan di bidang

perkebunan, dengan mengusahakan lima budidaya komoditi unggulan

yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu secara efisien,

ekonomis sehingga dapat mencapai produk yang memenuhi standard

kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen, serta melakukan diversifikasi

(42)

 Pengelolaan produksi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi

yang berwawasan lingkungan, memiliki daya saing yang kuat, serta

meningkatkan kemitraan dengan petani untuk memenuhi pasar dalam dan

luar negeri guna kelangsungan usaha dalam mendukung pertanian

perkebunan.

4. Maksud dan tujuan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. Nomor 12 Tahun 1998 tentang

Perusahaan Perseroan (Persero) tertanggal 17 Januari 1998 pasal 4 ayat 1

menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah :

o Untuk menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi serta berdaya

saing kuat terhadap pasar dalam negeri maupun pasa luar negeri.

o Memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

Karakteristik Mitra Binaan Sampel

Karakteristik Mitra Binaan Sampel dalam penelitian ini dapat

dideskripsikan oleh usia Mitra Binaan, pendidikan terakhir Mitra Binaan, jumlah

tangggungan Mitra Binaan, dan pengalaman berwirausaha dari Mitra Binaan.

Karakteristik Mitra Binaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Karakteristik Mitra Binaan sampel di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009

Karakteristik Satuan Keterangan

Tertinggi Terendah Rataan

(43)

Pendidikan Tahun 17 6 11,53

Jumlah Tanggungan Jiwa 5 0 2,90

Pengalaman Berwirausaha

Tahun 26 2 10,03

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 1

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan usia dari Mitra Binaan

yang ada di daerah penelitian adalah 43,63 atau sekitar 44 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa Mitra Binaan di daerah penelitian tergolong usia produktif

(15-54 tahun) dan memiliki potensi dan peluang untuk mengembangkan UKM

yang dikelola.

Rataan pendidikan Mitra binaan di daerah penelitian sudah baik yaitu

sebesar 11,53 atau sekitar 12 tahun atau setingkat SMU. Hal ini dapat menjadi

penunjang dalam mengembangkan UKM yang dimiliki agar lebih inovatif dalam

mengelola UKM.

Rataan jumlah tanggungan Mitra Binaan sebanyak 2,90 atau 3 jiwa dan

kebanyakan jumlah tanggungan masih usia non-produktif sehingga belum

dimanfaatkan untuk membantu mengelola UKM yang dimiliki.

Pengalaman berwirausaha dari Mitra Binaan cukup lama. Rataan

pengalaman berwirausaha selama 10,03 atau sekitar 10 tahun. Lamanya

pengalaman berwirausaha berpengaruh pada manajemen pengelolaan UKM,

sehingga dapat membantu peningkatan pendapatannya.

Tabel 5. Persentase wirausaha sebagai mata pencaharian Mitra Binaan PTPN II Wirausaha sebagai mata

pencaharian

Mitra binaan (Unit usaha)

Persentase ( %)

(44)

Sampingan 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 26 (86,67%)

Mitra Binaan dari 30 Mitra Binaan yang menjadikan wirausaha sebagai mata

pencaharian utama, sedangkan 4 (13,33%) Mitra Binaan lainnya hanya sebagai

mata pencaharian sampingan, disamping mata pencaharian utamanya. Ini

mengidentifikasikan bahwa wirausaha dapat menjadi salah satu mata pencaharian

utama disamping pekerjaan lain yang ada.

(45)

Prosedur Pemberian Bantuan Dana Program Kemitraan BUMN PTPN II Kepada Calon Mitra Binaan

Dalam pemberian bantuan dana Program Kemitraan BUMN, PTPN II

memiliki beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh calon

Mitra Binaan PTPN II.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 sampel Mitra Binaan PTPN II

diketahui bahwa 30 Sampel Mitra Binaan tersebut telah melengkapi persyaratan

Administrasi (seperti proposal kegiatan usaha, fotocopy KTP, fotocopy Kartu

keluarga, pas photo, fotocopy surat izin usaha, dan surat keterangan Kepala Desa

dan tetangga, foto tempat usaha, fotocopy agunan, serta nomor rekening Bank).

Selain itu, 30 sampel Mitra Binaan tersebut juga mengajukan proposal

kegiatan usahanya ke Direksi PTPN II dengan tujuan bagian umum Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN II. Dimana proposal tersebut

berisi tentang jenis usaha, kegiatan usaha, pembiayaan dan keuangan usaha, hasil

serta penyerapan tenaga kerja, jumlah anggota (khusus koperasi), besar pinjaman

dan penggunaan dari pinjaman Mitra Binaan. Kemudian Proposal Mitra Binaan

tersebut dikirim Direksi PTPN II ke Kepala Bagian PKBL dan disampaikan

kepada Kepala Urusan PKBL.

Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa Asisten kepala urusan

PKBL bagian Administrasi Keuangan dan Umum telah melakukan evaluasi dan

seleksi terhadap seluruh (30 sampel) proposal kegiatan usaha Mitra Binaan

tersebut.

Kemudian, Bagian PKBL PTPN II melakukan survey (tinjauan langsung)

(46)

sebenarnya. Hasil survey lapangan tersebut disampaikan ke kantor direksi Bagian

SDM dan kemudian dan akan dikembalikan ke bagian umum PKBL.

Besarnya bantuan pinjaman yang diberikan berdasarkan seleksi dan

evaluasi proposal usaha yang diberikan apabila usaha memiliki prospek usaha

yang baik dan jelas maka akan diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan

besarnya pinjaman yang ada di proposal. Apabila usaha memiliki potensi

berkembang, maka diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan potensi usaha

tersebut. Tidak harus sesuai dengan besarnya pinjaman seperti yang ada di

proposal, dan usaha yang tidak layak tidak diberi pinjaman.

Dari hasil penelitian terhadap 30 Sampel Mitra Binaan PTPN II juga

diperoleh bahwa jumlah pinjaman yang diterima oleh Mitra Binaan tidak

semuanya sesuai dengan jumlah Pinjaman yang diajukan oleh Mitra Binaan. Dari

Lampiran 4 dapat dilihat bahwa hanya 8 dari 30 Mitra Binaan yang menerima

pinjaman sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan dan 22 Mitra Binaan

lainnya menerima pinjaman tidak sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan.

Hal ini karena terbatasnya dana PTPN II untuk melaksanakan Program Kemitraan

BUMN dan kurang sesuainya jumlah pinjaman yang diajukan Mitra Binaan

dengan kondisi usahanya.

Pemberian pinjaman kepada Mitra Binaan akan dituangkan dalam surat

perjanjian atau kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :

1) Nama dan alamat PTPN II serta nama dan alamat Mitra Binaan

2) Hak dan kewajiban Program Kemitraan PTPN II dan Mitra Binaan

(47)

4) Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pengembalian pinjaman, jadwal

angsuran pokok, dan jasa administrasi pinjaman, jaminan)

Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan per tahun

sebesar 6% dari limit pinjaman atau ditetapkan oleh Menteri seperti tertuang

dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

PER-05/MBU/2007 pasal 12 ayat 2,3 dan 4 yaitu apabila pinjaman-pinjaman diberikan

berdasarkan prinsip jual beli maka proyeksi marjin yang dihasilkan disetarakan

dengan marjin sebesar 6% atau sesuai dengan penetapan Menteri. Apabila

pinjaman diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, maka rasio bagi hasilnya bagi

PTPN II adalah mulai dari 10% ( 10 : 90 ) sampai dengan maksimal 50%

(50:50). Namun dari 30 sampel Mitra Binaan yang diteliti tidak ada yang

menyelesaikan pinjaman dengan prinsip bagi hasil melainkan dengan menetapkan

jasa administrasi sebesar 6% dari limit pinjaman.

Setelah pembuatan dan penandatangan kontrak/surat perjanjian, maka

bagian PKBL memberikan pinjaman bantuan dana PKBL kepada Mitra yang

bersangkutan melalui rekening bank yang telah ditetapkan pada proposal usaha,

yang selanjutnya digunakan sebagai modal usaha.

Dengan diberikannya pinjaman dana tersebut maka Mitra Binaan PTPN II

Tanjung Morawa wajib mengikuti serangkaian pelatihan dan Pameran untuk

mengembangkan usahanya. Pelatihan tersebut diberikan oleh tenaga ahli dari

bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II, Dinas Koperasi

Tingkat I, LPP, Cikal USU, Yayasan Srikandi, LSM yang berhubungan dengan

Program Kemitraan dan para Mitra Binaan unggulan yang telah berhasil dalam

(48)

Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pemberian bantuan dana Program

Kemitraan (dana pinjaman) dari bagian PKBL kepada Mitra Binaan adalah sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh BUMN PT. Perkebunan Nusantara II

(PTPN II). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 diterima.

Perbedaan Pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan Dana Program Kemitraan PTPN II

Pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana

pinjaman dapat diketahui dengan cara mencari jumlah penerimaan dan

menguranginya dengan jumlah total biaya. Berikut adalah data yang menyajikan

rataan jumlah bantuan dana pinjaman, tingkat pendapatan sebelum menerima

bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II, dan tingkat pendapatan

sesudah menerima bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II.

Tabel 6. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman

Uraian Satuan Keterangan

Tertinggi Terendah Rataan Pinjaman Pokok yang

diterima

Rp. 35.000.000 3.000.000 13.650.000

Pendapatan Sebelum Rp. 5.500.000 750.000 1.968.333

Pendapatan Sesudah Rp. 7.650.000 940.000 3.114.250

Selisih Pendapatan Sebelum dan Sesudah

Rp. 3.650.000 40.000 1.145.916,67

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan dari jumlah bantuan dana

pinjaman yang diterima Mitra Binaan adalah Rp.13.650.000,- maka Mitra Binaan

dapat meningkatkan rataan tingkat pendapatan perbulan sebesar Rp.4.407.448,-.

(49)

bantuan dana pinjaman dan dengan bantuan dana pinjaman tersebut Mitra Binaan

juga dapat mengembangkan usahanya.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendapatan rata-rata Mitra

Binaan sebelum menerima bantuan dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 1.968.333,-

Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata Mitra Binaan setelah menerima bantuan

dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 3.114.250,-. Berdasarkan hasil pengolahan

data dengan SPSS terhadap pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan sesudah

menerima bantuan dana pinjaman dengan uji t-berpasangan (Paired Sample t-test)

dapat diketahui bahwa korelasi antara kedua variabel, menghasilkan angka 0,934

dengan nilai probabilitas dibawah 0,05 (yaitu 0,000). Hal ini menyatakan bahwa

korelasi antara tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan adalah

sangat kuat dan berhubungan secara nyata. Dan terlihat bahwa t hitung adalah

-7,872 dengan probabilitas 0,000.

Untuk -t tabel diperoleh t(0,025; 29) = -2,045 dimana kriteria pengujiannya

adalah seperti gambar berikut :

H0 ditolak H0 ditolak

H0 diterima

-2,045 + 2,045

Dari gambar tersebut diperoleh :

o H0 diterima jika t hitung berada diantara -t tabel (-2,045) dan + t tabel

(2,045).

o H0 ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > + t tabel.

Nilai t hitung untuk konstanta sebesar -7,872 < -t tabel (-2,045), maka

(50)

pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan BUMN

PTPN II maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 diterima.

Tingkat Penggolongan Kualitas Pengembalian Pinjaman

Kualitas pinjaman adalah status kondisi pinjaman yang terdiri dari

pinjaman lancar, kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet. Kualitas

pengembalian dana pinjaman (Program Kemitraan) tersebut dinilai berdasarkan

pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman

Mitra Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran

pinjaman dimana pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk

pembayaran jasa administrasi pinjaman.

Tabel 7. Pinjaman keseluruhan Mitra Binaan yang sudah dikembalikan dan yang belum dikembalikan

Uraian Keterangan

Jumlah (Rp.) Persentase (%)

Pinjaman yang sudah

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 9

Dari hasil penelitian, jumlah dana pinjaman yang telah dikembalikan oleh

30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 276.208.333,- . Hal ini berarti bahwa

hanya 67,45 % jumlah pinjaman yang telah dikembalikan oleh Mitra Binaan

kepada Bagian PKBL PTPN II. Jumlah pinjaman keseluruhan Mitra Binaan

terhadap 30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 409.500.000,- dengan

rentang pinjaman Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 35.000.000,- dan jangka waktu

(51)

Tabel 8. Jumlah bulan pengembalian pinjaman keseluruhan Mitra Binaan PTPN II

Pengembalian lebih dari 2 tahun (>24 bulan)

16 53,33

Total 30 100

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 10

Mitra Binaan yang telah mengembalikan pinjaman selama 2 tahun adalah

sebanyak 14 Mitra Binaan ( 46,67 %), sedangkan yang mengembalikan lebih dari

2 tahun adalah sebanyak 16 Mitra Binaan (53,33 %) . Hal ini karena masih adanya

sisa jangka waktu pengembalian pinjaman dari beberapa Mitra Binaan selama

beberapa bulan lagi.

Jumlah Mitra Binaan yang sudah membayar pinjaman sebesar 50-100%

adalah sebanyak 23 Mitra Binaan dan jumlah Mitra Binaan yang membayar

pinjamannya kurang dari 50% adalah sebanyak 7 Mitra Binaan.

Tabel 9. Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan

Uraian Keterangan

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 12

Dari hasil penelitian, juga dapat dilihat bahwa dari 30 Mitra Binaan

(52)

lancar, 9 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya kurang lancar, 4 Mitra

Binaan yang penggolongan kualitasnya tergolong diragukan, dan 3 Mitra Binaan

yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong Macet (melebihi batas

pembayaran 270 hari atau lebih dari 9 bulan).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mitra Binaan dan bagian Program

Kemitraan PTPN II, ada beberapa tingkat penggolongan kualitas pinjaman dari

Mitra Binaan kepada bagian PKBL PTPN II yaitu lancar, kurang lancar,

diragukan dan macet. Adapun yang menjadi faktor ketidaklancaran Mitra Binaan

dalam pembayaran pinjamannya adalah :

o Kurangnya pengawasan dan ketegasan dari bagian PKBL PTPN II

terhadap usaha kecil masyarakat.

o Sanksi dan bunga pinjaman yang diberikan pihak PKBL PTPN II tidak

begitu memberatkan masyarakat, dimana sanksi hanya berupa penahanan

surat agunan dan bunga tetap dibayar pertahun sebesar 6% tanpa adanya

denda jika terlambat membayar.

o Tingginya biaya kebutuhan keluarga Mitra Binaan yang harus dipenuhi.

o Biaya pendidikan anak-anak Mitra Binaan yang tinggi dan mendesak

sehingga mengharuskan Mereka untuk mendahulukan membayar biaya

pendidikan dari pada membayar utang pinjaman.

o Pengalihfungsian dana pinjaman ke usaha lain yang dilakukan oleh Mitra

Binaan yang tidak menghasilkan tetapi menimbulkan kerugian

mengakibatkan Mitra Binaan malas membayar pinjaman.

Persentasi tertinggi dalam penggolongan kualitas pengembalian pinjaman

(53)

sebanyak 43,33 % dari jumlah Mitra Binaan yang pembayarannya kurang lancar

26,67 %, diragukan 16,67 %, dan macet 13,33 %. Berdasarkan persentase tersebut

dapat disimpulkan bahwa kualitas pengembalian pinjaman adalah tidak tergolong

lancar karena persentasi tingkat kelancaran pengembalian pinjaman Mitra Binaan

kurang dari 50%. maka hipotesis 3 ditolak.

Menurut Jackie Ambadar (2008), kunci keberhasilan dalam kemitraan

adalah adanya komitmen bersama serta kerjasama yang harmonis dan kolaborasi

yang serasi, serta koordinasi yang baik, yang jauh dari unsur-unsur tekanan karena

telah terbangun iklim saling kepercayaan antar Mitra yang terlibat.

Namun, berdasarkan hasil penelitian dengan melihat peningkatan

pendapatan dan penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra binaan

kebagian PKBL adalah tidak seimbang dan tidak saling menguntungkan antara

kedua belah pihak. Dalam hal ini yang diuntungkan adalah Mitra Binaan, karena

lebih dari 50 % Mitra Binaan yang telah menerima bantuan dana pinjaman dari

bagian PKBL tidak mengembalikan pinjaman tepat waktu dan kurang dari jumlah

pinjaman yang diberikan oleh bagian PKBL PTPN II sedangkan, pendapatan

seluruh Mitra Binaan sampel meningkat.

Hal ini menimbulkan kurangnya kepercayaan bagian PKBL PTPN II

untuk memberikan bantuan dana pinjaman berikutnya kepada Mitra Binaan yang

bersangkutan. Dari 30 Mitra Binaan sampel tersebut hanya 43,33 % atau 13 Mitra

Binaan yang membayar pinjaman tepat waktu. Dalam hal ini terlihat bahwa

hubungan yang terjalin anatara pihak PKBL PTPN II dengan sebagian besar Mitra

Binaan tidak harmonis, khususnya pada Mitra Binaan yang penggolongan kualitas

(54)

Program Kemitraan BUMN PTPN II belum berhasil dengan demikian maka

Hipotesis IV ditolak.

(55)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1) Pemberian bantuan dana Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara

PTPN II (Persero) memiliki prosedur yang telah ditetapkan, yaitu calon

Mitra Binaan membuat proposal yang ditujukan pada Kantor Direksi

PTPN II dengan tujuan Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL), kemudian akan dialamatkan kepada kepala bagian PKBL yang

akan disampaikan kepada kepala urusan PKBL, dan akan ditindaklanjuti

oleh asisten kepala urusan PKBL bagian Administrasi Keuangan dan

Umum yang akan melakukan evaluasi dan seleksi untuk menentukan

Mitra Binaan. Mitra Binaan akan diberi pelatihan, setelah selesai

memberikan bantuan pinjaman modal.

2) Terdapat perbedaan pada tingkat pendapatan Mitra Binaan sebelum dan

susudah menjadi Mitra Binaan PTPN II Tanjung Morawa. Dimana

pendapatan Mitra Binaan per bulannya mengalami peningkatan rata-rata

sebesar Rp.1.145.916,67,- atau 61,48 % dari tingkat pendapatan per bulan

sebelum menerima bantuan pinjaman.

3) Dari 30 Mitra Binaan terdapat 13 Mitra Binaan yang penggolongan

kualitas pinjamannya tergolong lancar, 8 Mitra Binaan yang penggolongan

kualitasnya kurang lancar, 5 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya

tergolong diragukan, dan 4 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas

pinjamannya tergolong Macet maka kualitas pengembalian pinjaman tidak

(56)

4) Program kemitraan BUMN yang dilaksanakan BUMN PTPN II belum

berhasil.

Saran

1. Kepada Mitra Binaan

Diharapkan agar Mita Binaan fokus dalam menjalankan usahanya dan

menggunakan modal pinjaman untuk usaha, bukan untuk kepentingan pribadi

tetapi untuk kepentingan usaha yang dijalankan dan melunasi pinjaman tepat

waktu.

2. Kepada Program Kemitraan

Diharapkan agar menambah jumlah alokasi bantuan pinjaman modal untuk

Mitra Binaan dengan bunga rendah. Kemudian menambah pelatihan-pelatihan

untuk Mitra Binaan khususnya dalam manajemen usaha dan bidang pemasaran,

serta melakukan pengawasan yang tepat terhadap pengembangan usaha Mitra

Binaan sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

3. Kepada Peneliti

Diharapkan peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian

lebih lanjut tentang Program Kemitraan pada BUMN-BUMN lainnya.

(57)

Anonimous. 2007. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik

Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik di Indonesia. PT Alex Media Komputindo. Jakarta

Haeruman, H. J.S. 2001. Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pengembangan Lembaga Kemitraan Pemerintah, Swasta, dan masyarakat. Sosialisasi Nasional Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal, Hotel Indonesia.Jakarta diakses 20 Mei 2009

Hafsah, M.J. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Linton, I. 1997. Kemitraan Meraih Keuntungan Bersama. Halirang. Jakarta

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kedua, Gramedia Pustaka. Jakarta

Sevilla, C.G., dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia. Jakarta

Sumardjo, dkk

Tayibnapis, F.Y. 2000. Evaluasi Program. Rineka Cipta. Jakarta

. 2004. Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Surabaya

(58)

No Nama Mitra Binaan

Gambar

Tabel 1. Jumlah mitra binaan dan tingkat penyaluran dana Program Kemitraan kepada Mitra menurut wilayah s/d triwulan III 2008
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Tabel 2. Jumlah penduduk dewasa dan anak-anak menurut jenis kelamin pada tahun 2008
Tabel 4. Karakteristik Mitra Binaan sampel di Kabupaten Deli Serdang tahun         2009
+5

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN PROBLEM-BASED LEARNING BERBASIS E-MOD UL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PAD A MATA D IKLAT BASIC SKILL D I SMK NEGERI 12 BAND UNG

Tujuan akhir dilaksanakannya hukum pidana Islam adalah keadilan yang bermakna hakiki. Maksudnya keadilan yang benar-benar adil. Keadilan yang diciptakan oleh manusia

Tampak bahwa formulasi pemberdayaan ekonomi rakyat tersebut tidaklah sekedar bergerak pada dimensi ekonomi, melainkan dalam banyak level kebijakan pemihakan ekonomi rakyat adalah

Berdasarkan Ketentuan Perpres nomor : 54 tahun 2010 dan Perpres nomor : 70 tahun 2012 beserta perubahannya dan Dokumen Pengadaan nomor : 027.386/SBD-Lelang II/POKJA-

Saudara atau yang diberi kuasa membawa berkas asli dan 1 (satu) copy dokumen penawaran beserta kelengkapan dokumen kualifikasi sesuai isian tabel kualifikasi yang

Pada pendapatan relatif umum (1 – 5 juta) keduanya sama-sama cenderung memilih mobil pribadi dibandingkan menggunakan angkutan umum saat menuju bandara Radin Inten

Sedangkan bila dibandingkan dengan bulan yang sama ditahun 2010, maka tren yang terjadi adalah terjadi kemiripan dibanding periode yang sama tahun lalu.. Berdasarkan

Pada tulisan ini dilakukan prosedur diferensiasi dan moving average untuk mengetahui apakah gempa dengan magnitude besar tersebut dapat menyebabkan fluktuasi sinyal