ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS JALAN SIMPANG
JAMBUREA
–
KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN
WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE,
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh
MARULI BARASA
087003013/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
SE
K O L A H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS JALAN SIMPANG
JAMBUREA
–
KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN
WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE,
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MARULI BARASA
087003013/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP) Ketua
(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Anggota
(Dr. Tavi Supriana, MS) Anggota
Ketua Program Studi
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Judul Tesis : ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS
JALAN SIMPANG JAMBUREA – KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE, KABUPATEN PAKPAK BHARAT
Nama Mahasiswa : Maruli Barasa
Nomor Pokok : 087003013
Telah diuji pada
Tanggal 11 Februari 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP
Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
3. Kasyful Mahalli, SE, M.Si
4. Dr. Rahmanta, MS
ABSTRAK
Maruli Barasa, 2010. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, dengan Komisi Pembimbing: Robinson Tarigan, Sirojuzilam dan Tavi Supriana.
Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: untuk melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan alat statistik deskriptif dan uji beda rata-rata. Jumlah sampel penelitian sebanyak 86 responden, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode sistematik sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang dominan terhadap Total Product
Domestic Bruto Kabupaten Pakpak Bharat. Terdapat dampak yang signifikan
peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap peningkatan perubahan aksesibilitas masyarakat, intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport. Aksesibiltas, yakni intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport meningkat setelah peningkatan ruas jalan.
ABSTRACT
Maruli Barasa, 2010. Analysis of Impact by Internode of Enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the Regional Developing by Sub Distric Siempat Rube of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Robinson Tarigan, Sirojuzilam and Tavi Supriana.
This purpose of research is aim to know that agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency; to analysis the internode impact of enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the alteration by accessibility by the community before and after of internode enhancement; to analysis difference by average household income before and after of internode enhancement. The analyze method that is used in this research is descriptive method with z test. The sample are 86 person with systematic random sampling.
The result of this research conclusion that agriculture sector gave dominant contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency. Explained by the significant of containt internode enhancement impact to increasing of income household level, accessibility consist of the trip intensity, time distance, traffict intensity and transport fee.
KATA PENGANTAR
Atas kuasa yang Maha Esa, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini berjudul “Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang
Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan
Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat” yang dikaji dengan beberapa
pendekatan/analisis sebagai aplikasi pengetahuan yang didapat oleh penulis selama
mengikuti perkuliahan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara
Medan.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa H, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Selaku Ketua Program Studi Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana
4. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP, selaku Pembimbing I, yang telah
banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Pembimbing II, yang telah
banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
6. Ibu Dr. Tavi Supriana, MS selaku Pembimbing III, yang telah banyak
membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
7. Bapak/Ibu Dosen Penguji, Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, Dr. Rahmanta, MS
dan Drs. Rudjiman, MA yang telah banyak memberikan masukan dalam
penyelesaian tesis ini.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu
Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara maupun rekan-rekan.
Medan, 01 Februari 2010
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : Maruli Barasa
2. Tempat/Tanggal lahir : Parlilitan, 24 April 1962
3. Pekerjaan : PNS Kab. Pakpak Bharat
4. Agama : Kristen Protestan
5. Orang tua
a. Ayah : Uter Barasa
b. Ibu : Kernelia Sihotang
6. Istri : Idewi Manurung
7. Anak : 1. Febry Mewalita Barasa
2. Olivia Siolito Barasa
3. Willy Kensulaw Barasa
4. Yesreel Andre Barasa
8. Alamat : Jl. Runding No. 3 b Sidikalang Kab. Dairi
9. Pendidikan
a. SD Negeri : SDN Parlilitan Humbang Hasundutan
b. SLTP Negeri : SMP Frater Kendari Sulawesi Tenggara
c. SMU Negeri : SMA Angkasa Lanud Medan
d. Universitas/Fakultas : Fakultas Teknik – Universitas HKBP Nommensen
e. Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
DAFTAR ISI
2.1. Perencanaan Pembangunan Jalan... 8
2.2. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan... 11
2.3. Pendapatan ... 13
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 26
3.4. Teknik Pengambilan Sampel... 27
3.5. Teknik Analisis Data... 27
3.6. Definisi Operasional Variabel... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31
4.1.1. Kabupaten Pakpak Bharat... 31
4.1.2. Kecamatan Siempat Rube... 32
4.2. Gambaran Umum Responden ... 34
4.2.1. Umur... 34
4.2.2. Lama Bermukim... 35
4.2.3. Tingkat Pendidikan... ... 36
4.2.4. Pekerjaan... ... 36
4.3. Hasil dan Pembahasan... 37
4.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.. ... 37
4.3.2. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan terhadap Perubahan Aksesibilitas Masyarakat (Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Ongkos Transport... 39
4.3.3. Analisis Tingkat Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan……….. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56
5.1. Kesimpulan ... 56
5.2. Saran... 56
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Data Ruas Jalan dan Perkembangannya yang Dilaksanakan
Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008... 4
3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Desa... 26
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 35
4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal... 35
4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 36
4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 36
4.5. Jenis Pekerjaan Utama Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea- Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube ... 40
4.6. Jenis Produk Utama Pertanian Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea-Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube... 41
4.7. Lokasi Penjualan Hasil Produk Utama Pertanian ... 42
4.8. Lokasi Pembelian Kebutuhan Harian... 43
4.9. Hasil Analisis Perbedaan Intensitas Perjalanan ... 45
4.10. Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Perjalanan... 46
4.11. Hasil Analisis Perbedaan Intensitas Kendaraan yang Melintas ... 49
4.12. Hasil Analisis Perbedaan atas Ongkos yang Dikeluarkan ... 51
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran... 22
4.1. Lintasan Jalan Jamburea–Kuta Jungak... 34
4.2. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kab. Pakpak
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 61
2. Data Sektor Pertanian dan PDRB... 63
3. Data Aksesibilitas... 64
4. Data Pendapatan Masyarakat... 66
5. Hasil Uji Beda Intensitas Perjalanan... 68
6. Hasil Uji Beda Waktu Tempuh... ... 69
7. Hasil Uji Beda Kendaraan yang Melintas... . 70
8. Hasil Uji Beda atas Ongkos yang Dikeluarkan... 71
9. Hasil Uji Beda atas Pendapatan... ... 72
10. Peta Lokasi Jalan Jamburea–Kuta Jungak ... 73
ABSTRAK
Maruli Barasa, 2010. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, dengan Komisi Pembimbing: Robinson Tarigan, Sirojuzilam dan Tavi Supriana.
Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: untuk melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan alat statistik deskriptif dan uji beda rata-rata. Jumlah sampel penelitian sebanyak 86 responden, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode sistematik sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang dominan terhadap Total Product
Domestic Bruto Kabupaten Pakpak Bharat. Terdapat dampak yang signifikan
peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap peningkatan perubahan aksesibilitas masyarakat, intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport. Aksesibiltas, yakni intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport meningkat setelah peningkatan ruas jalan.
ABSTRACT
Maruli Barasa, 2010. Analysis of Impact by Internode of Enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the Regional Developing by Sub Distric Siempat Rube of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Robinson Tarigan, Sirojuzilam and Tavi Supriana.
This purpose of research is aim to know that agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency; to analysis the internode impact of enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the alteration by accessibility by the community before and after of internode enhancement; to analysis difference by average household income before and after of internode enhancement. The analyze method that is used in this research is descriptive method with z test. The sample are 86 person with systematic random sampling.
The result of this research conclusion that agriculture sector gave dominant contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency. Explained by the significant of containt internode enhancement impact to increasing of income household level, accessibility consist of the trip intensity, time distance, traffict intensity and transport fee.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pada hakekatnya menginginkan suatu kondisi yang lebih baik
dari pada kondisi masa lalu. Proses pembangunan yang dilaksanakan suatu negara
tidak akan berhenti. Output yang dihasilkan suatu pembangunan merupakan
kombinasi sumber daya, sehingga sumber daya sangat mutlak dalam proses
pembangunan. Eksploitasi sumber daya harus memperhatikan kelestariannya.
Eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan pembangunan yang dilaksanakan dapat
mengalami kemunduran. Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah terciptanya
perekonomian yang mandiri dan handal antara lain bercirikan industri yang kuat dan
maju, pertanian yang tangguh dan pendayagunaan sumber daya alam yang optimal
dalam rangka peningkatan kemakmuran rakyat yang semakin merata.
Prioritas pembangunan pada sektor pertanian dan industri akan terus
ditingkatkan agar mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi
pemenuhan kebutuhan rakyat dan mampu melanjutkan proses industrialisasi.
Pembangunan dilaksanakan mulai dari daerah perkotaan hingga daerah pedesaan.
Dalam rangka mendukung pembangunan bidang ekonomi, pembangunan di bidang
infrastruktur yang diperlukan. Infrastruktur memiliki peran yang cukup signifikan
irigasi, serta telekomunikasi, yang merupakan bentuk fasilitas publik yang memiliki
jaringan (network) sebagai fitur fisik utamanya. Berbagai studi telah banyak
dilakukan untuk membuktikan hubungan kuat antara pembangunan infrastruktur
dengan pengembangan wilayah, tidak hanya dalam konteks makro namun juga
konteks mikro. Dalam konteks maka pembangunan wilayah dengan peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat, perubahan aksesibilitas masyarakat dan perubahan
komoditi unggulan di sekitar pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut
dilaksanakan.
Pengembangan wilayah di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan bagian yang
integral dari kegiatan pengembangan wilayah yang dilaksanakan di Propinsi
Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat ditetapkan sebagai daerah sentra
pertanian. Untuk mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Pakpak Bharat,
maka dilakukan peningkatan ruas jalan dalam rangka pengembangan jaringan jalan
kabupaten dengan tujuan untuk membuka isolasi dan mendorong pengentasan
kemiskinan (RTRWP Sumatera Utara, 1999).
Begitu juga, berdasarkan Rencana Strategis (Renstra), Pemerintah Kabupaten
Pakpak Bharat menyatakan bahwa sektor transportasi terus ditingkatkan guna
memperlancar arus manusia, barang dan jasa. Pembangunan dan pengembangan
sektor transportasi akan menggerakkan roda perekonomian, memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa dalam rangka wujud wawasan nusantara, serta semakin
meningkatkan ketahanan nasional. Menurut Agustinus (1999), jika ditinjau dari
Pertama, menjembatani kecenderungan pertumbuhan antarwilayah dalam rangkaian
proses pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan. Kedua, memprakarsai dan
membangkitkan pertumbuhan pada wilayah-wilayah potensial serta mengaitkannya
ke wilayah yang lebih maju dan mapan. Kedua fungsi perhubungan tersebut bertujuan
sama, yaitu menunjang perkembangan ekonomi sekaligus dapat diarahkan kepada
pertumbuhan antarwilayah, yang lebih serasi pada akhirnya dapat mewujudkan
kesatuan ekonomi daerah yang lebih kuat dan kokoh. Dalam konteks pembangunan
daerah, sektor perhubungan mempunyai peranan yang sangat strategis. Artinya,
wilayah-wilayah potensial dapat dikembangkan dengan baik, jika memiliki sarana
dan prasarana perhubungan yang memadai. Hal ini akan memperlancar arus manusia,
barang dan jasa serta informasi dan wilayah pedesaan yang potensial akan lebih
lancar, sehingga produktivitas masyarakat pedesaan akan meningkat.
Salah satu bentuk perhubungan darat yang berkenaan dengan pengembangan
wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ini dilakukan dalam bentuk pembangunan jaringan
jalan ini dimulai dari Desa Jambu Rea sebagai pangkal ruas jalan hingga Ke Desa
Kuta Jungak (Perbatasan dengan Kabupaten Dairi) sebagai ujung ruas jalan.
Pengembangan jaringan jalan ini dilaksanakan di Kecamatan Siempat Rube,
Kabupaten Pakpak Bharat. Adapun data tentang ruas jalan yang dilaksanakan
di Kabupaten Pakpak Bharat selama ini beserta perkembangannya, dapat dilihat pada
Tabel 1.1. Data Ruas Jalan dan Perkembangannya yang Dilaksanakan Sumber: Dinas PU dan Perhubungan Kabupaten Pakpak Bharat, 2008.
Adapun jaringan jalan ini merupakan sarana transportasi yang mempunyai
daya dorong terhadap pertumbuhan kawasan sekitarnya. Tidak seimbangnya
merupakan gambaran permasalahan yang besar akan timpangnya sistem sediaan
(supply) dengan sistem permintaan (demand). Transportasi selalu dikaitkan dengan
tujuan misalnya perjalanan dari rumah ke tempat bekerja, ke pasar, tempat rekreasi
dan dari sentra ke daerah distribusi. Diharapkan dengan dilaksanakannya
pengembangan jaringan jalan kabupaten di Kecamatan Siempat Rube pada
Kabupaten Pakpak Bharat ini dapat memberikan kontribusi signifikan (nyata)
terhadap pengembangan wilayah, percepatan pembangunan dan pemerataan
pembangunan antardesa di Kecamatan Siempat Rube pada Kabupaten Pakpak Bharat.
Melihat pentingnya peran prasarana transportasi dalam hal ini jalan bagi
pengembangan wilayah, maka penting dilakukan “Analisis Dampak Peningkatan
Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah
di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian
ini adalah:
1. Apakah sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB
Kabupaten Pakpak Bharat?
2. Bagaimana dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas
masyarakat (intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos
3. Apakah ada perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan
setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube,
Kabupaten Pakpak Bharat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas, maka
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan kabupaten terhadap
perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan
ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat?
3. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga
sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat
Rube, Kabupaten Pakpak Bharat?
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat, sebagai bahan pertimbangan atau
masukan dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan
komoditi unggulan daerah, meningkatkan aksesibilitas masyarakat yang
selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat
2. Bagi masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya masyarakat Kecamatan
Siempat Rube untuk mengetahui dan menambah informasi ada atau tidaknya
perubahan yang dirasakan oleh masyarakat melalui peningkatan ruas jalan
khususnya masyarakat di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.
3. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih
lanjut, terutama yang menyangkut tentang peningkatan ruas jalan atau mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perencanaan Pembangunan Jalan
Dalam rangka mendukung perencanaan kota pengembangan jalan merupakan
salah satu prioritas utama di samping perencanaan yang lain yaitu arahan
penggunaan/peruntukkan lahan, arah pengembangan kota dan rencana kawasan
tertentu seperti industri (UU No. 24/1992), oleh karena itu pengembangan jalan
perkotaan tersebut perlu diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Untuk maksud
tersebut upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah penataan sistem jaringan
jalan, penataan fungsi dan pelayanan jalan, penetapan persyaratan teknis
masing-masing jalan.
Ruang lingkup pengembangan dan perencanaan jalan kota meliputi seluruh
prasarana jalan dan jembatan umum yang dapat dilalui oleh kendaraan yang terdapat
di seluruh wilayah administratif tetapi dalam RUTRK yang tercantum hanyalah
jalan-jalan utama seperti jalan-jalan arteri. Penanganan jalan-jalan kota diarahkan agar tercipta kondisi
pelayanan lalu lintas yang tertib, teratur, aman dan memberi kenyamanan bagi
penggunaan jasa prasarana dan sarana jalan tersebut. Kusumantoro (1994)
menyatakan bahwa untuk menghindari masalah penyediaan sarana dan prasarana
transportasi di Jerman dilakukan dengan meningkatkan kapasitas jalan melalui
ini berupa modal yang mampu memberikan kapasitas yang besar bagi penggunaan
angkutan umum.
Jaringan transportasi dapat dipergunakan untuk mengendalikan pertumbuhan
dan menentukan arah pembangunan dan mengatur konsentrasi kegiatan dan bangunan
fisik pada tempat sehingga tidak melebihi kapasitas utilitas yang ada (Branch, 1995).
Beberapa tolak ukur dalam pembagian sub ruas jalan yakni: (1) faktor fisik jalan
terdiri dari lebar tiap jalur jalan, jumlah jalur jalan pada suatu ruas jalan, kebebasan
jalan terhadap pengaruh gangguan tepi jalan (lateral clearance), kelandaian jalan dan
lebar bahu jalan dan (2) faktor lalu lintas meliputi komposisi kendaraan dan variasi
volume lalu lintas. Kondisi fasilitas jalan akan menyebabkan tingkat kepadatan lalu
lintas yakni jumlah kendaraan rata-rata dalam ruang. Satuan kepadatan adalah
kendaraan rata-rata per kilometer per jam. Seperti halnya dengan volume lalu lintas,
kepadatan lalu lintas dapat dikaitkan dengan penyediaan jalur jalan.
Pemakaian lain dari nilai kepadatan lalu lintas adalah untuk mengatakan
pentingnya ruas jalan tersebut dalam mengalirkan lalu lintas. Selanjutnya menurut
Branch (1995) bahwa jalur jalan dan utilitas kota merupakan pola pembentuk
penggunaan lahan di kota. Sejak awal pertumbuhan komunitas berbagai kegiatan
usaha memilih lokasi di sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer. Hubungan antara
pengaturan tata guna tanah dengan sistem transportasinya (aksesibilitas)
menunjukkan tingkat kemudahan interaksi satu sama lain yang dicapai melalui sistem
merata dalam hal kuantitas dan kualitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan
sehubungan dengan peningkatan kapasitas transportasi adalah: (1) pembangunan
jalan baru baik lokal, kolektor maupun arteri sesuai dengan program Bina Marga
seperti jalan bebas hambatan, jalan lingkar (outer ring road), pembangunan jalan
penghubung baru (arteri) yang menghubungkan 2 zona yang sangat padat,
(2) peningkatan kapasitas prasarana jaringan jalan seperti pelebaran dan perbaikan
geometrik persimpangan, pembuatan persimpangan tidak sebidang untuk mengurangi
conflict point, pembangunan jalan-jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem
jaringan jalan yang sudah ada (missing link) dan pembenahan sistem hirarki jalan dan
pembuatan penyeberangan jalan untuk pejalan kaki (Tamin, 1993).
Untuk menumbuhkan perekonomian di negara berkembang salah satu faktor
yang paling penting adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat di dalam wilayah
melalui jaringan transportasi. Dengan aksesibilitas transportasi di dalam wilayah atau
kota maka kelompok masyarakat di dalam wilayah atau kota tersebut akan mudah dan
cepat melakukan aktivitasnya (Taafe, 1986). Salah satu dampak pengembangan sub
pusat kegiatan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan raya
seringkali mengabaikan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan
raya seringkali mengabaikan aspek jarak. Penempatan sub pusat kegiatan yang terlalu
jauh dengan pusat utama dengan mengabaikan faktor pertumbuhan kegiatan yang
sangat pesat, pada akhirnya justru menjadikan kawasan kota menjadi membesar tanpa
2.2. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan
Menurut Fendi (2009), jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, berupa kendaraan bermotor maupun tidak bermotor,
orang, barang, dalam bentuk apapun, maupun meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkapnya bagi lalu lintas. Dalam bentuk apapun mempunyai
pengertian bahwa jalan tidak terbatas pada bentuk jalan yang konvensional (pada
permukaan tanah) dan di atas tanah (jalan layang). Bangunan pelengkap ialah
bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan antara lain jembatan, pohon, lintas
atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran air
jalan, pagar pengaman daerah milik jalan, dan patok-patok daerah milik jalan.
Adapun tujuan diadakannya jalan adalah untuk memudahkan pengangkutan
orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, melancarkan jalannya lalu
lintas, membuka daerah-daerah yang terisolir, untuk pertahanan daerah dan untuk
meningkatkan perekonomian (Fendi, 2009). Karena itu penetapan prioritas
peningkatan ruas jalan perlu dilakukan sebagai program pengembangan jaringan jalan
mutlak dalam menilai manfaat yang diberikan dari proyek pembangunan jalan
tersebut.
Menurut Martius (2003), manfaat langsung pada proyek pengembangan
jaringan jalan antara lain terdapatnya kenaikan hasil pertanian dan perkebunan karena
kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambah baiknya sarana dan
kesempatan bekerja, bertambahnya kepadatan penduduk dan meningkatnya mobilitas
penduduk. Investasi pada penetapan prioritas peningkatan ruas jalan sebagai program
pengembangan jaringan jalan menunjukkan bahwa masyarakat mendapat keuntungan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa ada pembangunan atau investasi
jalan hasil produksi meningkat 1% dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, sedangkan
dengan adanya investasi/pembangunan jalan kenaikan produk mencapai 20% sesuai
dengan kondisi dan karakteristik suatu wilayah (Adler, 1983 dalam Martius, 2003).
Untuk mengetahui bagaimana manfaat pembangunan jaringan jalan, maka
dilakukan evaluasi. Di mana evaluasi jaringan jalan dimaksudkan untuk mengetahui
perubahan kesejahteraan maupun akses antarwilayah. Evaluasi yang akan dilakukan
adalah dengan pendekatan ekonomi atau surplus produksi hasil pertanian dan
perkebunan (Canemark, 1976, dalam Parakesit, dkk, 1998). Menurut parakesit, dkk
(1998) manfaat dari proyek tranportasi bagi orang yang tidak menggunakan jalan
tidak dapat ditunjukkan karena mereka menggunakan analisis surplus konsumsi yang
memberikan penekanan pada saving (penghematan) BOK dan waktu tempuh.
Selanjutnya menurut Parakesit, dkk (1998), salah satu pendekatan yang cukup
tepat dalam mengevaluasikan proyek pengembangan jalan dengan lalu lintas kecil,
seperti jalan kabupaten adalah dengan Location Quotion Analysis/LQA (Analisis
pembagian lokasi). Pendekatan ini merupakan cara permulaan untuk mengetahui
kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu atau potensi wilayah. Pada
dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor
luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien dapat
menggunakan suatu jumlah buruh atau hasil produksi atau satuan lain yang dapat
digunakan sebagai kriteria dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan
(Warpani, 1984).
Kemudian menurut Riyadi dan Kusumah (2004), bahwa LQA dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran umum mengetahui kemampuan sektor-sektor
pembangunan di suatu wilayah dalam mendukung proses pembangunan di daerahnya.
LQA merupakan metode yang digunakan unruk membandingkan kemampuan
sektor-sektor pembangunan dalam suatu daerah/wilayah dengan kondisi sektor-sektor-sektor-sektor
pembangunan yang ada di daerah yang lebih luas.
2.3. Pendapatan
Pendapatan dalam arti sempit adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik
faktor produksi selama jangka waktu tertentu. Pendapatan adalah seluruh nilai tambah
yang terjadi di wilayah pada suatu kurun waktu. Nilai tambah terdiri dari upah, gaji,
sewa, bunga dan laba yang dibagikan. Pendapatan dalam pengertian umum terdiri
dari: Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik
faktor produksi dan pendapatan perseorangan (personal income) adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan
Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer
payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang merupakan balas
jasa produksi. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, harus dikurangi
dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada
pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam
perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan),
dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap
perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut
tidak lagi bekerja).
Dalam hal lain juga dikenal pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable
Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan
jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.
Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak
langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak,
contohnya pajak pendapatan.
Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan
dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan.
Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan
jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.
Pendapatan juga dapat berasal dukungan dari sanak famili, hadiah atau hasil
usaha sendiri (wiraswasta, berdagang, mengerjakan sawah), menjadi pegawai swasta
atau bekerja di pemerintahan, hasil meminjamkan barang atau uang (Gilarso, 1992).
2.4. Pengembangan Wilayah
Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu di mana
bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum
pusat inti berfungsi antara lain: (a) tempat pemusatan pemukiman penduduk,
(b) pemusatan industri, (c) tempat pemasaran bahan-bahan mentah, dan (d) tempat
pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi
sebagai tempat proses produksi bahan mentah dan sebagai tempat pemasaran
produk-produk industri.
Pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai pelaksanaan pembangunan
nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial
wilayah serta menghormati perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah
pedesaan yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan
pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika
terjadi pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi sekaligus terjadi perubahan
masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).
Pengembangan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan
meningkatkan hubungan interdependensi dan interaksi antara sistem ekonomi
ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya
berada dalam konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian. Adapun pemusatan
kegiatan pada suatu tempat atau daerah akan mendorong terjadinya pemusatan
aktivitas, sarana dan fasilitas yang mendukung kehidupan penduduk yang ada
di tempat tersebut. Lebih jauh pemusatan tersebut akan menciptakan peningkatan
produksi di daerah tersebut.
Jadi selain dilihat dari sisi jumlah penduduk, sarana serta fasilitas pelayanan,
dapat mencerminkan tingkat efisiensi dari pemusatan itu umumnya dan produktivitas,
faktor-faktor produksi khususnya. Strategi pengembangan wilayah yang
berkelanjutan dilakukan secara bertahap antara lain: (a) Redistribusi aset (tanah,
modal, lainnya), (b) pengembangan kelembagaan dan pasar finansial di wilayah
pedesaan, (c) kebijaksanaan intensif lapangan kerja yang membatasi migrasi dari desa
ke kota, (d) kebijakan mempertahankan nilai tukar (exchange rate) yang mendorong
ekspor pertanian selalu kompetitif, (e) mengurangi ketergantungan modal dari luar
negeri, (f) pengembangan regional berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam,
(g) kebijaksanaan intensif fiskal mendorong produksi dan distribusi ke wilayah
pedesaan, (h) pembangunan sumber daya manusia dan modal sosial berbasis
pedesaan, dan (i) industrialisasi berbasis wilayah pedesaan.
Menurut Sandy (1982), pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah
adalah membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat
di daerah yang bersangkutan. Potensi di sini adalah tidak terbatas pada potensi fisik
adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan pergerakan
di dalam wilayah) dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut.
Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang
wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur di dalam perencanaan
pembangunan wilayah. Kedua bentuk perencanaan ini tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dan bersifat saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Tata ruang
wilayah merupakan landasan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan
wilayah (Tarigan, 2004).
Miraza (2005) mengatakan bagaimana suatu perencanaan wilayah
dilaksanakan, berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan
masing-masing daerah mempunyai latar belakang yang berbeda baik yang menyangkut pada
economic resources maupun yang menyangkut pada kultur masyarakat, demografi
dan geografi, daerah muka dan daerah belakang maupun berbagai akses yang ada,
yang dapat dipakai untuk masuk dan keluar bagi manusia dan barang serta
tersedianya perencanaan wilayah mencakup pada berbagai segi kehidupan yang
komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan yang semuanya bermuara pada
upaya meningkatkan kehidupan masyarakat. Pengembangan wilayah pada dasarnya
merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah
tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan
rata-rata masyarakat yang lebih baik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/
2.5. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan berkenaan dengan
tesis ini antara lain:
Zulad (1998), menulis penelitian yang berjudul “Evaluasi Dampak
Pembangunan Bantuan Peningkatan Prasarana Jalan Poros Desa di Wilayah
Pembangunan III Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode tabulasi silang dan
metode kuantitatif non parametrik untuk menghitung jumlah besaran yang diperoleh
setelah itu beliau melihat perbedaan tingkat dampak ekonomi dengan menggunakan
metode analisis chi-quadrat (x2), mengemukakan bahwa pembangunan prasarana jalan poros desa mempunyai dampak yang positif terhadap ekonomi desa meliputi
kegiatan usaha warga desa yang terdiri dari usaha buruh, usaha tani, usaha sektor
informal dan usaha sektor transportasi. Pembangunan prasarana jalan poros desa
mempunyai dampak positif terhadap waktu dan biaya transportasi, baik untuk
pengangkutan input atas kegiatan usaha maupun pengangkutan output atas hasil
usaha. Serta berdampak positif terhadap kesempatan kerja, harga tanah, tingkat upah
dan sosial ekonomi. Tetapi memiliki dampak yang negatif terhadap lingkungan
seperti pencemaran udara, kebisingan, dan munculnya operasi pencurian hasil kebun
rakyat maupun swasta.
Surbakti (1999), menulis penelitian yang berjudul “Pengaruh Jalan yang
Dibangun OECF terhadap Pengembangan Wilayah IDT”, dengan menggunakan
Lapangan) serta menggunakan metode analisis chi-quadrat (x2), mengemukakan bahwa Desa Tertinggal Lau Kehidupen dan Lau Lingga telah berubah status menjadi
desa tidak tertinggal, namun Desa Buluh Pancur masih berstatus desa tertinggal dan
terjadinya perubahan peningkatan pendapatan penduduk dan perubahan land use pada
Desa Lau Kehidupen, Lau Lingga dan Buluh Pancur (daerah desa tertinggal) namun
hasilnya belum memuaskan. Dari hasil penelitian bahwa jalan yang dibangun OECF
adalah jalan dengan konstruksi yang sederhana dan berlalu lintas rendah maka
kondisi jalan tersebut sudah rusak karena jalan tersebut kurang dipelihara dan juga
lalu lintas yang melewati melebihi dari tonase jalan itu sendiri sehingga jalan tersebut
kurang berfungsi.
Supriadi (2004), menulis penelitian yang berjudul “Analisis Genangan Air
pada Prasarana Jalan dan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah di Kota Medan”,
dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regressi berganda,
mengemukakan bahwa genangan air di Kota Medan secara umum disebabkan oleh
lama curah hujan, drainase, koefisien dasar bangunan (KDB) dan volume sampah
secara serempak berpengaruh terhadap genangan air di Kota Medan dengan tingkat
kepercayaan 95%, genangan air di Kota Medan tidak memberikan pengaruh terhadap
pengembangan wilayah di Kota Medan, penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan
usaha baru belum sepenuhnya terganggu akibat genangan air. Selain itu beliau
mengatakan daerah resapan air di Kota Medan berupa lahan pertanian, ruang terbuka
air di wilayah dengan tata guna rendah sedang disebabkan oleh limpasan air dari
sungai-sungai kecil, tinggi genangan air dari kondisi hujan yang deras selama satu
jam adalah 45 cm dengan lama genangan 30 menit, alternatif penanggulangan
genangan air di Kota Medan adalah pemanfaatan saluran drainase, membuang
sedimentasi dan sampah-sampah yang menghambat aliran air ke saluaran primer dan
faktor tata guna lahan dan aktivitas ekonomi tidak sepenuhnya memberikan pengaruh
terhadap tinggi genangan air.
Lumban Raja (2009), menulis penelitian yang berjudul “Analisis Dampak
Peningkatan Jaringan Jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe
Kabupaten Pakpak Bharat dalam Pengembangan Wilayah” dengan menggunakan
metode uji t (t-test), mengatakan bahwa peningkatan jalan Tinada–Sibande
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memberikan dampak yang signifikan terhadap
produk utama dan pendapatan masyarakat sepanjang jalan yang dipengaruhi
meningkatnya jumlah produk utama pertanian dan meningkatnya harga jual produk
utama pertanian serta pendapatan masyarakat. Selain itu peningkatan Jalan Tinada–
Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memberikan dampak yang signifikan
terhadap mobilitas masyarakat pengguna jalan dan angkutan barang dengan adanya
penghematan ongkos orang dan barang setiap perjalanan, peningkatan penggunaan
kendaraan umum, perjalanan keluar desa, penghematan waktu tempuh dan
peningkatan volume lalu lintas. Peningkatan jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu
dengan adanya peningkatan penggunaan luas lahan, peningkatan penerimaan pajak
bumi dan bangunan (PBB) dan kenaikan harga tanah.
Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian terlihat dengan adanya peningkatan
jalan memberi dampak terhadap masyarakat berupa bertumbuhnya unit usaha baru
sehingga memberi kesempatan perekrutan tenaga kerja non formal, bertumbuhnya
pusat pasar tradisional dan adanya perkembangan pemukiman baru ditandai dengan
bertambahnya rumah-rumah penduduk dan adanya fasilitas umum lainnya. Dengan
adanya dampak yang positif akibat peningkatan jalan Tinada–Sibande Kecamatan
Sitellu Tali Urang Jehe disarankan supaya memprogramkan peningkatan jaringan
jalan yang mengarah pada sentra-sentra produksi dan memiliki potensi ekonomi
di bidang pertanian, perkebunan serta jalur distribusi sampai ke jalur jalan propinsi
dan nasional sehingga pelayanan jaringan jalan yang aman, nyaman, lancar. Juga
terus melakukan pembenahan sistem jaringan jalan sebagai prasarana transportasi
yang menyatu/terkoneksi mulai dari jalan desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi
dengan melakukan pembenahan jalan-jalan strategis (JJS) antarkabupaten, JJS antar
ibukota kecamatan, serta pembangunan jalan desa.
2.6. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dampak penetapan prioritas
peningkatan ruas jalan untuk mengembangkan jaringan jalan terhadap pengembangan
berarti bagi masyarakat di sekitar wilayah di mana prioritas jalan tersebut ditetapkan.
Pengembangan jaringan jalan yang dimaksud antara lain pengerasan jalan kerikil atau
tanah menjadi pengerasan jalan beraspal maupun pembangunan jalan yang baru. Ruas
jalan yang ditetapkan untuk dibangun diharapkan memberikan dampak bagi
pengembangan wilayah dengan indikasi variabel perubahan komoditi unggulan,
perubahan aksesibilitas masyarakat dan perubahan pendapatan per kapita masyarakat.
Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Peningkatan
Ruas Jalan
Sektor Pertanian
Intensitas Perjalanan
Pengembangan Wilayah
Waktu Tempuh
Intensitas Lalu Lintas
Ongkos Transport
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini antara lain:
1. Sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB
Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Peningkatan ruas jalan meningkatkan aksesibilitas masyarakat.
3. Adanya perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2009 dan direncanakan berakhir
hingga November 2009 yang dilakukan pada Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten
Pakpak Bharat. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siempat Rube,
Kabupaten Pakpak Bharat. Kecamatan ini terletak di bagian tengah Kabupaten
Pakpak Bharat yang memiliki jarak 5 Km dari Kecamatan Salak (ibukota Kabupaten
Pakpak Bharat) ke Jamburea (ibukota dari Kecamatan Siempat Rube). Secara
administrasi pemerintahan wilayah kecamatan ini terbagi atas 6 jumlah desa dan
sebanyak 20 jumlah dusun, dengan luas wilayah 82,36 Km2atau 8,236 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Siempat Rube ini adalah 3.796 jiwa yang terdiri dari 1.976
jumlah laki-laki dan 1.820 jumlah perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata
46 jiwa per Km, dan jumlah rumah tangga adalah sebanyak 731 KK. Alasan
dipilihnya Kecamatan Siempat Rube ini karena kecamatan ini merupakan Ibukota
dari Jamburea sebagai tempat lokasi di mana ditentukannya penetapan prioritas
peningkatan ruas jalan kabupaten yang dibangun. Peningkatan jalan Simpang
Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat
dilakukan mulai TA. 2007 sampai dengan TA. 2009 dengan sumber pembiayaan
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat yang diwakili
oleh Kepala Keluarga (KK) yang ada di sepanjang jalan lokasi penelitian dengan
penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan systematic sampling atau sampel
sistematik dengan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiono, 2008), yang menyatakan
berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial, ukuran sampel layak
digunakan antar 30 hingga 500 responden. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Dalam
menentukan jumlah sampel menggunakan rumus sesuai pendapat Slovin (Husein
Umar, 1998) yaitu:
Berdasarkan rumus tersebut maka diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah:
sebesar 86 jiwa, kemudian diambil secara acak (sistematis) dengan rincian responden
masing-masing desa dapat dilihat dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Desa
No Kecamatan Desa Populasi Sampel Responden sekunder. Data primer diperoleh dari lokasi penelitian melalui kuesioner, wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian. Sementar data sekunder diperoleh dari buku-buku ilmiah, Kantor Camat Siempat Rube, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kecamatan Siempat Rube, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kecamatan Salak, Dinas PU Kabupaten Pakpak Bharat, Dinas Pertanian dan instansi lainnya yang terkait.
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi diurutkan mengikuti letaknya pada sisi jalan, kemudian sampel diambil secara sistematis yaitu diambil satu setiap 7 (tujuh) rumah tangga.
Untuk menjawab permasalahan pertama diakukan teknik statistik deskriptif
dengan menggunakan diagram batang dengan membandingkan jumlah produksi
sektor pertanian dalam Rupiah terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.
Untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga yaitu untuk melihat dampak
peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube terhadap waktu
tempuh dan ongkos angkut dan pendapatan masyarakat, di sepanjang Jalan
Jamburea –Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube dianalisis menggunakan uji t
(t-test) dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2008):
Di mana:
X1 = Rata-rata nilai sampel sebelum ada Peningkatan Jalan Jamburea –Kuta
Jungak Kecamatan Siempat Rube.
X2 = Rata-rata nilai sampel sesudah ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta
Jungak Kecamatan Siempat Rube
S1 = Standar Deviasi sebelum ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta
Jungak Kecamatan Siempat Rube
S2 = Standar Deviasi sesudah ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta
Jungak Kecamatan Siempat Rube
n1 = Jumlah sampel sebelum ada Peningkatan Jalan Jalan Jamburea–Kuta
n2 = Jumlah sampel sesudah ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak
Kecamatan Siempat Rube
Untuk mendapatkan t tabel dihitung dengan:
t tabel = ½ á
df = n1 + n2 – 2
Dengan Hipotesis Ho dan H1 sebagai berikut:
Ho = Tidak ada dampak Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak
Kecamatan Siempat Rube terhadap waktu tempuh dan ongkos angkut
Jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube
H1 = Ada dampak Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan
Siempat Rube terhadap waktu tempuh dan ongkos angkut Jalan
Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube
Ho = Tidak ada dampak peningkatan jalan Jamburea–Kuta Jungak
Kecamatan Siempat Rube terhadap pendapatan masyarakat di
sepanjang jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube
H1 = Ada dampak Peningkatan jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan
Siempat Rube terhadap pendapatan masyarakat di sepanjang Jalan
Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube
Dengan keputusan sebagai berikut:
Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima dan apabila t hitung < t
3.6. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah:
1. Intensitas perjalanan adalah frekuensi melintasi jalan. Diukur dengan banyaknya
frekuensi perjalanan per hari.
2. Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan untuk melintasi jalan yang diukur
dalam satuan waktu (menit).
3. Intensitas kendaraan adalah trafik jumlah kendaraan yang melintasi jalan. Diukur
dengan banyaknya jumlah kendaraan yang melintas.
4. Ongkos yang dikeluarkan adalah jumlah ongkos yang dikeluarkan dengan
menggunakan angkutan umum. Dinyatakan dalam satuan Rupiah.
5. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat perbulannya akibat
dampak sebelum dan sesudah pembangunan jalan yang dinyatakan dalam Rupiah.
6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah konsep pendapatan nasional
untuk menghitung pendapatan per kapita suatu negara yang diperoleh dari
pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu
negara. Semakin besar PDRB suatu daerah maka menunjukkan semakin makmur
daerah tersebut.
7. Sektor Pertanian adalah salah satu unsur pokok pertumbuhan ekonomi yang
berasal dari kontribusi pertanian dan perkebunan yang dinyatakan dalam Rupiah
8. Pengembangan wilayah suatu tindakan mengembangkan wilayah atau
membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Kabupaten Pakpak Bharat
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi
berdasarkan Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat dan Nias Selatan dan diresmikan
pada tanggal 28 Juli 2003 oleh Menteri Dalam Negeri di Medan. Pada tanggal 23
April 2002, diterbitkan Surat Bupati Nomor 136/1653/2002 perihal Usul Pemekaran
Kabupaten Dairi untuk disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri D/P Gubernur
Sumatera Utara dan Ketua DPR RI, yang intinya menyampaikan tentang
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat;
Tim Pengumpul Data, Saran dan pendapat terhadap usul perubahan nama dan
pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat, Pemerintah Kabupaten Dairi dan DPRD
Kabupaten Dairi. Juga disampaikan hasil pengumpulan data lapangan rencana
pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat dan keputusan DPRD Kabupaten Dairi Nomor
35/K-DPRD/2002 Tanggal 22 April 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten
Dairi menjadi 2 (dua) kabupaten.
Kabupaten yang pada awal pembentukan terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan
Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Tinada, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu
Tali Urang Jehe dan Kecamatan Pagindar dengan jumlah desa sebanyak 52 (lima
puluh dua) desa yang berada pada wilayah dataran tinggi Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Pakpak Bharat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi,
terletak pada garis 2015'00''- 3032'00" Lintang Utara dan 90000' - 98031' Bujur Timur.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah Timur dengan Kabupaten
Toba Samosir, sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten
Humbang Hasundutan, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Singkil.
4.1.2. Kecamatan Siempat Rube
Kecamatan Siempat Rube dengan ibukotanya Jamburea adalah salah satu
Kecamatan diantara 8 kecamatan di daerah hukum Kabupaten Pakpak Bharat
Sumatera Utara dengan luas wilayah 1.218,30 Km2. Kecamatan Siempat Rube terdiri
dari 6 desa. Kecamatan ini terletak di bagian Kabupaten Pakpak Bharat, 5 Km jarak
dari Salak (Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat) ke Jamburea dengan batas-batas
sebagai berikut:
1. Letak di atas permukaan laut: 700 - 1.400 meter.
2. Luas wilayah : 82,36 Km2.
3. Berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Tinada
Sebelah Timur : Kabupaten Dairi
Sebelah Selatan : Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu
4. Jarak Kantor Camat ke Kantor Bupati : 5 Km
Kecamatan Siempat Rube pada umumnya adalah berbukit-bukit dengan
kemiringan yang bervariasi antara 700-1.400 m sehingga terjadi iklim hujan tropis
yang dipengaruhi angin musim. Penduduk Siempat Rube akhir tahun 2007 berjumlah
3.796 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 1.976 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 1.820 jiwa. Kepadatan penduduk 46 jiwa/Km2.
4.1.3. Jaringan Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak
Jaringan Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak masuk dalam wilayah
Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat dengan status Jaringan Jalan
Strategis dengan panjang jalan 12 Km yang menghubungkan antara Kuta Jungak–
Batas Dairi. Jaringan jalan tersebut selesai dikerjakan pada tahun 2003. Status jalan
tersebut terbuka untuk kendaraan roda 4. Lebar jalan tersebut sebesar 3 Km. Adapun
Gambar 4.1. Lintasan Jalan Jamburea–Kuta Jungak
4.2. Gambaran Umum Responden
Sebagai responden dalam penelitian ini adalah masyarakat dalam hal ini
Kepala Keluarga (KK) yang ada di sekitar jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak
Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat yaitu Kepala Keluarga yang ada
di 6 desa (Siempat Rube I, Siempat Rube II, Mungkur, Siempat Rube IV) dengan
jumlah sampel sebanyak 86 kepala keluarga.
4.2.1. Umur
Jumlah dan karakteristik responden dalam hal ini kepala keluarga berdasarkan
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No. Umur (Tahun) Jumlah Responden
(KK) Persentase (%)
41-45 (39,53%) sedangkan responden paling sedikit adalah responden dengan usia
kurang dari 35 tahun (9.3%)
4.2.2. Lama Bermukim
Jumlah dan karakteristik responden berdasarkan lama bermukim dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal
No. Lama Bermukim (Tahun) Jumlah Responden
(KK) Persentase (%)
Dari Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa lama bermukim responden lebih
dominan di atas > 10 tahun (52,33%) dan yang paling kecil adalah kurang dari 5
4.2.3. Tingkat Pendidikan
Jumlah dan persentase responden dari sisi tingkat pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(KK) Persentase (%)
Dari Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan responden lebih
dominan dengan tingkat pendidikan SMP (48,84%) dan yang paling rendah dengan
latar belakang pendidikan tidak tamat SD sebanyak 9.3%.
4.2.4. Pekerjaan
Jumlah dan karakteristik responden dalam hal ini kepala keluarga berdasarkan
jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Responden
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa jenis pekerjaan responden lebih dominan jenis
pekerjaan petani (61,63%) dan yang terendah profesi lain-lain 1,11%.
4.3. Hasil dan Pembahasan
4.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat
Kabupaten Pakpak Bharat dimekarkan menjadi kabupaten sejak tahun 2003.
Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat maka sektor
pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil
Pendaftaran Rumah Tangga Sensus Pertanian 2003 terdapat 6.576 rumah tangga
pertanian mencakup kegiatan bertani/berkebun dan mengusahakan ternak/unggas.
Dari jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 99,99% adalah
merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman yaitu tanaman padi
dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan holtikultura.
Berdasarkan gambaran kasar potensi pertanian menurut jenis tanaman
berdasarkan luas, jumlah penduduk dan rata-rata hasil per hektar yang dapat dicapai,
jumlah produksi padi sawah pada tahun 2007 terbesar 10.484,9 ton, jika
dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan sekitar 6,84%. Sedangkan hasil
produksi padi ladang tidak mengalami perubahan pada tahun 2007. Produksi tanaman
palawija maupun tanaman holtikultura semusim pada umumnya mengalami
kenaikan. Produksi tanaman palawija yang mengalami peningkatan pada tahun 2007
jalar dari 1.674 ton tahun 2006 bertambah menjadi 1.925 ton tahun 2007. Sedangkan
tanaman holtikultura semusim yang mengalami kenaikan diantaranya adalah cabe
dari 1.084 ton tahun 2006 bertambah menjadi 1.726 ton tahun 2007, tomat dari 150
ton tahun 2006 menjadi 220 ton tahun 2007.
Ditinjau dari luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2007
bahwa kelapa sawit memiliki luas terbesar dengan luas 1.649 hektar dengan produksi
6.216 ton sedangkan tanaman kemenyan menduduki urutan kedua dengan total luas
1.471 hektar dengan produksi 147 ton. Dengan rincian kopi robusta memiliki luas
741 hektar dengan produksi 414 ton dan kopi arabika terluas 973 hektar dengan
produksi 580 ton. Tambir dengan luas 856 hektar, karet 530 hektar, kulit manis 107
hektar, dan tembakau 14 hektar.
Adapun kontribusi sektor pertanian terhadap Product Domestict Bruto dapat
dilihat pada Gambar 4.2 berikut:
Sumber: BPS Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009
Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2003 rata-rata sebesar 82.97%. Tahun 2004
sebesar 68.23%. Tahun 2005 sebesar 67%, tahun 2006 sebesar 71%, tahun 2007
sebesar 66% dan tahun 2008 sebesar 64%. Dari data tersebut terlihat sektor pertanian
memberikan kontribusi yang dominan terhadap pertumbuhan ekonomi.
4.3.2. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan terhadap Perubahan Aksesibilitas Masyarakat (Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Ongkos Transport)
Pekerjaan utama penduduk di daerah penelitian adalah bertani. Pekerjaan
utama sebagai petani yaitu 53 orang atau 61.63% dari seluruh jumlah responden.
Jenis pekerjaan berikutnya adalah berdagang sebanyak 21 kepala keluarga (24,4%),
pegawai negeri sebanyak 8 kepala keluarga (9.30%), pegawai swasta 3 kepala
keluarga (3.48%) dan paling sedikit lainnya 1 (satu) keluarga (1.11%). Sebelum
pembangunan jalan dominan berprofesi petani 61 kepala keluarga (70.93%),
pedagang 16 KK (18.6%), PNS 4 KK (9.30%) dan lainnya 2 KK (2.32%). Hasil
tersebut menunjukkan dengan adanya peningkatan ruas jalan manfaat yang diperoleh
adalah menyerap tenaga kerja. Jenis pekerjaan masyarakat di sepanjang jalan
Tabel 4.5. Jenis Pekerjaan Utama Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea
Di samping adanya perubahan pekerjaan utama, juga mempengaruhi jenis
hasil pertanian yang dihasilkan dari daerah penelitian. Berdasarkan Tabel 4.6 jumlah
petani penghasil padi sebelum peningkatan jalan sebanyak 27 kepala keluarga atau
31.40%. Setelah peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan
Siempat Rube jumlah petani penghasil padi bertambah menjadi 28 kepala keluarga
(32.56%). Petani penghasil kopi sebelum peningkatan ruas jalan sebanyak 30 kepala
keluarga, setelah peningkatan ruas jalan berkurang menjadi 29 kepala keluarga. Hal
Tabel 4.6. Jenis Produk Utama Pertanian Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube
2003 2008
jumlahnya mengalami kenaikan 1 KK dibanding tahun 2003 sebanyak 27 KK (31.40
%) disebabkan beralih ke tanaman Kopi disebabkan oleh tingginya harga Kopi pada
saat itu. Pada tahun 2008 juga jumlah petani Kopi jumlahnya sebanyak 29 KK
Hasil pertanian masyarakat di daerah penelitian dipasarkan melalui 3 (tiga)
lokasi yaitu ditempat produksi (on farm), dipasar dan dikonsumsi sendiri. Hal tersebut
tergambar pada Tabel 4.7:
Tabel 4.7. Lokasi Penjualan Hasil Produk Utama Pertanian
2003 2008
Dengan adanya adanya peningkatan jalan masyarakat merasakan dampaknya
di mana pada saat sebelum adanya peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta
Jungak masyarakat lebih dominan menjual hasil produk pertanian ke pasar yaitu 45
KK atau 52,33% dan setelah adanya peningkatan Jalan Simpang Jamburea–Kuta
Jungak masyarakat menjual hasil produk pertanian ke pasar yaitu 34 KK (39,53%).
Jika menjual produk ke pasar maka margin keuntungan berkurang karena harus
mengeluarkan ongkos angkut. Manfaat yang diperoleh para tengkulak adalah
langsung ke lokasi usaha petani sehingga petani mempunyai alternatif menentukan
harga jual yang layak.
Lokasi hasil pemasaran petani meningkat sebelumnya ditahun 2003 ada 35
jaringan jalan hasil pemasarannya tidak lagi dipasar tetapi langsung di lokasi produksi
(on farm) berjumlah 43 KK (50%) sehingga pembeli dapat langsung berkunjung ke
lokasi pertanian. Hal ini menggambarkan bahwa pembangunan ruas jalan para
pedagang (toke) datang ke rumah petani mengakibatkan biaya angkut petani
berkurang sehingga pendapatan dari hasil penjualan produk pertanian meningkat.
Selain itu, petani yang tidak menjual hasil produk pertaniannya sebanyak 9 KK
(10.47%), sebelumnya sebanyak 6 KK (6.98%). Hal ini mengalami peningkatan
disebabkan dikonsumsi untuk menghidupi keluarga sendiri. Dampak dari
pembangunan jaringan jalan dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat
berbelanja ke pasar jumlahnya sebagai berikut:
Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebelum adanya peningkatan jalan
Simpang Jamburea–Kuta Jungak, masyarakat dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari
ke pasar semakin meningkat karena semakin mudah akses ke pasar. Sebelum