• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea – Kuta Jungak Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea – Kuta Jungak Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS JALAN SIMPANG

JAMBUREA

KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE,

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Oleh

MARULI BARASA

087003013/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

S

E

K O L A H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS JALAN SIMPANG

JAMBUREA

KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE,

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARULI BARASA

087003013/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP) Ketua

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Anggota

(Dr. Tavi Supriana, MS) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Judul Tesis : ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN RUAS

JALAN SIMPANG JAMBUREA KUTA JUNGAK TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN SIEMPAT RUBE, KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Nama Mahasiswa : Maruli Barasa

Nomor Pokok : 087003013

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 11 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP

Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

3. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

4. Dr. Rahmanta, MS

(5)

ABSTRAK

Maruli Barasa, 2010. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, dengan Komisi Pembimbing: Robinson Tarigan, Sirojuzilam dan Tavi Supriana.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: untuk melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan alat statistik deskriptif dan uji beda rata-rata. Jumlah sampel penelitian sebanyak 86 responden, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode sistematik sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang dominan terhadap Total Product

Domestic Bruto Kabupaten Pakpak Bharat. Terdapat dampak yang signifikan

peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap peningkatan perubahan aksesibilitas masyarakat, intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport. Aksesibiltas, yakni intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport meningkat setelah peningkatan ruas jalan.

(6)

ABSTRACT

Maruli Barasa, 2010. Analysis of Impact by Internode of Enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the Regional Developing by Sub Distric Siempat Rube of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Robinson Tarigan, Sirojuzilam and Tavi Supriana.

This purpose of research is aim to know that agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency; to analysis the internode impact of enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the alteration by accessibility by the community before and after of internode enhancement; to analysis difference by average household income before and after of internode enhancement. The analyze method that is used in this research is descriptive method with z test. The sample are 86 person with systematic random sampling.

The result of this research conclusion that agriculture sector gave dominant contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency. Explained by the significant of containt internode enhancement impact to increasing of income household level, accessibility consist of the trip intensity, time distance, traffict intensity and transport fee.

(7)

KATA PENGANTAR

Atas kuasa yang Maha Esa, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini berjudul Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang

Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan

Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat” yang dikaji dengan beberapa

pendekatan/analisis sebagai aplikasi pengetahuan yang didapat oleh penulis selama

mengikuti perkuliahan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara

Medan.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga

penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa H, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Selaku Ketua Program Studi Magister

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana

(8)

4. Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, MRP, selaku Pembimbing I, yang telah

banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Pembimbing II, yang telah

banyak membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Dr. Tavi Supriana, MS selaku Pembimbing III, yang telah banyak

membantu/membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak/Ibu Dosen Penguji, Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, Dr. Rahmanta, MS

dan Drs. Rudjiman, MA yang telah banyak memberikan masukan dalam

penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu

Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara maupun rekan-rekan.

Medan, 01 Februari 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Maruli Barasa

2. Tempat/Tanggal lahir : Parlilitan, 24 April 1962

3. Pekerjaan : PNS Kab. Pakpak Bharat

4. Agama : Kristen Protestan

5. Orang tua

a. Ayah : Uter Barasa

b. Ibu : Kernelia Sihotang

6. Istri : Idewi Manurung

7. Anak : 1. Febry Mewalita Barasa

2. Olivia Siolito Barasa

3. Willy Kensulaw Barasa

4. Yesreel Andre Barasa

8. Alamat : Jl. Runding No. 3 b Sidikalang Kab. Dairi

9. Pendidikan

a. SD Negeri : SDN Parlilitan Humbang Hasundutan

b. SLTP Negeri : SMP Frater Kendari Sulawesi Tenggara

c. SMU Negeri : SMA Angkasa Lanud Medan

d. Universitas/Fakultas : Fakultas Teknik – Universitas HKBP Nommensen

e. Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Perencanaan Pembangunan Jalan... 8

2.2. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan... 11

2.3. Pendapatan ... 13

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 26

3.4. Teknik Pengambilan Sampel... 27

3.5. Teknik Analisis Data... 27

3.6. Definisi Operasional Variabel... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Kabupaten Pakpak Bharat... 31

4.1.2. Kecamatan Siempat Rube... 32

(11)

4.2. Gambaran Umum Responden ... 34

4.2.1. Umur... 34

4.2.2. Lama Bermukim... 35

4.2.3. Tingkat Pendidikan... ... 36

4.2.4. Pekerjaan... ... 36

4.3. Hasil dan Pembahasan... 37

4.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.. ... 37

4.3.2. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan terhadap Perubahan Aksesibilitas Masyarakat (Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Ongkos Transport... 39

4.3.3. Analisis Tingkat Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Sebelum dan Setelah Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan……….. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Saran... 56

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Data Ruas Jalan dan Perkembangannya yang Dilaksanakan

Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008... 4

3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Desa... 26

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 35

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal... 35

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 36

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 36

4.5. Jenis Pekerjaan Utama Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea- Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube ... 40

4.6. Jenis Produk Utama Pertanian Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea-Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube... 41

4.7. Lokasi Penjualan Hasil Produk Utama Pertanian ... 42

4.8. Lokasi Pembelian Kebutuhan Harian... 43

4.9. Hasil Analisis Perbedaan Intensitas Perjalanan ... 45

4.10. Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Perjalanan... 46

4.11. Hasil Analisis Perbedaan Intensitas Kendaraan yang Melintas ... 49

4.12. Hasil Analisis Perbedaan atas Ongkos yang Dikeluarkan ... 51

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran... 22

4.1. Lintasan Jalan Jamburea–Kuta Jungak... 34

4.2. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kab. Pakpak

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 61

2. Data Sektor Pertanian dan PDRB... 63

3. Data Aksesibilitas... 64

4. Data Pendapatan Masyarakat... 66

5. Hasil Uji Beda Intensitas Perjalanan... 68

6. Hasil Uji Beda Waktu Tempuh... ... 69

7. Hasil Uji Beda Kendaraan yang Melintas... . 70

8. Hasil Uji Beda atas Ongkos yang Dikeluarkan... 71

9. Hasil Uji Beda atas Pendapatan... ... 72

10. Peta Lokasi Jalan Jamburea–Kuta Jungak ... 73

(15)

ABSTRAK

Maruli Barasa, 2010. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, dengan Komisi Pembimbing: Robinson Tarigan, Sirojuzilam dan Tavi Supriana.

Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: untuk melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat; untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan alat statistik deskriptif dan uji beda rata-rata. Jumlah sampel penelitian sebanyak 86 responden, metode penarikan sampel dilakukan dengan metode sistematik sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat memberikan kontribusi yang dominan terhadap Total Product

Domestic Bruto Kabupaten Pakpak Bharat. Terdapat dampak yang signifikan

peningkatan ruas jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap peningkatan perubahan aksesibilitas masyarakat, intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport. Aksesibiltas, yakni intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos transport meningkat setelah peningkatan ruas jalan.

(16)

ABSTRACT

Maruli Barasa, 2010. Analysis of Impact by Internode of Enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the Regional Developing by Sub Distric Siempat Rube of Pakpak Bharat Regency, with counsellor commission: Robinson Tarigan, Sirojuzilam and Tavi Supriana.

This purpose of research is aim to know that agriculture sector contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency; to analysis the internode impact of enhancement Jamburea-Kuta Jungak to the alteration by accessibility by the community before and after of internode enhancement; to analysis difference by average household income before and after of internode enhancement. The analyze method that is used in this research is descriptive method with z test. The sample are 86 person with systematic random sampling.

The result of this research conclusion that agriculture sector gave dominant contribution to the Product Domestic Regional Bruto in Pakpak Bharat Regency. Explained by the significant of containt internode enhancement impact to increasing of income household level, accessibility consist of the trip intensity, time distance, traffict intensity and transport fee.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pada hakekatnya menginginkan suatu kondisi yang lebih baik

dari pada kondisi masa lalu. Proses pembangunan yang dilaksanakan suatu negara

tidak akan berhenti. Output yang dihasilkan suatu pembangunan merupakan

kombinasi sumber daya, sehingga sumber daya sangat mutlak dalam proses

pembangunan. Eksploitasi sumber daya harus memperhatikan kelestariannya.

Eksploitasi yang berlebihan mengakibatkan pembangunan yang dilaksanakan dapat

mengalami kemunduran. Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah terciptanya

perekonomian yang mandiri dan handal antara lain bercirikan industri yang kuat dan

maju, pertanian yang tangguh dan pendayagunaan sumber daya alam yang optimal

dalam rangka peningkatan kemakmuran rakyat yang semakin merata.

Prioritas pembangunan pada sektor pertanian dan industri akan terus

ditingkatkan agar mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi

pemenuhan kebutuhan rakyat dan mampu melanjutkan proses industrialisasi.

Pembangunan dilaksanakan mulai dari daerah perkotaan hingga daerah pedesaan.

Dalam rangka mendukung pembangunan bidang ekonomi, pembangunan di bidang

infrastruktur yang diperlukan. Infrastruktur memiliki peran yang cukup signifikan

(18)

irigasi, serta telekomunikasi, yang merupakan bentuk fasilitas publik yang memiliki

jaringan (network) sebagai fitur fisik utamanya. Berbagai studi telah banyak

dilakukan untuk membuktikan hubungan kuat antara pembangunan infrastruktur

dengan pengembangan wilayah, tidak hanya dalam konteks makro namun juga

konteks mikro. Dalam konteks maka pembangunan wilayah dengan peningkatan

pendapatan perkapita masyarakat, perubahan aksesibilitas masyarakat dan perubahan

komoditi unggulan di sekitar pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut

dilaksanakan.

Pengembangan wilayah di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan bagian yang

integral dari kegiatan pengembangan wilayah yang dilaksanakan di Propinsi

Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat ditetapkan sebagai daerah sentra

pertanian. Untuk mendukung pengembangan wilayah di Kabupaten Pakpak Bharat,

maka dilakukan peningkatan ruas jalan dalam rangka pengembangan jaringan jalan

kabupaten dengan tujuan untuk membuka isolasi dan mendorong pengentasan

kemiskinan (RTRWP Sumatera Utara, 1999).

Begitu juga, berdasarkan Rencana Strategis (Renstra), Pemerintah Kabupaten

Pakpak Bharat menyatakan bahwa sektor transportasi terus ditingkatkan guna

memperlancar arus manusia, barang dan jasa. Pembangunan dan pengembangan

sektor transportasi akan menggerakkan roda perekonomian, memperkokoh persatuan

dan kesatuan bangsa dalam rangka wujud wawasan nusantara, serta semakin

meningkatkan ketahanan nasional. Menurut Agustinus (1999), jika ditinjau dari

(19)

Pertama, menjembatani kecenderungan pertumbuhan antarwilayah dalam rangkaian

proses pertumbuhan ekonomi yang menguntungkan. Kedua, memprakarsai dan

membangkitkan pertumbuhan pada wilayah-wilayah potensial serta mengaitkannya

ke wilayah yang lebih maju dan mapan. Kedua fungsi perhubungan tersebut bertujuan

sama, yaitu menunjang perkembangan ekonomi sekaligus dapat diarahkan kepada

pertumbuhan antarwilayah, yang lebih serasi pada akhirnya dapat mewujudkan

kesatuan ekonomi daerah yang lebih kuat dan kokoh. Dalam konteks pembangunan

daerah, sektor perhubungan mempunyai peranan yang sangat strategis. Artinya,

wilayah-wilayah potensial dapat dikembangkan dengan baik, jika memiliki sarana

dan prasarana perhubungan yang memadai. Hal ini akan memperlancar arus manusia,

barang dan jasa serta informasi dan wilayah pedesaan yang potensial akan lebih

lancar, sehingga produktivitas masyarakat pedesaan akan meningkat.

Salah satu bentuk perhubungan darat yang berkenaan dengan pengembangan

wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ini dilakukan dalam bentuk pembangunan jaringan

jalan ini dimulai dari Desa Jambu Rea sebagai pangkal ruas jalan hingga Ke Desa

Kuta Jungak (Perbatasan dengan Kabupaten Dairi) sebagai ujung ruas jalan.

Pengembangan jaringan jalan ini dilaksanakan di Kecamatan Siempat Rube,

Kabupaten Pakpak Bharat. Adapun data tentang ruas jalan yang dilaksanakan

di Kabupaten Pakpak Bharat selama ini beserta perkembangannya, dapat dilihat pada

(20)

Tabel 1.1. Data Ruas Jalan dan Perkembangannya yang Dilaksanakan Sumber: Dinas PU dan Perhubungan Kabupaten Pakpak Bharat, 2008.

Adapun jaringan jalan ini merupakan sarana transportasi yang mempunyai

daya dorong terhadap pertumbuhan kawasan sekitarnya. Tidak seimbangnya

(21)

merupakan gambaran permasalahan yang besar akan timpangnya sistem sediaan

(supply) dengan sistem permintaan (demand). Transportasi selalu dikaitkan dengan

tujuan misalnya perjalanan dari rumah ke tempat bekerja, ke pasar, tempat rekreasi

dan dari sentra ke daerah distribusi. Diharapkan dengan dilaksanakannya

pengembangan jaringan jalan kabupaten di Kecamatan Siempat Rube pada

Kabupaten Pakpak Bharat ini dapat memberikan kontribusi signifikan (nyata)

terhadap pengembangan wilayah, percepatan pembangunan dan pemerataan

pembangunan antardesa di Kecamatan Siempat Rube pada Kabupaten Pakpak Bharat.

Melihat pentingnya peran prasarana transportasi dalam hal ini jalan bagi

pengembangan wilayah, maka penting dilakukan “Analisis Dampak Peningkatan

Ruas Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak terhadap Pengembangan Wilayah

di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian

ini adalah:

1. Apakah sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB

Kabupaten Pakpak Bharat?

2. Bagaimana dampak peningkatan ruas jalan terhadap perubahan aksesibilitas

masyarakat (intensitas perjalanan, waktu tempuh, intensitas lalu lintas dan ongkos

(22)

3. Apakah ada perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan

setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube,

Kabupaten Pakpak Bharat?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas, maka

yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Untuk menganalisis dampak peningkatan ruas jalan kabupaten terhadap

perubahan aksesibilitas masyarakat sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan

ruas jalan di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat?

3. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga

sebelum dan setelah pelaksanaan peningkatan ruas jalan di Kecamatan Siempat

Rube, Kabupaten Pakpak Bharat?

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat, sebagai bahan pertimbangan atau

masukan dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan

komoditi unggulan daerah, meningkatkan aksesibilitas masyarakat yang

selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat

(23)

2. Bagi masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya masyarakat Kecamatan

Siempat Rube untuk mengetahui dan menambah informasi ada atau tidaknya

perubahan yang dirasakan oleh masyarakat melalui peningkatan ruas jalan

khususnya masyarakat di Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih

lanjut, terutama yang menyangkut tentang peningkatan ruas jalan atau mengenai

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pembangunan Jalan

Dalam rangka mendukung perencanaan kota pengembangan jalan merupakan

salah satu prioritas utama di samping perencanaan yang lain yaitu arahan

penggunaan/peruntukkan lahan, arah pengembangan kota dan rencana kawasan

tertentu seperti industri (UU No. 24/1992), oleh karena itu pengembangan jalan

perkotaan tersebut perlu diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Untuk maksud

tersebut upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah penataan sistem jaringan

jalan, penataan fungsi dan pelayanan jalan, penetapan persyaratan teknis

masing-masing jalan.

Ruang lingkup pengembangan dan perencanaan jalan kota meliputi seluruh

prasarana jalan dan jembatan umum yang dapat dilalui oleh kendaraan yang terdapat

di seluruh wilayah administratif tetapi dalam RUTRK yang tercantum hanyalah

jalan-jalan utama seperti jalan-jalan arteri. Penanganan jalan-jalan kota diarahkan agar tercipta kondisi

pelayanan lalu lintas yang tertib, teratur, aman dan memberi kenyamanan bagi

penggunaan jasa prasarana dan sarana jalan tersebut. Kusumantoro (1994)

menyatakan bahwa untuk menghindari masalah penyediaan sarana dan prasarana

transportasi di Jerman dilakukan dengan meningkatkan kapasitas jalan melalui

(25)

ini berupa modal yang mampu memberikan kapasitas yang besar bagi penggunaan

angkutan umum.

Jaringan transportasi dapat dipergunakan untuk mengendalikan pertumbuhan

dan menentukan arah pembangunan dan mengatur konsentrasi kegiatan dan bangunan

fisik pada tempat sehingga tidak melebihi kapasitas utilitas yang ada (Branch, 1995).

Beberapa tolak ukur dalam pembagian sub ruas jalan yakni: (1) faktor fisik jalan

terdiri dari lebar tiap jalur jalan, jumlah jalur jalan pada suatu ruas jalan, kebebasan

jalan terhadap pengaruh gangguan tepi jalan (lateral clearance), kelandaian jalan dan

lebar bahu jalan dan (2) faktor lalu lintas meliputi komposisi kendaraan dan variasi

volume lalu lintas. Kondisi fasilitas jalan akan menyebabkan tingkat kepadatan lalu

lintas yakni jumlah kendaraan rata-rata dalam ruang. Satuan kepadatan adalah

kendaraan rata-rata per kilometer per jam. Seperti halnya dengan volume lalu lintas,

kepadatan lalu lintas dapat dikaitkan dengan penyediaan jalur jalan.

Pemakaian lain dari nilai kepadatan lalu lintas adalah untuk mengatakan

pentingnya ruas jalan tersebut dalam mengalirkan lalu lintas. Selanjutnya menurut

Branch (1995) bahwa jalur jalan dan utilitas kota merupakan pola pembentuk

penggunaan lahan di kota. Sejak awal pertumbuhan komunitas berbagai kegiatan

usaha memilih lokasi di sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer. Hubungan antara

pengaturan tata guna tanah dengan sistem transportasinya (aksesibilitas)

menunjukkan tingkat kemudahan interaksi satu sama lain yang dicapai melalui sistem

(26)

merata dalam hal kuantitas dan kualitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan

sehubungan dengan peningkatan kapasitas transportasi adalah: (1) pembangunan

jalan baru baik lokal, kolektor maupun arteri sesuai dengan program Bina Marga

seperti jalan bebas hambatan, jalan lingkar (outer ring road), pembangunan jalan

penghubung baru (arteri) yang menghubungkan 2 zona yang sangat padat,

(2) peningkatan kapasitas prasarana jaringan jalan seperti pelebaran dan perbaikan

geometrik persimpangan, pembuatan persimpangan tidak sebidang untuk mengurangi

conflict point, pembangunan jalan-jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem

jaringan jalan yang sudah ada (missing link) dan pembenahan sistem hirarki jalan dan

pembuatan penyeberangan jalan untuk pejalan kaki (Tamin, 1993).

Untuk menumbuhkan perekonomian di negara berkembang salah satu faktor

yang paling penting adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat di dalam wilayah

melalui jaringan transportasi. Dengan aksesibilitas transportasi di dalam wilayah atau

kota maka kelompok masyarakat di dalam wilayah atau kota tersebut akan mudah dan

cepat melakukan aktivitasnya (Taafe, 1986). Salah satu dampak pengembangan sub

pusat kegiatan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan raya

seringkali mengabaikan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan

raya seringkali mengabaikan aspek jarak. Penempatan sub pusat kegiatan yang terlalu

jauh dengan pusat utama dengan mengabaikan faktor pertumbuhan kegiatan yang

sangat pesat, pada akhirnya justru menjadikan kawasan kota menjadi membesar tanpa

(27)

2.2. Penetapan Prioritas Peningkatan Ruas Jalan

Menurut Fendi (2009), jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, berupa kendaraan bermotor maupun tidak bermotor,

orang, barang, dalam bentuk apapun, maupun meliputi segala bagian jalan termasuk

bangunan pelengkapnya bagi lalu lintas. Dalam bentuk apapun mempunyai

pengertian bahwa jalan tidak terbatas pada bentuk jalan yang konvensional (pada

permukaan tanah) dan di atas tanah (jalan layang). Bangunan pelengkap ialah

bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan antara lain jembatan, pohon, lintas

atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran air

jalan, pagar pengaman daerah milik jalan, dan patok-patok daerah milik jalan.

Adapun tujuan diadakannya jalan adalah untuk memudahkan pengangkutan

orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, melancarkan jalannya lalu

lintas, membuka daerah-daerah yang terisolir, untuk pertahanan daerah dan untuk

meningkatkan perekonomian (Fendi, 2009). Karena itu penetapan prioritas

peningkatan ruas jalan perlu dilakukan sebagai program pengembangan jaringan jalan

mutlak dalam menilai manfaat yang diberikan dari proyek pembangunan jalan

tersebut.

Menurut Martius (2003), manfaat langsung pada proyek pengembangan

jaringan jalan antara lain terdapatnya kenaikan hasil pertanian dan perkebunan karena

kenaikan produktivitas tanah sebagai akibat dari bertambah baiknya sarana dan

(28)

kesempatan bekerja, bertambahnya kepadatan penduduk dan meningkatnya mobilitas

penduduk. Investasi pada penetapan prioritas peningkatan ruas jalan sebagai program

pengembangan jaringan jalan menunjukkan bahwa masyarakat mendapat keuntungan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa ada pembangunan atau investasi

jalan hasil produksi meningkat 1% dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, sedangkan

dengan adanya investasi/pembangunan jalan kenaikan produk mencapai 20% sesuai

dengan kondisi dan karakteristik suatu wilayah (Adler, 1983 dalam Martius, 2003).

Untuk mengetahui bagaimana manfaat pembangunan jaringan jalan, maka

dilakukan evaluasi. Di mana evaluasi jaringan jalan dimaksudkan untuk mengetahui

perubahan kesejahteraan maupun akses antarwilayah. Evaluasi yang akan dilakukan

adalah dengan pendekatan ekonomi atau surplus produksi hasil pertanian dan

perkebunan (Canemark, 1976, dalam Parakesit, dkk, 1998). Menurut parakesit, dkk

(1998) manfaat dari proyek tranportasi bagi orang yang tidak menggunakan jalan

tidak dapat ditunjukkan karena mereka menggunakan analisis surplus konsumsi yang

memberikan penekanan pada saving (penghematan) BOK dan waktu tempuh.

Selanjutnya menurut Parakesit, dkk (1998), salah satu pendekatan yang cukup

tepat dalam mengevaluasikan proyek pengembangan jalan dengan lalu lintas kecil,

seperti jalan kabupaten adalah dengan Location Quotion Analysis/LQA (Analisis

pembagian lokasi). Pendekatan ini merupakan cara permulaan untuk mengetahui

kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu atau potensi wilayah. Pada

dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor

(29)

luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien dapat

menggunakan suatu jumlah buruh atau hasil produksi atau satuan lain yang dapat

digunakan sebagai kriteria dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan

(Warpani, 1984).

Kemudian menurut Riyadi dan Kusumah (2004), bahwa LQA dimaksudkan

untuk mengetahui gambaran umum mengetahui kemampuan sektor-sektor

pembangunan di suatu wilayah dalam mendukung proses pembangunan di daerahnya.

LQA merupakan metode yang digunakan unruk membandingkan kemampuan

sektor-sektor pembangunan dalam suatu daerah/wilayah dengan kondisi sektor-sektor-sektor-sektor

pembangunan yang ada di daerah yang lebih luas.

2.3. Pendapatan

Pendapatan dalam arti sempit adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik

faktor produksi selama jangka waktu tertentu. Pendapatan adalah seluruh nilai tambah

yang terjadi di wilayah pada suatu kurun waktu. Nilai tambah terdiri dari upah, gaji,

sewa, bunga dan laba yang dibagikan. Pendapatan dalam pengertian umum terdiri

dari: Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang

dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik

faktor produksi dan pendapatan perseorangan (personal income) adalah jumlah

pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan

(30)

Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer

payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang merupakan balas

jasa produksi. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, harus dikurangi

dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada

pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam

perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan),

dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap

perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut

tidak lagi bekerja).

Dalam hal lain juga dikenal pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable

Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan

jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak

langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat

dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak,

contohnya pajak pendapatan.

Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan

dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan.

Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan

jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.

Pendapatan juga dapat berasal dukungan dari sanak famili, hadiah atau hasil

(31)

usaha sendiri (wiraswasta, berdagang, mengerjakan sawah), menjadi pegawai swasta

atau bekerja di pemerintahan, hasil meminjamkan barang atau uang (Gilarso, 1992).

2.4. Pengembangan Wilayah

Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu di mana

bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum

pusat inti berfungsi antara lain: (a) tempat pemusatan pemukiman penduduk,

(b) pemusatan industri, (c) tempat pemasaran bahan-bahan mentah, dan (d) tempat

pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi

sebagai tempat proses produksi bahan mentah dan sebagai tempat pemasaran

produk-produk industri.

Pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai pelaksanaan pembangunan

nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial

wilayah serta menghormati perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah

pedesaan yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan

pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika

terjadi pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi sekaligus terjadi perubahan

masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).

Pengembangan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan

meningkatkan hubungan interdependensi dan interaksi antara sistem ekonomi

(32)

ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya

berada dalam konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian. Adapun pemusatan

kegiatan pada suatu tempat atau daerah akan mendorong terjadinya pemusatan

aktivitas, sarana dan fasilitas yang mendukung kehidupan penduduk yang ada

di tempat tersebut. Lebih jauh pemusatan tersebut akan menciptakan peningkatan

produksi di daerah tersebut.

Jadi selain dilihat dari sisi jumlah penduduk, sarana serta fasilitas pelayanan,

dapat mencerminkan tingkat efisiensi dari pemusatan itu umumnya dan produktivitas,

faktor-faktor produksi khususnya. Strategi pengembangan wilayah yang

berkelanjutan dilakukan secara bertahap antara lain: (a) Redistribusi aset (tanah,

modal, lainnya), (b) pengembangan kelembagaan dan pasar finansial di wilayah

pedesaan, (c) kebijaksanaan intensif lapangan kerja yang membatasi migrasi dari desa

ke kota, (d) kebijakan mempertahankan nilai tukar (exchange rate) yang mendorong

ekspor pertanian selalu kompetitif, (e) mengurangi ketergantungan modal dari luar

negeri, (f) pengembangan regional berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam,

(g) kebijaksanaan intensif fiskal mendorong produksi dan distribusi ke wilayah

pedesaan, (h) pembangunan sumber daya manusia dan modal sosial berbasis

pedesaan, dan (i) industrialisasi berbasis wilayah pedesaan.

Menurut Sandy (1982), pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah

adalah membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat

di daerah yang bersangkutan. Potensi di sini adalah tidak terbatas pada potensi fisik

(33)

adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan pergerakan

di dalam wilayah) dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut.

Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang

wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur di dalam perencanaan

pembangunan wilayah. Kedua bentuk perencanaan ini tidak dapat dipisahkan satu

sama lain dan bersifat saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Tata ruang

wilayah merupakan landasan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan

wilayah (Tarigan, 2004).

Miraza (2005) mengatakan bagaimana suatu perencanaan wilayah

dilaksanakan, berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan

masing-masing daerah mempunyai latar belakang yang berbeda baik yang menyangkut pada

economic resources maupun yang menyangkut pada kultur masyarakat, demografi

dan geografi, daerah muka dan daerah belakang maupun berbagai akses yang ada,

yang dapat dipakai untuk masuk dan keluar bagi manusia dan barang serta

tersedianya perencanaan wilayah mencakup pada berbagai segi kehidupan yang

komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan yang semuanya bermuara pada

upaya meningkatkan kehidupan masyarakat. Pengembangan wilayah pada dasarnya

merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah

tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan

rata-rata masyarakat yang lebih baik, di samping menunjukkan lebih banyak sarana/

(34)

2.5. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan berkenaan dengan

tesis ini antara lain:

Zulad (1998), menulis penelitian yang berjudul “Evaluasi Dampak

Pembangunan Bantuan Peningkatan Prasarana Jalan Poros Desa di Wilayah

Pembangunan III Sumatera Utara”, dengan menggunakan metode tabulasi silang dan

metode kuantitatif non parametrik untuk menghitung jumlah besaran yang diperoleh

setelah itu beliau melihat perbedaan tingkat dampak ekonomi dengan menggunakan

metode analisis chi-quadrat (x2), mengemukakan bahwa pembangunan prasarana jalan poros desa mempunyai dampak yang positif terhadap ekonomi desa meliputi

kegiatan usaha warga desa yang terdiri dari usaha buruh, usaha tani, usaha sektor

informal dan usaha sektor transportasi. Pembangunan prasarana jalan poros desa

mempunyai dampak positif terhadap waktu dan biaya transportasi, baik untuk

pengangkutan input atas kegiatan usaha maupun pengangkutan output atas hasil

usaha. Serta berdampak positif terhadap kesempatan kerja, harga tanah, tingkat upah

dan sosial ekonomi. Tetapi memiliki dampak yang negatif terhadap lingkungan

seperti pencemaran udara, kebisingan, dan munculnya operasi pencurian hasil kebun

rakyat maupun swasta.

Surbakti (1999), menulis penelitian yang berjudul “Pengaruh Jalan yang

Dibangun OECF terhadap Pengembangan Wilayah IDT”, dengan menggunakan

(35)

Lapangan) serta menggunakan metode analisis chi-quadrat (x2), mengemukakan bahwa Desa Tertinggal Lau Kehidupen dan Lau Lingga telah berubah status menjadi

desa tidak tertinggal, namun Desa Buluh Pancur masih berstatus desa tertinggal dan

terjadinya perubahan peningkatan pendapatan penduduk dan perubahan land use pada

Desa Lau Kehidupen, Lau Lingga dan Buluh Pancur (daerah desa tertinggal) namun

hasilnya belum memuaskan. Dari hasil penelitian bahwa jalan yang dibangun OECF

adalah jalan dengan konstruksi yang sederhana dan berlalu lintas rendah maka

kondisi jalan tersebut sudah rusak karena jalan tersebut kurang dipelihara dan juga

lalu lintas yang melewati melebihi dari tonase jalan itu sendiri sehingga jalan tersebut

kurang berfungsi.

Supriadi (2004), menulis penelitian yang berjudul “Analisis Genangan Air

pada Prasarana Jalan dan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah di Kota Medan”,

dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis regressi berganda,

mengemukakan bahwa genangan air di Kota Medan secara umum disebabkan oleh

lama curah hujan, drainase, koefisien dasar bangunan (KDB) dan volume sampah

secara serempak berpengaruh terhadap genangan air di Kota Medan dengan tingkat

kepercayaan 95%, genangan air di Kota Medan tidak memberikan pengaruh terhadap

pengembangan wilayah di Kota Medan, penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan

usaha baru belum sepenuhnya terganggu akibat genangan air. Selain itu beliau

mengatakan daerah resapan air di Kota Medan berupa lahan pertanian, ruang terbuka

(36)

air di wilayah dengan tata guna rendah sedang disebabkan oleh limpasan air dari

sungai-sungai kecil, tinggi genangan air dari kondisi hujan yang deras selama satu

jam adalah 45 cm dengan lama genangan 30 menit, alternatif penanggulangan

genangan air di Kota Medan adalah pemanfaatan saluran drainase, membuang

sedimentasi dan sampah-sampah yang menghambat aliran air ke saluaran primer dan

faktor tata guna lahan dan aktivitas ekonomi tidak sepenuhnya memberikan pengaruh

terhadap tinggi genangan air.

Lumban Raja (2009), menulis penelitian yang berjudul “Analisis Dampak

Peningkatan Jaringan Jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe

Kabupaten Pakpak Bharat dalam Pengembangan Wilayah” dengan menggunakan

metode uji t (t-test), mengatakan bahwa peningkatan jalan Tinada–Sibande

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memberikan dampak yang signifikan terhadap

produk utama dan pendapatan masyarakat sepanjang jalan yang dipengaruhi

meningkatnya jumlah produk utama pertanian dan meningkatnya harga jual produk

utama pertanian serta pendapatan masyarakat. Selain itu peningkatan Jalan Tinada–

Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memberikan dampak yang signifikan

terhadap mobilitas masyarakat pengguna jalan dan angkutan barang dengan adanya

penghematan ongkos orang dan barang setiap perjalanan, peningkatan penggunaan

kendaraan umum, perjalanan keluar desa, penghematan waktu tempuh dan

peningkatan volume lalu lintas. Peningkatan jalan Tinada–Sibande Kecamatan Sitellu

(37)

dengan adanya peningkatan penggunaan luas lahan, peningkatan penerimaan pajak

bumi dan bangunan (PBB) dan kenaikan harga tanah.

Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian terlihat dengan adanya peningkatan

jalan memberi dampak terhadap masyarakat berupa bertumbuhnya unit usaha baru

sehingga memberi kesempatan perekrutan tenaga kerja non formal, bertumbuhnya

pusat pasar tradisional dan adanya perkembangan pemukiman baru ditandai dengan

bertambahnya rumah-rumah penduduk dan adanya fasilitas umum lainnya. Dengan

adanya dampak yang positif akibat peningkatan jalan Tinada–Sibande Kecamatan

Sitellu Tali Urang Jehe disarankan supaya memprogramkan peningkatan jaringan

jalan yang mengarah pada sentra-sentra produksi dan memiliki potensi ekonomi

di bidang pertanian, perkebunan serta jalur distribusi sampai ke jalur jalan propinsi

dan nasional sehingga pelayanan jaringan jalan yang aman, nyaman, lancar. Juga

terus melakukan pembenahan sistem jaringan jalan sebagai prasarana transportasi

yang menyatu/terkoneksi mulai dari jalan desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi

dengan melakukan pembenahan jalan-jalan strategis (JJS) antarkabupaten, JJS antar

ibukota kecamatan, serta pembangunan jalan desa.

2.6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dampak penetapan prioritas

peningkatan ruas jalan untuk mengembangkan jaringan jalan terhadap pengembangan

(38)

berarti bagi masyarakat di sekitar wilayah di mana prioritas jalan tersebut ditetapkan.

Pengembangan jaringan jalan yang dimaksud antara lain pengerasan jalan kerikil atau

tanah menjadi pengerasan jalan beraspal maupun pembangunan jalan yang baru. Ruas

jalan yang ditetapkan untuk dibangun diharapkan memberikan dampak bagi

pengembangan wilayah dengan indikasi variabel perubahan komoditi unggulan,

perubahan aksesibilitas masyarakat dan perubahan pendapatan per kapita masyarakat.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Peningkatan

Ruas Jalan

Sektor Pertanian

Intensitas Perjalanan

Pengembangan Wilayah

Waktu Tempuh

Intensitas Lalu Lintas

Ongkos Transport

(39)

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam

penelitian ini antara lain:

1. Sektor pertanian tetap memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB

Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Peningkatan ruas jalan meningkatkan aksesibilitas masyarakat.

3. Adanya perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan setelah

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2009 dan direncanakan berakhir

hingga November 2009 yang dilakukan pada Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten

Pakpak Bharat. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siempat Rube,

Kabupaten Pakpak Bharat. Kecamatan ini terletak di bagian tengah Kabupaten

Pakpak Bharat yang memiliki jarak 5 Km dari Kecamatan Salak (ibukota Kabupaten

Pakpak Bharat) ke Jamburea (ibukota dari Kecamatan Siempat Rube). Secara

administrasi pemerintahan wilayah kecamatan ini terbagi atas 6 jumlah desa dan

sebanyak 20 jumlah dusun, dengan luas wilayah 82,36 Km2atau 8,236 Ha. Jumlah penduduk Kecamatan Siempat Rube ini adalah 3.796 jiwa yang terdiri dari 1.976

jumlah laki-laki dan 1.820 jumlah perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata

46 jiwa per Km, dan jumlah rumah tangga adalah sebanyak 731 KK. Alasan

dipilihnya Kecamatan Siempat Rube ini karena kecamatan ini merupakan Ibukota

dari Jamburea sebagai tempat lokasi di mana ditentukannya penetapan prioritas

peningkatan ruas jalan kabupaten yang dibangun. Peningkatan jalan Simpang

Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

dilakukan mulai TA. 2007 sampai dengan TA. 2009 dengan sumber pembiayaan

(41)

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat yang diwakili

oleh Kepala Keluarga (KK) yang ada di sepanjang jalan lokasi penelitian dengan

penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan systematic sampling atau sampel

sistematik dengan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiono, 2008), yang menyatakan

berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial, ukuran sampel layak

digunakan antar 30 hingga 500 responden. Pengambilan sampel dapat dilakukan

dengan nomor ganjil atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Dalam

menentukan jumlah sampel menggunakan rumus sesuai pendapat Slovin (Husein

Umar, 1998) yaitu:

Berdasarkan rumus tersebut maka diketahui bahwa jumlah sampel dari penelitian ini adalah:

(42)

sebesar 86 jiwa, kemudian diambil secara acak (sistematis) dengan rincian responden

masing-masing desa dapat dilihat dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Desa

No Kecamatan Desa Populasi Sampel Responden sekunder. Data primer diperoleh dari lokasi penelitian melalui kuesioner, wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian. Sementar data sekunder diperoleh dari buku-buku ilmiah, Kantor Camat Siempat Rube, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kecamatan Siempat Rube, Kantor Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kecamatan Salak, Dinas PU Kabupaten Pakpak Bharat, Dinas Pertanian dan instansi lainnya yang terkait.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi diurutkan mengikuti letaknya pada sisi jalan, kemudian sampel diambil secara sistematis yaitu diambil satu setiap 7 (tujuh) rumah tangga.

(43)

Untuk menjawab permasalahan pertama diakukan teknik statistik deskriptif

dengan menggunakan diagram batang dengan membandingkan jumlah produksi

sektor pertanian dalam Rupiah terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat.

Untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga yaitu untuk melihat dampak

peningkatan Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube terhadap waktu

tempuh dan ongkos angkut dan pendapatan masyarakat, di sepanjang Jalan

Jamburea Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube dianalisis menggunakan uji t

(t-test) dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2008):

Di mana:

X1 = Rata-rata nilai sampel sebelum ada Peningkatan Jalan Jamburea –Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube.

X2 = Rata-rata nilai sampel sesudah ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube

S1 = Standar Deviasi sebelum ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube

S2 = Standar Deviasi sesudah ada Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta

Jungak Kecamatan Siempat Rube

n1 = Jumlah sampel sebelum ada Peningkatan Jalan Jalan JambureaKuta

(44)

n2 = Jumlah sampel sesudah ada Peningkatan Jalan JambureaKuta Jungak

Kecamatan Siempat Rube

Untuk mendapatkan t tabel dihitung dengan:

t tabel = ½ á

df = n1 + n2 – 2

Dengan Hipotesis Ho dan H1 sebagai berikut:

Ho = Tidak ada dampak Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak

Kecamatan Siempat Rube terhadap waktu tempuh dan ongkos angkut

Jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

H1 = Ada dampak Peningkatan Jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan

Siempat Rube terhadap waktu tempuh dan ongkos angkut Jalan

JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

Ho = Tidak ada dampak peningkatan jalan Jamburea–Kuta Jungak

Kecamatan Siempat Rube terhadap pendapatan masyarakat di

sepanjang jalan JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

H1 = Ada dampak Peningkatan jalan Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan

Siempat Rube terhadap pendapatan masyarakat di sepanjang Jalan

JambureaKuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

Dengan keputusan sebagai berikut:

Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima dan apabila t hitung < t

(45)

3.6. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah:

1. Intensitas perjalanan adalah frekuensi melintasi jalan. Diukur dengan banyaknya

frekuensi perjalanan per hari.

2. Waktu tempuh adalah waktu yang dibutuhkan untuk melintasi jalan yang diukur

dalam satuan waktu (menit).

3. Intensitas kendaraan adalah trafik jumlah kendaraan yang melintasi jalan. Diukur

dengan banyaknya jumlah kendaraan yang melintas.

4. Ongkos yang dikeluarkan adalah jumlah ongkos yang dikeluarkan dengan

menggunakan angkutan umum. Dinyatakan dalam satuan Rupiah.

5. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh masyarakat perbulannya akibat

dampak sebelum dan sesudah pembangunan jalan yang dinyatakan dalam Rupiah.

6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah konsep pendapatan nasional

untuk menghitung pendapatan per kapita suatu negara yang diperoleh dari

pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu

negara. Semakin besar PDRB suatu daerah maka menunjukkan semakin makmur

daerah tersebut.

7. Sektor Pertanian adalah salah satu unsur pokok pertumbuhan ekonomi yang

berasal dari kontribusi pertanian dan perkebunan yang dinyatakan dalam Rupiah

(46)

8. Pengembangan wilayah suatu tindakan mengembangkan wilayah atau

membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi

berdasarkan Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kabupaten Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat dan Nias Selatan dan diresmikan

pada tanggal 28 Juli 2003 oleh Menteri Dalam Negeri di Medan. Pada tanggal 23

April 2002, diterbitkan Surat Bupati Nomor 136/1653/2002 perihal Usul Pemekaran

Kabupaten Dairi untuk disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri D/P Gubernur

Sumatera Utara dan Ketua DPR RI, yang intinya menyampaikan tentang

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat;

Tim Pengumpul Data, Saran dan pendapat terhadap usul perubahan nama dan

pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat, Pemerintah Kabupaten Dairi dan DPRD

Kabupaten Dairi. Juga disampaikan hasil pengumpulan data lapangan rencana

pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat dan keputusan DPRD Kabupaten Dairi Nomor

35/K-DPRD/2002 Tanggal 22 April 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten

Dairi menjadi 2 (dua) kabupaten.

Kabupaten yang pada awal pembentukan terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dan

(48)

Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Tinada, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu

Tali Urang Jehe dan Kecamatan Pagindar dengan jumlah desa sebanyak 52 (lima

puluh dua) desa yang berada pada wilayah dataran tinggi Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Pakpak Bharat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi,

terletak pada garis 2015'00''- 3032'00" Lintang Utara dan 90000' - 98031' Bujur Timur.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah Timur dengan Kabupaten

Toba Samosir, sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten

Humbang Hasundutan, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Singkil.

4.1.2. Kecamatan Siempat Rube

Kecamatan Siempat Rube dengan ibukotanya Jamburea adalah salah satu

Kecamatan diantara 8 kecamatan di daerah hukum Kabupaten Pakpak Bharat

Sumatera Utara dengan luas wilayah 1.218,30 Km2. Kecamatan Siempat Rube terdiri

dari 6 desa. Kecamatan ini terletak di bagian Kabupaten Pakpak Bharat, 5 Km jarak

dari Salak (Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat) ke Jamburea dengan batas-batas

sebagai berikut:

1. Letak di atas permukaan laut: 700 - 1.400 meter.

2. Luas wilayah : 82,36 Km2.

3. Berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Tinada

Sebelah Timur : Kabupaten Dairi

Sebelah Selatan : Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu

(49)

4. Jarak Kantor Camat ke Kantor Bupati : 5 Km

Kecamatan Siempat Rube pada umumnya adalah berbukit-bukit dengan

kemiringan yang bervariasi antara 700-1.400 m sehingga terjadi iklim hujan tropis

yang dipengaruhi angin musim. Penduduk Siempat Rube akhir tahun 2007 berjumlah

3.796 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 1.976 jiwa dan penduduk perempuan

sebanyak 1.820 jiwa. Kepadatan penduduk 46 jiwa/Km2.

4.1.3. Jaringan Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak

Jaringan Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak masuk dalam wilayah

Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat dengan status Jaringan Jalan

Strategis dengan panjang jalan 12 Km yang menghubungkan antara Kuta Jungak–

Batas Dairi. Jaringan jalan tersebut selesai dikerjakan pada tahun 2003. Status jalan

tersebut terbuka untuk kendaraan roda 4. Lebar jalan tersebut sebesar 3 Km. Adapun

(50)

Gambar 4.1. Lintasan Jalan Jamburea–Kuta Jungak

4.2. Gambaran Umum Responden

Sebagai responden dalam penelitian ini adalah masyarakat dalam hal ini

Kepala Keluarga (KK) yang ada di sekitar jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak

Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat yaitu Kepala Keluarga yang ada

di 6 desa (Siempat Rube I, Siempat Rube II, Mungkur, Siempat Rube IV) dengan

jumlah sampel sebanyak 86 kepala keluarga.

4.2.1. Umur

Jumlah dan karakteristik responden dalam hal ini kepala keluarga berdasarkan

(51)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Umur (Tahun) Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

41-45 (39,53%) sedangkan responden paling sedikit adalah responden dengan usia

kurang dari 35 tahun (9.3%)

4.2.2. Lama Bermukim

Jumlah dan karakteristik responden berdasarkan lama bermukim dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal

No. Lama Bermukim (Tahun) Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

Dari Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa lama bermukim responden lebih

dominan di atas > 10 tahun (52,33%) dan yang paling kecil adalah kurang dari 5

(52)

4.2.3. Tingkat Pendidikan

Jumlah dan persentase responden dari sisi tingkat pendidikan dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(KK) Persentase (%)

Dari Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan responden lebih

dominan dengan tingkat pendidikan SMP (48,84%) dan yang paling rendah dengan

latar belakang pendidikan tidak tamat SD sebanyak 9.3%.

4.2.4. Pekerjaan

Jumlah dan karakteristik responden dalam hal ini kepala keluarga berdasarkan

jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

(53)

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa jenis pekerjaan responden lebih dominan jenis

pekerjaan petani (61,63%) dan yang terendah profesi lain-lain 1,11%.

4.3. Hasil dan Pembahasan

4.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat dimekarkan menjadi kabupaten sejak tahun 2003.

Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat maka sektor

pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil

Pendaftaran Rumah Tangga Sensus Pertanian 2003 terdapat 6.576 rumah tangga

pertanian mencakup kegiatan bertani/berkebun dan mengusahakan ternak/unggas.

Dari jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 99,99% adalah

merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman yaitu tanaman padi

dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan holtikultura.

Berdasarkan gambaran kasar potensi pertanian menurut jenis tanaman

berdasarkan luas, jumlah penduduk dan rata-rata hasil per hektar yang dapat dicapai,

jumlah produksi padi sawah pada tahun 2007 terbesar 10.484,9 ton, jika

dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan sekitar 6,84%. Sedangkan hasil

produksi padi ladang tidak mengalami perubahan pada tahun 2007. Produksi tanaman

palawija maupun tanaman holtikultura semusim pada umumnya mengalami

kenaikan. Produksi tanaman palawija yang mengalami peningkatan pada tahun 2007

(54)

jalar dari 1.674 ton tahun 2006 bertambah menjadi 1.925 ton tahun 2007. Sedangkan

tanaman holtikultura semusim yang mengalami kenaikan diantaranya adalah cabe

dari 1.084 ton tahun 2006 bertambah menjadi 1.726 ton tahun 2007, tomat dari 150

ton tahun 2006 menjadi 220 ton tahun 2007.

Ditinjau dari luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2007

bahwa kelapa sawit memiliki luas terbesar dengan luas 1.649 hektar dengan produksi

6.216 ton sedangkan tanaman kemenyan menduduki urutan kedua dengan total luas

1.471 hektar dengan produksi 147 ton. Dengan rincian kopi robusta memiliki luas

741 hektar dengan produksi 414 ton dan kopi arabika terluas 973 hektar dengan

produksi 580 ton. Tambir dengan luas 856 hektar, karet 530 hektar, kulit manis 107

hektar, dan tembakau 14 hektar.

Adapun kontribusi sektor pertanian terhadap Product Domestict Bruto dapat

dilihat pada Gambar 4.2 berikut:

Sumber: BPS Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009

(55)

Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2003 rata-rata sebesar 82.97%. Tahun 2004

sebesar 68.23%. Tahun 2005 sebesar 67%, tahun 2006 sebesar 71%, tahun 2007

sebesar 66% dan tahun 2008 sebesar 64%. Dari data tersebut terlihat sektor pertanian

memberikan kontribusi yang dominan terhadap pertumbuhan ekonomi.

4.3.2. Analisis Dampak Peningkatan Ruas Jalan terhadap Perubahan Aksesibilitas Masyarakat (Intensitas Perjalanan, Waktu Tempuh, Intensitas Lalu Lintas dan Ongkos Transport)

Pekerjaan utama penduduk di daerah penelitian adalah bertani. Pekerjaan

utama sebagai petani yaitu 53 orang atau 61.63% dari seluruh jumlah responden.

Jenis pekerjaan berikutnya adalah berdagang sebanyak 21 kepala keluarga (24,4%),

pegawai negeri sebanyak 8 kepala keluarga (9.30%), pegawai swasta 3 kepala

keluarga (3.48%) dan paling sedikit lainnya 1 (satu) keluarga (1.11%). Sebelum

pembangunan jalan dominan berprofesi petani 61 kepala keluarga (70.93%),

pedagang 16 KK (18.6%), PNS 4 KK (9.30%) dan lainnya 2 KK (2.32%). Hasil

tersebut menunjukkan dengan adanya peningkatan ruas jalan manfaat yang diperoleh

adalah menyerap tenaga kerja. Jenis pekerjaan masyarakat di sepanjang jalan

(56)

Tabel 4.5. Jenis Pekerjaan Utama Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea

Di samping adanya perubahan pekerjaan utama, juga mempengaruhi jenis

hasil pertanian yang dihasilkan dari daerah penelitian. Berdasarkan Tabel 4.6 jumlah

petani penghasil padi sebelum peningkatan jalan sebanyak 27 kepala keluarga atau

31.40%. Setelah peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan

Siempat Rube jumlah petani penghasil padi bertambah menjadi 28 kepala keluarga

(32.56%). Petani penghasil kopi sebelum peningkatan ruas jalan sebanyak 30 kepala

keluarga, setelah peningkatan ruas jalan berkurang menjadi 29 kepala keluarga. Hal

(57)

Tabel 4.6. Jenis Produk Utama Pertanian Masyarakat Sekitar Jalan Simpang Jamburea–Kuta Jungak Kecamatan Siempat Rube

2003 2008

jumlahnya mengalami kenaikan 1 KK dibanding tahun 2003 sebanyak 27 KK (31.40

%) disebabkan beralih ke tanaman Kopi disebabkan oleh tingginya harga Kopi pada

saat itu. Pada tahun 2008 juga jumlah petani Kopi jumlahnya sebanyak 29 KK

(58)

Hasil pertanian masyarakat di daerah penelitian dipasarkan melalui 3 (tiga)

lokasi yaitu ditempat produksi (on farm), dipasar dan dikonsumsi sendiri. Hal tersebut

tergambar pada Tabel 4.7:

Tabel 4.7. Lokasi Penjualan Hasil Produk Utama Pertanian

2003 2008

Dengan adanya adanya peningkatan jalan masyarakat merasakan dampaknya

di mana pada saat sebelum adanya peningkatan jalan Simpang Jamburea–Kuta

Jungak masyarakat lebih dominan menjual hasil produk pertanian ke pasar yaitu 45

KK atau 52,33% dan setelah adanya peningkatan Jalan Simpang Jamburea–Kuta

Jungak masyarakat menjual hasil produk pertanian ke pasar yaitu 34 KK (39,53%).

Jika menjual produk ke pasar maka margin keuntungan berkurang karena harus

mengeluarkan ongkos angkut. Manfaat yang diperoleh para tengkulak adalah

langsung ke lokasi usaha petani sehingga petani mempunyai alternatif menentukan

harga jual yang layak.

Lokasi hasil pemasaran petani meningkat sebelumnya ditahun 2003 ada 35

(59)

jaringan jalan hasil pemasarannya tidak lagi dipasar tetapi langsung di lokasi produksi

(on farm) berjumlah 43 KK (50%) sehingga pembeli dapat langsung berkunjung ke

lokasi pertanian. Hal ini menggambarkan bahwa pembangunan ruas jalan para

pedagang (toke) datang ke rumah petani mengakibatkan biaya angkut petani

berkurang sehingga pendapatan dari hasil penjualan produk pertanian meningkat.

Selain itu, petani yang tidak menjual hasil produk pertaniannya sebanyak 9 KK

(10.47%), sebelumnya sebanyak 6 KK (6.98%). Hal ini mengalami peningkatan

disebabkan dikonsumsi untuk menghidupi keluarga sendiri. Dampak dari

pembangunan jaringan jalan dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat

berbelanja ke pasar jumlahnya sebagai berikut:

Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebelum adanya peningkatan jalan

Simpang Jamburea–Kuta Jungak, masyarakat dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari

ke pasar semakin meningkat karena semakin mudah akses ke pasar. Sebelum

Gambar

Tabel 1.1. Data Ruas Jalan dan Perkembangannya yang Dilaksanakan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Desa
Gambar 4.1. Lintasan Jalan Jamburea–Kuta Jungak
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Sub Bagian teknis administrasi pembangunan mempunyai tugas mengumpulkan bahan program tahunan pembangunan, mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk

bahwa berdasarkan pertimangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran

Ketentuan pidana yang berkaitan dengan tindak pidana terhadap anak dalam kandungan atau janin terdapat dalam Pasal 80 yang menentukan: (1) setiap orang yang. melakukan

Musik underground adalah musik yang merdeka dan bebas, bebas dalam menciptakan lirik, membuat nada, dan untuk mengapresiaikan apa saja, mulai dari cara bersikap, bersosialisasi

Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer , terjemahan Oleh Jogiyanto, H.M, Buku Kedua Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta.. Sistem Informasi Manajemen , terjemahan oleh Hendra,

Di dalam modul ini, karya tulis ilmiah yang akan dibahas terdiri dari dua macam, yaitu laporan hasil penelitian khususnya laporan penelitian tindakan kelas

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.