• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi

di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

SKRIPSI

Oleh

Winda H C Siahaan 111101112

(2)

i

Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi

di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

SKRIPSI

Oleh

Winda H C Siahaan 111101112

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)
(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikanpenelitian ini dengan judul “Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah

Butong”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, doa serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, sebagai rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU 2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU 3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan USU

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU

5. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M. Biomed selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada saya selama empat tahun perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah menyediakan waktu dan dengan sabar telah memberikan arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini serta mengajarkan banyak hal dan memberikan pandangan baru yang berbeda bagi peneliti.

(6)

v

8. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Keperawatan USU

9. Orang tua saya H Siahaan, SE dan M br Sinaga, kembaran sekaligus kakak saya Wanda Siahaan, B.Sc dan adik laki-laki saya Glory Siahaan serta seluruh keluarga.

10.Sahabat-sahabat terbaik saya selama perkuliahan (Eryani, Yosi, Ruth, Isodorus, May, Yetty) dan seluruh teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan USU angkatan 2011.

11.Teman teman satu kepengurusan saya di IMPERATIF yang tidak pernah berhenti mendukung saya Rendi, Afryna, Ingrid, Elsa, Juliana, Yeni, Setri, Lia, Ester Rika, Rimmaniar, Yustri beserta seluruh anggota IMPERATIF terkhusus Ira Saragih, S.Kep, Feberlina Sirait, S.Sn, Bina, Ayu, Fitriyana dan semuanya yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang menjadi keluarga kedua saya di perantauan serta selalu mendukung saya.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan profesi Keperawatan.

Medan, Juli 2015

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan hasil sidang ... ii

Lembar Pernyataan Orisinalitas ... iii

Prakata ... iv 2.1 Pengertian ASI Eksklusif ... 11

2.2 Manfaat ASI ... 11

3. Laktasi 3.1 Pengertian Laktasi ... 13

3.2 Fisiologi Laktasi ... 14

4. Manajemen Laktasi 4.1. Pengertian ... 15

4.2. Periode Manajemen Laktasi ... 17

4.2.1 Masa Kehamilan... 17

4.2.2 Periode Segera Setelah Lahir ... 19

4.2.3 Masa Pasca Melahirkan... 21

5. Waktu dan Frekuensi Pemberian ASI ... 25

6. Lama Bayi Menyusui ... 26

7. Upaya Memperbanyak ASI ... 26

8. Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja ... 27

8.1.Pengeluaran ASI ... 28

8.2.Penyimpanan ASI ... 30

8.3.Pemberian ASI Perah ... 31

9. Masalah yang Sering Muncul Selama Laktasi 9.1. Masalah Pada Bayi ... 31

9.2. Masalah Pada Ibu ... 33

(8)

vii

2. Definisi operasional ... 38

BAB 4. METODE PENELITIAN 1. Desain penelitian ... 40

2. Populasi dan sampel 2.1.Populasi ... 40

2.2.Sampel ... 40

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 41

4. Pertimbangan etik ... 41

5. Instrumen penelitian ... 42

5.1.Data Demografi ... 42

5.2.Kuesioner Pemberian ASI oleh Ibu ... 42

5.3.Kuesioner Manajemen Laktasi ... 43

6. Uji Validitas dan Realibilitas

1.1 Karakteristik responden ... 46

1.2 Pemberian ASI ... 47

1.3 Manajemen Laktasi ... 49

2. Pembahsan ... 53

2.1 Pemberian ASI ... 53

2.2.1 Waktu Pemberian ASI ... 53

2.2.2 Lamanya bayi mendapatkan ASI ... 55

2.2 Manajemen laktasi ... 56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 62

2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 63

Lampiran 1 Jadwal tentatif penelitian... 68

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian ... 69

Lampiran 3 Informed Concent ... 70

Lampiran 4 Instrumen penelitian ... 71

Lampiran 5 Validitas ... 77

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian ... 78

Lampiran 7 Komisi Etik ... 80

Lampiran 8 Abstract ... 81

Lampiran 9 Output SPSS ... 82

Lampiran 10 Taksasi Dana ... 91

Lampiran 11 Riwayat hidup ... 92

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daya Simpan ASI Perah ... 30 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 38 Tabel 5.1 Karakteristik demografi ibu yangmemberikan ASI dan

melaksanakan manajemen laktasi di PTPN IV

kebun Bah Butong ... 47 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pemberian ASI

oleh ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong ... 48 Tabel 5.3 Gambaran manajemen laktasi pada Ibu

di PTPN IV kebun Bah Butong ... 50 Tabel 5.4 Gambaran cara pemberian ASI perah yang

memberikan ASI perah kepada bayi ... 51 Tabel 5.5 Gambaran pelaksanaan manajemen laktasi

(11)

Judul Penelitian : Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

Peneliti : Winda H C Siahaan

NIM : 111101112

Jurusan : Fakultas Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2014/2015

ABSTRAK

Pemberian ASI Eksklusif melalui program manajemen laktasi sebenarnya sangat bermanfaat dan memberi dampak bagi ibu dan keluarga, bahkan sudah memiliki legitimasi yang harus ditaati. WHO dan UNICEF merekomendasikan beberapa cara untuk keberhasilan terlaksananya pemberian ASI Eksklusif, yaitu memberikan ASI segera setelah lahir, memberikan ASI sesuai dengan keinginan bayi, tidak memberikan makanan tambahan apapun selain ASI segera setelah bayi lahir, serta memberikan ASI eksklusif sampai usia 4-6 bulan. Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Penelitin ini bertujuan untuk gambaran pemberian ASI oleh ibu dan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 2-2,5 tahun di PTPN IV Kebun Bah Butong. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 62 orang. Data diambil melalui penyebaran kuesioner dan diolah menggunakan sistem komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,1% ibu memberikan ASI beberapa jam setelah lahir, 45,2% ibu memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dan 46,8% ibu memberikan ASI sampai bayi berusia 12-17 bulan. Pelaksanaan manajemen laktasi menunjukkan 58,1% memeriksakan payudara mereka saat hamil, 59,7% tidak dilakukan inisiasi menyusu dini oleh petugas kesehatan, 89,6% memberikan ASI sebelum berangkat kerja, 56,5% tidak memerah ASI, 74% menghangatkan ASI dengan rendaman air hangat serta 62,9% memberikan ASI perah dengan menggunakan dot. Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan agar pemerintah membuat sebuah kebijakan yang dapat membantu keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

(12)

xi

Title of the Thesis : Description of Mothers Breastfeeding

and Lactation Management at PTPN IV Kebun Bah Butong, Simalungun District

Name of Student : Winda H C Siahaan Std. ID Number : 111101112

Program : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep) Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Breastfeeding with exclusive ASI (breast milk) through lactation management program is actually very beneficial and gives good impact on mothers and their families; it actually has had legitimization which should be obeyed. WHO and UNICEF have recommended several ways to the success in the implementation of breastfeeding with exclusive ASI by breastfeeding with ASI immediately after the baby is born, breastfeeding with ASI according to what the baby wants, not giving any supplementary food unless ASI after the baby is born, and breastfeeding with exclusive ASI until the baby is 4-6 months old. In practice, however, these conditions are far from being put into practice. The objective of the research was to give the description about breastfeeding with ASI by mothers and lactation management program at PTPN IV, Kebun Bah Butong. The research used descriptive design. The population was 62 mothers who had 2-2.5 month-old babies at PTPN IV Kebun Bah Butong, and all of them were used as the samples, taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and processed by using computerization system. The result of the research showed that 58.1% of the respondents breastfed with ASI a few hours after their babies were born, 45.2% of the respondents breastfed with exclusive ASI until their babies were 6 months old, and 46.8% of the respondents breastfed with ASI until their babies were 12-17 months old. The implementation of lactation management showed that 58.1% of the respondents examined their breast during pregnancy, 59.7% of the respondents did not do early breastfeeding initiation by health care providers, 89.6% of the respondents breastfed their babies before going to work, 56.5% of the respondents did not squeeze out ASI, 74% of the respondents warmed up ASI with warm water, and 62.9% of the respondents gave squeezing out ASI by using pacifiers.

(13)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikanpenelitian ini dengan judul “Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah

Butong”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, doa serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, sebagai rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU 2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU 3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan USU

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU

5. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M. Biomed selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada saya selama empat tahun perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah menyediakan waktu dan dengan sabar telah memberikan arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini serta mengajarkan banyak hal dan memberikan pandangan baru yang berbeda bagi peneliti.

(14)

v

8. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Keperawatan USU

9. Orang tua saya H Siahaan, SE dan M br Sinaga, kembaran sekaligus kakak saya Wanda Siahaan, B.Sc dan adik laki-laki saya Glory Siahaan serta seluruh keluarga.

10.Sahabat-sahabat terbaik saya selama perkuliahan (Eryani, Yosi, Ruth, Isodorus, May, Yetty) dan seluruh teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan USU angkatan 2011.

11.Teman teman satu kepengurusan saya di IMPERATIF yang tidak pernah berhenti mendukung saya Rendi, Afryna, Ingrid, Elsa, Juliana, Yeni, Setri, Lia, Ester Rika, Rimmaniar, Yustri beserta seluruh anggota IMPERATIF terkhusus Ira Saragih, S.Kep, Feberlina Sirait, S.Sn, Bina, Ayu, Fitriyana dan semuanya yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang menjadi keluarga kedua saya di perantauan serta selalu mendukung saya.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan profesi Keperawatan.

Medan, Juli 2015

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan hasil sidang ... ii

Lembar Pernyataan Orisinalitas ... iii

Prakata ... iv 2.1 Pengertian ASI Eksklusif ... 11

2.2 Manfaat ASI ... 11

3. Laktasi 3.1 Pengertian Laktasi ... 13

3.2 Fisiologi Laktasi ... 14

4. Manajemen Laktasi 4.1. Pengertian ... 15

4.2. Periode Manajemen Laktasi ... 17

4.2.1 Masa Kehamilan... 17

4.2.2 Periode Segera Setelah Lahir ... 19

4.2.3 Masa Pasca Melahirkan... 21

5. Waktu dan Frekuensi Pemberian ASI ... 25

6. Lama Bayi Menyusui ... 26

7. Upaya Memperbanyak ASI ... 26

8. Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja ... 27

8.1.Pengeluaran ASI ... 28

8.2.Penyimpanan ASI ... 30

8.3.Pemberian ASI Perah ... 31

9. Masalah yang Sering Muncul Selama Laktasi 9.1. Masalah Pada Bayi ... 31

9.2. Masalah Pada Ibu ... 33

(16)

vii

2. Definisi operasional ... 38

BAB 4. METODE PENELITIAN 1. Desain penelitian ... 40

2. Populasi dan sampel 2.1.Populasi ... 40

2.2.Sampel ... 40

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 41

4. Pertimbangan etik ... 41

5. Instrumen penelitian ... 42

5.1.Data Demografi ... 42

5.2.Kuesioner Pemberian ASI oleh Ibu ... 42

5.3.Kuesioner Manajemen Laktasi ... 43

6. Uji Validitas dan Realibilitas

1.1 Karakteristik responden ... 46

1.2 Pemberian ASI ... 47

1.3 Manajemen Laktasi ... 49

2. Pembahsan ... 53

2.1 Pemberian ASI ... 53

2.2.1 Waktu Pemberian ASI ... 53

2.2.2 Lamanya bayi mendapatkan ASI ... 55

2.2 Manajemen laktasi ... 56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 62

2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 63

Lampiran 1 Jadwal tentatif penelitian... 68

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian ... 69

Lampiran 3 Informed Concent ... 70

Lampiran 4 Instrumen penelitian ... 71

Lampiran 5 Validitas ... 77

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian ... 78

Lampiran 7 Komisi Etik ... 80

Lampiran 8 Abstract ... 81

Lampiran 9 Output SPSS ... 82

Lampiran 10 Taksasi Dana ... 91

Lampiran 11 Riwayat hidup ... 92

(17)

DAFTAR SKEMA

(18)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daya Simpan ASI Perah ... 30 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 38 Tabel 5.1 Karakteristik demografi ibu yangmemberikan ASI dan

melaksanakan manajemen laktasi di PTPN IV

kebun Bah Butong ... 47 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase pemberian ASI

oleh ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong ... 48 Tabel 5.3 Gambaran manajemen laktasi pada Ibu

di PTPN IV kebun Bah Butong ... 50 Tabel 5.4 Gambaran cara pemberian ASI perah yang

memberikan ASI perah kepada bayi ... 51 Tabel 5.5 Gambaran pelaksanaan manajemen laktasi

(19)

Judul Penelitian : Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

Peneliti : Winda H C Siahaan

NIM : 111101112

Jurusan : Fakultas Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2014/2015

ABSTRAK

Pemberian ASI Eksklusif melalui program manajemen laktasi sebenarnya sangat bermanfaat dan memberi dampak bagi ibu dan keluarga, bahkan sudah memiliki legitimasi yang harus ditaati. WHO dan UNICEF merekomendasikan beberapa cara untuk keberhasilan terlaksananya pemberian ASI Eksklusif, yaitu memberikan ASI segera setelah lahir, memberikan ASI sesuai dengan keinginan bayi, tidak memberikan makanan tambahan apapun selain ASI segera setelah bayi lahir, serta memberikan ASI eksklusif sampai usia 4-6 bulan. Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Penelitin ini bertujuan untuk gambaran pemberian ASI oleh ibu dan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong. Metode penelitian menggunakan desain deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berusia 2-2,5 tahun di PTPN IV Kebun Bah Butong. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel 62 orang. Data diambil melalui penyebaran kuesioner dan diolah menggunakan sistem komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,1% ibu memberikan ASI beberapa jam setelah lahir, 45,2% ibu memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dan 46,8% ibu memberikan ASI sampai bayi berusia 12-17 bulan. Pelaksanaan manajemen laktasi menunjukkan 58,1% memeriksakan payudara mereka saat hamil, 59,7% tidak dilakukan inisiasi menyusu dini oleh petugas kesehatan, 89,6% memberikan ASI sebelum berangkat kerja, 56,5% tidak memerah ASI, 74% menghangatkan ASI dengan rendaman air hangat serta 62,9% memberikan ASI perah dengan menggunakan dot. Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan agar pemerintah membuat sebuah kebijakan yang dapat membantu keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

(20)

xi

Title of the Thesis : Description of Mothers Breastfeeding

and Lactation Management at PTPN IV Kebun Bah Butong, Simalungun District

Name of Student : Winda H C Siahaan Std. ID Number : 111101112

Program : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep) Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Breastfeeding with exclusive ASI (breast milk) through lactation management program is actually very beneficial and gives good impact on mothers and their families; it actually has had legitimization which should be obeyed. WHO and UNICEF have recommended several ways to the success in the implementation of breastfeeding with exclusive ASI by breastfeeding with ASI immediately after the baby is born, breastfeeding with ASI according to what the baby wants, not giving any supplementary food unless ASI after the baby is born, and breastfeeding with exclusive ASI until the baby is 4-6 months old. In practice, however, these conditions are far from being put into practice. The objective of the research was to give the description about breastfeeding with ASI by mothers and lactation management program at PTPN IV, Kebun Bah Butong. The research used descriptive design. The population was 62 mothers who had 2-2.5 month-old babies at PTPN IV Kebun Bah Butong, and all of them were used as the samples, taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and processed by using computerization system. The result of the research showed that 58.1% of the respondents breastfed with ASI a few hours after their babies were born, 45.2% of the respondents breastfed with exclusive ASI until their babies were 6 months old, and 46.8% of the respondents breastfed with ASI until their babies were 12-17 months old. The implementation of lactation management showed that 58.1% of the respondents examined their breast during pregnancy, 59.7% of the respondents did not do early breastfeeding initiation by health care providers, 89.6% of the respondents breastfed their babies before going to work, 56.5% of the respondents did not squeeze out ASI, 74% of the respondents warmed up ASI with warm water, and 62.9% of the respondents gave squeezing out ASI by using pacifiers.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatanm erupakan wujud upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Salah satu cara untuk mewujudkan sumber daya manusia yang produktif adalah dengan memperhatikan tingkat kesehatan bayi. Gizi buruk dan angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Laporan dari WHO (2013) mengatakan bahwa kematian balita di seluruh dunia masih mencapai 6,3 juta anak dan 83% dari balita tersebut meninggal karena infeksi dan kekurangan gizi.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia (2012), angka kematian bayi dibawah lima tahun di Indonesia pada tahun 2012 masih mencapai 43%, dan khusus di provinsi Sumatra Utara mencapai 54%. Hal ini menunjukkan keadaan yang memprihatinkan dan sangat diperlukan upaya yang serius dan segera untuk mengatasi hal tersebut.

(22)

melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir dan dilanjut dengan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan setelah kelahiran.ASI merupakan makanan yang mencukupi semua unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, imunisasi, antialergi serta antimflamasi.(Purwanti, 2004)

(23)

Para ahli berpendapat bahwa ASI akan semakin bermanfaat bila bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan pertama hidupnya tanpa adanya makanan pengganti ASI. Pemberian ASI ini disebut dengan pemberian ASI Eksklusif (Depkes RI 2003). Memberi ASI secara eksklusif berarti memberi keuntungan bagi semuanya, bayi lebih sehat, cerdas dan berkepribadian baik, ibu lebih sehat dan masyarakat serta negara juga mendapat keuntungan (Roesli, 2000).

Pemberian ASI Eksklusif melalui program manajemen laktasi sebenarnya sangat bermanfaat dan memberi dampak bagi ibu dan keluarga, bahkan sudah memiliki legitimasi yang harus ditaati. Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Menurut WHO (2012 dalam Kementrian Kesehatan, 2012), persentase pencapaian ASI Eksklusif secara global pada tahun 2012 adalah 37%, masih jauh dari angka target yang ingin dicapai yaitu 50%. Secara nasional persentase pencapaian ASI Eksklusif pada tahun 2013 sudah mencapai 54,3%. Meskipun demikian, Kemenkes masih perlu berjuang agar semua provinsi di Indonesia mencapai target pemberian ASI Eksklusif, karena dari 33 provinsi di Indonesia, hanya 19 provinsi sudah mencapai angka nasional. Provinsi Sumatra Utara sendiri masih mencapai angka 41,3%. (Kemenkes, 2014)

(24)

terlupakan sehingga sulit melakukan proses alamiah tersebut (Roesli, 2000). Bahkan banyak ibu menggunakan cara berbeda dari yang disarankan ahli laktasi. Bayi tidak menempelkan mulut dengan baik, bayi disusui berdasarkan jadwal, bahkan menggendong dengan posisi yang kurang tepat, sehingga diperlukan usaha-usaha yang benar agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya dengan benar (Newman & Pitman, 2008).

Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan juga ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada banyak alasan yang timbul sehingga ibu memutuskan untuk tidak memberikan ASI Ekslusif. Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek (1995) diperoleh fakta bahwa ibu yang dapat memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu-ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9% dari ibu-ibu tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2000).Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, ditemukan berbagai alasanibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%),masalah pada putting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan pengaruh orang lain terutama suami (4%) (Depkes RI, 2005).

(25)

dari Kota Pematangsiantar dan 155 km dari kantor pusat di kota Medan.Dari 436 ibu-ibu yang terdapat di desa tersebut, 123 diantaranya bekerja di wilayah perusahaan PTPN IV Kebun Bah Butong dan sisanya berprofesi lain seperti guru, wirausaha dan ibu rumah tangga. Itu artinya 72% dari ibu tidak terlalu disibukkan dengan pekerjaan mereka dan seharusnya mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui bayi mereka.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas serta mengingat betapa pentingnya pemberian ASI untuk bayi pada umur yang tepat, maka saya tertarik untuk mengetahui bagaimana keadekuatan para ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong dalam pemberian ASI pada bayi mereka mengingat PTPN IV Kebun Bah Butong merupakan unit kebun besar yang ada di Perkebunan Nusantara IV yang seharusnya memperhatikan kesehatan para ibu dan bayi terkhusus dalam hal pemberian ASI. Apalagi, penelitian belum pernah dilakukan di tempat ini, sehingga belum diketahui sedikit pun bagaimana gambaran pemberian ASI oleh ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong.

2. Perumusan Masalah

(26)

3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI oleh ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong.

3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Untuk mengetahui gambaran waktu pemberian ASI yang dilakukan ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong.

3.2.2. Untuk mengetahui gambaran lamanya bayi mendapatkan ASI Eksklusif dan ASI tidak eksklusif di PTPN IV Kebun Bah Butong. 3.2.3. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan manajemen laktasi oleh

ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong mulai dari masa kehamilan, segera setelah lahir dan pasca melahirkan.

4. Manfaat Penelitian 4.1. Pemerintahan

Sebagai bahan masukan dan informasi tentang kondisi pemberian ASI pada ibu yang dapat digunakan sebagai dasar menyusun kebijakan dalam upaya peningkatan cakupan pemberian ASI dan manajemen laktasi. 4.2. Pelayanan Keperawatan

(27)

4.3. Masyarakat

Sebagai masukan bagi ibu untuk meningkatkan pemahaman tentang pemberian ASI serta masukan bagi keluarga mengetahui pentingnya manfaat pemberian ASI.

4.4. Penelitian Keperawatan

(28)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. ASI (Air Susu Ibu) 1.1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna untuk makanan utama bagi bayi (Roesli, 2000). Menurut Perinasia (2004) ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa ada persiapan khusus dan memiliki termperatur yang sesuai dengan bayi.

Air susu ibu adalah minuman alamiah untuk semua bayi selama usiabulan-bulan pertama yang selalu tersedia tanpa memerlukan persiapan apa-apa. Air susu ibu merupakan susu yang paling cocok dari semua susu untuk bayi manusia karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan bayi (Behrman et al, 1999).

1.2. Stadium ASI

(29)

matang dan mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matang.

ASI peralihan/transisi merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi matang, kira kira di hari 4/7 sampai hari ke-10/ke-14. Komposisi protein semakin rendah, sedangkan karbohidrat dan lemak semakin tinggi. Jumlah volume ASI pun semakin meningkat. Oleh karena itu, ibu perlu meningkatkan kandungan protein dalam makanannya.

ASI matang/mature adalah ASI yang keluar setelah hari ke-10/ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI ini sudah relatif konstan. ASI matur akan terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi boleh dikenalkan dengan makanan lain selain ASI (Roesli, 2000).

1.3. Unsur Nutrisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok antara lain zat hidrat arang, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua terdapat secara seimbang dan proporsional satu dengan yang lainnya (Roesli, 2000).

 Zat Hidrat Arang

(30)

 Lemak

Jenis lemak yang terdapat di ASI berbentuk Omega 3 dan Omega 6 yang berperan dalam perkembangan otak bayi. Kolesterol juga menjadi bagian lemak yang penting yang terdapat dalam ASI. Kolesterol bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan otak bayi.

 Protein

Protein ASI merupakan bahan baku dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI terdiri atas protein whey dan protein kasein. Protein whey merupakan protein yang sangat halus, lembut dan mudah dicerna, sedangkan protein kasein adalah sebaliknya. Perbandingan protein whey dan protein kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam air susu sapi 20:80. Itu artinya hanya 1/3-nya protein ASI pada ASS yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diresorpsi dan harus dikeluarkan dari sistem pencernaan yang tentunya akan menimbulkan gangguan metabolisme.

 Mineral

(31)

 Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu perlu tambahan vitamin K secara oral (Purwanti, 2004).

2. ASI Eksklusif

2.1. Pengertian ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif adalah adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan tambahan makanan padat lainnya. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan dalam jangka waktu setidaknya 4 bulan, bila mungkin 6 bulan. UNICEF bersama World Health Assemby (WHA) dan banyak negara menetapkan waktu pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Pemberian makanan padat/tambahan terlalu dinimempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi, bahkan memberi dampak negatif bagi kesehatannya (Roesli, 2000). Untuk mengajak ibu agar mempertahankan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, WHO dan UNICEF merekomendasikan beberapa cara yaitu, 1) pemberian ASI segera dalam satu jam pertama kehidupan bayi; 2) bayi hanya diberi ASI tanpa makanan atau minuman tambahan, bahkan air; 3) menyusui bayi sesering yang diinginkan bayi (on demand) pada siang dan malam hari; 4) jangan menggunakan dot, botol dan kompeng (WHO, 2015).

2.2. Manfaat ASI Eksklusif

(32)

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Dengan tatalaksana yang benar, ASI akan cukup menjadi makanan tunggal bayi dalam memenuhi pertumbuhan bayi normal sampai umur 6 bulan. ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung zat kekebalan sehingga akan lebih jarang terserang penyakit yang sering muncul pada bayi seperti diare dan pneumonia. Selain itu, kandungan yang terdapat dalam ASI juga dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Nutrien tersebut diperlukan dalam pertumbuhan otak, yaitu taurin (sejenis zat putih telur yang hanya terdapat dalam ASI) serta laktosa (hidrat arang utama dalam ASI dan hanya sedikit terdapat dalam air susu sapi. Bayi yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding bayi yang sering sakit (Roesli, 2000).ASI juga memiliki manfaat jangka panjang bagi anak, remaja dan orang dewasa yang disusui saat bayi sedikit terhindar dari resiko obesitas dan resiko mengalami DM tipe 2 lebih rendah serta cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi (WHO, 2014)

(33)

ASI membawa keuntungan bagi keluarga bayi karena lebih hemat. Keluarga tidak perlu menghabiskan uang untuk membeli susu formula,perlengkapan susu dan persiapan pembuatan susu formula.Pemberian ASI juga menghemat waktu keluarga karena tidak perlu repot mempersiapkan botol susu atau air panas untuk membuat susu formula.

Selain kepada ibu dan keluarga, ASI juga bermanfaat bagi negara. Dengan pemberian ASI oleh ibu, negara dapat melakukan penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui serta biaya menyiapkan susu.Selain itu juga akan memberi penghematan biaya rumah sakit, obat-obatan dan sarana kesehatan, karena dengan pemberian ASI, bayi akan lebih jarang terserang penyakit. Hal yang paling penting adalah menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas.

Air Susu Ibu dapat mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Dengan hanya memberi ASI, manusia tidak memerlukan kaleng susu, kertas pembungkus, botol plastik karton dan lain-lain ASI juga dapat mengurangi polusi udara, karena untuk membuatnya tidak diperlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan membangun pabrik susu (Roesli, 2000).

3. Laktasi

3.1. Pengertian Laktasi

(34)

yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologi dan psikologi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Nugroho, 2011).

Laktasi adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali tanpa diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari berbagai pihak khususnya suami (Roesli, 2005).

3.2. Fisiologi Laktasi

Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses, yaitu 1)proses pengembangan jaringan penghasil ASI pada payudara; 2)proses yang memicu produksi ASI setelah lahir; 3)proses untuk mempertahankan produksi ASI; 4)proses sekresi ASI (reflek let down). Semua proses ini dikendalikan oleh beberapa jenis hormon (Farrer, 1999).

(35)

tetapi juga mempengaruhi kelenjar hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin ini akan berpengaruh pada proses sekresi ASI yang memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar.Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran akan makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu kecil dan menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan akan mengganggu penyusuan dan juga dapat berakibat mudah terkena infeksi. Hormon oksitosin ini juga akan memacu kontaksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan membaik. Tanda-tanda yang biasa dirasakan ibu adalah perut ibu terasa pulas yang sangat pada hari pertama menyusui (Perinasia, 2004).

4. Manajemen Laktasi 4.1. Pengertian

Segala tatalaksana yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan keberhasilan menyusui sehingga bayi dapat menyusu dengan baik dan benar disebut Manajemen Laktasi. Tujuan dari manajemen laktasi adalah untuk meningkatkan pelaksanaan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan (Depkes RI, 2005)

(36)
(37)

4.2. Periode Manajemen Laktasi 4.2.1. Masa Kehamilan

Hal yang perlu diperhatikan ibu dalam manejemen laktasi sebelum kelahiran adalah, 1) ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negatif pemberian susu formula; 2) ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan, kondisi puting payudara dan memantau kenaikan berat badan saat hamil; 3) ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksud agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi; 4) ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan trimester ke-2 makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009).

1) Persiapan Psikologis

Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelum itu. Sikap ibu terhadap pemberian ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusuui, pengalaman menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga dan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarga serta sikap ibu terhadap kehamilannya.

(38)

seorang petugas kesehatan harus dapat membuat ibu tertarik dan simpati kepadanya serta membantu ibu mencari seorang yang dekat atau berperan dalam kehidupan ibu, yaitu suami atau anggota keluarga. Langkah-langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan untuk menyusui adalah, 1) mendorong ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat dengan sukses menyusui bayinya, jelaskan pada ibu bahwa persalinan dan menyusui adalah proses alamiiah yang hampir semua ibu berhasil melakukannya dan bila ibu mengalami kesulitan petugas kesehata akan menolong ibu dengan senang hati; 2) meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu formula; 3) memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya; 4) mengikutsertakan suami dan keluarga yang berperan dalam keluarga, pesankan kepada keluarga bahwa ibu perlu istirahat yang cukup sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga; 5) beri kesempatan setiap saat kepada ibu untuk bertanya dan perlihatkan perhatian dan kemauan dalam membantu ibu sehingga ibu tidak ragu dan takut untuk bertanya tentang masalah yang dihadapinya (Soetjiningsih, 1997).

2) Pemeriksaan Payudara

Pada masa kehamilan, payudara ibu perlu diperiksa untuk mengetahui keadaan payudara. Pemeriksaan payudara biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, dan dilaksanakan pada kunjungan pertama ibu saat pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara (Perinasia, 2004) :

A. Inspeksi

(39)

b. Areola (ukuran, bentuk, permukaan dan warna) c. Puting susu (ukuran , bentuk, permukaan dan warna) B. Palpasi

a. Konsistensi (dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal) b. Massa (letak dan ciri-ciri massa yang teraba harus dievaluasi dengan

baik)

c. Puting susu (memeriksa kelenturan puting susu, bila mudah ditarik berarti lentur, jika tertarik sedikit berarti kurang lentur dan bila masuk ke dalam berarti puting susu terbenam)

Jika dari inspeksi dan palpasi ditemukan kelainan pada payudara maka sebaiknya segera ditangani dan dikonsultasikan pada dokter ahli. Jika dari pemeriksaan puting susu didapatkan puting susu terbenam, maka puting susu dapat diperbaiki dengan gerakan Hoffman dengan cara: 1) letakkan kedua telunjuk berlawanan disamping puting; 2) tarik kedua telunjuk menjauh puting; 3) ulangi gerakan beberapa kali dengan telunjuk dipindah berputar sekeliling payudara (Soetjiningsih, 1997).

4.2.2. Periode segera setelah lahir

Pemberian ASI atau menyusui hendaknya dilakukan segera setelah bayi baru lahir atau 30 menit setelah kelahiran atau biasa disebut dengan Inisiasi menyusu dini. Bayi biasanya diam, mereka terjaga dan siap untuk memulai pengalaman baru seperti belajar menyusu (Newman & Pitman, 2008).

(40)

mencari sendiri puting ibunya untuk segera menyusu. Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dari satu jam pertama pada awal kehidupannya (Roesli, 2008).

Langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan inisiasi menyusu dini adalah berikut (Roesli, 2008) : 1) dianjurkan kepada suami dan keluarga untuk tetap mendampingi ibu saat persalinan; 2) kepada ibu disarankan untuk mengurangi atau bahkan tiddak menggunakan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapis atau

(41)

bayi sebelum menyusu, karena dukungan dari ayah akan dapat meningkatkan rasa percaya diri kepada ibu; 10) setelah satu jam atau menyusu awal selesai, kemudian bayi dapat dipisahkan untuk ditimbang, diukur dan dicap. Boleh dilanjutkan dengan prosedur invasif, misalnya suntukan vitamin K dan tetesan mata bayi.

4.2.3. Masa Pasca persalinan

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah hanya karena tidak mengetahui cara yang sebenarnya sederhana. Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Seorang tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang laktasi, seharusnya mengetahui walaupun menyusui merupakan proses alamiah namun untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan teknik-teknik menyusui yang benar (Soetjiningsih, 1997).

1) Rawat gabung

(42)

Bayi dan ibu dapat segera mengikuti program rawat gabung dengan memenuhi beberapa syarat, yaitu (Perinasia, 2004) :Lahir spontan, baik presentase kepala maupun bokong; Cukup bulan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu dan berat lahir lebih 2500 gram; Bayi tidak mengalami asfiksia; Tidak ada gejala sesak nafas, sianosis, infeksi atau kelainan kongenital berat.

Rawat gabung tidak dapat dilakukan bila (Perinasia, 2004): bayi sangat prematur, atau berat lahir kurang dari 2000 gram; bayi sakit, misalnya asfiksia berat, sepsis, sesak dan sianosis; bayi dengan cacat bawaan berat; ibu sakit, misalnya infeksi seperti demam tifoid, KP terbuka atau hipertensi.

Sebagai suatu cara, orang bisa melihat keuntungan dan kerugian yang dapat terjadi pada sistem rawat gabung terutama di ruangan masal. Beberapa keuntungan dari rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayi sedini mungkin, kapan saja dan dimana saja saat bayi menunjukkan tanda-tanda lapar; ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, serta mempunyai keterampilan merawat bayi setelah ibu pulang kerumahnya; dapat melibatkan suami/keluarga secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya (Kristiyansari, 2009).

(43)

2) Cara menyusui yang baik dan benar

(44)

mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Caranya bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggung ditepuk perlahan (Soetjiningsih, 1997).

3) Perawatan Payudara selama menyusui

Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi dan meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar air susu melalui pemijatan. Selain itu, perawatan ini juga berguna untuk mencegah bendungan ASI/pembengkakan payudara, persiapan psikis ibu menyusui serta melenturkan dan menguatkan puting. Kita juga dapat mengetahui secara dini kelainan puting susu serta dapat melakukan usaha untuk mengatasinya.

Indikasi perawatan payudara ini dilakukan pada payudara yang tidak mengalami kelainan dan yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet dan puting inverted. Terdapat beberapa cara dalam melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui, salah satunya adalah pemijatan payudara yang dapat dilakukan 2 kali sehari sejak hari kedua pasca persalinan. Caranya adalah sebagai berikut; sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan 2 atau 3 jari tangan kanan mulai dari pangkal ke daerah puting susu dengan gerakan spiral. Selanjutnya buat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara ke puting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan juga ke payudara kanan.

(45)

keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini sebanyak 30 kali. Coba juga dengan posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan sebanyak 30 kali. Setelah itu, letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi disebelah bawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan memutar kedua tangan. Ulangi gerakan sampai semua bagian payudara terkena urutan(Kristiyansari, 2009). 5. Waktu dan Frekuensi pemberian ASI

Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tanpa jadwal dan sesuai dengan kebutuhan bayi. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, namun dengan berjalannya waktu, bayi akan mulai terbiasa membuat waktunya sendiri dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Bila menyusukan bayi tidak dilakukan sesuka bayi, maka bayi harus mendapat ASI setiap 2 sampai 3 jam sekali karena susu ibu mudah dicerna .

Bayi yang sehat akan mampu mengosongkan satu payudara dalam waktu 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam waktu 2 jam. Bayi setidaknya dapat menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, dan dapat berkemih 6 kali dalam 24 jam. Dengan demikian bayi akan tampak puas dan berat badannya akan bertambah.

(46)

6. Lama bayi menyusu

Pemberian ASI hendaknya dilakukan seketika setelah bayi dilahirkan setengah jam pertama. Pada masa ini bayi sangat aktif dan mengisap puting payudara sekuat mungkin. Pengisapan dini dapat mempercepat produksi ASI dan mempererat produksi hubungan psikologis antara bayi baru lahir dengan ibu. Selain itu pemberian ASI dini akan memicu keberhasilan pemberian ASI Ekslusif. Para ahli berpendapat bahwa manfaat ASI akan meningkat bila bayi hanya diberi ASI tanpa makanan tambahan selama 6 bulan (Roesli, 2008)

WHO dan UNICEF (1990) juga berpendapat serupa bahwa pemberian ASI dianjurkan diberikan dalam jangka waktu 4-6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, sudah bisa dikenalkan dengan makanan pengganti ASI, namun pemberian ASI masih tetap dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.

7. Upaya Memperbanyak Pengeluaran ASI

(47)

Selain mengurut payudara, isapan bayi pada payudara juga dapat membuat otot payudara berkontraksi lebih kuat dan merangsang susunan saraf yang disekitarnya serta meneruskan rangsangan tersebut ke otak. Otak akan memerintahkan kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih banyak sehingga hormon estrogen dan progesteron akan tetap dengan kadar rendah. Banyaknya pengeluaran hormon pituitarin akan membuat kontraksi otot polos payudara dan otot polos uterus lebih kuat. Kontraksi otot polos payudara yang kuat akan mempercepat pengeluaran ASI, sedangkan kontraksi otot polos uterus dapat mempercepat involusi.

Yang ketiga adalah kesehatan ibu. Kesehatan ibu sangat berpengaruh dalam produksi ASI. Bila ibu tidak sehat dan asupan makanannya berkurang, maka darah yang membawa nutrien ke payudara juga akan berkurang, sehingga produksi ASI juga akan mengalami penurunan (Manuaba, 2007).

8. Manajemen Laktasi pada Ibu Bekerja

Salah satu alasan ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif adalah ibu harus kembali bekerja. Bekerja dan tetap memberikan ASI pada bayi merupakan tantangan besar karena perlu proses adaptasi antara ibu dan bayi. Apabila ibu memiliki komitmen untuk tetap menyusui bayinya, bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif

(48)

ASI perah/pompa pada bayi saat ibu bekerja. Oleh karena itu perlu kebijakan dari perusahaan untuk memfasilitasi ibu dengan memberikan ruangan khusus tempat ibu memerah ASI-nya (Roesli, 2000). WHO (2014) juga setuju dan sudah membuat kebijakan yang ditujukan kepada perusahaan yang mempekerjakan wanita dalam perusahaannya, agar kepada wanita yang dipekerjakan diberi waktu untuk cuti hamil, pengaturan kerja paruh waktu, diberi fasilitas ruangan tempat penitipan anak agar ibu dapt menyusui bayinya serta fasilitas ruangan tempat ibu memerah ASI dan menyimpan ASI

Jika perusahaan juga tidak menyediakan ruangan khusus untuk ibu memerah ASI, berarti ibu harus memerah ASI-nya sebelum berangkat kerja. Semua ibu dapat belajar memerah ASI. Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan dan pompa ASI (Roesli, 2000).

8.1.Pengeluaran ASI

(49)

Tindakan pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Soetjiningsih, 1997) :

A. Pengeluaran ASI dengan tangan; cara ini lazim digunakan karena praktis dan tidak membutuhkan sarana. Langkah-langkahnya adalah: 1) tangan dicuci sampai bersih, 2) menyediakan cangkir/gelas bertutup yang sudah dibersihkan dengan air mendidih, 3) payudara dikompres dengan handuk yang hangat dan di massage dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke areola payudara, 4)

massage daerah areola bagian atas dengan ibu jari, dan sisi lain dengan jari telunjuk, kemudian daerah areola ditekan ke arah dada, 5) peras daerah areola payudara dengan ibu jari dan jari telunjuk, hindari penekanan puting karena akan menyebabkan nyeri atau lecet, 6) ulangi tindakan tekan-peras-lepas sampai ASI keluar, 7) ulangi semua gerakan pada semua sisi sekitar areola payudara untuk memastikan bayi ASI sudah diperas dari semua segmen payudara.

(50)

terkumpul pada lekukan penampung sisi tabung, 5) setelah selesai atau akan dipakai, cuci terlebih dahulu alat dengan air mendidih.

8.2.Penyimpanan ASI

ASI yang sudah dikeluarkan dapat disimpan dengan aman dan dapat digunakan dikemudian hari saat ayah atau pengganti ibu yang memberi makan bayinya. (Soetjiningsih, 1997).ASI yang sudah didinginkan dan akan dipakai tidak boleh direbus, karena akan menurunkan kualitas kekebalannya, cukup didiamkan dalam beberapa saat pada suhu kamar agar tidak terlalu dingin. Quan, et al (1992 dalam Wong, et al.,2008) menjelaskan bahwa mencairkan ASI beku dengan

microwave suhu tinggi (72-980C) akan menyebabkan zat anti-infeksi ASI tidak berfungsi lagi.

Tabel 2.1 Daya Simpan ASI Perah

ASI Suhu Ruangan Lemari Es/Kulkas Freezer ASI yang baru dan tidak terpengaruh dengan suhu luar

Dibuang Dibuang Dibuang

(51)

8.3.Pemberian ASI Perah

Untuk memberikan ASI perah kepada bayi, gunakan ASI perah secara berurutan dari jam ASI paling awal. Jika ASI sudah membeku, maka cairkan ASI terlebih dahulu. ASI cukup didiamkan dalam beberapa saat pada suhu kamar dan dihangatkan dengan mengaliri air hangat atau direndam di dalam air hangat, dan tidak boleh dipanaskan/direbus dengan menggunakan microwave suhu tinggi.

Pemberian ASI perah dapat menggunakan sendok, sedotan dan cangkir kecil. Hindarkan penggunaan dot karena akan menimbulkan resiko bayi bingung puting(Depkes, 2007).

Saat memberikan ASI perah, usahakan ibu/pengasuh dalam posisi duduk dengan nyaman, peganglah bayi tegak lurus/setengah tegak dipangkuan Ibu/pengasuh, peganglah sendok dan sentuhkan ke ujung bibir bayi. Untuk bayi yang telah bisa minum ASI dengan menggunakan sendok, dapat diganti dengan menggunakan gelas berukuran kecil, bayi akan mengisap/menjilat ASI, tumpahkan sedikit demi sedikit ke mulut bayi, jangan menuang ASI ke mulut bayi, setelah bayi mendapat cukup ASI, pegang bayi dalam posisi tegak untuk disendawakan (Roesli, 2005).

9. Masalah yang sering muncul selama Laktasi 9.1.Masalah pada bayi

a. Bayi Menangis

Menangis untuk bayi adalah cara berkomunikasi dengan orang-orang

disekitarnya. Karena itu bila bayi sering menangis perlu dicari

(52)

b. Bayi Bingung Puting

Bingung puting (Nipple Confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi

karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan

menyusu pada ibu.

c. Bayi premature dan bayi kecil (berat badan lahir rendah)

Bayi kecil, premature atau dengan berat badan lahir rendah mempunyai masalah menyusui karena reflek menghisapnya masih relatif lemah. Oleh karenanya bayi kecil justru harus cepat dan lebih sering dilatih menyusu. Berikan sesering mungkin walau waktu menyusunya pendek-pendek. d. Bayi kuning (ikterik)

Kuning dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari. Bayi kuning lebih sering terjadi dan lebih sering kasusnya pada bayi-bayi yang tidak mendapat ASI cukup. Warna kuning disebabkan kadar bilirubin yang tinggi dalam darah (hiperbilirubinemia), yang dapat terlihat pada kulit dan sklera (putih mala). Untuk mencegah agar warna kuning tidak lebih berat, bayi membutuhkan lebih banyak menyusui, sehingga harus dilakukan menyusui dini dan susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi.

e. Bayi kembar

(53)

f. Bayi sakit

Sebagian kecil dari bayi yang sakit, dengan khusus tidak diperbolehkan mendapatkan makanan peroral, tetapi apabila sudah diperbolehkan maka ASI harus terus diberikan. Bahkan penyakit-penyakit tertentu justru harus diperbanyak yaitu minimal 12 kali dalam 24 jam. Misalnya pada diare, pnumonia, TBC dan lain-lain. Bila bayi sudah menghisap, maka ASI peras dapat diberikan dengan cangkir atau dengan pipa nosogastrik. g. Bayi sumbing (dari celah palatum atau langit-langit)

Pendapat bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu adalah tidak benar.

Bila sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) ataupun bila termasuk

pallatumdurum (langit-langit keras), bayi dengan posisi tertentu masih

dapat menyusu tanpa kesulitan.

h. Bayi yang memerlukan perawatan

Bila bayi sakit dan memerlukan perawatan padahal bayi masih menyusu

pada ibunya, sebaiknya bila ada fasilitas ibu ikut dirawat agar pemberian

ASI tetap dapat dilanjutkan, seandainya hal ini tidak memungkinkan

maka ibu dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan dalam

lemari es untuk kemudian sehari sekali diantar ke rumah sakit didalam

termos es (Kristiyansari, 2009).

9.2.Masalah Pada Ibu

a. Masalah Menyusui Masa Antenatal (Perinasia, 2004)

(54)

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa ASI kurang. Ini biasanya disebabkan petugas kesehatan tidak memberikan informasi saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Informasi yang perlu disampaikan kepada ibu hamil antara lain meliputi: fisiologi laktasi, keuntungan pemberian ASI, keuntungan rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar, kerugian pemberian susu formula dan menunda pemberian makanan lainnya sampai bayi berusia 6 bulan.

Puting susu yang datar atau terbenam saat kehamilan sebenarnya tidak menjadi masalah, karena ibu masih tetap bisa menyusui bayinya. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan isapan langsung yang kuat dari bayi. Jadi ibu tidak perlu melakukan apa-apa, tinggal tunggu saja sampai bayi lahir dan lakukan skin to skin kontak serta biarkan bayi mengisap sedini mungkin pasca melahirkan.

b. Masalah Menyusui Pasca Persalinan

Pada masa ini, masalah yang sering muncul antara lain : puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan masitis atau abses.

i.Puting susu lecet

(55)

diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2x24 jam, selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa, payudara dapat dicuci sekali sehari dan tidak dibenarkan menggunakan sabun.

ii.Payudara Bengkak

Payudara yang bengkak biasanya ditandai dengan payudara udem, sakit, puting kencang kulit mengkilat walau tidak merah dan bila diperiksa ASI tidak keluar. Badan bisa deman setelah 24 jam. Pembengkakan ini sering terjadi karena peningkatan produksi ASI, terlambat menyusu dini, perlekatan kurang baik, ASI kurang sering dikeluarkan atau mungkin ada pembatasan waktu menyusui. Jadi hal yang perlu dilakukan adalah melakukan menyusui dini, perlekatan yang baik dan menyusui “on demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila bayi tidak

dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar mengurangi ketegangan. iii. Masitis atau Abses Payudara

(56)

c. Masalah menyusui Masa Pasca Persalinan Lanjut

Yang termasuk masalah dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang serta ibu bekerja. Sindrom ASI kurang nyatanya sering tidak benar-benar kurang. Kita harus dapat menemukan tanda-tanda ASI kurang antaranya, bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering sekali menyusu, bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu, tinja bayi keras kering atau berwarna hijau serta payudara tidak membesar selama kehamilan.

(57)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Pemberian ASI memiliki banyak manfaat baik bagi bayi, ibu maupun keluarga. Namun faktanya, pelaksanaan pemberian ASI belum terlaksana dengan baik, khususnya dari segi waktu pemberian ASI dan lamanya bayi mendapatkan ASI dengan alasan utama kurangnya pengetahuan ibu dan ibu harus kembali bekerja, sehingga diperlukan manajemen laktasi yang baik juga.

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka peneliti merumuskan kerangka penelitian sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Pemberian ASI oleh Ibu dan

Manajemen Laktasi pada bayi di PTPN IV Kebun Bah

Butong

Pemberian ASI berdasarkan  Waktu Pemberian ASI  Lama pemberian ASI

Manajemen Laktasi meliputi :  Masa Kehamilan

(58)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional N

o

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pemberian

Dikatakan tidak baik jika : 1. Tidak memberikan ASI

segera setelah lahir 2. Tidak memberikan ASI

sesuai keinginan bayi atau memberikan ASI lebih dari 3 jam sekali

Disebut baik jika:

Mendapat ASI eksklusif sampai dengan usia 4-6 bulan dan tetap diberi ASI sampai usia 2 tahun Disebut tidak

baik jika:

Tidak diberikan ASI eksklusif sampai usia 4-6 bulan dan tidak diberikan ASI sampai usia 2 tahun

Ordinal

(59)

2 Manajemen b. Segera setelah lahir :

melakukan inisiasi Dikatakan tidak baik jika :

a. Masa kehamilan : tidak melakukan pemeriksaan payudara

(60)

40

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pemberian ASI yang dilakukan ibu dan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong. 2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi merupakan sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini keseluruhan ibu yang memiliki bayi usia sekitar 2-2,5 tahun di PTPN IV Kebun Bah Butong yang berjumlah 62 orang.

2.2 Sampel

Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh bagian dari populasi dijadikan sebagai sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 2-2,5 tahun di PTPN IV Kebun Bah Butong yaitu 62 orang. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(61)

4. Pertimbangan Etik

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak dan menjamin kerahasiaan identitas responden. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan juga persetujuan dari Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong. Beberapa pertimbangan etik yang perlu diperhatikan untuk menghargai hak asasi manusia dalam penelitian ini antara lain : 1) memberi kebebasan kepada calon responden untuk ikut/tidak menjadi responden. Setelah peneliti memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian, peneliti harus menanyakan kesediaan calon responden,apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian ini. 2) menandatangani informed consent. Jika calon responden mengatakan bersedia untuk menjadi peserta penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang salah satu isinya mencantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu. 3) menjaga kerahasiaan identitas responden. Peneliti tidak mencantumkan identitas responden (anonymity) dalam lembar pengumpulan data dan menjaga kerahasian informasi responden (confidentiality) .

5. Instrumen Penelitian

(62)

5.1. Data Demografi

Kuesioner data demografi hanya digunakan untuk menggambarkan karakteristik ibu atau responden yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, suku dan jumlah anak.

5.2. Pemberian ASI oleh ibu

Kuesioner pemberian ASI oleh ibu dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini terdiri dari 8 pertanyaan, 3 pertanyaan tertutup dan 5 pertanyaan terbuka dan dibagi atas 4 pertanyaan tentang waktu pemberian ASI dan 4 pertanyaan tentang lama waktu menyusui bayi. Kuesioner pemberian ASI ini dinilai dari setiap item pertanyaan dan dibagi menjadi dua kategori baik dan tidak baik. Kuesioner pemberian ASI berdasarkan waktu pemberian ASI dikatakan baik jika 1) memberikan ASI segera setelah lahir; 2) memberikan ASI sesuai keinginan bayi atau memberikan ASI setiap 2-3 jam sekali. Dikatakan tidak baik jika 1) tidak memberikan ASI segera setelah lahir; 2) tidak memberikan ASI sesuai keinginan bayi atau tidak memberikan ASI lebih dari 3 jam sekali.

Kuesioner pemberian ASI berdasarkan lamanya waktu menyusui dikatakan baik, jika 1) mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan; 2) tetap diberi ASI sampai usia 2 tahun, dikatakan tidak baik jika, 1) tidak mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan; 2) tidak diberikan ASI sampai usia 2 tahun.

5.3. Kuesioner Manajemen Laktasi

(63)

kuesioner ini dinilai berdasarkan setiap item pertanyaan dan dibagi menjadi dua kategori yaitu baik dan tidak baik. Kuesioner dikatakan baik jika 1) masa kehamilan: ibu pernah melakukan pemeriksaan payudara; 2) segera setelah lahir: melakukan inisiasi menyusu dini; 3) pasca melahirkan: Melakukan konseling dengan petugas kesehatan terkait masalah laktasi, melakukan perawatan payudara, dapat mengeluarkan ASI saat payudara penuh atau saat akan bekerja, menyimpan ASI di tempat yang aman sesuai dengan suhu dan waktu penyimpanan, memberikan ASI perah dengan menggunakan cangkir atau sendok. Dikatakan tidak baik jika 1) masa kehamilan: tidak melakukan pemeriksaan payudara; 2) segera setelah lahir: tidak melakukan inisiasi menyusu dini; 3) pasca melahirkan: Tidak melakukan konseling dengan petugas kesehatan terkait masalah laktasi, tidak melakukan perawatan payudara, tidak dapat mengeluarkan ASI saat payudara penuh atau saat ibu akan bekerja, menyimpan ASI melewati batas waktu yang ditentukan, memberikan ASI perah menggunakan dot.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1. Validitas

(64)

salah seorang dosen yang sudah berpengalaman di bidang keperawatan maternitas di Fakultas Keperawatan USU yaitu ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns dan sudah dinyatakan valid dengan beberapa perbaikan.

6.2. Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sama. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputerisasi dengan menggunakan cronbach Alpha.

Instrumen dikatakan reliabel jika koefisien alpha > 0.7 (Polit & Beck, 2004).Uji reliabel pada penelitian ini dilakukan kepada 10 ibu yang memiliki anak berusia 2-2,5 tahun yang di Kebun Sidamanik. Nilai alpha untuk instrumen pemberian ASI adalah 0,76 dan instrumen manajemen laktasi memiliki nilai alpha 0,83. Instrumen pemberian ASI dan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong adalah reliabel.

7. Pengumpulan Data

(65)

bersedia membantu peneliti untuk menyebarkan kuesioner kepada responden; 5) menjelaskan kepada responden tentang prosedur dan manfaat penelitian; 6) peneliti meminta kesedian responden untuk mengikuti kegiatan penelitian; 7) setelah mendapat persetujuan dari responden, maka pengumpulan data dimulai. Peneliti dibantu oleh 2 orang petugas kesehatan yang ada di posyandu dalam hal penyebaran kuesioner dan pengumpulan data.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap berikut : Pertama Editing, peneliti mengecek kelengkapan data dan isian data yaitu data demografi yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak serta kelengkapan isi kuesioener. Kedua Coding, peneliti memberikan kodeatas semua jawaban responden untuk pengolahan data dengan menggunakankomputerisasi dan ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Ketiga, tabulasi data dengan memberikan skor (scoring) pada setiap item pertanyaan. Data lalu dianalisa dengan menggunakan sistem komputerisasi untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan persentase.

(66)

46

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan mengenai gambaran pemberian ASI oleh ibu dan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong. Pengambilan data ini dilakukan pada bulan Juni 2015. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 62 orang ibu yang memiliki anak berumur 2-2,5 tahun keatas. Berikut akan diuraikan karakteristik demografi responden dan gambaran pemberian ASI oleh Ibu dan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong.

1.1. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini seluruh responden adalah ibu-ibu yang memiliki bayi berusia 2-2,5 tahun di PTPN IV Kebun Bah Butong. Deskripsi karakteristik responden terdiri atas usia, pendidikan, suku, pekerjaan dan jumlah anak.

(67)

Tabel 5.1 Karakteristik demografi Ibu yang memberikan ASI dan melaksanakan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong.(n=62)

Karakteristik Frekuensi Persentase

(68)

Untuk lamanya bayi mendapatkan ASI, sebanyak 28 responden (45,2%) menjawabmemberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6 bulan, 29 orang (46,8%) menjawab sudah memberikan susu formula pada usia 5-6 bulan, 24 orang (38,7%) sudah memberikan makanan pendamping ASI seperti pisang atau bubur pada usia 5-6 bulan, dan sebanyak 29 orang responden (46,8%) menjawab bahwa bayinya mendapat ASI sampai usia 12-17 bulan.

Tabel 5.2 GambaranPemberian ASI oleh Ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong (n=62)

1. Waktu mulai menyusui bayi setelah lahir Segera setelah lahir

(69)

6. Riwayat pemberian susu formula

7. Riwayat pemberian makanan pendamping selain ASI seperti pisang atau bubur

1-4 bulan 5-6 bulan 7-9 bulan 10-12 bulan

8. Riwayat lamanya mendapatkan ASI 5-11 bulan

(70)

Tabel 5.3 Gambaran Manajemen Laktasi pada Ibu di PTPN IV Kebun Bah

1. Riwayat perawatan payudara saat hamil Dilakukan 3. Riwayat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

yang dilakukan oleh petugas kesehatan Dilaksanakan 6. Riwayat konseling dengan petugas kesehatan

mengenai masalah Ibu dalam hal menyusui Dilakukan

(71)

hangat dan 17 responden (62,9%) memberikan ASI perah tersebut dengan menggunakan dodot.

Tabel 5.4 Gambaran Cara Pemberian ASI perah oleh Ibu yang memberikan ASI perah pada bayi (n=27)

Teknik pemberian ASI Perah

Pernyataan Frekuensi

Direndam dalam rendaman air hangat

2

Gambar

Tabel 2.1 Daya Simpan ASI Perah
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Karakteristik demografi Ibu yang memberikan ASI dan melaksanakan manajemen laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong.(n=62)
Tabel 5.2 GambaranPemberian ASI oleh Ibu di PTPN IV Kebun Bah Butong (n=62)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terkadang dalam sebuah jurnal yang mendapatkan rating rendah (pada bagian lain di bab ini akan diperkenalkan istilah impact factor ), terdapat satu atau dua paper yang

Dari Pasal 28 (2) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tersebut dapat ditafsirkan bahwa terhadap suami istri yang bertindak dengan niat baik dalam arti

Konsentrasi asam sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa

Ekstrak tumbuhan siam dan teki lebih efektif dibadingkan dengan ekstrak babadotan, dan alang-alang dalam menekan keparahan penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar

In Part 1 of this activity, you will use Packet Tracer (PT) Simulation mode to generate web traffic and examine HTTP. Step 1: Switch from Realtime to Simulation mode. In

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Karang, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta pada 40 lanjut usia, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan

Toblot; yong nongandung zat berkhasiat yang sufcor larut niton honour lobih copat dibondingkon tablet borioi zat borkhnsiot yang nudnh larut* Ini disobobkan sat yong «m-.. kar

sudah dapat membentuk emulsi stabil dengan tipe yang dikehendaki (A/M. atau M/A) (Lachman et al