• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

8. Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja

Salah satu alasan ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif adalah ibu harus kembali bekerja. Bekerja dan tetap memberikan ASI pada bayi merupakan tantangan besar karena perlu proses adaptasi antara ibu dan bayi. Apabila ibu memiliki komitmen untuk tetap menyusui bayinya, bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI Eksklusif

Secara idealnya, setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”, sehingga ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan dapat menyusui setiap beberapa jam. Namun, bila tidak memungkinkan hal lain yang bisa dilakukan ibu adalah dengan memberikan

ASI perah/pompa pada bayi saat ibu bekerja. Oleh karena itu perlu kebijakan dari perusahaan untuk memfasilitasi ibu dengan memberikan ruangan khusus tempat ibu memerah ASI-nya (Roesli, 2000). WHO (2014) juga setuju dan sudah membuat kebijakan yang ditujukan kepada perusahaan yang mempekerjakan wanita dalam perusahaannya, agar kepada wanita yang dipekerjakan diberi waktu untuk cuti hamil, pengaturan kerja paruh waktu, diberi fasilitas ruangan tempat penitipan anak agar ibu dapt menyusui bayinya serta fasilitas ruangan tempat ibu memerah ASI dan menyimpan ASI

Jika perusahaan juga tidak menyediakan ruangan khusus untuk ibu memerah ASI, berarti ibu harus memerah ASI-nya sebelum berangkat kerja. Semua ibu dapat belajar memerah ASI. Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan dan pompa ASI (Roesli, 2000).

8.1.Pengeluaran ASI

Pengeluaran ASI secara alamiah dapat melegakan bayi dan mengosongkan payudara ibu. Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka ASI harus dikeluarkan sebelum menyusui, jika tidak akan menyebabkan bayi tersedak dan enggan menyusu. Selain itu, pengeluaran ASI sebelum menyusui juga mempunyai manfaat lain, antaranya, 1) untuk memberi ASI pada bayi yang berat lahir rendah atau bayi sakit yang lemah sehingga tidak dapat minum langsung pada ibu. ASI dapat diberikan melalui sonde, pipet atau sendok; 2)menghilangkan bendungan ASI, sehingga payudara tetap nyaman dan kelenturan puting susu tetap terjaga; 3)menghilangkan tetesan/rembesan, karena memerah ASI dapat mengurangi tekanan pada payudara (Roesli, 2000).

Tindakan pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Soetjiningsih, 1997) :

A. Pengeluaran ASI dengan tangan; cara ini lazim digunakan karena praktis dan tidak membutuhkan sarana. Langkah-langkahnya adalah: 1) tangan dicuci sampai bersih, 2) menyediakan cangkir/gelas bertutup yang sudah dibersihkan dengan air mendidih, 3) payudara dikompres dengan handuk yang hangat dan di massage dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke areola payudara, 4)

massage daerah areola bagian atas dengan ibu jari, dan sisi lain dengan jari telunjuk, kemudian daerah areola ditekan ke arah dada, 5) peras daerah areola payudara dengan ibu jari dan jari telunjuk, hindari penekanan puting karena akan menyebabkan nyeri atau lecet, 6) ulangi tindakan tekan-peras-lepas sampai ASI keluar, 7) ulangi semua gerakan pada semua sisi sekitar areola payudara untuk memastikan bayi ASI sudah diperas dari semua segmen payudara.

B. Pengeluaran ASI menggunakan pompa; Indikasi pengeluaran ASI menggunakan pompa bila payudara bengkak/terbendung dan puting susu nyeri serta ASI benar-benar penuh, namun pada payudara yang lunak akan sedikit sulit. Langkah-langkahnya adalah berikut :1) tekan bola karet yang terdapat pada pompa untuk mengeluarkan udara, 2) ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan puting tepat ditengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit ibu, 3) bola karet dilepas agar areola dan puting payudara tertarik ke dalam, 4) tekan dan lepas karet bola beberapa kali, hingga ASI keluar dan

terkumpul pada lekukan penampung sisi tabung, 5) setelah selesai atau akan dipakai, cuci terlebih dahulu alat dengan air mendidih.

8.2.Penyimpanan ASI

ASI yang sudah dikeluarkan dapat disimpan dengan aman dan dapat digunakan dikemudian hari saat ayah atau pengganti ibu yang memberi makan bayinya. (Soetjiningsih, 1997).ASI yang sudah didinginkan dan akan dipakai tidak boleh direbus, karena akan menurunkan kualitas kekebalannya, cukup didiamkan dalam beberapa saat pada suhu kamar agar tidak terlalu dingin. Quan, et al (1992 dalam Wong, et al.,2008) menjelaskan bahwa mencairkan ASI beku dengan

microwave suhu tinggi (72-980C) akan menyebabkan zat anti-infeksi ASI tidak berfungsi lagi.

Tabel 2.1 Daya Simpan ASI Perah

ASI Suhu Ruangan Lemari Es/Kulkas Freezer ASI yang baru

saja diperas (ASI Segar) Kolostrum : 12- 24 jam dalam suhu <250C Asi matang : 4-6 jam pada suhu 250C

3-8 hari dengan suhu 0- 40C

Simpan di bagian paling belakang kulkas-paling dingin dan tidak terpengaruh dengan suhu luar

2 minggu dalam freezer 1 pintu

3-4 bulan dalam freezer 2 pintu

6-12 bulan pada freezer khusus yang sangat dingin (-180C)

ASI perah beku- dicairkan dalam lemari es dan belum

dihangatkan

Tidak lebih dari 4 jam

Dapat disimpan sampai dengan 24 jam

Jangan masukkan kembali ke dalam freezer

ASI perah yang sudah dicairkan dengan air hangat Langsung diminum sekaligus

Dapat disimpan selama 4 jam

Jangan masukkan kembali ke dalam freezer

ASI perah yang sudah diminum

Dibuang Dibuang Dibuang

8.3.Pemberian ASI Perah

Untuk memberikan ASI perah kepada bayi, gunakan ASI perah secara berurutan dari jam ASI paling awal. Jika ASI sudah membeku, maka cairkan ASI terlebih dahulu. ASI cukup didiamkan dalam beberapa saat pada suhu kamar dan dihangatkan dengan mengaliri air hangat atau direndam di dalam air hangat, dan tidak boleh dipanaskan/direbus dengan menggunakan microwave suhu tinggi.

Pemberian ASI perah dapat menggunakan sendok, sedotan dan cangkir kecil. Hindarkan penggunaan dot karena akan menimbulkan resiko bayi bingung puting(Depkes, 2007).

Saat memberikan ASI perah, usahakan ibu/pengasuh dalam posisi duduk dengan nyaman, peganglah bayi tegak lurus/setengah tegak dipangkuan Ibu/pengasuh, peganglah sendok dan sentuhkan ke ujung bibir bayi. Untuk bayi yang telah bisa minum ASI dengan menggunakan sendok, dapat diganti dengan menggunakan gelas berukuran kecil, bayi akan mengisap/menjilat ASI, tumpahkan sedikit demi sedikit ke mulut bayi, jangan menuang ASI ke mulut bayi, setelah bayi mendapat cukup ASI, pegang bayi dalam posisi tegak untuk disendawakan (Roesli, 2005).

9. Masalah yang sering muncul selama Laktasi

Dokumen terkait