• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Sub DAS Waduk Jatiluhur

Secara administratif waduk Jatiluhur terletak pada sub DAS Waduk Jatiluhur Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Bendungan Jatiluhur atau disebut juga waduk Ir. H. Djuanda adalah bendungan terbesar di Indonesia. Sub DAS ini memiliki luas 306 km2 dan terletak pada 6̊ 29’ 4“ LS - 6̊ 39’ 5 “ LS dan 107˚ 16’ 53“ BT - 107˚ 24’ 41“ BT. Pada bagian Utara, Sub DAS

berbatasan dengan Kecamatan Ciampel Kabupaten Bekasi, bagian Selatan berbatasan dengan Bendungan Cirata, bagian Barat berbatasan dengan Gunung Sanggabuana dan bagian Timur berbatasan dengan Kota Purwakarta.

Sumber: Pengelolaan Pengendalian Data & Alokasi Air (PPDAA) PJT II 2014

Analisis Curah Hujan

Wilayah Sub DAS Waduk Jatiluhur memperoleh aliran air masuk lokal (AML) dari Sungai Cisomang dan Sungai Cilalawi, selain juga dari outlet waduk Cirata (karena bersistem Kaskade). Menurut laporan pemeruman waduk Jatiluhur tahun 2000, AML menyumbangkan 14% dari total sedimentasi dengan kisaran debit sedimen sebesar 634 ton/hari (PPPTSDA, 2000). Debit rata- rata bulanan aliran air masuk total (AMT) selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Debit air masuk total (AMT) rata- rata bulanan tahun 2004-2013

Sumber: Pengelolaan Pengendalian Data & Alokasi Air (PPDAA) PJT II 2014

Untuk mengetahui laju erosi dan sedimentasi pada waduk, langkah pertama yang dilakukan adalah mengetahui data hujan. Data hujan yang digunakan adalah data curah hujan tahunan yang ditangkap sub DAS Waduk Jatiluhur dari tahun 2004-2013. Pada tahun 2006 dan 2007 terdapat banyak data curah hujan yang hilang dan tidak tercatat sehingga data pada dua tahun tersebut tidak dimasukkan. Curah hujan tahunan tersebut terukur oleh 3 stasiun cuaca yang berada di sekitar DAS Waduk Jatiluhur. Stasiun- stasiun cuaca tersebut adalah stasiun cuaca Tegalwaru, Cilentah, dan Karangtoman (Gambar 6).

Tabel 7 Curah hujan tahunan (mm) pada 3 stasiun cuaca

Sumber: Pengelolaan Pengendalian Data & Alokasi Air (PPDAA) PJT 2014

Data curah hujan harus dapat mewakili keadaan cuaca yang terjadi selama 8 tahun terakhir pada sub DAS tersebut. Oleh karena itu data curah hujan yang terukur di 3 stasiun pengamat hujan tersebut harus diubah menjadi data curah hujan

Tahun Bulan (m 3/detik) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2004 141,79 201,78 204,43 188,14 168,30 95,27 120,83 77,39 146,40 142,80 103,49 172,92 2005 153,49 233,44 234,48 294,93 179,39 186,54 109,35 175,73 135,41 145,51 130,05 185,61 2006 166,98 185,15 159,29 130,33 106,19 109,77 131,19 91,72 73,05 66,47 26,11 188,19 2007 91,55 226,33 161,30 200,29 147,28 145,39 117,49 96,16 78,70 98,33 240,53 217,52 2008 158,81 98,19 192,43 247,52 149,11 67,70 106,62 103,92 122,07 91,66 253,83 335,89 2009 113,97 173,88 247,73 232,38 211,60 186,64 147,29 101,90 104,86 142,72 195,27 179,26 2010 167,30 344,39 477,10 255,45 315,71 239,55 219,35 231,74 319,35 415,09 379,75 364,01 2011 235,78 108,60 50,36 47,49 201,24 201,30 152,93 83,65 79,70 97,14 246,21 189,69 2012 130,31 144,02 178,40 225,66 118,60 125,37 93,98 74,47 69,73 119,97 217,93 337,03 2013 281,53 354,75 143,11 409,72 293,55 177,18 268,90 197,38 157,55 163,01 125,97 254,41

Tahun Tegalwaru Cilentah Karangtoman

2004 1.821 854 779 2005 2.392 665 789 2008 3.295 1.640 1.225 2009 5.827 2.092 1.269 2010 3.847 2.285 1.240 2011 2.606 1.029 814 2012 1.996 1.176 548 2013 3.114 1.062 1.531

daerah yang mempertimbangkan setiap data curah hujan tahunan pada masing- masing stasiun beserta luasan daerah cakupannya. Curah hujan rata- rata dihitung dengan menggunakan metode Poligon Thiessen. Gambar 6 menunjukkan wilayah pengamatan dari masing- masing stasiun, sedangkan Tabel 8 menunjukkan letak koordinat stasiun dan cakupan luasan setiap stasiun. Pembagian wilayah ini dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS versi 10 dan AutoCAD 2010 ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 8 Letak koordinat stasiun dan luasan wilayahnya (Gambar 6)

Setelah dilakukan perhitungan dengan metode Poligon Thiessen (persamaan 2) diperoleh curah hujan rata- rata tahunan seperti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Rata- rata curah hujan tahunan (mm)

No Stasiun Cuaca Letak Luas

(ha)

LS BT

1 Tegalwaru 6˚ 31' 39" 107˚ 14' 25" 14.387 2 Cilentah 6˚ 30' 80" 107˚ 23' 38" 9.757 3 Karangtoman 6˚ 41' 33" 107˚ 25' 12" 6.456

Total Sub DAS 30.600

Tahun Curah Hujan (mm)

2004 1.292,82 2005 1.503,13 2008 2.330,56 2009 3.674,42 2010 2.798,92 2011 1.725,09 2012 1.429,04 2013 2.125,73 Rata-rata (Y) 2.109,96

Gambar 6 Analisis curah hujan dengan metode Poligon Thiessen Skala 1:150.000

Selanjutnya nilai Y sebesar 2.109,96 mm diubah menjadi nilai faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan (R). Dengan memasukkan nilai Y ke persamaan (3) sehingga didapatkan nilai R sebesar 788,08 N/h. Perhitungan curah hujan dan nilai R dapat dilihat pada Lampiran 5.

Laju Erosi dan Sedimentasi pada Sub DAS

Perhitungan laju erosi dengan persamaan USLE dimulai dengan menentukan variabel- variabel seperti tata guna lahan, kemiringan lereng, dan jenis tanah. Besarnya luasan dari masing- masing variabel tersebut harus dihitung dengan proses digitasi menggunakan software ArcGIS versi 10. Proses digitasi dan peta hasil digitasi secara lengkap dijelaskan pada Lampiran 6 dan 7. Berdasarkan proses digitasi, daerah waduk merupakan tutupan lahan tertinggi dengan persentase sebesar 23,42% total luas sub DAS Waduk Jatiluhur. Berdasarkan Laporan Akhir Pemeruman Waduk Ir. H. Djuanda PPDAA PJT II tahun 2000, perluasan area perkebunan berasal pemilik lahan yang berkebunan pisang di daerah Pasir Gombong (PPPTSDA, 2000). Peta tutupan lahan sub DAS Waduk Jatiluhur dapat dilihat pada Lampiran 8.

Pada kemiringan lereng 0-5%, lahan didominasi oleh persawahan sebesar 1.832,17 ha dengan lahan terkecil yaitu hutan sebesar 415,06 ha. Pada kemiringan lereng 5-15% lahan didominasi oleh perkebunan sebesar 4.007,02 ha. Pada kemiringan lereng 15-35%, 35-50% dan lebih dari 50%, lahan didominasi oleh hutan sebesar 2.806,40 ha, 149,14 ha dan 41,09 ha. Tutupan lahan paling sedikit yang terdapat di kemiringan lereng 5-15%, 15-35%, dan 35-50% adalah permukiman sebesar 662,75 ha, 52,25 ha dan 2,14 ha. Peta sub DAS berdasarkan kemiringan lereng dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 10 Tutupan lahan di sub DAS Waduk Jatiluhur

Tabel 11 Luas tutupan lahan berdasarkan kemiringan lereng

No Jenis Tutupan Lahan (CP) Luas (ha) %

1 Waduk 7.166,31 23,42 2 Perkebunan 6.444,31 21,06 3 Hutan 5.899,07 19,28 4 Tegalan 4.920,81 16,08 5 Persawahan 4.688,55 15,32 6 Permukiman 1.480,95 4,84 Total 30.600,00 100,00 Kemiringan Lereng (%)

Luas berdasarkan jenis tutupan lahan (CP) (ha)

Perkebunan Hutan Tegalan Persawahan Permukiman

0-5 958,71 415,06 812,81 1.832,17 763,81 5-15 4.007,02 2.487,38 3.257,40 2.676,56 662,75 15-35 1.420,92 2.806,40 827,75 176,84 52,25 35-50 57,66 149,14 20,23 2,84 2,14 >50 0 41,09 2,62 0,14 0 Total 6.444,31 5.899,07 4.920,81 4.688,55 1.480,95

Nilai K didapat dengan mencocokkan 9 jenis kombinasi jenis tanah yang ada pada sub DAS Waduk Jatiluhur dengan Tabel 3. Dari 9 jenis kombinasi tanah tersebut, ada 4 jenis kombinasi tanah yang tidak sesuai seluruhnya dengan data yang ada pada tabel. Jenis- jenis kombinasi tanah tersebut adalah yaitu Eutropepts, Tropaquepts (ET); Eutropepts, Tropodults, Tropodulfs (ETT); Tropaquepts, Tropofluvents, Fluvaquents (TTF); dan Tropodults, Dystropepts, Haplorthox (TDH).

Kemudian keempat jenis tanah tersebut kembali dicocokkan pada Tabel 3 dengan pertimbangan jenis kombinasi tanah yang paling mendekati seperti Eutropepts, Tropaquepts (ET) yang serupa dengan Tropaquepts, Tropofluvents, Eutropepts yang mempunyai nilai K sebesar 0,3. Lalu ada Eutropepts, Tropodults, Tropodulfs (ETT) yang serupa dengan Dystropepts, Eutropepts, Tropodulfs dan Dystropepts, Eutropepts, Tropodulfs yang masing- masing memiliki nilai K sebesar 0,3. Kemudian ada Tropaquepts, Tropofluvents, Fluvaquents (TTF) yang serupa dengan Tropaquepts, Tropofluvents, Eutropepts dengan nilai K sebesar 0,3. Terakhir adalah Tropodults, Dystropepts, Haplorthox (TDH) yang serupa dengan Tropodults, Dystropepts dan Tropodults, Dystropepts, Eutropepts yang masing- masing juga memiliki nilai K sebesar 0,3.

Luas total daratan yang merupakan selisih antara luas total sub DAS dan luas kawasan air atau waduk adalah sebesar 23.433,69 ha. Berdasarkan peta jenis tanah yang diolah dengan proses digitasi dari luas daratan tersebut, jenis tanah pada sub DAS Waduk Jatiluhur didominasi oleh kombinasi tanah Dystropepts, Humitropepts, Tropohumults (DHT) dengan persentase sebesar 37,02% sedangkan jenis tanah yang paling kecil persentasenya adalah Dystropepts, Eutropepts, Tropodulfs (DET) dengan 0,13.Seluruh nilai K jenis- jenis tanah yang ada pada sub DAS Waduk Jatiluhur kemudian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Nilai K dan luas masing- masing jenis tanah

Terdapat total 16 jenis kombinasi tanah yang terklasifikasi nilai K-nya dalam laporan tata guna lahan RePPProt (Regional Physical Planning Programme for Transmigration), tahun 1981 dalam Latifah tahun 2010. Sembilan jenis kombinasi tanah diantaranya terdapat pada sub DAS Waduk Jatiluhur. Jenis- jenis tersebut adalah Dystropepts, Eutropepts, Tropodulfs (DET); Eutropepts, Tropaquepts (ET); Tropaquepts, Tropofluvents, Fluvaquents (TTF); Dystropepts, Tropodults, Troporthens (DTT); Tropodults, Dystropepts, Haplorthox (TDH); Eutropepts, Tropodults, Tropodulfs (ETT); Dystropepts, Humitropepts, Tropohumults (DHT);

Jenis tanah K Luas (ha) %

DET 0,30 29,31 0,13 ET 0,30 186,00 0,79 TTF 0,69 276,67 1,18 DTT 0,30 6.317,36 26,96 TDH 0,30 1.933,33 8,25 ETT 0,30 5.419,50 23,13 DHT 0,30 8.674,09 37,02 TDE 0,30 70,06 0,30 ER 0,30 527,37 2,25 Total 23.433,69 100,00

Tropodults, Dystropepts, Eutropepts (TDE); dan Eutropepths, Rendolls (ER). Peta jenis tanah sub DAS Waduk Jatiluhur dapat dilihat pada Lampiran 10, sedangkan luas masing- masing tutupan lahan berdasarkan kemiringan lereng dan jenis tanahnya dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13 Luas lahan hutan dan permukiman berdasarkan kemiringan lereng dan jenis tanah

Tabel 14 Luas lahan persawahan, tegalan dan perkebunan berdasarkan kemiringan lereng dan jenis tanah

Setelah nilai R, K LS, dan CP masing- masing sudah didapatkan, kemudian nilai- nilai tersebut dimasukkan ke dalam perhitungan USLE pada persamaan (1) sehingga dapat ditelusuri nilai laju erosi dalam satuan ton/ha/tahun. Perhitungan

CP LS Luas berdasarkan jenis K (ha)

Total Luas (ha) DET ET TTF DTT TDH ETT DHT TDE ER

Hutan 0-5 0 0 0 54 0 7,26 353,80 0 0 415,06 5-15 0 0 0 407,40 0 141,28 1.938,70 0 0 2.487,38 15-35 0 0 0 675,23 0 148,10 1.983,07 0 0 2.806,40 35-50 0 0 0 68,70 0 5,20 75,24 0 0 149,14 >50 0 0 0 12,47 0 0 28,62 0 0 41,09 Total 0 0 0 1.217,8 0 301,84 4.379,43 0 0 5.899,07 Permukiman 0-5 6,04 0 71,35 66,94 457,31 76,75 83,67 0 1,75 763,81 5-15 1,95 0 0 173,48 21,81 267,61 195,80 0 2,10 662,75 15-35 0,42 0 0 38,54 0,06 6,16 7,07 0 0 52,25 35-50 0 0 0 1,04 0 1,10 0 0 0 2,14 >50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 8,41 0 71,35 280 479,18 351,62 286,54 0 3,85 1.480,95 CP LS

Luas berdasarkan jenis K (ha)

Total Luas (ha) DET ET TTF DTT TDH ETT DHT TDE ER

Persawahan 0-5 3,89 32,79 181,88 284,67 752,69 260,76 315,49 0 0 1.832,17 5-15 0,3 16,01 2,70 767,32 88,8 1.084,45 716,98 0 0 2.676,56 15-35 1,56 0 0 111,07 5,89 21,58 36,74 0 0 176,84 35-50 0 0 0 0,46 0 2,38 0 0 0 2,84 >50 0 0 0 0 0 0,14 0 0 0 0,14 Total 5,75 48,8 184,58 1.163,52 847,38 1.369,31 1.069,21 0 0 4.688,55 Tegalan 0-5 0,53 2,53 0 87,68 42,27 213,02 233,46 48,08 185,24 812,81 5-15 0 9,83 0 609,6 48,49 1.188,44 1.141,6 21,98 237,46 3.257,40 15-35 0 0 0 353,06 0,38 160,66 294,69 0 18,96 827,75 35-50 0 0 0 13,95 0 4,74 1,54 0 0 20,23 >50 0 0 0 2,45 0 0,17 0 0 0 2,62 Total 0,53 12,36 0 1.066,74 91,14 1.567,03 1.671,29 70,06 441,66 4.920,81 Perkebunan 0-5 1,74 30,1 20,74 150,12 368,02 230,87 135,92 0 21,20 958,71 5-15 5,84 82,98 0 1.333,93 116,89 1.502,84 903,88 0 60,66 4.007,02 15-35 7,04 11,76 0 1.050,77 30,72 93,23 227,4 0 0 1.420,92 35-50 0 0 0 54,48 0 2,76 0,42 0 0 57,66 >50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 14,62 124,84 20,74 2.589,3 515,63 1.829,7 1267,62 0 81,86 6.444,31

dengan menggunakan persamaan (1) dapat dilihat pada Lampiran 11. Besarnya laju erosi berdasarkan tiap jenis tutupan lahan, kemiringan lereng dan jenis tanahnya dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16.

Tabel 15 Laju erosi pada lahan hutan dan permukiman di sub DAS Waduk Jatiluhur (ton/ha/tahun)

Tabel 16 Laju erosi pada lahan persawahan, tegalan dan perkebunan di sub DAS Waduk Jatiluhur (ton/ha/tahun)

Berdasarkan Tabel 15 dan 16, total laju erosi yang terjadi pada DAS waduk Jatiluhur pada tahun 2013 adalah sebesar 27.032,66 ton/ha/tahun, sehingga jika dibandingkan dengan kriteria erosi pada Tabel 4, sub DAS Waduk Jatiluhur CP LS Erosi (ton/ha/tahun) Total

erosi DET ET TTF DTT TDH ETT DHT TDE ER

Hutan 0-5 0,00 0,00 0,00 1,77 0,00 1,77 1,77 0,00 0,00 5,32 5-15 0,00 0,00 0,00 8,51 0,00 8,51 8,51 0,00 0,00 25,53 15-35 0,00 0,00 0,00 30,14 0,00 30,14 30,14 0,00 0,00 90,43 35-50 0,00 0,00 0,00 53,20 0,00 53,20 53,20 0,00 0,00 159,59 >50 0,00 0,00 0,00 85,11 0,00 0,00 85,11 0,00 0,00 170,23 Total 0,00 0,00 0,00 178,74 0,00 93,62 178,74 0,00 0,00 451,10 Permukiman 0-5 35,46 0,00 81,57 35,46 35,46 35,46 35,46 0,00 35,46 294,35 5-15 170,23 0,00 0,00 170,23 170,23 170,23 170,23 0,00 170,23 1021,35 15-35 602,88 0,00 0,00 602,88 602,88 602,88 602,88 0,00 0,00 3014,41 35-50 0,00 0,00 0,00 1.063,91 0,00 1.063,91 0,00 0,00 0,00 2127,82 >50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 808,57 0,00 81,57 1.872,48 808,57 1.872,48 808,57 0,00 205,69 6.457,92

CP LS Erosi (ton/ha/tahun) Total erosi DET ET TTF DTT TDH ETT DHT TDE ER

Persawahan 0-5 2,96 2,96 6,80 2,96 2,96 2,96 2,96 0,00 0,00 24,53 5-15 14,19 14,19 32,63 14,19 14,19 14,19 14,19 0,00 0,00 117,74 15-35 50,24 0,00 0,00 50,24 50,24 50,24 50,24 0,00 0,00 251,20 35-50 0,00 0,00 0,00 88,66 0,00 88,66 0,00 0,00 0,00 177,32 >50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 141,85 0,00 0,00 0,00 141,85 Total 67,38 17,14 39,42 156,04 67,38 297,89 67,38 0,00 0,00 712,64 Tegalan 0-5 44,33 44,33 0,00 44,33 44,33 44,33 44,33 44,33 44,33 354,64 5-15 0,00 212,78 0,00 212,78 212,78 212,78 212,78 212,78 212,78 1.489,47 15-35 0,00 0,00 0,00 753,60 753,60 753,60 753,60 0,00 753,60 3.768,01 35-50 0,00 0,00 0,00 1.329,89 0,00 1.329,89 1.329,89 0,00 0,00 3.989,66 >50 0,00 0,00 0,00 2.127,82 0,00 2.127,82 0,00 0,00 0,00 4.255,63 Total 44,33 257,11 0,00 4.468,41 1.010,71 4.468,41 2.340,60 257,11 1.010,71 13.857,40 Perkebunan 0-5 23,64 23,64 54,38 23,64 23,64 23,64 23,64 0,00 23,64 219,87 5-15 113,48 113,48 0,00 113,48 113,48 113,48 113,48 0,00 113,48 794,38 15-35 401,92 401,92 0,00 401,92 401,92 401,92 401,92 0,00 0,00 2.411,52 35-50 0,00 0,00 0,00 709,27 0,00 709,27 709,27 0,00 0,00 2.127,82 >50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 539,05 539,05 54,38 1.248,32 539,05 1.248,32 1.248,32 0,00 137,13 5.553,60

tergolong kriteria “Sangat Buruk” karena masuk dalam kelas V yaitu “Sangat Tinggi” dengan laju erosi lebih dari 1.000 ton/ha/tahun. Kontribusi erosi tertinggi

terdapat pada tegalan dengan laju erosi 13.857,40 ton/ha/tahun, sedangkan laju erosi terendah terdapat pada hutan dengan laju erosi 451,10 ton/ha/tahun. Oleh karena itu, hutan sebagai area konservasi untuk tanah, air dan airtanah harus dijaga karena turut memperlambat laju erosi dan juga sedimentasi. Berdasarkan Tabel 17, laju erosi yang didapatkan adalah sebesar 2.823.638,95 ton/tahun merupakan hasil perkalian laju erosi dalam satuan ton/ha/tahun dengan luasan masing- masing tutupan lahan berdasarkan kemiringan lereng dan jenis tanahnya. Kontribusi erosi tertinggi dan terendah secara berturut- turut berasal dari kawasan tegalan sebesar 1.385.418,34 ton/tahun dan kawasan hutan sebesar 117.933,85 ton/tahun.

Tabel 17 Laju erosi pada sub DAS Waduk Jatiluhur (ton/tahun)

CP LS Erosi (ton/tahun) Total erosi

DET ET TTF DTT TDH ETT DHT TDE ER

Hutan 0-5 0,00 0,00 0,00 95,75 0,00 12,87 627,35 0,00 0,00 735,98 5-15 0,00 0,00 0,00 3.467,49 0,00 1.202,47 16.500,79 0,00 0,00 21.170,75 15-35 0,00 0,00 0,00 20.354,17 0,00 4.464,34 59.777,78 0,00 0,00 84.596,29 35-50 0,00 0,00 0,00 3.654,52 0,00 276,62 4.002,42 0,00 0,00 7.933,56 >50 0,00 0,00 0,00 1.061,35 0,00 0,00 2.435,92 0,00 0,00 3.497,28 Total 0,00 0,00 0,00 28.633,29 0,00 5.956,30 83.344,27 0,00 0,00 117.933,85 Permukiman 0-5 214,20 0,00 5.819,75 2.373,93 16.217,86 2.721,83 2.967,24 0,00 62,06 30.376,88 5-15 331,94 0,00 0,00 29.530,68 3.712,61 45.553,99 33.330,11 0,00 357,47 112.816,80 15-35 253,21 0,00 0,00 23.235,04 36,17 3.713,75 4.262,37 0,00 0,00 31.500,54 35-50 0,00 0,00 0,00 1.106,46 0,00 1.170,30 0,00 0,00 0,00 2.276,76 >50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 799,35 0,00 5.819,75 56.246,12 19.966,65 53.159,87 40.559,72 0,00 419,53 176.970,99 Persawahan 0-5 11,50 96,90 1.236,27 841,29 2.224,42 770,62 932,37 0,00 0,00 6.113,37 5-15 4,26 227,11 88,09 10.884,77 1.259,67 15.383,40 10.170,68 0,00 0,00 38.017,97 15-35 78,37 0,00 0,00 5.580,17 295,91 1.084,18 1.845,82 0,00 0,00 8.884,46 35-50 0,00 0,00 0,00 40,78 0,00 211,01 0,00 0,00 0,00 251,79 >50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19,86 0,00 0,00 0,00 19,86 Total 94,13 324,01 1.324,36 17.347,01 3.780,01 17.469,07 12.948,87 0,00 0,00 53.287,46 Tegalan 0-5 23,49 112,15 0,00 3.886,81 1.873,81 9.443,07 10.349,17 2.131,36 8.211,60 36.031,46 5-15 0,00 2.091,64 0,00 129.711,66 10.317,78 252.878,16 242.911,47 4.676,94 50.527,12 693.114,78 15-35 0,00 0,00 0,00 266.066,55 286,37 121.073,62 222.078,83 0,00 14.288,28 623.793,64 35-50 0,00 0,00 0,00 18.551,90 0,00 6.303,65 2.048,02 0,00 0,00 26.903,57 >50 0,00 0,00 0,00 5.213,15 0,00 361,73 0,00 0,00 0,00 5.574,88 Total 23,49 2.203,80 0,00 423.430,06 12.477,96 390.060,24 477.387,49 6.808,30 73.027,00 1.385.418,34 Perkebunan 0-5 41,14 711,64 1.127,79 3.549,20 8.700,88 5.458,32 3.213,48 0,00 501,22 23.303,65 5-15 662,74 9.416,86 0,00 151.379,07 13.265,09 170.547,57 102.575,48 0,00 6.883,91 454.730,73 15-35 2.829,52 4.726,59 0,00 422.326,32 12.347,01 37.471,08 91.396,79 0,00 0,00 571.097,30 35-50 0,00 0,00 0,00 38.641,14 0,00 1.957,59 297,89 0,00 0,00 40.896,62 >50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total 3.533,40 14.855,09 1.127,79 615.895,73 34.312,97 215.434,56 197.483,64 0,00 7.385,13 1.090.028,31 Total 2.823.638,95

Setelah mendapatkan nilai laju erosi, kemudian laju sedimentasi yang terjadi dapat ditelusuri dengan persamaan SDR. Langkah pertama adalah menentukan nilai dari SDR itu sendiri dengan mencocokkan besar luas sub DAS ke dalam Tabel 5. Dengan luas sub DAS sebesar 30.600 ha, maka luas sub DAS dalam tabel berada di antara luas 20.000 dan 50.000 ha dengan nilai persentase SDR di antara 8,5% dan 11%. Oleh karena itu setelah dilakukan perhitungan dengan metode interpolasi, maka didapatkan nilai persentase SDR sub DAS Waduk Jatiluhur adalah sebesar 10,11%. Langkah selanjutnya adalah memasukkan data nilai laju erosi dan persentase SDR pada persamaan (5) sehingga didapatkan nilai laju sedimentasi sebesar 285.469,89 ton/tahun. Untuk merubah laju sedimen dari satuan ton/tahun menjadi m3/tahun, maka data laju sedimentasi harus dibagi oleh massa jenis tanah sedimen. Berdasarkan Wikandinata dan Adinugroho (2007), tanah yang terdapat dalam sedimen adalah jenis tanah lempung yang memiliki massa jenis sebesar 1,5

ton/m3 sehingga laju sedimentasi yang telah diubah satuannya menjadi 190.313,26 m3/tahun. Perhitungan laju sedimentasi dengan persamaan SDR dapat

dilihat pada Lampiran 12.

Laju Sedimentasi dengan Pendekatan Sistem Kaskade

Berdasarkan Basiran et al. (2014), inflow waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur sampai tahun 2014 ini secara berturut- turut adalah 2.563.000.000 m3/tahun, 2.543.000.000 m3/tahun dan 649.000.000 m3/tahun. Dengan memasukkan data inflow waduk- waduk tersebut ke persamaan (8), maka dapat diketahui volume endapan per tahun yang masuk waduk Jatiluhur dari DAS Citarum hulu adalah sebesar 2.758.922,1 m3/tahun. Perhitungan laju sedimentasi waduk Jatiluhur dengan pendekatan sistem kaskade dapat dilihat pada Lampiran 13. Peta perkiraan umum konsentrasi sedimen pada waduk Jatiluhur dapat dilihat pada Lampiran 14.

Tabel 18 Evaluasi laju sedimentasi

Laju sedimentasi setiap hektar yang didapat dari dua perhitungan menunjukkan selisih yang relatif kecil yaitu 0,22 m3/tahun/ha. Perbedaan perhitungan hasil antara metode USLE dan pendekatan sistem kaskade dalam mengukur laju sedimentasi pada waduk Jatiluhur adalah sebesar 3,54%.

Usia Manfaat Waduk

Dead storage pada waduk Jatiluhur adalah volume waduk pada elevasi 75 m. Oleh karena itu untuk mengetahui volume tersisa dead storage pada tahun 2000, angka 75 dimasukkan ke persamaan (7) sehingga didapatkan volumenya sebesar 578.900.000 m3. Maka dengan membagi volume dead storage dengan laju sedimentasi oleh pendekatan sistem kaskade dengan persamaan (5), maka usia manfaat waduk Jatiluhur (terhitung dari tahun 2000) adalah 209 tahun. Dengan kata

DAS Luas (ha) Laju sedimentasi

m3/tahun m3/tahun/ha Sub DAS Waduk Jatiluhur 30.600 190.313,26 6,22

lain bila dihitung mulai tahun 2014 dan dengan asumsi inflow serta tutupan lahan pada sub DAS yang relatif tetap, maka waduk masih mampu beroperasi dengan optimal selama 195 tahun lagi. Perhitungan usia manfaat waduk dapat dilihat pada Lampiran 15.

Dokumen terkait