• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua yang diperoleh melalui pengumpulan data pada bulan April – Mei 2016 dan menggunakan kuesioner terhadap 85 orang responden yaitu mahasiswa program profesi Ners di STIKES Delihusada Delitua. Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

5.1.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 85 orang, yaitu mahasiswa yang menjalani program profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua. Usia responden dalam rentang 21-25 tahun dengan frekuensi masing-masing usia yaitu usia 21 tahun 2 orang (2,4%), usia 22 tahun 20 orang (23,5%), usia 23 tahun 50 orang (58,8%), usia 24 tahun 12 orang (14,1%), usia 25 tahun 1 orang (1,2 %). Jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 72 orang (84,7%) dan laki-laki sebanyak 13 orang (15,3%). 42 orang ( 49,4%) responden beragama islam, dan 43 orang (50,6%) beragama non islam (Kristen katolik dan protestan). Kemudian sebanyak 25 orang (29,4%) responden tinggal bersama orang tua, 53 orang (62,4%) responden tinggal sendiri, dan 7 orang (8,2%) responden tinggal bersama saudaranya (Tabel 5.1).

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (n= 85)

Karakteristik frekuensi (n) Persentase (%) Usia 21 tahun 2 2,4 22 tahun 20 23,5 23 tahun 50 58,8 24 tahun 12 14,1 25 tahun 1 1,2 Jenis Kelamin Perempuan 72 84,7 Laki-laki 13 15,3 Agama Islam 42 49,4 Non Islam 43 50,6 Tinggal Bersama Orang tua 25 29,4 Sendiri 53 62,4 Saudara 7 8,2 Total 85 100

5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 73 responden (85,9%) memeliki spiritualitas baik, 12 responden (14,1%) memiliki spiritualitas buruk Untuk lebih jelas tentang Gambaran spiritualitas mahasiswa yang menjalani program profesi Ners dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritualitas mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Pernyataan frekuensi (n) persentase (%) Spiritualitas

Baik 73 85,9

Buruk 12 14,1

Total 85 100

5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas: hubungannya dengan diri sendiri mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas dalam hubungannya dengan diri sendiri Hubungan dengan diri sendiri dalam kategori baik sebanyak 79 orang (92,9%) responden dan kategori buruk sebanyak 6 orang (7,1%) responden (tabel 5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spiritualitas frekuensi (n) persentase (%)

Baik 79 92,9

Buruk 6 7,1

5.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan alam mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas dalam Hubungan dengan alam 57 responden (67,1) kategori baik dan 28 responden (32,9%) kategori buruk (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan alam mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spiritualitas Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 57 67,1

Buruk 28 32,9

Total 85 100

5.1.5 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan orang lain mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas dalam hubungannya dengan orang lain 81 orang (95,3%) dengan kategori baik dan 4 orang (4,7%) responden dengan kategori buruk (tabel 5.5).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan orang lain mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spriritualitas Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 81 95,3

Buruk 4 4,7

Total 85 100

5.1.6Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan Tuhan mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas dalam Hubungan dengan Tuhan 73 orang (85,9%) dengan kategori baik dan 12 orang (14,1%) responden dengan kategori buruk (tabel 5.6).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan Tuhan mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spriritualitas Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 73 85,9

Buruk 12 14,1

5.2 Pembahasan

5.2.1 Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 73 orang (85,9%) responden memiliki spiritualitas baik dan 12 orang (14,1%) responden memiliki spiritualitas buruk. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya tahap perkembangan, agama dan keluarga. Dari hasil penelitian usia responden dalam rentang 21-25 tahun dengan mayoritas responden berusia 23 tahun sebanyak 50 orang . Usia ini masuk dalam tahap perkembangan dewasa dimana pada tahap ini seseorang sudah memiliki konsep keagamaan nya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai teori bahwa dengan bertambahnya usia, individu cenderung berfikir tentang kehidupan setelah kematian dan mendorong beberapa individu untuk memeriksa dan membenarkan kembali keyakinan spiritual mereka (Taylor, lilis & LeMone, 1997 dalam Hamid, 2009).

Agama juga mempengaruhi spiritualitas seseorang. Dapat dilihat dari karakteristik responden bahwa 42 responden (49,4%) beragama islam dan 43 responden (50,6%) beragama non islam (Kristen protestan dan kristen katolik). Hal tersebut menunjukkan bahwa 100 % responden memiliki agama. Untuk usia dewasa menyatakan bahwa agama merupakan faktor terpenting dalam membantu mereka mengatasi penyakit fisik atau tekanan hidup atau beradaptasi karena kehilangan orang tercinta atau perawatan (Ebersole dan Hess,1997; Koening, 2000 dalam Young, 2007). Konsep agama adalah salah

satu bagian dari spiritualitas. Agama memberi suatu cara untuk mengekspresikan spiritual dan memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup. Agama dan keyakinan memberi kekuatan dan harapan pada individu (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010). Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa responden mayoritas tinggal sendiri 53 orang (62,4%), sedangkan 25 orang (29,4%) responden tinggal bersama orang tua, dan 7 orang (8,2%) responden tinggal bersama saudara. Hal tersebut tentunya mempengaruhi nilai spiritualitas mahasiswa profesi Ners karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama seseorang dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya (Hamid, 2008).

5.2.2 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan diri sendiri mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Hasil penelitian ini menggambarkan tentang spiritualitas seseorang berdasarkan karakteristik spiritual. Spiritual yang berhubungan dengan diri sendiri berada dikategori baik dengan frekuensi sebanyak 79 orang (92,9%). Tiga puluh enam responden mengatakan bahwa mereka percaya akan kemampuan yang dimilikinya dan 41 responden mengatakan tertarik mempelajari hal yang berkaitan dengan bidang ilmu nya. Hal ini sejalan dengan teori Chiu et al, 2004 dalam Potter dan Perry (2010) bahwa

diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara kesehatan. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Rismayana (2012) bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap stres kuliah, hal ini disebabkan karena SQ (kecerdasan spiritual) merupakan konstruk kecerdasan manusia dan merupakan landasan untuk membangun IQ (intelektual kecerdasan) dan EQ (emosional kecerdasan). Kecerdasan spiritual lebih mengarah pada pemaknaan hidup sehingga akan sangat menentukan apakah suatu hal atau peristiwa dimaknai sebagai stresor atau sebaliknya. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu mata kuliah.

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 6 orang (7,1%) responden memiliki karakteristik hubungan dengan diri sendiri yang buruk. Ketika seorang individu tidak mempunyai hubungan yang baik dengan dirinya sendiri seperti kepercayaan, makna kehidupan, khususnya harapan maka individu tersebut akan merasa hampa, letih/lesu, tidak bersemangat, dan terasa mati (Kozier, et all (1995).

Hal ini juga didukung sebanyak 27 (31,7%) responden mengatakan kadang-kadang tertarik untuk mempelajari hal-hal yang baru terkait bidang ilmunya. Menurut asumsi peneliti hal ini berhubungan dengan motivasi belajar mahasiswa tersebut. Motivasi seseorang untuk belajar dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar

untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Sedangkan motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan (Anggraini, 2005). Energi yang berasal dari spiritualitas membantu klien merasa sehat dan membantu membuat pilihan sepanjang kehidupan (Chiu et al, 2004 dalam Potter dan Perry, 2010).

5.2.3 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan alam mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Berdasarkan karakteristik spiritual hubungan dengan alam berada di kategori baik sebanyak 57 orang (67,1%). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas meliputi hubungan individu dengan lingkungan. Pemenuhan spiritualitas tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et al, 1987).

Hubungan dengan alam/lingkungan meliputi mengetahui tentang tanaman, rekreasi (menonton TV, mendengar musik, berolah raga,dll), dan kedamaian akan membuat seseorang dapat menyelaraskan hubungan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasan dalam kebutuhan spiritualnya (Puchalski, 2004). Tiga puluh lima responden mengatakan bahwa mereka selalu membuang sampah pada tempatnya untuk

melakukan relaksasi dengan mendengarkan musik, menonton televisi ataupun olahraga di waktu kesibukannya. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajesh Kumar, (2011) dengan judul Stres dan strategi koping mahasiswa keperawatan di University of Health Sciences, Faridkot yang mengatakan bahwa dari 108 responden mayoritas memiliki stress sedang dan strategi koping yang digunakan mayoritas adalah mencari pengalihan seperti menonton film, TV, mendengarkan music, membaca, belanja dan tidur. Mayoritas responden selalu mendengarkan music yaitu sebanyak 66 orang (36,7%). Lingkungan atau suasana yang tenang dan nyaman dapat memberikan kedamaian pada setiap individu dalam memenuhi kebutuhan spiritualitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 28 orang (32,9%) memiliki kategori buruk dalam karakteristik hubungan dengan alam. Hal ini dibuktikan bahwa 23 (27,1%) responden mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan menanam pohon dan merawat tanaman. Peneliti berasumsi bahwa responden penelitian tidak tertarik dengan hal berkaitan dengan merawat tanaman ketika kesibukan profesi Ners karna hal tersebut membutuh waktu yang lama melakukankannya.

5.2.4 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan alam mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Berdasarkan karakteristik spiritual hubungan dengan orang lain berada di kategori baik sebanyak 81 orang (95,3%). Adapun 40 responden mengatakan menyempatkan diri tiap harinya untuk sering berkomunikasi

dengan orang tua, saudara, teman atau orang terdekat, dan 46 responden selalu diberikan motivasi oleh orang tua dan orang terdekat ketika putus asa dalam praktik profesinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hidayat (2009), dimana keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini juga sependapat dengan Hamid (2008) dimana keluarga memiliki peran dalam membentuk spiritual individu karena merupakan tahap awal dari perkembangan spiritualitas. Dari keluarga individu akan mendapatkan pengalaman, pandangan hidup tentang spiritual dan belajar tentang Tuhan, diri sendiri, serta kehidupan yang dijalaninya. Keluarga memiliki peran yang sangat vital karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang didapatkan seorang anak. Keluarga juga memiliki ikatan emosional yang kuat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu berinteraksi dengan individu tersebut.

Penelitian ini mengatakan bahwa tidak hanya keluarga yang dapat berperan bahkan orang lain yang tidak ada hubungan darah juga mendapat peran aktif dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas. Empat puluh Sembilan responden mengatakan sering berinteraksi dengan pasien, keluarga pasien, dan masyarakat tempat dinasnya. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Kehi (2013) adanya pengaruh tingkat spiritualitas dengan perilaku prososial. Prilaku prososial adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan untuk

spiritualitas memudahkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hubungan yang harmonis dengan orang lain seperti cinta kasih, dukungan sosial, perhatian pada anak-anak/orang sakit, menunjungi orang yang meninggal, dapat memberikan hubungan yang positif dan memberikan bantuan dan dukungan terhadap masalah yang dihadapi seseorang (Kozier, et all, 1995).

5.2.5 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan Tuhan mahasiswa yang menjalani program profesi Ners

Karakteristik spiritualitas berhubungan dengan Tuhan mayoritas berada di kategori baik sebanyak 73 orang (85,9%). Empat puluh dua orang responden mengatakan sering beribadah di kehidupan sehari - harinya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shores (2010) di University in

the Southeastern United Stated tentang spiritual perspective of nursing student. Dari mahasiswa tersebut 90 orang menghadiri dan melakukan

kegiatan keagamaan sedikitnya tiap seminggu sekali, 45 orang melakukannya tiap bulan sekali. Setengah dari sampel melaporkan membaca dari hal-hal yang berhubungan dengan agama sekurang- kurangnya tiap bulan. Dua puluh tiga orang mahasiswa melaporkan berdoa secara pribadi dan meditasi tiap hari merupakan hal yang penting. Mahasiswa sejumlah yang sama menyetujui bahwa memberi maaf pada orang lain hal yang penting dalam spiritual mereka. Sebagian besar berpendapat bahwa spiritual penting karena memberikan pedoman dalam mengambil keputusan (74%), dan membantu menjawab pertanyaan tentang arti hidup (75%).

Hal ini sejalan dengan teori dalam Kozier, Erb, Berman & Synder (2010) secara umum hubungan dengan Tuhan melibatkan keyakinan dalam hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki kekuatan mencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energi yang tidak terbatas. Sebagai contoh, sesorang yang dapat meyakini “Tuhan”, “Allah”, “Sang Maha Kuasa”. Orang yang memiliki orientasi religious dalam batin memandang agama sebagai sarana untuk menyiapkan pertalian rasa aman atau relasi social dalam hidup mereka (Mickley, Soeken, dan Balcher, 1992 dalam Young, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 12 orang (14,1%) memiliki kategori buruk dalam karakteristik hubungan dengan Tuhan. Hal ini didukung oleh masih ada satu orang responden yang tidak pernah berdoa sesuai dengan agamanya. Hal ini tentu menjadi permasalahan karena hasil karakteristik responden menyatakan bahwa responden 100% memiliki agama dan 6 responden juga mengatakan bahwa selalu mencari bimbingan spiritual kepada tokoh agama untuk mengambil keputusan dalam hidupnya. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rajesh Kumar, (2011) dengan judul stres dan strategi koping mahasiswa keperawatan di University of Health Sciences, Faridkot yang mengatakan bahwa dari 108 orang responden menggunakan koping berdoa sebanyak 60 orang dan ada 21 orang tidak pernah berdoa ketika mengalami kesulitan dan 7 orang sering berbicara kepada tokoh agama sebagai koping dari stresnya. Penelitian tersebut

bahwa ada satu orang tidak berdoa merupakan koping yang buruk karena setiap agama memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu masalah. Enam orang responden yang mengatakan selalu mencari bimbingan spiritual untuk mengambil keputusan dalam hidupnya membuktikan bahwa masalah yang dihadapi terlalu berat untuk diselesaikan sendiri.

BAB 6

Dokumen terkait