• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Deli Husada Delitua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Deli Husada Delitua"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya adalah Anisa Sri Utami mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan USU yang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Spiritualitas

Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Deli

Husada Delitua”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran spiritual

mahasiswa yang menjalani program profesi Ners berdasarkan hubungan dengan diri

sendiri, orang lain, dan Tuhan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan

tidak menimbulkan dampak negatif kepada saudara/ saudari sebagai responden.

Peneliti juga menghargai dan menghormati hak responden dengan cara menjaga

kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan

data hingga penyajian data. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi saudara/

saudari sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika saudara/ saudari tidak

bersedia maka saudara/ saudari berhak untuk menolak karena tidak ada unsur

paksaan dalam pengisian kuesioner penelitian. Demikianlah informasi ini saya

sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi saudara/ saudari saya ucapkan

terimakasih.

Medan,

Peneliti Respomden

(3)

Kode

KUESIONER

GAMBARAN SPIRITUALITAS MAHASISWA YANG MENJALANI PROGRAM PROFESI NERS Di STIKES DELI HUSADA

No Responden :

Tanggal :

1. Data Demografi Responden

Inisial :

Usia : tahun

Jenis Kelamin :

Agama :

Tinggal bersama : ( ) orang tua ( )sendiri ( )Saudara

2. Kuesioner Spiritualitas

Petunjuk : Kuesioner ini meminta anda untuk menjelaskan bagaimana

seseorang memaknai hubungannya dengan diri sendiri, lingkungan, orang lain

dan Tuhan/ zat yang paling tinggi saat menjalani program profesi Ners.

Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda (√ ) p ada

kolom yang menunjukkan jawaban anda.

Keterangan : Tidak Pernah (TP)

Kadang-kadang (KK)

Sering (S)

(4)

NO PERNYATAAN TP KK S SL

1 saya akan waktu untuk melakukan hobi ketika

bosan dengan rutinitas yang saya jalani

2 Saya percaya akan kemampuan yang saya

miliki

3 Saya menyesuaikan diri dengan situasi

praktek yang ada

4 Saya tertarik untuk mempelajari berbagai hal

yang baru terkait bidang ilmu saya

5 Saya tetap berusaha untuk mewujudkan

mimpi-mimpi dan tujuan hidup yang belum

terwujud

6 Saya melakukan relaksasi dengan

mendengarkan musik, menonton televisi

ataupun olahraga di waktu kesibukan saya

7 Saya senang mengikuti kegiatan menanam

pohon, merawat tanaman.

8 Saya menyempatkan diri untuk berlibur di

waktu kesibukan saya

9 Saya membuang sampah pada tempat nya

untuk menjaga lingkungan

(5)

11 Saya berinteraksi dengan pasien, keluarga /

masyarakat tempat saya dinas

12 Saya menyempatkan diri tiap harinya

berkomunikasi dengan orang tua, teman dan

orang terdekat

13 Saya berbagi pengalaman yang baik atau yang

buruk di lingkungan praktek profesi dengan

orang lain

14 Saya diberikan motivasi oleh orang tua dan

orang terdekat ketika saya mulai putus asa

dalam menjalani praktik profesi

15 Saya mudah memaafkan orang lain

16 Saya beribadah dikehidupan saya

17 Saya berdoa sesuai dengan keyakinan yang

saya pahami

18 Saya membaca kitab suci yang berhubungan

dengan agama saya

19 Saya menerima bahwa kematian sebagai

bagian dari kehidupan yang telah ditakdirkan

oleh Tuhan

20 Saya mencari bimbingan spiritual kepada

tokoh agama untuk mengambil keputusan

(6)
(7)

Lampiran 5 Taksasi Dana Penelitian

No Nama Kegiatan Biaya

1 Proposal

Penelusuran literatur dari internet Pencetakan literatur dari internet Fotokopi literatur dari buku Pencetakan Proposal

Penggandaan dan penjilidan Proposal

Rp 150.000,- Rp 50.000,- Rp 100.000,- Rp 100.000,-

Rp

50.000,-2 Pengumpulan Data Transportasi

Penggandaan kuesioner dan lembar persetujuan responden

Souvenir penelitian

Rp 150.000,- Rp 100.000,-

Rp 500.000,-

3 Analisa Data Dan Penyusunan Laporan Pencetakan skripsi

(8)

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Anisa Sri Utami

Tempat/Tanggal lahir : Tunas Harapan/ 20 juli 1995

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Simpang 3 Rambah kec. Rao Selatan kab. Pasaman

Sumatera Barat

Pendidikan : 1. SD Negeri 01 Lansat Kadap 2000-2006

2. SMP Negeri 1 Rao Selatan Tahun 2006-2009

3. SMA Negeri 1 Rao Tahun 2009-2012

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

Lampiran 14 FREKUENSI DAN PERSENTASE DATA DEMOGRAFI

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid islam 42 49.4 49.4 49.4

non islam 43 50.6 50.6 100.0

(22)

tinggalbersama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid orang tua 25 29.4 29.4 29.4

sendiri 53 62.4 62.4 91.8

saudara 7 8.2 8.2 100.0

(23)

Lampiran 15 Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang

Menjalani Program Profesi Ners di STIKES Delihusada

kategorispiritual

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 73 85.9 85.9 85.9

buruk 12 14.1 14.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

Frekuensi dan Persentase karaktereristik Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di STIKES Delihusada

kategorihubungandengandirisendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 79 92.9 92.9 92.9

buruk 6 7.1 7.1 100.0

(24)

kategorihubungandenganoranglain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 81 95.3 95.3 95.3

buruk 4 4.7 4.7 100.0

Total 85 100.0 100.0

kategorihubungandengantuhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid baik 73 85.9 85.9 85.9

buruk 12 14.1 14.1 100.0

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Irmalia. (2005). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana

meningkatkan motivasi bagi mahasiswa di Program Studi Ekonomi, Universitas Negeri Malang. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang : Jawa

Timur

Blais, K. K, et al. (2006). Praktik keperawatan profesional: konsep & perspektif,

edisi 4. Jakarta: EGC

Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Hamid, A Y. (2008). Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kehi, Arifzal. 2013. Hubungan antara tingkat spiritualitas dengan perilaku

prososial pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga : Jawa Tengah

Kim, Suk-Sun, Reed, Pamela, et al. (2012). Translationand physchometric testing of the korean versions of the spiritual Perspective Scale and spiritual- transcendence Scale in Korean Elders. Journal Korean Acad Nurs, 42, 974-983

Kim, S. S, et al. (2014). Self-transcendence, spiritual perspective, and sense of purpose in family caregiving relationships: a mediated model of depression symptoms in Korean older adults. Journal Aging and Mental Health.

Kozier, B. & Erb, G. 1987. Fundamental Of Nursing: concept and procedure Third Edition, USA; Addison- Wesley publishing. Inc.

Kozier, B, Erb, Beman, A, Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik, ED 7, Vol. 1. Jakarta:EGC

Marlindawani, Jenny, dkk. (2012). Asuhan keperawatan pada klien dengan

masalah psikososial dan gangguan jiwa. Medan: USU Press

Mulyadi, Eko., Hidayat. S. (2014). Hubungan mekanisme koping individu dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa ners. Jurnal

Kesehatan Wiraraja Medika. Hal 54-59

Nelwati. (2009). Hubungan Antara Sumber Stres Dengan Koping Mahasiswa

Keperawatan Program Pendidikan Profesi. Ners Jurnal keperawatan

(26)

Notoatmodjo, Soekidjo.(2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurhidayah, Rika Endah. (2011). Pendidikan keperawatan, pendekatan kurikulum

berbasis kompetensi. Medan: USU Press

Nursalam, Effendi, F. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry. (2010). Fundamental keperawatan Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Purwati, Susi. (2012). Tingkat stres akademik pada mahasiswa reguler angkatan

2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Skripsi Fakultas

Keperawatan UI, Jakarta

Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual,

Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Proposal.

Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro: Semarang.

Rajesh Kumar. 2011. Stres dan strategi koping mahasiswa keperawatan. Nursing

and Midwifery Research Journal, vol 7 no 4, 141-151

Reed, P.G. (1986). Developmental resources and depression in the elderly: A longitudinal study. Nursing Research, 35,368-374

Reed, P. G. (2003). The theory of self transcendence. In M.J. Smith & P. Liehr, (Eds). Middle range theories in nursing. New York: Springer

Risharliea, Tifanie. 2011. Kajian Empiris Atas Perilaku Belajar, Kecerdasan

Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dalam Mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi. Skripsi Fakultas

Ekonomi, Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta

Rismayana. 2012. Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Stres Kuliah (Studi Empiris pada Universitas Negeri di Makassar). Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin : Makassar

Shores, Chinthia I. (2010). Spiritual perspektive of nursing student. Journal of

Nursing Education Perspective, 31, 8-11

(27)

Syofia, Erni. (2009). Faktor-faktor yang menyebabkan Stres pada mahasiswa

fakultas keperawatan USU yang sedang menyelesaikan skripsi. Skirpsi

Fakultas Keperawatan USU, Medan

Syahdarajat, T. (2015). Panduan menulis tugas akhir kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Prenadamedia Group

Syahreni, Waluyanti. (2007). Pengalaman mahasiswa S1 keperawatan program reguler dalam pembelajaran klinik. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(2), 47-53

Tangkilisan, Viniriani. (2013). Gambaran stres pada mahasiswa pendidikan

profesi program studi kedokteran gigi fakultas kedokteran Universitas SAM Ratulangi yang memiliki pengalaman stomatitis aftosa rekuren.

Skripsi Fakultas kedokteran SAM Ratulangangi, Manado

Tischler, L.,Biberman, J. and McKeage, R. (2002). Lingking emotional intelegence, spirituality and workplace performance: defenition, models and idea for research. Journal of managerial psychologi, 17(3), 203-218

Wulandari, P, R. (2012). Hubungan tingkat stres dengan gangguan tidur pada

mahasiswa skripsi disalah satu fakultas rumpun science-technology UI.

Skripsi Fakultas Keperawatan UI, Depok

Widosari, Yuke W. (2010). Perbedaan derajat kecemasan dan depresi mahasiswa

kedokteran preklinik dan ko-asisten di fakultas kedokteran UNS Surakarta. Skripsi Fakultas kedokteran UNS, Surakarta

(28)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini memberikan gambaran

spiritualitas mahasiswa yang menjalani program profesi Ners.

Skema 3.1 Kerangka penelitian gambaran spiritualitas mahasiswa yang menjalani

program profesi Ners.

• Baik

• Buruk Spiritualitas Mahasiswa

yang menjalani program

profesi Ners :

• Hubungan dengan diri sendiri

• Hubungan dengan

Lingkungan/ alam

• Hubungan dengan orang lain

• Hubungan dengan Tuhan/ zat

(29)

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional

Alat ukur Hasil Ukur Alat Ukur

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan peneliti adalah deskriptif yaitu

mengidentifikasi gambaran spiritualitas mahasiswa yang menjalani program

profesi Ners.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sebagai keseluruhan elemen atau satuan yang ingin

diteliti (Syahdrajat, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

program profesi Ners STIKES Deli Husada Delitua yang berjumlah 109

orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini 85 orang mahasiswa profesi Ners STIKES

Deli Husada Delitua.

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random

sampling yaitu setiap individu dapat dijadikan sampel tanpa

mempertimbangkan karakteristik yang dimiliki oleh individu tersebut.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Deli

(31)

4.4 Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik dimulai dari proses administrasi penelitian yaitu

setelah mendapatkan persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas

Keperawatan dan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan

USU. Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan menurut Dharma (2011)

yaitu subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menentukan pilihan

ikut atau menolak penelitian (autonomy). Subjek dalam penelitian juga

berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang

pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur

penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan

kerahasiaan informasi. Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan informed

consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian

setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti

tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian. Peneliti perlu merahasiakan

berbagai informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin

identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain

(privacy and confidentiality). Peneliti memakai prinsip keterbukaan dalam

penelitian mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur,

tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara profesional. Peneliti juga

menghormati keadilaan tidak membedakan sampel penelitian. Penelitian

yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi subjek penelitian dan

meminimalisirkan resiko/dampak yang merugikan bagi subjek penelitian.

(32)

Instrument yang digunakan penelitian ini adalah instrument baru

yang dibuat oleh peneliti dengan merujuk kepada tinjauan pustaka . Bagian

pertama terdiri dari data demografi, yang kedua berisi tentang bagaimana

seseorang memaknai hubungannya dengan Tuhan/ zat yang paling tinggi,

diri sendiri, lingkungan dan orang lain. Cara pengisian lembar kuesioner

adalah dengan menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia.

Kuesioner mengenai data demografi meliputi: nama dengan inisial,

usia, jenis kelamin, agama dan tinggal bersama. Bagian kedua yaitu

kuesioner dalam bentuk tertutup yang berisi tentang pernyataan-pernyataan

yang mengidentifikasi bagaimana seseorang memaknai hubungannya

dengan Tuhan/ zat yang paling tinggi, diri sendiri, lingkungan dan orang

lain. Instrument memiliki 20 item pernyataan yang menggunakan skala

ukur likert dengan 4 pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan. Pernyataan

1- 20 dipilih dengan jawaban tidak pernah diberi nilai 1, kadang-kadang

diberi nilai 2, sering diberi nilai 3, selalu diberi nilai 4. Tingkatan

Spiritualitas dapat dikategorikan dengan rumus (Sudjana, 2002) :

P =

Banyak kelas

Rentang kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dan rentang kelas adalah nilai

tertinggi dikurang nilai terendah. Jumlah skor tertinggi yang akan didapat

adalah 80 dan skor terendah adalah 20. Jadi, rentang kelas sebesar 60 dan

(33)

Kuesioner ini terdiri dari lima pernyataan tentang gambaran

spiritualitas dalam hubungannya dengan diri sendiri (1-5), lima pernyataan

tentang gambaran spiritualitas dalam hubungannya dengan alam (5-10),

lima pernyataan tentang gambaran spiritualitas dalam hubungannya dengan

orang lain (11-15), lima pernyataan tentang gambaran spiritualitas dalam

hubungannya dengan tuhan (16-20).

4.6 Validitas dan Reabilitas

4.6.1 Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah

instrument dikatakan valid jika instrument itu benar-benar dapat

dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Pada penelitian

ini peneliti akan menggunakan validitas isi, dimana isi instrument

dikonsultasi kepada dosen yang memiliki keahlian atau kompetensi

yang sesuai dengan topik peneliti, untuk mengetahui isi instrument

tersebut bisa di terapkan pada sampel penelitian. Uji validitas

dilakukan dengan cara mengoreksi instrumen penelitian oleh 2 orang

dosen Fakultas Keperawatan yang berkompeten dalam judul peneliti

dan didapatkan nilai 1 pada 18 item pernyataan dan 2 item pernyataan

dengan nilai 0,83.

4.6.2 Reabilitas

Uji reabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum

(34)

menjalani profesi Ners di STIKES Deli Husada. Uji reliabilitas

kuesioner penelitian ini menggunakan program komputer untuk analisa

statistik Cronbach Alpha. Suatu instrument dikatakan realibel bila nilai

realibilitasnya > 0,80 (Dharma, 2011). Hasil uji reliabilitas dari 20

pernyataan yang diberikan kepada 30 orang mahasiswa program

profesi Ners di STIKES Medistra adalah 0,820.

4.7 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima

surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas

Keperawatan USU. Pada saat penelitian, peneliti menjelaskan terlebih

dahulu tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon

responden yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani

informed concent dan menjawab pertanyaan dalam kuesioner yang

disediakan.

Peneliti mendampingi responden selama pengisian

kuesioner, sehingga responden dapat bertanya kepada peneliti apabila

ada yang kurang dipahami. Setelah kuesioner dikumpulkan oleh

responden, peneliti kembali memeriksa kuesioner untuk memastikan

pertanyaan diisi semua. Setelah sampel terkumpul sesuai dengan

sampel yang dibutuhkan peneliti maka dilanjutkan untuk analisa data.

4.8 Analisa data

(35)

a. Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kembali

kesalahan atau kekurangan dalam pengisian atau pengambilan identitas

responden, mengecek kelengkapan data. Pada tahap ini data yang telah

dikumpulkan dilakukan pengecekan identitas responden, mengecek

kelengkapan data dengan memeriksa isi instrumen pengumpulan data

dari setiap variabel dan subvariabel sehingga terisi semuanya.

b. Coding adalah memberi kode tertentu secara berurutan dalam kategori

yang sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada

responden sehingga memiliki arti tertentu ketika di analisis.

c. Data Entry adalah data jawaban dari masing- masing responden yang

dalam bentuk kode dimasukkan kedalam program atau software

komputer.

d. Cleaning adalah apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan- kemungkinan adanya kesalahan- kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi.

Kemudian data yang dikumpulkan dilakukan uji statistik deskriptif.

Data demografi dan spiritual mahasiswa disajikan dalam bentuk tabel

(36)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang

Menjalani Program Profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua yang

diperoleh melalui pengumpulan data pada bulan April – Mei 2016 dan

menggunakan kuesioner terhadap 85 orang responden yaitu mahasiswa

program profesi Ners di STIKES Delihusada Delitua. Data hasil penelitian

dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

5.1.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 85 orang, yaitu mahasiswa

yang menjalani program profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua. Usia

responden dalam rentang 21-25 tahun dengan frekuensi masing-masing usia

yaitu usia 21 tahun 2 orang (2,4%), usia 22 tahun 20 orang (23,5%), usia 23

tahun 50 orang (58,8%), usia 24 tahun 12 orang (14,1%), usia 25 tahun 1

orang (1,2 %). Jenis kelamin responden adalah perempuan sebanyak 72 orang

(84,7%) dan laki-laki sebanyak 13 orang (15,3%). 42 orang ( 49,4%)

responden beragama islam, dan 43 orang (50,6%) beragama non islam

(Kristen katolik dan protestan). Kemudian sebanyak 25 orang (29,4%)

responden tinggal bersama orang tua, 53 orang (62,4%) responden tinggal

sendiri, dan 7 orang (8,2%) responden tinggal bersama saudaranya (Tabel

(37)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (n= 85)

Karakteristik frekuensi (n) Persentase (%) Usia

5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritualitas Mahasiswa

yang Menjalani Program Profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 73 responden (85,9%)

memeliki spiritualitas baik, 12 responden (14,1%) memiliki spiritualitas

buruk Untuk lebih jelas tentang Gambaran spiritualitas mahasiswa yang

(38)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritualitas mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Pernyataan frekuensi (n) persentase (%) Spiritualitas

Baik 73 85,9

Buruk 12 14,1

Total 85 100

5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas:

hubungannya dengan diri sendiri mahasiswa yang menjalani program

profesi Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase

karakteristik spiritualitas dalam hubungannya dengan diri sendiri Hubungan

dengan diri sendiri dalam kategori baik sebanyak 79 orang (92,9%)

responden dan kategori buruk sebanyak 6 orang (7,1%) responden (tabel

5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spiritualitas frekuensi (n) persentase (%)

Baik 79 92,9

Buruk 6 7,1

(39)

5.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas:

hubungan dengan alam mahasiswa yang menjalani program profesi

Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase

karakteristik spiritualitas dalam Hubungan dengan alam 57 responden (67,1)

kategori baik dan 28 responden (32,9%) kategori buruk (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan alam mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spiritualitas Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 57 67,1

Buruk 28 32,9

Total 85 100

5.1.5 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas:

hubungan dengan orang lain mahasiswa yang menjalani program

profesi Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase

karakteristik spiritualitas dalam hubungannya dengan orang lain 81 orang

(95,3%) dengan kategori baik dan 4 orang (4,7%) responden dengan

(40)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan orang lain mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spriritualitas Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 81 95,3

Buruk 4 4,7

Total 85 100

5.1.6Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik spiritualitas:

hubungan dengan Tuhan mahasiswa yang menjalani program profesi

Ners

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi dan persentase

karakteristik spiritualitas dalam Hubungan dengan Tuhan 73 orang (85,9%)

dengan kategori baik dan 12 orang (14,1%) responden dengan kategori

buruk (tabel 5.6).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan Tuhan mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners

Spriritualitas Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 73 85,9

Buruk 12 14,1

(41)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program Profesi Ners di

STIKES Deli Husada Delitua

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 73 orang (85,9%) responden

memiliki spiritualitas baik dan 12 orang (14,1%) responden memiliki

spiritualitas buruk. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya tahap

perkembangan, agama dan keluarga. Dari hasil penelitian usia responden

dalam rentang 21-25 tahun dengan mayoritas responden berusia 23 tahun

sebanyak 50 orang . Usia ini masuk dalam tahap perkembangan dewasa

dimana pada tahap ini seseorang sudah memiliki konsep keagamaan nya dan

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai teori bahwa dengan

bertambahnya usia, individu cenderung berfikir tentang kehidupan setelah

kematian dan mendorong beberapa individu untuk memeriksa dan

membenarkan kembali keyakinan spiritual mereka (Taylor, lilis & LeMone,

1997 dalam Hamid, 2009).

Agama juga mempengaruhi spiritualitas seseorang. Dapat dilihat dari

karakteristik responden bahwa 42 responden (49,4%) beragama islam dan 43

responden (50,6%) beragama non islam (Kristen protestan dan kristen

katolik). Hal tersebut menunjukkan bahwa 100 % responden memiliki agama.

Untuk usia dewasa menyatakan bahwa agama merupakan faktor terpenting

dalam membantu mereka mengatasi penyakit fisik atau tekanan hidup atau

beradaptasi karena kehilangan orang tercinta atau perawatan (Ebersole dan

(42)

satu bagian dari spiritualitas. Agama memberi suatu cara untuk

mengekspresikan spiritual dan memberikan pedoman kepada yang

mempercayainya dalam berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup.

Agama dan keyakinan memberi kekuatan dan harapan pada individu (Kozier,

Erb, Berman & Snyder, 2010). Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa

responden mayoritas tinggal sendiri 53 orang (62,4%), sedangkan 25 orang

(29,4%) responden tinggal bersama orang tua, dan 7 orang (8,2%) responden

tinggal bersama saudara. Hal tersebut tentunya mempengaruhi nilai

spiritualitas mahasiswa profesi Ners karena keluarga merupakan lingkungan

terdekat dan pengalaman pertama seseorang dalam mempersepsikan

kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh

pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya

(Hamid, 2008).

5.2.2 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan diri sendiri mahasiswa

yang menjalani program profesi Ners

Hasil penelitian ini menggambarkan tentang spiritualitas seseorang

berdasarkan karakteristik spiritual. Spiritual yang berhubungan dengan diri

sendiri berada dikategori baik dengan frekuensi sebanyak 79 orang (92,9%).

Tiga puluh enam responden mengatakan bahwa mereka percaya akan

kemampuan yang dimilikinya dan 41 responden mengatakan tertarik

mempelajari hal yang berkaitan dengan bidang ilmu nya. Hal ini sejalan

(43)

diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara

kesehatan. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Rismayana (2012)

bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap stres kuliah, hal ini

disebabkan karena SQ (kecerdasan spiritual) merupakan konstruk kecerdasan

manusia dan merupakan landasan untuk membangun IQ (intelektual

kecerdasan) dan EQ (emosional kecerdasan). Kecerdasan spiritual lebih

mengarah pada pemaknaan hidup sehingga akan sangat menentukan apakah

suatu hal atau peristiwa dimaknai sebagai stresor atau sebaliknya. Kurangnya

kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan

mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi,

sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu mata kuliah.

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 6 orang (7,1%)

responden memiliki karakteristik hubungan dengan diri sendiri yang buruk.

Ketika seorang individu tidak mempunyai hubungan yang baik dengan dirinya

sendiri seperti kepercayaan, makna kehidupan, khususnya harapan maka

individu tersebut akan merasa hampa, letih/lesu, tidak bersemangat, dan terasa

mati (Kozier, et all (1995).

Hal ini juga didukung sebanyak 27 (31,7%) responden mengatakan

kadang-kadang tertarik untuk mempelajari hal-hal yang baru terkait bidang

ilmunya. Menurut asumsi peneliti hal ini berhubungan dengan motivasi belajar

mahasiswa tersebut. Motivasi seseorang untuk belajar dipengaruhi oleh factor

internal dan eksternal. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi

(44)

untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.

Sedangkan motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa

rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat

memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan (Anggraini, 2005). Energi

yang berasal dari spiritualitas membantu klien merasa sehat dan membantu

membuat pilihan sepanjang kehidupan (Chiu et al, 2004 dalam Potter dan

Perry, 2010).

5.2.3 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan alam mahasiswa yang

menjalani program profesi Ners

Berdasarkan karakteristik spiritual hubungan dengan alam berada di

kategori baik sebanyak 57 orang (67,1%). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas

meliputi hubungan individu dengan lingkungan. Pemenuhan spiritualitas

tersebut melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang.

Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat

individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et

al, 1987).

Hubungan dengan alam/lingkungan meliputi mengetahui tentang

tanaman, rekreasi (menonton TV, mendengar musik, berolah raga,dll), dan

kedamaian akan membuat seseorang dapat menyelaraskan hubungan antara

jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasan dalam

kebutuhan spiritualnya (Puchalski, 2004). Tiga puluh lima responden

(45)

melakukan relaksasi dengan mendengarkan musik, menonton televisi ataupun

olahraga di waktu kesibukannya. Hal ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rajesh Kumar, (2011) dengan judul Stres dan strategi koping

mahasiswa keperawatan di University of Health Sciences, Faridkot yang

mengatakan bahwa dari 108 responden mayoritas memiliki stress sedang dan

strategi koping yang digunakan mayoritas adalah mencari pengalihan seperti

menonton film, TV, mendengarkan music, membaca, belanja dan tidur.

Mayoritas responden selalu mendengarkan music yaitu sebanyak 66 orang

(36,7%). Lingkungan atau suasana yang tenang dan nyaman dapat

memberikan kedamaian pada setiap individu dalam memenuhi kebutuhan

spiritualitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 28 orang

(32,9%) memiliki kategori buruk dalam karakteristik hubungan dengan alam.

Hal ini dibuktikan bahwa 23 (27,1%) responden mengatakan tidak pernah

mengikuti kegiatan menanam pohon dan merawat tanaman. Peneliti berasumsi

bahwa responden penelitian tidak tertarik dengan hal berkaitan dengan

merawat tanaman ketika kesibukan profesi Ners karna hal tersebut membutuh

waktu yang lama melakukankannya.

5.2.4 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan alam mahasiswa yang

menjalani program profesi Ners

Berdasarkan karakteristik spiritual hubungan dengan orang lain berada

di kategori baik sebanyak 81 orang (95,3%). Adapun 40 responden

(46)

dengan orang tua, saudara, teman atau orang terdekat, dan 46 responden selalu

diberikan motivasi oleh orang tua dan orang terdekat ketika putus asa dalam

praktik profesinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hidayat (2009), dimana

keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan

spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu

berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini juga sependapat dengan Hamid (2008) dimana keluarga

memiliki peran dalam membentuk spiritual individu karena merupakan tahap

awal dari perkembangan spiritualitas. Dari keluarga individu akan

mendapatkan pengalaman, pandangan hidup tentang spiritual dan belajar

tentang Tuhan, diri sendiri, serta kehidupan yang dijalaninya. Keluarga

memiliki peran yang sangat vital karena keluarga merupakan tempat

pendidikan pertama yang didapatkan seorang anak. Keluarga juga memiliki

ikatan emosional yang kuat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu

berinteraksi dengan individu tersebut.

Penelitian ini mengatakan bahwa tidak hanya keluarga yang dapat

berperan bahkan orang lain yang tidak ada hubungan darah juga mendapat

peran aktif dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas. Empat puluh Sembilan

responden mengatakan sering berinteraksi dengan pasien, keluarga pasien, dan

masyarakat tempat dinasnya. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Kehi

(2013) adanya pengaruh tingkat spiritualitas dengan perilaku prososial.

(47)

spiritualitas memudahkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hubungan

yang harmonis dengan orang lain seperti cinta kasih, dukungan sosial,

perhatian pada anak-anak/orang sakit, menunjungi orang yang meninggal,

dapat memberikan hubungan yang positif dan memberikan bantuan dan

dukungan terhadap masalah yang dihadapi seseorang (Kozier, et all, 1995).

5.2.5 Karakteristik Spiritualitas: Hubungan dengan Tuhan mahasiswa yang

menjalani program profesi Ners

Karakteristik spiritualitas berhubungan dengan Tuhan mayoritas

berada di kategori baik sebanyak 73 orang (85,9%). Empat puluh dua orang

responden mengatakan sering beribadah di kehidupan sehari - harinya. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shores (2010) di University in

the Southeastern United Stated tentang spiritual perspective of nursing

student. Dari mahasiswa tersebut 90 orang menghadiri dan melakukan

kegiatan keagamaan sedikitnya tiap seminggu sekali, 45 orang melakukannya

tiap bulan sekali. Setengah dari sampel melaporkan membaca dari hal-hal

yang berhubungan dengan agama sekurang- kurangnya tiap bulan. Dua puluh

tiga orang mahasiswa melaporkan berdoa secara pribadi dan meditasi tiap hari

merupakan hal yang penting. Mahasiswa sejumlah yang sama menyetujui

bahwa memberi maaf pada orang lain hal yang penting dalam spiritual

mereka. Sebagian besar berpendapat bahwa spiritual penting karena

memberikan pedoman dalam mengambil keputusan (74%), dan membantu

(48)

Hal ini sejalan dengan teori dalam Kozier, Erb, Berman & Synder

(2010) secara umum hubungan dengan Tuhan melibatkan keyakinan dalam

hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki kekuatan

mencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energi yang tidak terbatas.

Sebagai contoh, sesorang yang dapat meyakini “Tuhan”, “Allah”, “Sang Maha

Kuasa”. Orang yang memiliki orientasi religious dalam batin memandang

agama sebagai sarana untuk menyiapkan pertalian rasa aman atau relasi social

dalam hidup mereka (Mickley, Soeken, dan Balcher, 1992 dalam Young,

2007).

Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 12 orang

(14,1%) memiliki kategori buruk dalam karakteristik hubungan dengan Tuhan.

Hal ini didukung oleh masih ada satu orang responden yang tidak pernah

berdoa sesuai dengan agamanya. Hal ini tentu menjadi permasalahan karena

hasil karakteristik responden menyatakan bahwa responden 100% memiliki

agama dan 6 responden juga mengatakan bahwa selalu mencari bimbingan

spiritual kepada tokoh agama untuk mengambil keputusan dalam hidupnya.

Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rajesh Kumar, (2011)

dengan judul stres dan strategi koping mahasiswa keperawatan di University

of Health Sciences, Faridkot yang mengatakan bahwa dari 108 orang

responden menggunakan koping berdoa sebanyak 60 orang dan ada 21 orang

tidak pernah berdoa ketika mengalami kesulitan dan 7 orang sering berbicara

(49)

bahwa ada satu orang tidak berdoa merupakan koping yang buruk karena

setiap agama memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu masalah. Enam

orang responden yang mengatakan selalu mencari bimbingan spiritual untuk

mengambil keputusan dalam hidupnya membuktikan bahwa masalah yang

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “

Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani Program

Profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua ” yang dilaksanakan

pada tanggal bulan 30 April – 13 Mei 2016 dapat disimpulkan

bahwa hasil penelitian ini menggambarkan mahasiswa memiliki

spiritualitas baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki spiritualitas yang baik sebanyak 73 orang

(85,9%) responden dalam menjalani program profesi Ners yang

dapat mengatasi masalah psikososial seperti kecemasan dan stres.

Mahasiswa yang memiliki spiritualitas yang buruk sebanyak 12

orang (14,1%) responden ini disebabkan oleh beberapa faktor

salah satunya keluarga. Hasil penelitian menunjukkan responden

mayoritas tinggal sendiri sehingga peran keluarga sangat sedikit.

Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual sangat

penting karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan

selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

6.2 Saran

(51)

mengenai“ Gambaran Spiritualitas Mahasiswa yang Menjalani

Program Profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua” antara

lain:

6.2.1 Untuk pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan khususnya pada program

profesi Ners agar dapat memberikan penekanan tentang

spiritualitas dalam praktek profesinya sehingga mahasiswa profesi

Ners mampu memberikan asuhan keperawatan spiritual dan dapat

menerapkan hal tersebut untuk diri sendiri dalam kehidupan

sehari-hari.

6.2.2 Untuk Pelayanan Keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan agar perawat perlu

memberikan asuhan keperawatan tentang spiritualitas. Asuhan

keperawatan spiritual disesuaikan dengan tahap perkembangan

individu. Karena setiap individu memiliki kebutuhan spiritual

yang berbeda-beda.

6.2.3 Untuk Penelitian Keperawatan

Penelitian ini mempunyai kekurangan dalam latar belakang

dan instrument. Latar belakang penelitian ini tidak menjelaskan

secara khusus tentang fenomena yang ada di lokasi penelitian.

Instrument yang digunakan peneliti juga merupakan instrument

baru yang belum dapat mengukur secara mendalam masalah

(52)

dapat mengobservasi fenomena yang ada pada lokasi penelitian

dan membuat kuesioner yang mengukur secara mendalam

terhadap spiritualitas mahasiswa dan menambahkan tentang

spiritualitas berdasarkan faktor- faktor yang mempengaruhi

spiritualitas yaitu tahap perkembangan, krisis dan perubahan,

keluarga dan budaya. Sehingga penelitian terkait spiritualitas

(53)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Pendidikan Profesi Ners

Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana

Keperawatan) dan profesional (Ners = “First Profesional Degree”) dengan sikap,

tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan

asuhan / praktik keperawatan dasar (sampai dengan tingkat kerumitan tertentu)

secara mandiri (Nursalam, 2008). Program Pendidikan Profesi Ners adakalanya

disebut juga sebagai proses pembelajaran klinik. Istilah ini muncul terkait dengan

pelaksanaan pendidikan profesi yang sepenuhnya dilaksanakan dilahan praktik

seperti rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, panti werda dan keluarga serta

masyarakat atau komunitas (Nurhidayah, 2011).

Melalui tahap pendidikan Ners diharapkan dapat menghasilkan lulusan

yang memilki sikap, pengetahuan, dan keterampilan profesional. Oleh karena itu

pada tahap profesi, pendidikan disusun berdasarkan pada :

1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Pada tahap ini

mahasiswa dan perseptor harus memahami dan menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan.

2. Menyelesaikan masalah secara ilmiah, maksudnya mahasiswa dituntut untuk

(54)

pasien/ klien dalam membantu memenuhi kebutuhannya melalui proses

keperawatan.

3. Sikap dan tingkah laku profesional yang dituntut dari seorang perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dan kehidupan profesi meliputi

penumbuhan dan pembinaan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak

profesional melalui suatu lingkungan yang sarat dengan model peran (role

model).

4. Belajar aktif dan mandiri yang dapat dicapai selama pembelajaran klinik

antara lain dengan membuat laporan pendahuluan, presentasi kasus dan

seminar hasil dan kegiatan lainnya yang menuntut mahasiswa lebih mandiri.

5. Pendidikan berada pada masyarakat atau pengalaman belajar yang

dikembangkan di masyarakat (community based learning) yang dapat

menumbuhkan dan membina sikap dan keterampilan para mahasiswa

dimasyarakat.

Untuk mencapai kompetensi di atas, maka kurikulum tahap Program

Profesi (Ners) disusun berdasarkan Kurikulum Nasional dengan Surat Keputusan

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 juni tahun

1999 tentang kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI). Besar beban

studi kurikulum inti pada tahap program profesi (Ners) adalah minimal 20 SKS

(80% dari kurikulum lengkap program profesi Ners). Dengan komposisi 5 SKS

(55)

semester kedua meliputi 2 SKS (10%) Manajemen Keperawatan, 2 SKS (10%)

Keperawatan Gerontik, 2 SKS (10%) Keperawatan Gawat Darurat, 2 SKS (10%)

Keperawatan Keluarga dan 3 SKS (15%) Keperawatan Komunitas.

Proporsi di atas telah mengalami perubahan menjadi 6 SKS kelompok

Keperawatan Medikal Bedah (KMB), 3 SKS Keperawatan Maternitas, 3 SKS

Keperawatan Anak, dan 3 SKS Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester

pertama. Sedangkan pada semester kedua meliputi 3 SKS Manajemen

Keperawatan, 3 SKS Keperawatan Gerontik, 3 SKS Keperawatan Komunitas dan

Praktik Belajar Lapangan Komprehensip (PBLK) sebanyak 4 SKS, sehingga

totalnya 34 SKS.

2.2 Konsep Spiritualitas

2.2.1 Defenisi Spiritualitas

Spiritualitas merupakan konsep unik pada tiap individu, dan tergantung

pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan, agama dan ide-ide

kehidupan seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 dalam Potter dan Perry, 2010).

Spiritualitas seseorang membuat seseorang dapat mencintai, memiliki

kepercayaan dan harapan, mencari arti dan makna hidup dan memilihara

hubungannya dengan orang lain. Spiritualitas memberikan individu energi yang

dibutuhkan untuk menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang

sulit dan untuk memelihara kesehatan. Energi yang berasal dari spiritualitas

membantu klien merasa sehat dan membantu membuat pilihan sepanjang

(56)

Spiritualitas menawarkan pengertian keterhubungan

(connectedness) secara intrapersonal (keterhubungan dengan diri sendiri), secara

interpersonal (keterhubungan dengan orang lain dan lingkungan), dan

transpersonal (keterhubungan dengan yang tidak terlihat, Tuhan , atau kekuatan

tertinggi) (Miner Williams, 2006 dalam Potter dan Perry, 2010). Setelah

dihubungkan, klien dapat mengatasi tekanan dalam kehidupan sehari-hari dan

menemukan kenyamanan, kepercayaan, harapan, kedamaian, dan kekuasaan

(Chiu et al., 2004; Delago, 2005; Tanyi, 2002; Villagomeza, 2005 dalam Potter

dan Perry, 2010). Spiritualitas melibatkan realitas eksistensial yang menyediakan

pengalaman yang unik dan subjektif bagi semua individu. Perjalanan hidup

seseorang membuat individu menemukan rasa arti dan tujuan hidup. Pencarian

tujuan biasanya dihubungkan dengan pekerjaan atau panggilan hidup (Delgado,

2005 dalam Patricia A Potter dan Anne G Perry, 2010). Realitas eksistensial

membantu individu bekerja sama dengan yang tidak terduga dan memperbolehkan

individu untuk mencintai, menghibur, memaafkan orang lain (Chiu et al, 2005

dalam Potter dan Perry, 2010).

Spiritualitas memberikan individu kemampuan untuk menemukan

pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang diperlukan saat

membuat keputusan yang sulit (Banks Wallace dan Park, 2004 dalam Potter dan

Perry, 2010). Kekuatan batiniah merupakan suatu sumber energi yang

menanamkan harapan, memberikan motivasi, dan mempromosikan harapan yang

(57)

dan penuh kedamaian meskipun pengalaman hidup kacau balau, penuh ketakutan,

dan tidak pasti. Semua Perasaan ini membantu individu merasa nyaman walaupun

disaat sedang sangat tertekan (Banks Wallace dan Park, 2004; Villagomeza, 2005

dalam Potter dan Perry, 2010).

2.2.2 Karakteristik Spiritual

Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yang meliputi hubungan

dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan

hubungan dengan Tuhan (Hamid, 2008).

1. Hubungan dengan diri sendiri

Maksudnya adalah kekuatan dalam diri atau self reliance yang meliputi

pengetahuan diri tentang siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya, dan

sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan,

ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri.

2. Hubungan dengan alam

Harmoni yang mengambarkan hubungan seseorang dengan alam yang

meliputi minat dan ketertarikan tentang pohon, tanaman, margasatwa dan

iklim, serta kesenangan dan keinginan untuk bertanam dan berjalan kaki

menikmati keindahan alam, mengabadikan, dan melindungi alam.

3. Hubungan dengan orang lain

Meliputi cinta kasih, harapan dan motivasi, keadaan yang harmonis

dan keadaan yang tidak harmonis. Keadaan harmonis/ suportif dengan orang

(58)

balik, mengasuh anak, orang tua, dan orang sakit kemudian menyakini

kehidupan dan kematian dengan cara mengunjungi, melayat dan lain-lain.

Sedangkan keadaan tidak harmonis meliputi konflik dengan orang lain dan

resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dalam waktu lama dengan

friksi dan keterbatasan asosiasi.

4. Hubungan dengan ketuhanan

Meliputi agamis atau tidak agamis yang terdiri dari sembahyang,

berdoa, meditasi perlengkapan keagamaan, menyatu dengan alam dan

partisipasi dalam kegiatan agama.

Dyson dalam young (2007) mengartikan bahwa lingkungan/alam adalah

segala sesuatu yang berada disekitar diri seseorang. Dyson dalam young dan

Koopsen (2007) menjelaskan tiga faktor yang berhubungan dengan

spiritualitas, yaitu :

a. Diri sendiri

Kekuatan jiwa seseorang merupakan hal yang fundamental dalam

eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas.

b. Sesama

Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri.

Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling ketergantungan

telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi.

c. Tuhan

(59)

dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan

dipahami sebagai daya yang menyatukan prinsip hidup atau hakikat hidup.

Kodrat Tuhan mungkin dirasakan berbagai macam bentuk dan mempunyai

makna yang berbeda bagi satu orang dengan yang lain. Manusia

merasakan ada Tuhan dalam banyak cara seperti dalam suatu hubungan,

alam, musik, seni, dan hewan peliharaan.

Young dan Koopsen (2007) juga menjelaskan bahwa proses penuaan

adalah suatu langkah yang penting dalam perjalanan spiritual dan pertumbuhan

spiritual seseorang. Orang-orang yang memiliki spiritualitas berjuang

mentransendensikan beberapa perubahan dan berusaha mencapai pemahaman

yang lebih tinggi tentang hidup mereka dan maknanya.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Spiritualitas

Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) dan Craven & Hirnle (1996,

dalam Hamid, 2008), faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas

seseorang adalah:

1. Tahap perkembangan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama

yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan

dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan

kepribadian anak. Tema yang diuraikan anak tersebut meiputi gambaran

tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling

keterikatan dengan kehidupan. Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam

(60)

tetap segar, penuh kehidupan dan berarti. Meyakini Tuhan mempunyai

kekuatan dan selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan. Serta

Tuhan digambaran seperti cahaya/sinar.

2. Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan

spiritualitas anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orangtua

kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai

Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh

karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman

pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan dunia, pandangan anak

pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan

dengan orang tua dan saudaranya.

3. Latar belakang etnik dan budaya

Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual

keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk

nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk

kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem

kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi

tiap individu.

4. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif

(61)

oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau

pengalaman tersebut.

5. Krisis dan Perubahan

(Tooth, 1992) dan Craven & Hirnle (1996, dalam Hamid, 2008)

mengatakan bahwa krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi

penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian,

khususnya pada klien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang

buruk. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual &

keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat dibanding dengan

pasien yang berpenyakit tidak terminal.

6. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat

individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan

sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat

menghadiri acara sosial, mengikuti kegiatan agama dan tidak dapat

berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa memberikan dukungan

setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual beresiko

terjadinya perubahan fungsi spiritual.

7. Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai

cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama

yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat

(62)

sterilisasi, dll. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering

dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.

8. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai

Ketika memberikan asuahan keperawatan kepada klien, perawat

diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual pasien, tetapi dengan berbagai

alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan

asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang

nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting

kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual

dalam keperawatan, atau merasa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan

menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.

2.2.4 Tahap Perkembangan Spiritual

`Tahap perkembangan spiritual dimulai dari masa bayi dan todler, pra

sekolah, usia sekolah, dewasa, usia pertengahan dan lansia (Hamid, 2008) :

1. Bayi dan Todler (0 – 2 tahun)

Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya kepada

yang mengasuh yang sejalan dengan perkembangan rasa aman dan dalam

hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan manusia mengenal

dunia melalui hubungannya dengan lingkungan, khususnya orang tua.

Bayi dan todler belum memiliki rasa salah dan benar, serta keyakinan

spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa mengerti arti

(63)

2. Prasekolah

Sikap orang tua tentang kode moral dan agama mengajarkan kepada

anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Anak prasekolah meniru

apa yang mereka lihat bukan yang dikatakan orang lain. Permasalahan

akan timbul apabila tidak ada kesesuaian atau bertolak belakang antara

apa yang dilihat dan yang dikatakan kepada mereka. Anak prasekolah

sering bertanya tentang moralitas dan agama, seperti perkataan atau

tindakan tertentu dianggap salah. Menurut kozier, Erb, blais dan

Wilkinson (1995 dalam hamid, 2008), pada usia ini metode pendidikan

spiritual yang paling efektif adalah memberi indoktrinasi dan memberi

kesempatan kepada mereka untuk memilih caranya.

3. Usia Sekolah

Anak usia sekolah mengharapkan Tuhan menjawab doanya, yang

salah akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada masa

prapubertas, anak sering mengalami kekecewaan karena mereka mulai

menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka

dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.

Pada masa remaja, mereka membandingkan standar orang tua mereka

dengan orang tua lain dan menetapkan standar apa yang akan

diintegrasikan dalam perilakunya. Remaja juga membandingkan

pandangan ilmiah dengan pandangan agama serta mencoba untuk

(64)

berbeda agama, akan memutuskan pilihan agama yang akan dianutnya

atau tidak memilih satupun dari kedua agama orang tuanya.

4. Dewasa

Kelompok usia dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan

bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang pernah

diajarkan kepadanya pada masa kanak-kanak dahulu, lebih dapat diterima

pada masa dewasa dari pada waktu remaja, dan masukan orang tua

dipakai untuk mendidik anaknya.

5. Usia pertengahan

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak

waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama

yang diyakini oleh generasi muda. Perkembangan filosofi agama yang

lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi

kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga, serta

lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak

atau dihindarkan.

2.2.5 Kompetensi yang didapat dari Spiritualitas yang berkembang

Tischler (2002) mengemukakan terdapat 4 kompetensi yang didapat dari

spiritualitas yang berkembang, yaitu :

1. Kesadaran pribadi (personal awareness), yaitu bagaimana seseorang

mengatur dirinya sendiri, self-awareness, emotional self awareness,

(65)

2. Keterampilan pribadi (personal skills), yaitu mampu bersikap mandiri,

fleksibel, mudah beradaptasi, menunjukkan performa kerja yang baik.

3. Kesadaran sosial (social awareness), yaitu menunjukkan sikap sosial yang

positif, empati , altruism.

4. Keterampilan sosial (social skills), yaitu memiliki hubungan yang baik

dengan teman kerja dan atasan, menunjukkan sikap terbuka terhadap orang

lain (menerima orang baru), mampu bekerja sama, pengenalan yang baik

terhadap nilai positif, baik dalam menanggapi kritikan seseorang dengan

spiritualitas yang berkembang akan memiliki komponen komponen diatas.

Sebagai contoh, pada sisi kesadaran sosial, orang –orang yang spiritualnya

baik memperlihatkan sikap sosial yang lebih positif, lebih empati, dan

menunjukkan altruisme yang besar. Mereka juga cenderung untuk merasa lebih

(66)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

pembelajaran klinik. Pada saat proses tersebut adanya rasa takut pada mahasiswa

ketika mahasiswa berbuat salah yang akan membatasi perkembangan dan

keinginan mahasiswa untuk bereksperimen dengan perawatan. Kondisi ini

akhirnya jelas berdampak pada sedikitnya pengalaman klinik mahasiswa selama

di lahan praktik. Masalah juga muncul dari pengajar atau pembimbing klinik yang

disebut perseptor. Perseptor memiliki perasaan takut seandainya mahasiswa

berbuat kesalahan, sehingga sering menuntut hal yang tidak dapat dilakukan oleh

mahasiswa (Nurhidayah, 2011).

Mahasiswa profesi Ners menghadapi peristiwa-peristiwa yang diluar

perkiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata di lapangan, adanya kesenjangan

antara teori dan prakteknya. Menurut Syahreni dan Waluyanti (2007)

peristiwa-peristiwa diluar perkiraan ini muncul karena mahasiswa profesi Ners belum ada

memiliki gambaran terkait dengan lahan praktek yang menyebabkan mahasiswa

merasa tertekan ketika berhadapan dengan pasien, prosedur perawatan, teman

sejawat yang sebagian belum memahami tujuan pembelajaran dan keterbatasan

mahasiswa dilahan praktek membuat mahasiswa stress dan frustasi. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Nelwati (2009) pada mahasiswa Program Studi

(67)

7,18, pengajar dan staf perawat sebesar 8,24, tugas dan beban kerja sebesar 7,89,

teman dan kehidupan sehari-hari sebesar 3,24, kurang pengetahuan keterampilan

professional 2,62, dan lingkungan klinik sebesar 3,4. Menurut Mulyadi dan

Hidayat (2014) menyimpulkan dari hasil penelitiannya pada mahasiswa profesi

ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep ditemukan

kecemasan pada mahasiswa profesi meliputi kecemasan ringan sebesar 72,7%,

kecemasan sedang 24,7%, dan kecemasan berat 2,6%. Mekanisme koping pada

mahasiswa profesi ners tersebut adaptif sebesar 76,6%, dan koping maladaptive

sebesar 33,8%.

Mahasiswa profesi dari Fakultas Kedokteran Gigi dan Kedokteran juga

mengalami stres seperti mahasiswa profesi Ners. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Widosari (2010) di kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta menunjukkan mahasiswa ko-asisten lebih cemas dan lebih depresif dari

pada mahasiswa preklinik dengan rata-rata cemas ko-asisten 22,86 sedangkan

mahasiswa preklinik 18,83 dan nilai rata-rata depresif mahasiswa ko-asisten 10,13

sedangkan mahasiswa preklinik 7,53. Penelitian berikutnya oleh Viniriani (2013)

di kedokteran gigi Universitas Sam Ratulangi Manado menunjukkan di Balai

Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Manado dengan 62 orang mahasiswa

yang sedang menjalani kepaniteraan klinik terdapat 37 orang (59,7%) yang

memiliki tingkat stres tinggi dan yang rendah 5 orang (8 %). Dari beberapa

penelitian tersebut menunjukkan ada banyak masalah yang dihadapi mahasiswa

(68)

Masalah pada mahasiswa tidak akan menyebabkan stress ketika

mahasiswa memiliki spiritual yang baik. Spiritualitas merupakan keyakinan dalam

hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Menurut Burkhardt

(1993 dalam Patricia A Potter dan Anne G Perry, 2010) spiritual meliputi aspek

berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dalam kehidupan, dapat

menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menemukan

sumber dan kekuatan dalam diri sendiri untuk mengatasi masalah yang dihadapi

dan mempunyai perasaan keterkaitan dengan diri sendiri dan Yang Maha Tinggi.

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan

kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik atau

kematian (Hamid, 2008).

Penelitian yang dilakukan Shores (2010) di University in the Southeastern

United Stated tentang spiritual perspective of nursing student dengan

menggunakan instrument Spiritual Perspektive Scale sebagai alat ukurnya

menyatakan dari 159 orang 78 % beragama protestan, 18 orang beragama katolik,

15 agama yang lain, dan 13 tidak ikut anggota agama. Dari mahasiswa tersebut 90

orang menghadiri dan melakukan kegiatan keagamaan sedikitnya tiap seminggu

sekali, 45 orang melakukannya tiap bulan sekali. Kebanyakan mahasiswa 72%

diindikasikan bahwa mereka menyebutkan spiritual penting dari hal yang lain dan

setengah dari sampel melaporkan membaca dari hal-hal yang berhubungan

(69)

penting. Mahasiswa sejumlah yang sama menyetujui bahwa memberi maaf pada

orang lain hal yang penting dalam spiritual mereka. Sebagian besar berpendapat

bahwa spiritual penting karena memberikan pedoman dalam mengambil

keputusan (74%), dan membantu menjawab pertanyaan tentang arti hidup (75%).

Hasil wawancara dari beberapa mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa menjalani profesi Ners mengubah

kehidupan spiritualnya, pada awal memasuki lahan praktik mahasiswa tidak yakin

akan kemampuan dirinya sehingga mahasiswa bertanya pada pegawai,

hubungannya dengan orang lain tidak berjalan baik karena kesibukan praktiknya,

tidak ada waktu untuk menikmati keindahan alam karena waktu istirahat dari

praktik digunakan untuk buat laporan praktik dan tidur dan kegiatan ibadah

mereka juga terganggu karena jadwal dinas dan tugas mahasiswa.

Seseorang dengan spiritual yang baik akan memilki koping yang adaptive

dalam menghadapi masalah. Sehingga spiritual sangat dibutuhkan oleh semua

mahasiswa termasuk mahasiswa keperawatan yang menjalani profesi ners.

Keperawatan didefinisikan sebagai bentuk pelayanan professional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit

maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Nurhidayah,

2011). Spiritual merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga perawat harus

memenuhinya. Sebagai calon perawat mahasiswa keperawatan harus memenuhi

(70)

nanti. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui gambaran kebutuhan spiritual

mahasiswa keperawatan yang menjalani program profesi Ners di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Deli Husada Delitua.

1.2 Rumusan Masalah

Mahasiswa keperawatan yang menjalani profesi membutuhkan spiritual

yang baik untuk mengatasi stress yang dialaminya, sehingga peneliti ingin

mengetahui bagaimana gambaran spiritual mahasiswa yang menjalani program

profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Deli Husada Delitua.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian pada penelitan ini adalah bagaimana gambaran

spiritual mahasiswa yang menjalani program profesi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Deli Husada Delitua?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran spiritual mahasiswa

yang menjalani program profesi Ners di STIKES Deli Husada Delitua.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik spiritualitas dalam hubungannya dengan

diri sendiri

2. Mengetahui karakteristik spiritualitas dalam hubungannya dengan

alam

(71)

4. Mengetahui karakteristik spiritualitas dalam hubungannya dengan

Tuhan

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pentingnya memberikan

penekanan tentang spiritualitas pada mahasiswa program profesi Ners dalam

praktek profesinya sehingga mahasiswa profesi Ners dapat memberikan

kenyamanan secara psikologis pada dirinya dan memberikan asuhan

keperawatan tentang spiritualitas pada kliennya.

1.5.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa

keperawatan bahwa perawat perlu memberikan asuhan keperawatan tentang

spiritual. Seorang perawat melihat seseorang secara biologi, psikologis,

sosiologis, spiritual.

1.5.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian tentang

spiritual selanjutnya yang sejenis. Sehingga penelitian yang berhubungan

Gambar

Tabel 3.2 Defenisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase  berdasarkan karakteristik
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri mahasiswa yang menjalani Program Profesi Ners
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik spiritualitas: hubungan dengan orang lain mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dadih susu kerbau dan dadih susu kambing dengan menggunakan bambu ampel dan bambu gombong memberikan pengaruh yang berbeda

Pada penelitian ini, juga dilakukan optimasi kondisi proses (kecepatan pengadukan dan temperatur) adsorpsi logam Fe dengan zeolit 4A untuk mendapatkan kemampuan

Perencanaan / redesain lining tersier DAERAH IRIGASI WILAYAH UPTD SIMPANG AGUNG, UPTD TERBANGGI BESAR, UPTD SEPUTIH

menunjukan respon pertumbuhan yang terbaik dengan pertimbangan tinggi tanaman, tinggi tandan pertama, diameter batang tanaman, jumlah bunga per tandan, dan jumlah

Geografska imena: Zbornik radova s Prvoga nacionalnog znanstvenog savjetovanja o geografskim imenima, Zadar, 2011, 11–16.. U radu se problematiziraju i sistematiziraju

5 Pendidikan merupakan bentuk pengajaran yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai- nilai serta mampu menempatkan

Continous Double Auction (CDA) adalah mekanisme untuk mencocokkan para pembeli dan para penjual suatu barang dan menentukan berapa harga yang akan dilaksanakan