Kondisi Umum
Tanaman tomat pada persemaian tumbuh dengan baik pada mulanya akan tetapi pertumbuhan bibit mulai terhambat ketika bibit berumur 4 minggu setelah tanam (MST) (Gambar 10a). Terhambatnya pertumbuhan bibit disebabkan oleh media tanam yang kurang baik sehingga bibit tidak mendapat suplai hara yang cukup serta pertumbuhan akar tidak maksimal. Pertumbuhan bibit tomat lebih baik setelah dilakukan pemupukan menggunakan pupuk daun 1 gl-1 dua kali seminggu dengan cara fertigasi. Bibit tomat dapat dipindahtanamkan ketika berumur 46 hari setelah tanam (HST). Hama yang banyak menyerang di persemaian adalah belalang (Oxya chinensis L.) yang menyebabkan pucuk bibit patah.
Gambar 10 Kondisi umum: (a) pada persemaian 4 MST, (b) pada lahan penelitian Tanaman tomat dipindahtanam ke lapang pada tanggal 17 Desember 2014. Pertumbuhan awal tanaman tomat banyak yang mati akibat pangkal batang yang putus (Gambar 10b). Putusnya pangkal batang tersebut disebabkan oleh hama jangkrik (Gryllus asimilis) dan belalang (Valanga nigricornis dan Oxya chinensis
L.). Tanaman yang mati disulam pada umur 1 minggu setelah pindah tanam (MSP). Tanaman tomat yang sudah berumur 2 MSP dilakukan pemeliharaan seperti pemupukan dan pemangkasan. Pemangkasan tunas-tunas liar dilakukan setiap minggu hingga tanaman berumur 4 MSP. Meskipun telah dilakukan pemangkasan, tunas-tunas liar masih tetap tumbuh dan menyebabkan lingkungan menjadi lembab. Lingkungan yang lembab merupakan keadaan yang kondusif bagi pertumbuhan hama dan penyakit pada tanaman tomat. Rimbunnya daun memberikan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Gambar 11a) dan ulat penggerek buah (Helliothis armigera Hubner) (Gambar 11b). Kedua hama ulat tersebut mulai menyerang pertanaman tomat pada 4 MSP. Serangan hama ulat tersebut cukup banyak sehingga mengurangi kualitas dan kuantitas buah yang dipanen.
Menurut Saladin (2002), rimbunnya daun akibat tidak dilakukannya pemangkasan menyebabkan lingkungan sekitar tanaman menjadi lembab sehingga memberikan keadaan yang kondusif bagi pertumbuhan Phytophtora infestans
yang mengakibatkan penyakit busuk daun (Gambar 11c). Penyakit busuk daun
12
tersebut mulai menyerang pertanaman tomat pada 10 MSP. Penyakit lain yang juga menyerang pertanaman tomat yaitu penyakit gemini virus (Gambar 11d) yang menyebabkan daun menguning dan tanaman menjadi kerdil, serta penyakit layu fusarium (Gambar 11e) yang disebabkan Fusarium oxysporum dan menyerang beberapa tanaman contoh. Kedua penyakit tersebut mulai menyerang pertanaman tomat pada 3-4 MSP. Daun yang terkena penyakit layu fusarium menunjukkan gejala bercak hitam kecoklatan, selanjutnya tampak membusuk, dan mengeluarkan bau tidak sedap (Dimyati 2009). Menurut Cahyono (2008), tanaman yang terkena layu fusarium memiliki warna tulang daun yang memucat, tangkai daun merunduk, serta pada pagi maupun malam hari tanaman terlihat segar tetapi menjadi layu pada siang hari yang panas. Daun tanaman yang terkena busuk daun pada mulanya terdapat bercak-bercak berwarna abu-abu kemudian menguning dan daun menggulung di bagian tepi. Daun akan menguning semua dan mengering dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Tanaman tomat mulai terserang penyakit busuk buah (Gambar 11f) yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani pada 10 MSP. Busuk buah banyak terjadi pada tanaman yang terserang hama ulat pada fase berbuah. Penyakit-penyakit yang menyerang tanaman tomat tersebut terjadi pada fase generatif tanaman.
Gambar 11 Hama dan penyakit pada pertanaman tomat: (a) ulat grayak, (b) penggerek buah, (c) layu fusarium, (d) gemini virus, (e) busuk daun, (f) busuk buah
Intensitas serangan hama dan penyakit pada pertanaman tomat sangat mempengaruhi produksi buah per tanaman. Rata-rata tanaman tomat yang berada di ulangan satu memiliki produksi buah per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tomat yang berada di ulangan dua maupun ulangan tiga. Perbedaan ini disebabkan intensitas serangan hama dan penyakit di tiga ulangan tersebut berbeda. Intensitas serangan hama dan penyakit di ulangan tiga paling tinggi sehingga menyebabkan rata-rata hasilnya paling rendah jika dibandingkan dengan dua ulangan lain. Besarnya intensitas serangan hama terutama penyakit di ulangan tiga disebabkan lokasinya lebih dekat dengan kebun
a b b b
c d e
13
dan semak-semak serta adanya sisa-sisa penyakit (layu fusarium) dari pertanaman pisang sebelumnya.
Rekapitulasi Sidik Ragam
Sidik ragam diperlukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati pada penelitian. Tabel 2 menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap semua karakter kuantitatif yang diamati. Karakter umur panen memiliki nilai koefisien keragaman (kk) terendah yaitu 3.15% sedangkan karakter jumlah bunga per tandan memiliki koefisien keragaman tertinggi yaitu 27.68%. Semakin tinggi nilai koefisien keragaman suatu karakter menunjukkan karakter tersebut semakin beragam pada genotipe maupun antar genotipe. Adanya variasi nilai kk menunjukkan bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap karakter yang diamati.
Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam beberapa karakter yang diamati
Karakter Kisaran F hitung Genotipe KK (%) Tinggi tanaman (cm) 50.0 - 100.0 10.88 ** 10.59 Panjang daun (cm) 25.5 - 48.1 3.13 ** 10.32 Lebar daun (cm) 19.1 - 42.3 4.38 ** 13.63 Jumlah tandan bunga 6.0 - 49.0 6.38 ** 8.79 Jumlah bunga per tandan 4.0 - 10.0 25.11 ** 27.68
Fruit set (%) 50.0 - 100.0 5.66 ** 11.51
Rata-rata bobot buah (g) 40.0 - 106.0 27.47 ** 13.38 Jumlah buah per tanaman 3.0 - 124.0 4.57 ** 24.54 Bobot buah per tanaman (g) 141.0-3858.0 4.29 ** 22.87 Produktivitas (ton/ha) 4.5 - 123.4 4.29 ** 22.87 Panjang buah (cm) 4.0 - 6.1 67.30 ** 3.57 Diameter buah (cm) 3.8 - 5.8 47.25 ** 3.43 Ketebalan daging buah (cm) 0.4 - 0.8 35.00 ** 6.19 Panjang pedisel (cm) 2.0 - 3.6 13.96 ** 8.80 Jumlah rongga buah 2.0 - 8.0 61.54 ** 22.67 Umur berbunga (hari) 23.0 - 39.0 5.21 ** 6.39 Umur panen (hari) 59.0 - 79.0 11.01 ** 3.15 Kekerasan buah 0.9 - 1.8 11.41 ** 12.46
PTT 0.2 - 4.0 42.16 ** 24.97
Nilai kk karakter jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan produktivitas merupakan hasil transformasi data dengan mengakarkan data sebelumnya dan menganalisisnya kembali. Transformasi data dilakukan apabila nilai kk melebihi 25% atau 30%. Data dengan keragaman tinggi yang ditandai dengan nilai kk yang tinggi pula dapat menyebabkan bias terhadap hasil analisis data dan kesimpulan yang diambil. Mattjik dan Sumertajaya (2006) menyatakan nilai kk yang terlalu besar bila dibandingkan dengan nilai yang biasa diperoleh peneliti, mencerminkan bahwa unit-unit percobaan yang digunakan tidak homogen. Nilai kk pada bidang pertanian yang dianggap wajar adalah 20-25%. Keterangan: ** berpengaruh sangat nyata , KK= koefisien keragaman
14
Karakter Kualitatif
Karakter Kualitatif Daun, Tipe Pertumbuhan, dan Warna Hipokotil
Sifat kualitatif merupakan sifat yang kelasnya dapat dibedakan dengan jelas karena dipengaruhi oleh beberapa gen (monogenik atau digenik) (Murti et al. 2004). Karakter kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan sedikit sekali dipengaruhi lingkungan (Syukur et al. 2012). Genotipe-genotipe tomat yang diuji pada umumnya memiliki karakter kualitatif yang berbeda dengan varietas pembanding Intan dan Ratna kecuali pada karakter letak anak daun dan tipe pertumbuhan (Tabel 3).
Tabel 3 Penampilan karakter kualitatif daun, tipe pertumbuhan, dan warna hipokotil pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding Genotipe Letak
daun Tipe daun
Letak anak daun Tipe Pertumbuhan Warna hipokotil F8 005001-4-1-12-3-7-1 semi-drooping
standard horisontal determinate ungu F8
005001-4-1-12-3-17-3
semi-drooping
standard horisontal determinate hijau F8
005001-4-1-12-3-38-1
semi-drooping
standard horisontal determinate ungu F8
005001-4-1-12-3-38-3
semi-drooping
standard horisontal determinate ungu F8
005001-4-1-12-3-46-3 horisontal
standard horisontal determinate ungu F8
005001-4-1-12-3-48-2
semi-drooping
standard horisontal determinate ungu F8
005001-4-1-12-3-54-3 horisontal
standard horisontal determinate hijau F8
005001-4-1-12-3-66-3 horisontal
standard horisontal determinate ungu F8
005001-4-1-12-3-82-2 horisontal
standard horisontal determinate ungu F8
005001-4-1-12-3-82-4
semi-drooping
standard horisontal determinate ungu
Intan
semi-errect
peruvianum horisontal determinate ungu
Ratna
semi-errect
standard horisontal determinate ungu Letak daun genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya semi-drooping
sedangkan kedua varietas pembanding semi-errect. Letak daun berpengaruh terhadap kualitas buah terutama warna buah karena buah yang ternaungi daun akan memiliki jumlah lycopene yang lebih banyak dibandingkan buah yang tidak ternaungi oleh daun (Rosales et al. 2006; Toor et al. 2006). Semakin banyak kandungan lycopene pada buah tomat maka buah tomat akan berwarna merah. Daun genotipe-genotipe yang diuji memiliki tipe yang sama dengan varietas Ratna yaitu tipe standar tetapi berbeda dengan varietas Intan yang bertipe
15
peruvianum. Bentuk daun varietas Intan lebih ramping jika dibandingkan dengan varietas Ratna dan genotipe-genotipe yang diuji.
Letak anak daun dan tipe pertumbuhan genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding sama yaitu horisontal dan determinate. Tipe pertumbuhan determinate memiliki ciri-ciri pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan tandan bunga terdapat pada setiap ruas. Selain itu tanaman tomat dengan tipe pertumbuhan determinate umumnya memiliki tinggi tanaman yang pendek dan tegak. Warna hipokotil genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya ungu kecuali genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 dan F8 005001-4-1-12-3-54-3 yang berwarna hijau. Warna hipokotil ungu menunjukkan adanya antosianin pada batang maupun tulang daun tanaman tomat. Antosianin dapat terletak di seluruh hipokotil, ujung hipokotil, maupun di tengah hipokotil. Antosianin akan terpusat di ujung tanaman setelah tanaman dewasa. Tanaman Solanaceae umumnya memiliki karakter warna hipokotil ungu dominan terhadap warna hipokotil hijau. Hal ini dapat terlihat pada genotipe F8 3-7-1, F8 3-38-1, F8 3-38-3, F8 3-48-2, F8 005001-4-1-12-3-66-3, dan F8 005001-4-1-12-3-88-2 yang dominan berwarna ungu tetapi masih terdapat 6-25% tanaman dengan hipokotil berwarna hijau.
Tipe Tandan Bunga dan Warna Bunga
Genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding umumnya memiliki tipe tandan bunga uniporous (Tabel 4). Beberapa tanaman pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki tipe tandan bunga multiporous tetapi sebagian besar bertipe uniporous. Tanaman tomat yang sebagian besarnya bertipe tandan bunga multiporous pada umumnya memiliki ukuran buah yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman tomat yang bertipe tandan bunga uniporous. Tipe tandan multiporous cenderung memiliki jumlah buah per tandan lebih banyak dibandingkan dengan tipe tandan bunga uniporous sehingga persaingan dalam mendapatkan fotosintat pada tandan bunga bertipe multiporous lebih tinggi dibandingkan dengan tipe tandan bunga uniporous. Semakin kecil persaingan dalam mendapatkan fotosintat, maka semakin besar buah yang dihasilkan.
Tabel 4 Penampilan karakter kualitatif tipe tandan dan warna bunga tomat pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Genotipe Tipe tandan bunga Warna bunga
F8 005001-4-1-12-3-7-1 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-17-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-38-1 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-38-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-46-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-48-2 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-54-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-66-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-82-2 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-82-4 umumnya uniparous kuning
Intan umumnya uniparous kuning
16
Menurut PPVT (2007), warna bunga tomat terdiri atas 2 warna yaitu kuning dan orange. Genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding memiliki warna bunga yang sama yaitu berwarna kuning dan tidak ada yang berwarna orange.
Bentuk Buah, Bentuk Ujung Buah, Warna Buah Muda, Warna Buah Masak, dan Warna Daging Buah
Genotipe-genotipe yang diuji memiliki bentuk buah bulat lonjong dan bulat sedangkan varietas pembanding Intan berbentuk agak pipih dan varietas Ratna berbentuk ellipsoid (Tabel 5). Menurut Murti et al. (2004), bentuk buah yang banyak diminati konsumen adalah bulat atau lonjong bukan pipih. Hasil penelitian Murti et al. (2000) menunjukkan bahwa bentuk buah lonjong dikendalikan oleh gen resesif, oleh karena itu untuk menghasilkan tomat berbentuk lonjong atau bulat maka genotipenya harus homozigot. Bentuk buah lonjong hanya dapat dihasilkan dengan menyilangkan tomat berbuah lonjong dengan lonjong atau bulat.
Tabel 5 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, bentuk bekas putik, warna buah muda, warna buah masak, dan warna daging buah pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding
Genotipe Bentuk buah Bentuk ujung buah Bentuk bekas putik Warna buah muda Warna buah masak Warna daging buah F8 005001-4-1-12-3-7-1 bulat lonjong melekuk
agak datar titik
hijau
muda merah merah F8
005001-4-1-12-3-17-3
bulat lonjong
melekuk
agak datar titik hijau merah merah F8
005001-4-1-12-3-38-1
bulat lonjong
melekuk
agak datar titik
hijau
muda merah merah F8
005001-4-1-12-3-38-3
bulat lonjong
melekuk
agak datar titik
hijau
muda merah merah F8
005001-4-1-12-3-46-3
bulat lonjong
melekuk
agak datar titik
hijau
muda merah merah F8
005001-4-1-12-3-48-2
bulat lonjong
melekuk
agak datar titik hijau merah merah F8
005001-4-1-12-3-54-3 bulat
melekuk
agak datar titik
hijau
muda merah merah F8
005001-4-1-12-3-66-3 bulat
melekuk
agak datar titik
hijau
muda merah merah F8
005001-4-1-12-3-82-2 bulat
melekuk
agak datar titik hijau merah merah F8
005001-4-1-12-3-82-4 bulat
melekuk
agak datar titik hijau merah merah
Intan agak
pipih datar titik
hijau
muda merah merah
Ratna ellipsoid agak
meruncing titik
hijau
17
Ujung buah genotipe-genotipe tomat yang diuji berbentuk melekuk agak datar berbeda dengan varietas Intan yang berbentuk datar dan varietas Ratna yang berbentuk agak meruncing. Bentuk bekas putik genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding pada umumnya titik, akan tetapi pada buah berbentuk agak pipih dan berukuran besar (bobot per buah kurang lebih 100 g) yang dihasilkan oleh sedikit sekali dari genotipe yang diuji serta sebagian kecil dari varietas Intan memiliki bentuk bekas putik garis (linier). Tomat berukuran besar umumnya memiliki bentuk bekas putik garis (linier), sebagai contoh buah tomat beefsteak
(bobot per buah lebih dari 170 g) yang banyak di pasaran umumnya memiliki bentuk bekas putik garis (linier). Tomat yang banyak disukai konsumen dengan ukuran buah yang lebih kecil (bobot per buah kurang dari 80 g) memiliki bentuk bekas putik titik.
Warna buah muda genotipe F8 7-1, F8 38-1, F8 46-3, F8 38-3, F8 005001-4-1-12-3-54-3, dan F8 005001-4-1-12-3-66-3 sama dengan dua varietas pembanding sedangkan genotipe yang lain berbeda. Warna buah tomat dipengaruhi kandungan klorofil a dan b serta kandungan betakaroten (Murti et al. 2004). Kandungan karotenoid buah mentah jauh lebih kecil dibandingkan klorofil (Grierson dan Kader 1986). Sifat warna pangkal buah muda hijau tua dominan terhadap warna hijau muda (Murti et al. 2004; Zamroh 2014).
Warna buah masak dan warna daging buah genotipe-genotipe yang diuji sama dengan dua varietas pembanding Intan dan Ratna. Perubahan warna tomat menjadi merah disebabkan destruksi klorofil dan peningkatan akumulasi betakaroten dan lycopene (Grierson dan Kader 1986). Kandungan lycopene dan aktivitas antioksidan tomat bervariasi antar kultivar dan nilai tertinggi terdapat pada tomat ceri atau tomat kecil, kemudian tomat koktail (Kaur et al. 2004; Molyneux et al. 2004). Kultivar berbuah merah memiliki kandungan lycopene
yang lebih tinggi dari kuning, oranye dan kultivar berwarna hitam (Cox et al.
2003). Sintesis lycopene lebih tinggi pada buah yang dinaungi oleh dedaunan. Karena itu, ada efek musiman terhadap kadar lycopene dan antioksidan dalam buah (Rosales et al. 2006; Toor et al. 2006). Menurut Jones (2008) buah tomat yang disukai konsumen adalah yang berwarna merah kecuali jika dimaksudkan untuk disimpan dalam beberapa hari sebelum dimakan.
Karakter Kuantitatif
Tinggi Tanaman, Panjang Daun, Lebar Daun, dan Panjang Pedisel
Karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing mempunyai pengaruh kecil pada karakter itu dan banyak dipengaruhi lingkungan (Syukur et al. 2012). Genotipe-genotipe tanaman tomat yang diuji pada umumnya memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Intan kecuali pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 (Tabel 6).
Panjang daun genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding sedangkan genotipe-genotipe lain tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Lebar daun genotipe F8 17-3, F8 66-3, dan F8 005001-4-1-12-3-82-4 nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding sedangkan genotipe-genotipe yang pada umumnya nyata lebih tinggi dibandingkan varietas
18
Intan kecuali genotipe F8 005001-4-1-12-3-46-3 dan F8 005001-4-1-12-3-82-2. Lebar daun tertinggi pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3. Panjang pedisel dari setengah genotipe-genotipe yang diuji nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding sedangkan empat genotipe lainnya nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Intan dan satu genotipe tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Panjang pedisel tertinggi pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 sebesar 3.1 cm.
Tabel 6 Nilai rata-rata tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan panjang pedisel genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding*
Genotipe Tinggi tanaman (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Panjang pedisel (cm) F8 005001-4-1-12-3-7-1 75.48b 36.93 31.44a 2.8a F8 005001-4-1-12-3-17-3 76.77ab 37.08 33.48ab 3.1ab F8 005001-4-1-12-3-38-1 71.08b 34.69 31.06a 3.0ab F8 005001-4-1-12-3-38-3 73.68b 36.47 31.36a 3.0ab F8 005001-4-1-12-3-46-3 72.20b 34.91 30.27 2.9ab F8 005001-4-1-12-3-48-2 74.80b 35.27 31.16a 3.0ab F8 005001-4-1-12-3-54-3 76.18b 37.83ab 31.35a 2.6 F8 005001-4-1-12-3-66-3 70.92b 36.20 31.83ab 2.7a F8 005001-4-1-12-3-82-2 71.12b 33.95 28.84 2.8a F8 005001-4-1-12-3-82-4 75.65b 37.01 32.03ab 2.8a Intan 70.93 35.08 27.82 2.6 Ratna 88.13 35.16 28.72 2.7 *
Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan, b: berbeda nyata dengan varietas Ratna pada uji t-Dunnett
Jumlah Bunga per Tandan, Jumlah Tandan Bunga, dan Fruit set
Fase generatif tanaman tomat yang ditandai dengan tanaman berbunga merupakan fase paling rentan terhadap suhu tinggi. Persentase bunga menjadi buah yang tinggi menandakan bahwa tanaman tomat tersebut tahan terhadap suhu tinggi. Suhu tinggi merupakan salah satu kondisi cekaman yang terdapat pada budidaya tanaman tomat di dataran rendah.
Organ reproduksi tanaman memiliki kerentanan yang lebih tinggi pada stres panas dibandingkan dengan organ vegetatif (Abdelmageed 2003; Alsadon et al.
2006; Ruan et al. 2010; Zinn et al. 2010). Identifikasi toleransi panas pada genotipe tomat dapat dilakukan dengan mengevaluasi pembentukan bunga dan
fruit set, karena kedua proses ini sensitif terhadap panas dan berhubungan langsung dengan hasil (Abdul dan Baki 1991). Menurut Lahar dan Peat (1998) bahwa jumlah kuncup bunga dan produksi bunga, terutama dari empat tandan bunga, dapat digunakan sebagai kriteria untuk seleksi tomat toleran panas. Jumlah serbuk sari juga dapat digunakan sebagai kriteria seleksi karena genotipe toleran panas memiliki jumlah serbuk sari yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan genotipe sensitif panas (Abdelmageed 2003).
Genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding memiliki rata-rata jumlah bunga per tandan antara 5-8 bunga (Tabel 7). Genotipe yang diuji pada umumnya memiliki jumlah bunga per tandan nyata lebih tinggi dibandingkan
19
varietas Intan yang memiliki rata-rata jumlah bunga per tandan 5 bunga. Genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki jumlah bunga per tandan sama banyaknya dengan varietas Ratna yaitu 8 bunga per tandan. Genotipe-genotipe yang diuji kecuali F8 7-1, F8 17-3, F8 005001-4-1-12-3-46-3, dan F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki jumlah tandan bunga per tanaman nyata lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding. Jumlah tandan bunga per tanaman genotipe F8 005001-4-1-12-3-7-1, F8 005001-4-1-12-3-17-3, dan F8 005001-4-1-12-3-46-3 tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna sedangkan F8 005001-4-1-12-3-54-3 tidak berbeda nyata dengan kedua varietas. Tabel 7 Nilai rata-rata jumlah tandan bunga, jumlah bunga per tandan, dan fruit
set genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding* Genotipe Jumlah bunga
per tandan
Jumlah tandan
bunga Fruit set (%) F8 005001-4-1-12-3-7-1 7ab 23.0a 73.0 F8 005001-4-1-12-3-17-3 7a 22.4a 70.8 F8 005001-4-1-12-3-38-1 6ab 17.9ab 75.4 F8 005001-4-1-12-3-38-3 6b 18.4ab 77.4 F8 005001-4-1-12-3-46-3 6ab 22.9a 76.2 F8 005001-4-1-12-3-48-2 6ab 21.3ab 80.5ab F8 005001-4-1-12-3-54-3 8a 23.5 69.4 F8 005001-4-1-12-3-66-3 7ab 21.0ab 77.9 F8 005001-4-1-12-3-82-2 6ab 21.6ab 80.2ab F8 005001-4-1-12-3-82-4 6ab 20.6ab 79.8ab Intan 5 27.5 72.9 Ratna 8 26.7 72.5 *
Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan, b: berbeda nyata dengan varietas Ratna pada uji t-Dunnett
Nilai fruit set (persentase bunga menjadi buah) genotipe F8 005001-4-1-12-3-48-2, F8 005001-4-1-12-3-82-2, F8 005001-4-1-12-3-82-4 nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding dengan nilai beruturut-turut 80.5%, 80.2%, dan 79.8%. Ketiga genotipe tersebut dapat dikatakan memiliki adaptivitas terhadap lingkungan dataran rendah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding. Genotipe selain ketiga genotipe tersebut memiliki nilai fruit set yang sama tingginya dengan kedua varietas pembanding.
Umur Berbunga dan Umur Panen
Salah satu indikator yang cukup baik untuk memprediksi umur panen yaitu umur berbunga. Umumnya tanaman yang umur berbunganya genjah cenderung memiliki umur panen yang genjah (Apriyanti 2013). Umur berbunga genotipe-genotipe yang diuji nyata lebih lama dibandingkan varietas Intan dan tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna. Umur panen genotipe-genotipe yang diuji juga nyata lebih lama dibandingkan varietas Intan dan tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna. Rata-rata umur panen genotipe-genotipe yang diuji berkisar antara 70-77 HST sedangkan umur panen varietas Intan 60 HST dan varietas Ratna 72 HST (Tabel 8).
Umur berbunga dan umur panen selain dipengaruhi oleh genetik tanaman juga dipengaruhi oleh lingkungan. Rata-rata umur berbunga varietas Intan pada
20
penelitian ini adalah 24 HST dan varietas Ratna 31 HST. Rata-rata umur berbunga varietas Intan pada penelitian Santosa (2014) di PKHT Tajur, Bogor adalah 28 HST dan varietas Ratna 33 HST. Rata-rata umur berbunga varietas Intan pada penelitian Apriyanti (2013) di PKHT Tajur, Bogor adalah 21 HST sedangkan varietas Ratna 27 HST. Umur panen Intan dan Ratna di ketiga tahun tersebut pada lokasi yang sama juga berbeda meskipun hanya berselang 2-8 hari.
Menurut Jones (2008), umur panen tanaman tomat dikatakan genjah antara 50-65 HST, sedang antara 65-80 HST, dan dalam antara 85-95 HST. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa genotipe-genotipe tomat yang diuji dan varietas Ratna termasuk dalam kategori sedang sedangkan tomat varietas Intan termasuk dalam kategori genjah.
Tabel 8 Rata-rata umur berbunga dan umur panen genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding*
Genotipe Umur berbunga (HST) Umur panen (HST)
F8 005001-4-1-12-3-7-1 33a 74a F8 005001-4-1-12-3-17-3 30a 70a F8 005001-4-1-12-3-38-1 32a 73a F8 005001-4-1-12-3-38-3 35a 75a F8 005001-4-1-12-3-46-3 33a 73a F8 005001-4-1-12-3-48-2 32a 73a F8 005001-4-1-12-3-54-3 34a 77a F8 005001-4-1-12-3-66-3 33a 73a F8 005001-4-1-12-3-82-2 34a 75a F8 005001-4-1-12-3-82-4 32a 74a Intan 24 60 Ratna 31 72 *
Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan pada uji t-Dunnett Bobot per Buah, Jumlah Buah, Bobot Buah per Tanaman, dan Produktivitas
Karakter bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman merupakan karakter yang berpengaruh langsung terhadap daya hasil. Menurut (Zdravković et al. 2011) bobot rata-rata buah dapat digunakan sebagai karakter seleksi untuk menghasilkan genotipe berdaya hasil tinggi. Hasil analisis ragam dan uji lanjut t-dunnet yang tertera pada Tabel 9 menunjukkan bahwa varietas Intan memiliki rata-rata bobot per buah tertinggi dibandingkan dengan varietas Ratna dan genotipe-genotipe yang diuji.
Genotipe F8 1-12-3-17-3, F8 1-12-3-7-1, F8 005001-4-1-12-3-38-1, F8 005001-4-1-12-3-38-3, F8 005001-4-1-12-3-46-3, dan F8 005001-4-1-12-3-48-2 memiliki rata-rata bobot per buah yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Ratna tetapi nyata lebih rendah dibandingkan varietas Intan. Genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3, F8 005001-4-1-12-3-66-3, F8 005001-4-1-12-3-82-2, F8 005001-4-1-12-3-82-4 memiliki rata-rata bobot per buah yang tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna. Menurut Jones (2008), tomat ceri memiliki bobot per buah 14-56.7 g, sedangkan tomat cocktail memiliki bobot per buah 56.7-113.4 g. Varietas Ratna dan genotipe F8 005001-4-1-12-3-82-4 menurut klasifikasi tomat oleh Jones (2008) tersebut dapat digolongkan ke
21
dalam tomat ceri sedangkan varietas Intan dan genotipe lainnya digolongkan ke dalam tomat cocktail.
Tabel 9 Nilai rata-rata bobot per buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman dan produktivitas genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding* Genotipe Rata-rata bobot per buah (g) Jumlah buah per tanaman Bobot buah per tanaman (g) Produktivitas (ton/ha) F8 005001-4-1-12-3-7-1 66.80ab 45 1354.17b 43.33b F8 005001-4-1-12-3-17-3 73.03ab 39b 1413.70b 45.24 F8 005001-4-1-12-3-38-1 63.13ab 35b 1176.80b 37.66b F8 005001-4-1-12-3-38-3 63.93ab 29b 1044.73b 33.43ab F8 005001-4-1-12-3-46-3 63.87ab 44 1377.90b 44.09b F8 005001-4-1-12-3-48-2 65.37ab 41b 1321.00b 42.27b F8 005001-4-1-12-3-54-3 58.43a 42b 1130.30b 36.17b F8 005001-4-1-12-3-66-3 58.10a 38b 1257.27b 40.23b F8 005001-4-1-12-3-82-2 58.13a 34b 1074.53b 34.39b F8 005001-4-1-12-3-82-4 56.23a 42b 1202.67b 38.49b Intan 84.03 33 1409.93 45.12 Ratna 54.97 58 1853.50 59.31 *
Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan, b: berbeda nyata dengan varietas Ratna pada uji t-Dunnett
Menurut UPOV (2011) dan PPVT (2007) ukuran buah terbagi menjadi lima kategori yaitu sangat kecil (Ceries, Sweet 100), kecil (Roma), sedang (Alphamech, Diego), besar (Carmello), sangat besar (Erlidor, Lidya, Muril). Buah tomat kategori sangat kecil (seperti varietas Sweet 100) memiliki bobot buah kurang lebih 0.4 oz atau setara dengan 11.34 g (Rutgers 2015). Buah tomat kategori kecil (seperti varietas Roma) memiliki bobot buah kurang lebih 3 oz atau