• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Hasil 12 Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Daya Hasil 12 Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor)."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL 12 GENOTIPE TOMAT

(

Solanum lycopersicum

L.) DI DATARAN

RENDAH (TAJUR, BOGOR)

ESSY EMIATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Daya Hasil 12 Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, Agustus 2015

Essy Emiati

(4)
(5)

ABSTRAK

ESSY EMIATI. Uji Daya Hasil 12 Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor). Dibimbing oleh SOBIR and MUHAMAD SYUKUR

Pengembangan tomat adaptif dataran rendah perlu dilakukan karena ketersediaan lahan di dataran tinggi semakin terbatas. Penelitian bertujuan menguji serta membandingkan daya hasil dan kualitas 10 genotipe tomat dengan 2 varietas pembanding yang ditanam di dataran rendah. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor dengan 3 ulangan. Bahan yang digunakan adalah 10 genotipe tomat potensial dan 2 varietas pembanding Intan dan Ratna. Pengamatan dilakukan terhadap 13 karakter kualitatif yang meliputi warna hipokotil, tipe pertumbuhan, tipe daun, letak daun, letak anak daun, tipe tandan bunga, warna bunga, bentuk buah, bentuk ujung buah, warna buah muda, warna buah masak, warna daging buah, bentuk bekas putik, dan 17 karakter kuantitatif yang meliputi tinggi tanaman, ukuran daun, panjang pedisel, jumah rongga buah, jumlah tandan bunga, jumlah bunga per tandan, fruit set, jumlah buah per tanaman, umur berbunga, umur panen, ukuran buah, ketebalan daging buah, bobot per buah, bobot buah per tanaman, produktivitas, kekerasan buah, padatan terlarut total (PTT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe-genotipe yang diuji mempunyai karakter letak daun, bentuk buah, dan bentuk ujung buah yang berbeda dari varietas Intan dan Ratna. Genotipe yang dapat dilanjutkan untuk uji multilokasi adalah genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 karena memiliki panjang buah (5.55 cm), tebal daging buah (0.69 cm), panjang pedisel (3.1 cm), dan lebar daun (33.48 cm) lebih baik dibandingkan kedua varietas pembanding, produktivitas (45.24 ton/ha) dan fruit set (70.8%) yang sama baiknya dengan kedua varietas pembanding, bobot per buah (73.03 g), diameter buah (4.99 cm), dan PTT (1.58 oBrix) yang lebih baik dari varietas Ratna, serta tinggi tanaman (76.77 cm), jumlah buah per tanaman (39), bobot buah per tanaman (1 413.70 g), dan kekerasan buah (1.35 kgf cm-2) yang lebih tinggi dari varietas Intan.

Kata kunci: dataran rendah, genotipe, Solanum lycopersicum L., tomat, uji daya hasil

ABSTRACT

(6)
(7)

length, number of locules, number of inflorescence, number of flowers per inflorescence, fruit set, number of fruit per plant, days to flowering, days to harvesting, fruit size, flesh thickness, weight per fruit, fruit weight per plant, productivity, fruit hardness, total soluble solid (PTT). The results showed that tested genotypes have different character in leaf attitude, fruit shape, and fruit blossom end shape compared with varieties Intan and Ratna. Genotype that can be continued for multilocation field trials is F8 005001-4-1-12-3-17-3 genotype because it has a length fruit (5.55 cm), flesh thickness (0.69 cm), pedicel length (3.1 cm), and leaf width (33.48 cm) better than the two compared varieties, yields (45.24 ton/ha) and fruit set (70.8%) as well as both compared varieties, weight per fruit (73.03 g ), fruit diameter (4.99 cm), and PTT (1.58 oBrix) better than varieties Ratna, and plant height (76.77 cm), fruit number per plant (39), fruit weight per plant (1 413.70 g), and fruit hardness (1.35 kgf cm-2) higher than varieties Intan.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

UJI DAYA HASIL 12 GENOTIPE TOMAT

(

Solanum lycopersicum

L.) DI DATARAN

RENDAH (TAJUR, BOGOR)

ESSY EMIATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul Uji Daya Hasil 12 Genotipe Tomat (Solanum lycopersicum L.) di Dataran Rendah (Tajur, Bogor) berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 hingga Maret 2015 dengan tema pemuliaan tanaman untuk menguji serta membandingkan daya hasil dan kualitas dari 12 genotipe tomat di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof Dr Ir Sobir, MSi dan Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan saran dan masukan dalam penyusunan hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat terbaiknya untuk selalu belajar dan menjadi orang yang lebih baik melalui pendidikan yang lebih tinggi.

3. Ibu Siti Marwiyah, SP MSi selaku wakil komisi pendidikan yang juga memberikan banyak saran untuk perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Awang, Ibu Yuyun, Kak Galuh, Pak Rizal, peserta magang SMK, serta semua teknisi lapangan di Kebun Percobaan PKHT-IPB, Tajur, yang telah memberi bantuan dan dukungan selama penelitian.

5. Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB selaku penyedia sarana prasarana yang diperlukan dalam penelitian.

6. Ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungan yang selalu tercurahkan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

7. Kak Abdul, Larasati Dena, Fajriyatus Sho’idah, Widyaningtyas, Lisa Sentani, Kak Tustiah, dan seluruh keluarga Dandelion, Maharani, Gamapuri, Forces, BEM Fakultas Pertanian yang telah membantu jalannya penelitian serta memberi dukungan dan semangat dalam melaksanakan penelitian ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat baik untuk sekarang maupun untuk selanjutnya.

Bogor, Agustus 2015

(14)
(15)
(16)

viii

DAFTAR ISI

PRAKATA vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Tanaman Tomat 2

Karakteristik dan fisiologi Tomat 2

Agroklimat 4

Pemuliaan Tanaman Tomat 4

Uji Daya Hasil 5

Tanaman Tomat Dataran Rendah 5

METODE PENELITIAN 6

Tempat dan Waktu 6

Bahan dan Alat 6

Prosedur Penelitian 6

Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Kondisi Umum 11

Rekapitulasi Sidik Ragam 13

Karakter Kualitatif 14

Karakter Kuantitatif 17

KESIMPULAN 26

SARAN 27

DAFTAR PUSTAKA 27

(17)
(18)
(19)

ix

DAFTAR TABEL

1 Ukuran buah tomat dalam beberapa kategori 3

2 Rekapitulasi sidik ragam beberapa karakter yang diamati 13 3 Penampilan karakter kualitatif daun, tipe pertumbuhan, dan warna

hipokotil pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding 14 4 Penampilan karakter kualitatif tipe tandan dan warna bunga tomat pada

genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding 15 5 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, warna

buah muda, warna buah masak, dan warna daging buah pada

genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding 16

6 Nilai rata-rata tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan panjang pedisel genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding 18 7 Nilai rata-rata jumlah tandan bunga, jumlah bunga per tandan, dan fruit set

genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding 18 8 Rata-rata umur berbunga dan umur panen genotipe-genotipe yang

diuji dan varietas pembanding 19

9 Nilai rata-rata bobot per buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman dan produktivitas genotipe-genotipe yang diuji dan varietas

pembanding 20

10 Nilai rata-rata panjang buah, diameter buah, ketebalan daging buah, kekerasan buah, dan padatan terlarut total genotipe-genotipe yang

diuji dan varietas pembanding 21

11 Korelasi linear antara karakter kuantitatif yang diamati dan karakter hasil

10 genotipe tomat dan varietas pembanding 25

DAFTAR GAMBAR

1 Ukuran daun 7

2 Pedisel (tangkai buah) 7

3 Jumlah rongga buah tomat 8

4 Letak daun tomat 8

5 Tipe daun tomat 8

6 Tipe tandan bunga tomat 8

7 Keragaman bentuk tomat 9

8 Bentuk ujung buah tomat 9

9 Bentuk bekas putik buah tomat 9

10 Kondisi umum 11

11 Hama dan penyakit pada pertanaman tomat 12

12 Jumlah rongga genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding

(20)
(21)
(22)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1 Layout penelitian 31

2 Hasil sidik ragam karakter kuantitatif yang diamati 32 3 Gambar tipe daun tomat genotipe yang diuji dan varietas pembanding 37 4 Gambar morfologi bunga genotipe yang diuji dan varietas pembanding 38 5 Gambar buah tomat muda genotipe yang diuji dan varietas pembanding 39 6 Gambar buah tomat matang genotipe yang diuji dan varietas

pembanding 40

7 Bentuk bekas putik genotipe yang diuji dan varietas pembanding 41 8 Penampilan morfologi genotipe tanaman tomat yang diuji dan varietas

pembanding 42

9 Deskripsi tanaman tomat varietas Intan 43

10 Deskripsi tanaman tomat varietas Ratna 44

11 Riwayat hidup 45

(23)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat merupakan salah satu hortikultura penting di Indonesia. Permintaan akan komoditas tomat ini selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini terkait dengan pertambahan populasi penduduk serta adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi. Permintaan buah tomat yang terus meningkat menuntut peningkatan produksi dan produktivitas tomat yang tinggi. BPS dan Ditjen Horti (2012) melaporkan bahwa produksi tomat nasional tahun 2008-2011 selalu mengalami peningkatan. Produksi tomat nasional tahun 2008 sebesar 725 973 ton meningkat menjadi 853 061 ton pada tahun 2009. Nilai produksi tomat nasional pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan dari 891 616 ton menjadi 954 046 ton pada tahun 2011.

Produktivitas tanaman tomat yang tinggi cenderung dapat dicapai pada budidaya tanaman tomat di dataran tinggi daripada di dataran rendah. Menurut Idham et al. (2013), produktivitas tomat di dataran rendah Riau berkisar 650.1 kg/ha sedangkan produktivitas tomat di dataran tinggi Sumatera Barat dapat mencapai 4.44 ton/ha. Tantangan dalam budidaya tomat di dataran tinggi adalah ketersediaan lahan yang semakin berkurang. Hal ini karena selama ini masyarakat umumnya menanam tomat di dataran tinggi dan lahan yang ada di dataran tinggi juga dibutuhkan untuk konservasi lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan budidaya tanaman tomat akan lebih diarahkan ke dataran rendah.

Budidaya tanaman tomat di dataran rendah masih mengalami beberapa kendala antara lain: (i) Kesesuaian iklim. Tomat tumbuh baik pada temperatur antara 65°F-90°F (18.3°C-32.2°C) (Jones 2008), (ii) Produktivitas. Saat ini tanaman tomat dataran rendah memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan tomat yang dibudidayakan di dataran tinggi, (iii) Kualitas buah. Tomat yang diinginkan konsumen memiliki ukuran yang seragam, warna buah merah merata, berdaging buah tebal, berbentuk lonjong, dan cukup keras, serta tinggi akan kandungan nutrisi, (iv) Ketahanan terhadap hama dan penyakit. Tanaman tomat dataran rendah rentan terhadap penyakit, seperti penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), sehingga hasil buahnya akan rendah (Villareal 1980). Oleh karena itu pengembangan terhadap varietas tomat yang adaptif di lingkungan dataran rendah dan memiliki daya hasil serta kualitas yang baik perlu dilakukan.

Calon varietas atau galur harapan tanaman tomat yang telah diseleksi berdasarkan sifat yang diinginkan harus diuji terlebih dahulu melalui proses uji daya hasil pendahuluan (UDHP) dan uji daya hasil lanjutan (UDHL) (Soedomo 2012). Uji daya hasil diperlukan untuk mengetahui daya adaptasi tanaman tomat di lingkungan tertentu yang dapat ditentukan berdasarkan kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan.

Tujuan

(24)

2

Hipotesis

Terdapat perbedaan karakter kualitatif dan kuantitatif antara 10 genotipe tomat dengan varietas pembandingnya yang ditanam di dataran rendah.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat

Tomat (Solanum lycopersicum L.) berasal dari Amerika yaitu daerah bagian dari negara-negara Bolivia, Chili, Kolumbia, Equador, dan Peru. Tomat pertama kali diintroduksi ke Eropa sebagai tanaman hias bukan sebagai bahan pangan karena dianggap berbahaya. Tomat pada awalnya dianggap berbahaya karena berkerabat dengan Sollanaceae beracun seperti belladonia dan mandrake. Tomat menyebar dengan cepat ke seluruh dunia khususnya Asia setelah penerimaannya sebagai pangan dan introduksi di Eropa. Saat ini, tomat yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik pada iklim yang berbeda dari daerah asalnya (Villareal 1979).

Tomat pertama kali diklasifikasikan oleh Linnaeus ke dalam genus Solanum dengan nama spesies Solanum lycopersicum. Philip Miller, 15 tahun setelah deklarasi dari Linnaeus, mengklarifikasikan tanaman tomat ke dalam famili Solaneceae dengan spesies Lycopersicum esculentum. Nama spesies Solanum lycopersicum L. kemudian yang digunakan hingga saat ini dan Lycopersicum esculentum Mill. sebagai sinonimnya (Costa dan Heuvelink 2004).

Tanaman tomat diklasifikasikan secara lengkap dan sistematik oleh para ilmuwan ke dalam kingdom Plantae, subkingdom Tracheobionia, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, subkelas Asteridae, ordo Solanales, famili Solaneceae, genus Solanum, dan spesies Lycopersicum esculentum. Dua spesies tomat yang dibudidayakan saat ini dengan buah berwarna merah dan rata termasuk ke dalam subgenus Eulycopersicon. Spesies liar tomat dengan buah berwarna hijau dan berbulu termasuk ke dalam subgenus Eriopersicon. Spesies tomat liar ini memiliki keunggulan dalam ketahanannya terhadap penyakit sehingga banyak disilangkan dengan tomat budidaya untuk menghasilkan varietas tahan penyakit dan bobot kering buah tinggi (Vincent et al. 1999).

Karakteristik Tanaman Tomat

Tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki akar tunggang yang dapat tumbuh menembus ke dalam tanah hingga kedalaman 3 m. Batang tanaman tomat padat dengan pola pertumbuhan bervariasi dari tegak, merayap hingga menjalar. Tanaman tomat ini dapat tumbuh dengan tinggi 0.5-2.0 m. Beberapa kultivar memiliki tinggi kurang dari 30 cm. Sifat pertumbuhan tanaman dibagi menjadi tiga yaitu tidak terbatas, semi-terbatas, dan terbatas (Vincent et al. 1999).

Daun tanaman tomat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu pendek,

(25)

3

3-6 cm. Daun majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi batang tanaman.

Bunga tanaman tomat memiliki kelopak bunga berjumlah lebih dari lima buah dan berwarna hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Mahkota bunga berjumlah lebih dari lima buah dan berwarna putih, kuning, atau orange. Bunga tomat merupakan bunga sempurna karena terdapat benang sari dan kepala putik pada bunga yang sama. Bunga memiliki lima buah tepung sari yang mengelilingi putik (Jones 2008). Perbungaan tumbuh berlawanan dan di antara daun. Bunga umumnya menyerbuk sendiri tetapi dapat juga menyerbuk silang dengan bantuan serangga. Tangkai bunga biasanya memiliki zona absisik sekitar pertengahan panjang (Vincent et al. 1999).

Buah tomat merupakan buah buni (beri) berdaging, permukaannya agak berbulu ketika masih muda, tetapi halus ketika matang (Vincent et al. 1999). Buah tomat memiliki bentuk antara lain pipih, agak pipih, bulat, bulat lonjong, berbentuk hati, silinder, pyriform, dan elips (plum) (IPGRI 1996). Ukuran buah bervariasi dari yang paling kecil memiliki bobot 14 gram hingga yang berukuran besar memiliki bobot 425 gram. Buah tomat dengan ukuran terbesar disebut tomat

beefsteak dibagi menjadi kecil, sedang, dan besar. Tomat beefsteak kecil memiliki bobot 170-227 g, tomat beefsteak sedang memiliki bobot 255-425 g, tomat

beefsteak besar memiliki bobot 340-425 g. Tomat berukuran kecil disebut tomat ceri (memiliki bobot 14-56.7 g) dan cocktail (memiliki bobot 56.7-113.4 g). Buah tomat berukuran normal dibagi menjadi Roma, oxheart, dan pir (Jones 2008). Buah tomat yang masih muda berwarna putih kehijauan, hijau muda, hijau, hijau agak tua, atau hijau tua. Buah matang berwarna hijau, kuning, jingga,merah muda, merah, atau warna lainnya (IPGRI 1996).

Warna buah merah pada tomat disebabkan oleh pigmentasi lycopene, sedangkan warna kuning disebabkan oleh karotenoid. Tomat merah memiliki warna kulit kuning dan daging buah (perikarp) merah. Kultivar merah jambu juga memiliki daging buah merah tetapi karena gen resesif kulit menjadi tidak berwarna. Kultivar tomat berwarna kuning memiliki warna kulit buah kuning atau tidak berwarna dan daging buah kuning (Vincent et al. 1999).

Tabel 1 Ukuran buah tomat dalam beberapa kategori (IPGRI 1996) Ukuran buah Diameter (cm)

(26)

4

Komponen kualitas buah tomat selain ukuran dan bentuk adalah rasa, kekerasan, kandungan padatan terlarut, dan pH. Rasa buah tomat yang baik dipengaruhi oleh rasio gula dan asam dalam buah tomat. Rasio gula dan asam yang tinggi merupakan indikator buah tomat yang baik. Kandungan gula dan asam yang tinggi pada buah tomat terjadi pada saat buah berwarna merah jingga. Kandungan padatan terlarut pada buah tomat juga mempengaruhi rasa buah tomat tersebut. Semakin tinggi kandungan padatan terlarut maka rasa buah tomat tersebut semakin baik. Kebanyakan buah tomat memiliki kandungan padatan terlarut sebesar 5% dan 7%. Pada tomat ceri dan anggur, kandungan padatan terlarut sebesar 8-10 oBrix sedangkan tomat beefsteak memiliki kandungan padatan terlarut sebesar 4-6 oBrix. Pada umumnya, buah tomat memiliki pH berkisar antara 4.0-4.5 dengan rata-rata antara 4.3 dan 4.4. Kekerasan buah dipengaruhi oleh keseimbangan nutrisi kalium dan nitrogen pada tanaman tomat. Tanaman tomat yang tidak mendapat kalium dan nitrogen pada dosis yang seimbang maka akan menghasilkan buah yang lunak (Jones 2008).

Agroklimat

Tanaman tomat membutuhkan tanah gembur dengan pH antara 6-7 agar pertumbuhannya baik. Temperatur udara yang cocok bagi pertumbuhan tomat adalah 24°C pada siang hari dan 15-20°C pada malam hari. Tanaman tomat dapat dibudidayakan pada dataran rendah hingga dataran tinggi (1 500 m dpl). Tanaman ini memerlukan sinar matahari minimal 8 jam per hari dan curah hujan sebesar 750-1 250 mm per tahun atau 100-200 mm per bulan (Deptan 2006).

Pemuliaan Tanaman Tomat

Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik tanaman, sehingga diperoleh varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Umumnya perbaikan sifat genetik tersebut dapat dicapai melalui tiga cara yaitu : (1) dengan penggabungan sifat-sifat baik yang berasal dari dua atau lebih tetua, yang kemudian dilakukan seleksi, (2) dengan seleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam suatu populasi alam yang heterogen, (3) dengan manipulasi atau perubahan susunan genom dan gen secara mutasi (Purwati 1997).

Pemuliaan tanaman dilakukan dengan melakukan serangkaian tahapan antara lain pembentukan keragaman atau koleksi, seleksi, pengujian, dan pelepasan varietas. Seleksi untuk meningkatkan hasil dapat dilakukan pada tanaman yang memiliki ukuran buah dan berat yang lebih besar (Haydar et al.

2007). Daya hasil tomat tergantung pada dua komponen yaitu, berat buah dan jumlah buah per tandan bunga. Karakter ini bersifat kuantitatif (dipengaruhi oleh beberapa gen). Oleh karena itu, peningkatan jumlah buah per tandan bunga akan menjadi strategi yang paling efisien untuk meningkatkan daya hasil tomat (Zdravković et al. 2011).

(27)

5

tahan terhadap pecah buah, berumur genjah, mengandung vitamin C yang tinggi serta tahan terhadap perubahan lingkungan tumbuh lainnya yang kurang menguntungkan (stress) (Siregar et al. 2010). Pemuliaan sekarang ini tidak hanya mengembangkan kultivar dengan ketahanan monogenik dan dominan untuk mengendalikan patogen tanaman tertentu, atau dengan kombinasi resistensi di hibrida F1, tetapi juga memungkinkan akuisisi, baik nilai tambah sifat agronomi, seperti fertilitas pembentukan buah tinggi, keseragaman, adaptasi, kekerasan, dan lama daya simpan yang sesuai untuk pengiriman jarak jauh (Passam et al. 2007).

Uji Daya Hasil

Calon varietas atau galur harapan tanaman tomat yang telah diseleksi berdasarkan sifat yang diinginkan harus diuji terlebih dahulu melalui proses uji daya hasil pendahuluan (UDHP) dan uji daya hasil lanjutan (UDHL). Uji daya hasil galur-galur harapan tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui produktivitas dan kualitas galur-galur harapan pada lokasi yang berbeda (Soedomo 2012). Menurut Nazirwan et al. (2014) masalah yang dihadapi dalam penggunaan galur-galur potensial adalah fenomena perbedaan hasil bila ditanam pada lingkungan yang berbeda, untuk itu diperlukan pengujian untuk mengetahui karakteristik, daya hasil dan kualitas varietas tersebut dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi tempat suatu varietas yang akan dibudidayakan.

Tomat Dataran Rendah

AVDRC mengemukakan bahwa dalam lingkungan yang tropis, kondisi suhu tinggi kadang-kadang umum terjadi selama musim tanam dan dengan perubahan iklim, tanaman tomat di wilayah ini diisukan akan mengalami peningkatan stres panas (Golam et al. 2012). Suhu tinggi pada tomat dapat menyebabkan kerugian yang luar biasa pada hasil karena pembentukan buah berkurang, ukuran kecil, dan buah berkualitas rendah (Stevens dan Rudich 1978). Hazra et al. (2007) menjelaskan bahwa, pada tomat, sinyal yang menyebabkan kegagalan pembentukan buah pada suhu tinggi melibatkan penurunan tunas, pertumbuhan bunga abnormal, rendahnya pembuatan serbuk sari, perbungaan dan viabilitas rendah, gugurnya ovul dan berkurangnya kandungan karbohidrat. Menurut Saeed

et al. (2007) perpanjangan saluran stigma, rendahnya perkecambahan serbuk sari, rendahnya pertumbuhan tabung polen, dan stres karbohidrat adalah alasan utama rendahnya pembentukan buah tomat pada suhu tinggi. Dinar dan Rudich (1985) melaporkan pada tanaman tomat, suhu tinggi mempengaruhi beberapa proses fisiologis dan biokimia yang akhirnya berpengaruh pada penurunan hasil. Kemungkinan proses biokimia dan fisiologis yang dipengaruhi oleh suhu adalah aktivitas fotosintesis enzim, integritas membran, fotofosforilasi, dan transpor elektron di kloroplas, konduktansi stomata untuk difusi CO2 dan translokasi hasil

fotosintesis.

(28)

6

dan 12.94 ton/ha, disamping itu varietas tersebut juga toleran terhadap penyakit bakteri layu yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Menurut penelitian Santosa (2014), terdapat beberapa genotipe tomat potensial yang memiliki produktivitas serta kualitas yang lebih baik dibandingkan varietas Intan dan Ratna. Genotipe F6004009-5-7-5-7 memiliki nilai produktivitas paling tinggi sehingga potensial untuk dilanjutkan.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur yang terletak pada ketinggian ± 250 m dpl dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian dilaksanakan bulan November 2014 sampai Maret 2015.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang diuji terdiri dari 10 genotipe tomat (F8 7-1, F8 17-3, F8 38-1, F8 38-3, F8 46-3, F8 48-2, F8 54-3, F8 66-3, F8 82-2, F8 005001-4-1-12-3-82-4) dan 2 varietas pembanding (Intan dan Ratna). Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi meteran, tray, alat tulis, kamera, handpenetrometer,

handrefractometer, alat titrasi, dan alat-alat pertanian umum. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, ZA, SP-36, dan KCl. Untuk melindungi tanaman dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) digunakan insektisida dan fungisida dengan dosis 1-2 g/l.

Prosedur Penelitian

Persemaian dan Penanaman

Benih dikecambahkan dalam tray menggunakan media tanam kompos. Setelah memiliki 4-5 pasang daun, tanaman dipindahtanamkan ke lapang. Lokasi persemaian berada di dalam plastic house.

(29)

7

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian OPT, penyiraman, pemberian ajir, pemangkasan tunas-tunas liar, dan pemupukan. Pengendalian OPT dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian OPT secara kimia antara lain menggunakan fungisida Propineb 70% dengan dosis 2 g/l air, insektisida Profenofos 50% dengan dosis 2 ml/l, dan pestisida Dikofol kelthane 20% dengan dosis 2 ml/l. Penyiraman dilakukan dua hari sekali pada pagi atau sore hari. Pengajiran dilakukan ketika tanaman berumur 2 MSP. Ajir dibuat dari bambu dengan panjang 1 m. Ajir dipasang tegak di setiap tanaman tomat dengan jarak 10 cm, tanaman diikatkan ke ajir dengan menggunakan tali rafia membentuk angka 8. Pemupukan dilakukan 10 hari sekali sebanyak 3 kali aplikasi dengan cara fertigasi manual. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK Mutiara dengan dosis 10 g/tanaman (dilarutkan ke dalam 250 ml air).

Pemanenan

Pemanenan buah tomat untuk pengamatan dilakukan hingga panen terakhir (panen ke-5). Buah tomat dipanen per buah dengan mempertahankan tangkai buah. Pemanenan buah tomat dilakukan ketika tomat berubah warna (semburat) dan masak (berwarna merah penuh).

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh setiap genotipe tomat. Beberapa variabel yang diamati pada penelitian ini adalah variabel kuantitatif dan kualitatif berdasarkan deskriptor IPGRI dan UPOV.

Karakter kuantitatif yang diamati meliputi:

1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ujung tanaman (titik tumbuh), diukur pada panen kedua

2. Panjang dan lebar daun diukur pada panen kedua pada daun terlebar tanaman contoh tiap genotipe

Gambar 1 Ukuran daun. L: panjang daun, W: lebar daun 3. Jumlah bunga per tandan, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe 4. Jumlah tandan bunga per tanaman pada tanaman contoh tiap genotipe 5. Fruit set, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe

6. Jumlah buah per tanaman, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe

(30)

8

8. Panjang pedisel, diamati pada 10 buah setiap ulangan tiap genotipe

Gambar 2 Pedisel (tangkai buah)

9. Jumlah rongga buah, diamati 10 buah setiap ulangan tiap genotipe tomat

Gambar 3 Jumlah rongga buah tomat

10.Umur panen (ketika 50 % tanaman dalam populasi dapat dipanen), diamati pada tiap genotipe

11.Ukuran buah, meliputi panjang buah dan diameter buah dari 10 buah yang sudah matang fisiologis/ masak, diamati pada 10 buah setiap ulangan tiap genotipe.

12.Ketebalan daging buah, diamati pada tanaman contoh tiap genotipe. 13.Bobot rata-rata buah (g) tiap tanaman contoh tiap genotipe.

14.Bobot buah per tanaman (g), diamati pada tanaman contoh tiap genotipe 15.Produktivitas, dihitung dengan cara:

Produktivitas = bobot buah per tanaman x (populasi tanaman per ha – 20% populasi/ha)

16.Kekerasan pada buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer

hanya satu dua atau tiga

(31)

9

17.Kandungan padatan terlarut total diukur dengan menggunakan

handrefractometer

Karakter kualitatif yang diamati meliputi:

1. Tipe pertumbuhan tanaman (determinate dan indeterminate) 2. Warna hipokotil: hijau, ungu

3. Letak daun (pada sepertiga bagian tengah): semi-erect, horizontal,

semi-drooping.

Gambar 4 Letak daun tomat

4. Tipe daun, diamati pada daun yang sudah membuka sempurna

Gambar 5 Tipe daun tomat

5. Letak anak daun terhadap tulang daun utama: semi-errect, horisontal,

semi-drooping.

6. Tipe tandan bunga: secara umum uniporus, sebagian uniporus, sebagian multiporus, secara umum multiporus.

Gambar 6 Tipe tandan bunga tomat

uniporous biporous multiporous horisontal

(32)

10

7. Warna bunga: kuning, oranye

8. Bentuk buah (dalam penampang membujur)

Gambar 7 Keragaman bentuk tomat

9. Bentuk ujung buah

Gambar 8 Bentuk ujung buah tomat 10.Warna buah muda: hijau muda, hijau, hijau tua

11.Warna buah masak: kuning, orange, merah muda, merah 12.Warna daging buah: kuning, merah

13.Bentuk bekas putik

Gambar 9 Bentuk bekas putik buah tomat Analisis Data

Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan 12 genotipe potensial tomat sebagai perlakuan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 24 tanaman dengan 10 tanaman contoh, jarak tanam 50 cm x 50 cm. Secara statistik model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = μ + τi + βj + εij Keterangan:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1,2,3,..12

j = 1,2,3

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-F. Apabila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji t-Dunnet pada taraf 5%.

pipih agak pipih bulat bulat lonjong hati silindrikal pyriform ellipsoid

melekuk melekuk agak datar datar

agak pointed

meruncing

(33)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Tanaman tomat pada persemaian tumbuh dengan baik pada mulanya akan tetapi pertumbuhan bibit mulai terhambat ketika bibit berumur 4 minggu setelah tanam (MST) (Gambar 10a). Terhambatnya pertumbuhan bibit disebabkan oleh media tanam yang kurang baik sehingga bibit tidak mendapat suplai hara yang cukup serta pertumbuhan akar tidak maksimal. Pertumbuhan bibit tomat lebih baik setelah dilakukan pemupukan menggunakan pupuk daun 1 gl-1 dua kali seminggu dengan cara fertigasi. Bibit tomat dapat dipindahtanamkan ketika berumur 46 hari setelah tanam (HST). Hama yang banyak menyerang di persemaian adalah belalang (Oxya chinensis L.) yang menyebabkan pucuk bibit patah.

Gambar 10 Kondisi umum: (a) pada persemaian 4 MST, (b) pada lahan penelitian Tanaman tomat dipindahtanam ke lapang pada tanggal 17 Desember 2014. Pertumbuhan awal tanaman tomat banyak yang mati akibat pangkal batang yang putus (Gambar 10b). Putusnya pangkal batang tersebut disebabkan oleh hama jangkrik (Gryllus asimilis) dan belalang (Valanga nigricornis dan Oxya chinensis

L.). Tanaman yang mati disulam pada umur 1 minggu setelah pindah tanam (MSP). Tanaman tomat yang sudah berumur 2 MSP dilakukan pemeliharaan seperti pemupukan dan pemangkasan. Pemangkasan tunas-tunas liar dilakukan setiap minggu hingga tanaman berumur 4 MSP. Meskipun telah dilakukan pemangkasan, tunas-tunas liar masih tetap tumbuh dan menyebabkan lingkungan menjadi lembab. Lingkungan yang lembab merupakan keadaan yang kondusif bagi pertumbuhan hama dan penyakit pada tanaman tomat. Rimbunnya daun memberikan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Gambar 11a) dan ulat penggerek buah (Helliothis armigera Hubner) (Gambar 11b). Kedua hama ulat tersebut mulai menyerang pertanaman tomat pada 4 MSP. Serangan hama ulat tersebut cukup banyak sehingga mengurangi kualitas dan kuantitas buah yang dipanen.

Menurut Saladin (2002), rimbunnya daun akibat tidak dilakukannya pemangkasan menyebabkan lingkungan sekitar tanaman menjadi lembab sehingga memberikan keadaan yang kondusif bagi pertumbuhan Phytophtora infestans

yang mengakibatkan penyakit busuk daun (Gambar 11c). Penyakit busuk daun

(34)

12

tersebut mulai menyerang pertanaman tomat pada 10 MSP. Penyakit lain yang juga menyerang pertanaman tomat yaitu penyakit gemini virus (Gambar 11d) yang menyebabkan daun menguning dan tanaman menjadi kerdil, serta penyakit layu fusarium (Gambar 11e) yang disebabkan Fusarium oxysporum dan menyerang beberapa tanaman contoh. Kedua penyakit tersebut mulai menyerang pertanaman tomat pada 3-4 MSP. Daun yang terkena penyakit layu fusarium menunjukkan gejala bercak hitam kecoklatan, selanjutnya tampak membusuk, dan mengeluarkan bau tidak sedap (Dimyati 2009). Menurut Cahyono (2008), tanaman yang terkena layu fusarium memiliki warna tulang daun yang memucat, tangkai daun merunduk, serta pada pagi maupun malam hari tanaman terlihat segar tetapi menjadi layu pada siang hari yang panas. Daun tanaman yang terkena busuk daun pada mulanya terdapat bercak-bercak berwarna abu-abu kemudian menguning dan daun menggulung di bagian tepi. Daun akan menguning semua dan mengering dalam waktu kurang lebih 2 minggu. Tanaman tomat mulai terserang penyakit busuk buah (Gambar 11f) yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani pada 10 MSP. Busuk buah banyak terjadi pada tanaman yang terserang hama ulat pada fase berbuah. Penyakit-penyakit yang menyerang tanaman tomat tersebut terjadi pada fase generatif tanaman.

Gambar 11 Hama dan penyakit pada pertanaman tomat: (a) ulat grayak, (b) penggerek buah, (c) layu fusarium, (d) gemini virus, (e) busuk daun, (f) busuk buah

Intensitas serangan hama dan penyakit pada pertanaman tomat sangat mempengaruhi produksi buah per tanaman. Rata-rata tanaman tomat yang berada di ulangan satu memiliki produksi buah per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tomat yang berada di ulangan dua maupun ulangan tiga. Perbedaan ini disebabkan intensitas serangan hama dan penyakit di tiga ulangan tersebut berbeda. Intensitas serangan hama dan penyakit di ulangan tiga paling tinggi sehingga menyebabkan rata-rata hasilnya paling rendah jika dibandingkan dengan dua ulangan lain. Besarnya intensitas serangan hama terutama penyakit di ulangan tiga disebabkan lokasinya lebih dekat dengan kebun

a b b b

c d e

(35)

13

dan semak-semak serta adanya sisa-sisa penyakit (layu fusarium) dari pertanaman pisang sebelumnya.

Rekapitulasi Sidik Ragam

Sidik ragam diperlukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati pada penelitian. Tabel 2 menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap semua karakter kuantitatif yang diamati. Karakter umur panen memiliki nilai koefisien keragaman (kk) terendah yaitu 3.15% sedangkan karakter jumlah bunga per tandan memiliki koefisien keragaman tertinggi yaitu 27.68%. Semakin tinggi nilai koefisien keragaman suatu karakter menunjukkan karakter tersebut semakin beragam pada genotipe maupun antar genotipe. Adanya variasi nilai kk menunjukkan bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap karakter yang diamati.

Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam beberapa karakter yang diamati

(36)

14

Karakter Kualitatif

Karakter Kualitatif Daun, Tipe Pertumbuhan, dan Warna Hipokotil

Sifat kualitatif merupakan sifat yang kelasnya dapat dibedakan dengan jelas karena dipengaruhi oleh beberapa gen (monogenik atau digenik) (Murti et al. 2004). Karakter kualitatif dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan sedikit sekali dipengaruhi lingkungan (Syukur et al. 2012). Genotipe-genotipe tomat yang diuji pada umumnya memiliki karakter kualitatif yang berbeda dengan varietas pembanding Intan dan Ratna kecuali pada karakter letak anak daun dan tipe pertumbuhan (Tabel 3).

Tabel 3 Penampilan karakter kualitatif daun, tipe pertumbuhan, dan warna hipokotil pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding Genotipe Letak

standard horisontal determinate ungu F8

005001-4-1-12-3-17-3

semi-drooping

standard horisontal determinate hijau F8

005001-4-1-12-3-38-1

semi-drooping

standard horisontal determinate ungu F8

005001-4-1-12-3-38-3

semi-drooping

standard horisontal determinate ungu F8

005001-4-1-12-3-46-3 horisontal

standard horisontal determinate ungu F8

005001-4-1-12-3-48-2

semi-drooping

standard horisontal determinate ungu F8

005001-4-1-12-3-54-3 horisontal

standard horisontal determinate hijau F8

005001-4-1-12-3-66-3 horisontal

standard horisontal determinate ungu F8

005001-4-1-12-3-82-2 horisontal

standard horisontal determinate ungu F8

005001-4-1-12-3-82-4

semi-drooping

standard horisontal determinate ungu

Intan

semi-errect

peruvianum horisontal determinate ungu

Ratna

semi-errect

standard horisontal determinate ungu Letak daun genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya semi-drooping

(37)

15

peruvianum. Bentuk daun varietas Intan lebih ramping jika dibandingkan dengan varietas Ratna dan genotipe-genotipe yang diuji.

Letak anak daun dan tipe pertumbuhan genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding sama yaitu horisontal dan determinate. Tipe pertumbuhan determinate memiliki ciri-ciri pada ujung tanaman terdapat tandan bunga dan tandan bunga terdapat pada setiap ruas. Selain itu tanaman tomat dengan tipe pertumbuhan determinate umumnya memiliki tinggi tanaman yang pendek dan tegak. Warna hipokotil genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya ungu kecuali genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 dan F8 005001-4-1-12-3-54-3 yang berwarna hijau. Warna hipokotil ungu menunjukkan adanya antosianin pada batang maupun tulang daun tanaman tomat. Antosianin dapat terletak di seluruh hipokotil, ujung hipokotil, maupun di tengah hipokotil. Antosianin akan terpusat di ujung tanaman setelah tanaman dewasa. Tanaman Solanaceae umumnya memiliki karakter warna hipokotil ungu dominan terhadap warna hipokotil hijau. Hal ini dapat terlihat pada genotipe F8 3-7-1, F8 3-38-1, F8 3-38-3, F8 3-48-2, F8 005001-4-1-12-3-66-3, dan F8 005001-4-1-12-3-88-2 yang dominan berwarna ungu tetapi masih terdapat 6-25% tanaman dengan hipokotil berwarna hijau.

Tipe Tandan Bunga dan Warna Bunga

Genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding umumnya memiliki tipe tandan bunga uniporous (Tabel 4). Beberapa tanaman pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki tipe tandan bunga multiporous tetapi sebagian besar bertipe uniporous. Tanaman tomat yang sebagian besarnya bertipe tandan bunga multiporous pada umumnya memiliki ukuran buah yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman tomat yang bertipe tandan bunga uniporous. Tipe tandan multiporous cenderung memiliki jumlah buah per tandan lebih banyak dibandingkan dengan tipe tandan bunga uniporous sehingga persaingan dalam mendapatkan fotosintat pada tandan bunga bertipe multiporous lebih tinggi dibandingkan dengan tipe tandan bunga uniporous. Semakin kecil persaingan dalam mendapatkan fotosintat, maka semakin besar buah yang dihasilkan.

Tabel 4 Penampilan karakter kualitatif tipe tandan dan warna bunga tomat pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding

Genotipe Tipe tandan bunga Warna bunga

F8 005001-4-1-12-3-7-1 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-17-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-38-1 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-38-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-46-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-48-2 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-54-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-66-3 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-82-2 umumnya uniparous kuning F8 005001-4-1-12-3-82-4 umumnya uniparous kuning

Intan umumnya uniparous kuning

(38)

16

Menurut PPVT (2007), warna bunga tomat terdiri atas 2 warna yaitu kuning dan orange. Genotipe-genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding memiliki warna bunga yang sama yaitu berwarna kuning dan tidak ada yang berwarna orange.

Bentuk Buah, Bentuk Ujung Buah, Warna Buah Muda, Warna Buah Masak, dan Warna Daging Buah

Genotipe-genotipe yang diuji memiliki bentuk buah bulat lonjong dan bulat sedangkan varietas pembanding Intan berbentuk agak pipih dan varietas Ratna berbentuk ellipsoid (Tabel 5). Menurut Murti et al. (2004), bentuk buah yang banyak diminati konsumen adalah bulat atau lonjong bukan pipih. Hasil penelitian Murti et al. (2000) menunjukkan bahwa bentuk buah lonjong dikendalikan oleh gen resesif, oleh karena itu untuk menghasilkan tomat berbentuk lonjong atau bulat maka genotipenya harus homozigot. Bentuk buah lonjong hanya dapat dihasilkan dengan menyilangkan tomat berbuah lonjong dengan lonjong atau bulat.

Tabel 5 Penampilan karakter kualitatif bentuk buah, bentuk ujung buah, bentuk bekas putik, warna buah muda, warna buah masak, dan warna daging buah pada genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding

(39)

17

Ujung buah genotipe-genotipe tomat yang diuji berbentuk melekuk agak datar berbeda dengan varietas Intan yang berbentuk datar dan varietas Ratna yang berbentuk agak meruncing. Bentuk bekas putik genotipe yang diuji dan kedua varietas pembanding pada umumnya titik, akan tetapi pada buah berbentuk agak pipih dan berukuran besar (bobot per buah kurang lebih 100 g) yang dihasilkan oleh sedikit sekali dari genotipe yang diuji serta sebagian kecil dari varietas Intan memiliki bentuk bekas putik garis (linier). Tomat berukuran besar umumnya memiliki bentuk bekas putik garis (linier), sebagai contoh buah tomat beefsteak

(bobot per buah lebih dari 170 g) yang banyak di pasaran umumnya memiliki bentuk bekas putik garis (linier). Tomat yang banyak disukai konsumen dengan ukuran buah yang lebih kecil (bobot per buah kurang dari 80 g) memiliki bentuk bekas putik titik.

Warna buah muda genotipe F8 7-1, F8 38-1, F8 46-3, F8 38-3, F8 005001-4-1-12-3-54-3, dan F8 005001-4-1-12-3-66-3 sama dengan dua varietas pembanding sedangkan genotipe yang lain berbeda. Warna buah tomat dipengaruhi kandungan klorofil a dan b serta kandungan betakaroten (Murti et al. 2004). Kandungan karotenoid buah mentah jauh lebih kecil dibandingkan klorofil (Grierson dan Kader 1986). Sifat warna pangkal buah muda hijau tua dominan terhadap warna hijau muda (Murti et al. 2004; Zamroh 2014).

Warna buah masak dan warna daging buah genotipe-genotipe yang diuji sama dengan dua varietas pembanding Intan dan Ratna. Perubahan warna tomat menjadi merah disebabkan destruksi klorofil dan peningkatan akumulasi betakaroten dan lycopene (Grierson dan Kader 1986). Kandungan lycopene dan aktivitas antioksidan tomat bervariasi antar kultivar dan nilai tertinggi terdapat pada tomat ceri atau tomat kecil, kemudian tomat koktail (Kaur et al. 2004; Molyneux et al. 2004). Kultivar berbuah merah memiliki kandungan lycopene

yang lebih tinggi dari kuning, oranye dan kultivar berwarna hitam (Cox et al.

2003). Sintesis lycopene lebih tinggi pada buah yang dinaungi oleh dedaunan. Karena itu, ada efek musiman terhadap kadar lycopene dan antioksidan dalam buah (Rosales et al. 2006; Toor et al. 2006). Menurut Jones (2008) buah tomat yang disukai konsumen adalah yang berwarna merah kecuali jika dimaksudkan untuk disimpan dalam beberapa hari sebelum dimakan.

Karakter Kuantitatif

Tinggi Tanaman, Panjang Daun, Lebar Daun, dan Panjang Pedisel

Karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing mempunyai pengaruh kecil pada karakter itu dan banyak dipengaruhi lingkungan (Syukur et al. 2012). Genotipe-genotipe tanaman tomat yang diuji pada umumnya memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Intan kecuali pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 (Tabel 6).

(40)

18

Intan kecuali genotipe F8 005001-4-1-12-3-46-3 dan F8 005001-4-1-12-3-82-2. Lebar daun tertinggi pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3. Panjang pedisel dari setengah genotipe-genotipe yang diuji nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding sedangkan empat genotipe lainnya nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Intan dan satu genotipe tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Panjang pedisel tertinggi pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 sebesar 3.1 cm.

Tabel 6 Nilai rata-rata tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan panjang pedisel genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding*

Genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 76.77ab 37.08 33.48ab 3.1ab F8 005001-4-1-12-3-38-1 71.08b 34.69 31.06a 3.0ab F8 005001-4-1-12-3-38-3 73.68b 36.47 31.36a 3.0ab F8 005001-4-1-12-3-46-3 72.20b 34.91 30.27 2.9ab F8 005001-4-1-12-3-48-2 74.80b 35.27 31.16a 3.0ab F8 005001-4-1-12-3-54-3 76.18b 37.83ab 31.35a 2.6 F8 005001-4-1-12-3-66-3 70.92b 36.20 31.83ab 2.7a F8 005001-4-1-12-3-82-2 71.12b 33.95 28.84 2.8a F8 005001-4-1-12-3-82-4 75.65b 37.01 32.03ab 2.8a

Intan 70.93 35.08 27.82 2.6

Ratna 88.13 35.16 28.72 2.7

*

Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan, b: berbeda nyata dengan varietas Ratna pada uji t-Dunnett

Jumlah Bunga per Tandan, Jumlah Tandan Bunga, dan Fruit set

Fase generatif tanaman tomat yang ditandai dengan tanaman berbunga merupakan fase paling rentan terhadap suhu tinggi. Persentase bunga menjadi buah yang tinggi menandakan bahwa tanaman tomat tersebut tahan terhadap suhu tinggi. Suhu tinggi merupakan salah satu kondisi cekaman yang terdapat pada budidaya tanaman tomat di dataran rendah.

Organ reproduksi tanaman memiliki kerentanan yang lebih tinggi pada stres panas dibandingkan dengan organ vegetatif (Abdelmageed 2003; Alsadon et al.

2006; Ruan et al. 2010; Zinn et al. 2010). Identifikasi toleransi panas pada genotipe tomat dapat dilakukan dengan mengevaluasi pembentukan bunga dan

fruit set, karena kedua proses ini sensitif terhadap panas dan berhubungan langsung dengan hasil (Abdul dan Baki 1991). Menurut Lahar dan Peat (1998) bahwa jumlah kuncup bunga dan produksi bunga, terutama dari empat tandan bunga, dapat digunakan sebagai kriteria untuk seleksi tomat toleran panas. Jumlah serbuk sari juga dapat digunakan sebagai kriteria seleksi karena genotipe toleran panas memiliki jumlah serbuk sari yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan genotipe sensitif panas (Abdelmageed 2003).

(41)

19

varietas Intan yang memiliki rata-rata jumlah bunga per tandan 5 bunga. Genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki jumlah bunga per tandan sama banyaknya dengan varietas Ratna yaitu 8 bunga per tandan. Genotipe-genotipe yang diuji kecuali F8 7-1, F8 17-3, F8 005001-4-1-12-3-46-3, dan F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki jumlah tandan bunga per tanaman nyata lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding. Jumlah tandan bunga per tanaman genotipe F8 005001-4-1-12-3-7-1, F8 005001-4-1-12-3-17-3, dan F8 005001-4-1-12-3-46-3 tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna sedangkan F8 005001-4-1-12-3-54-3 tidak berbeda nyata dengan kedua varietas. Tabel 7 Nilai rata-rata jumlah tandan bunga, jumlah bunga per tandan, dan fruit

set genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding* Genotipe Jumlah bunga

Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan, b: berbeda nyata dengan varietas Ratna pada uji t-Dunnett

Nilai fruit set (persentase bunga menjadi buah) genotipe F8 005001-4-1-12-3-48-2, F8 005001-4-1-12-3-82-2, F8 005001-4-1-12-3-82-4 nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding dengan nilai beruturut-turut 80.5%, 80.2%, dan 79.8%. Ketiga genotipe tersebut dapat dikatakan memiliki adaptivitas terhadap lingkungan dataran rendah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding. Genotipe selain ketiga genotipe tersebut memiliki nilai fruit set yang sama tingginya dengan kedua varietas pembanding.

Umur Berbunga dan Umur Panen

Salah satu indikator yang cukup baik untuk memprediksi umur panen yaitu umur berbunga. Umumnya tanaman yang umur berbunganya genjah cenderung memiliki umur panen yang genjah (Apriyanti 2013). Umur berbunga genotipe-genotipe yang diuji nyata lebih lama dibandingkan varietas Intan dan tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna. Umur panen genotipe-genotipe yang diuji juga nyata lebih lama dibandingkan varietas Intan dan tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna. Rata-rata umur panen genotipe-genotipe yang diuji berkisar antara 70-77 HST sedangkan umur panen varietas Intan 60 HST dan varietas Ratna 72 HST (Tabel 8).

(42)

20

penelitian ini adalah 24 HST dan varietas Ratna 31 HST. Rata-rata umur berbunga varietas Intan pada penelitian Santosa (2014) di PKHT Tajur, Bogor adalah 28 HST dan varietas Ratna 33 HST. Rata-rata umur berbunga varietas Intan pada penelitian Apriyanti (2013) di PKHT Tajur, Bogor adalah 21 HST sedangkan varietas Ratna 27 HST. Umur panen Intan dan Ratna di ketiga tahun tersebut pada lokasi yang sama juga berbeda meskipun hanya berselang 2-8 hari.

Menurut Jones (2008), umur panen tanaman tomat dikatakan genjah antara 50-65 HST, sedang antara 65-80 HST, dan dalam antara 85-95 HST. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa genotipe-genotipe tomat yang diuji dan varietas Ratna termasuk dalam kategori sedang sedangkan tomat varietas Intan termasuk dalam kategori genjah.

Tabel 8 Rata-rata umur berbunga dan umur panen genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding*

Genotipe Umur berbunga (HST) Umur panen (HST)

F8 005001-4-1-12-3-7-1 33a 74a

F8 005001-4-1-12-3-17-3 30a 70a

F8 005001-4-1-12-3-38-1 32a 73a

F8 005001-4-1-12-3-38-3 35a 75a

F8 005001-4-1-12-3-46-3 33a 73a

F8 005001-4-1-12-3-48-2 32a 73a

F8 005001-4-1-12-3-54-3 34a 77a

F8 005001-4-1-12-3-66-3 33a 73a

F8 005001-4-1-12-3-82-2 34a 75a

F8 005001-4-1-12-3-82-4 32a 74a

Intan 24 60

Ratna 31 72

*

Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan pada uji t-Dunnett Bobot per Buah, Jumlah Buah, Bobot Buah per Tanaman, dan Produktivitas

Karakter bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman merupakan karakter yang berpengaruh langsung terhadap daya hasil. Menurut (Zdravković et al. 2011) bobot rata-rata buah dapat digunakan sebagai karakter seleksi untuk menghasilkan genotipe berdaya hasil tinggi. Hasil analisis ragam dan uji lanjut t-dunnet yang tertera pada Tabel 9 menunjukkan bahwa varietas Intan memiliki rata-rata bobot per buah tertinggi dibandingkan dengan varietas Ratna dan genotipe-genotipe yang diuji.

(43)

21

dalam tomat ceri sedangkan varietas Intan dan genotipe lainnya digolongkan ke dalam tomat cocktail.

Tabel 9 Nilai rata-rata bobot per buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman dan produktivitas genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding*

Angka-angka yang diikuti simbol a: berbeda nyata dengan varietas Intan, b: berbeda nyata dengan varietas Ratna pada uji t-Dunnett

Menurut UPOV (2011) dan PPVT (2007) ukuran buah terbagi menjadi lima kategori yaitu sangat kecil (Ceries, Sweet 100), kecil (Roma), sedang (Alphamech, Diego), besar (Carmello), sangat besar (Erlidor, Lidya, Muril). Buah tomat kategori sangat kecil (seperti varietas Sweet 100) memiliki bobot buah kurang lebih 0.4 oz atau setara dengan 11.34 g (Rutgers 2015). Buah tomat kategori kecil (seperti varietas Roma) memiliki bobot buah kurang lebih 3 oz atau setara dengan 85 g (Rutgers 2015). Buah tomat ukuran besar (seperti varietas Carmello) memiliki bobot buah kurang lebih 6 oz atau setara dengan 170.1 g (Rutgers 2015). Berdasarkan klasifikasi tersebut maka genotipe-genotipe yang diuji serta dua varietas pembandingnya dapat dikategorikan berukuran kecil.

Tomat varietas Ratna memiliki jumlah buah per tanaman tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe F8 12-3-17-3, F8 12-3-7-1, dan F8 12-3-46-3. Jumlah buah genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Intan, sedangkan genotipe lainnya kecuali F8 005001-4-1-12-3-38-3 tidak berbeda nyata dengan varietas Intan. Jumlah buah genotipe F8 005001-4-1-12-3-38-3 nyata lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding. Rendahnya jumlah buah pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-38-3 disebabkan oleh serangan hama dan penyakit yang tinggi pada ulangan ketiga. Serangan hama dan penyakit ini menyebabkan buah yang dapat dipanen sangat sedikit jumlahnya, yaitu antara 4-23 buah per tanaman sedangkan pada ulangan lainnya jumlah buah per tanaman dapat mencapai 72 buah.

(44)

22

tidak berbeda nyata. Bobot buah per tanaman genotipe-genotipe selain F8 005001-4-1-12-3-17-3 juga tidak berbeda nyata dengan varietas Intan. Varietas Ratna memiliki produktivitas tomat per satuan lahan tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3. Produktivitas genotipe-genotipe yang diuji selain F8 005001-4-1-12-3-38-3 tidak berbeda nyata dengan varietas Intan. Produktivitas genotipe F8 005001-4-1-12-3-38-3 nyata lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding Intan dan Ratna.

Panjang Buah, Diameter Buah, Ketebalan Daging Buah, Kekerasan Buah, dan Padatan Terlarut Total

Genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya memiliki panjang buah yang nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding (Tabel 10). Genotipe F8 54-3, F8 66-3, dan F8 005001-4-1-12-3-82-4 memiliki panjang buah yang nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Intan tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna.

Tabel 10 Nilai rata-rata panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, jumlah rongga buah, kekerasan buah, dan padatan terlarut total genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding*

Genotipe

(45)

23

Diameter buah genotipe-genotipe yang diuji nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Ratna tetapi nyata lebih rendah dibandingkan varietas Intan. Perbedaan rasio ukuran buah (panjang dan diameter buah) disebabkan varietas Intan memiliki bentuk buah agak pipih sedangkan varietas Ratna dan genotipe-genotipe yang diuji memiliki bentuk buah bulat hingga lonjong. Berdasarkan ukuran buah terutama diameter buah, tomat dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelas. Tomat dengan diameter 4.7-6.7 cm pada umumnya digunakan sebagai salad, bahan kue, sup, dan saus (Costa dan Heuvelink 2004). Tomat dengan diameter 48-54 mm termasuk dalam kategori sangat kecil (Jones 2008). Berdasarkan IPGRI (1996), ukuran buah tomat terbagi menjadi lima kategori yaitu sangat kecil, kecil, sedang, besar, sangat besar. Buah tomat kategori sangat kecil memiliki diameter kurang dari 3 cm, kecil 3-5 cm, sedang 5.1-8 cm, besar 8.1-10 cm, sangat besar lebih dari 10 cm. Berdasarkan penggolongan ini maka varietas Intan termasuk dalam kategori buah sedang sedangkan varietas Ratna dan genotipe lainnya termasuk dalam kategori buah kecil.

Ketebalan buah genotipe-genotipe yang diuji pada umumnya lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding kecuali pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-38-1, F8 005001-4-1-12-3-46-3, dan F8 005001-4-1-12-3-54-3 yang nilainya tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna. Ketebalan daging buah tertinggi pada genotipe F8 005001-4-1-12-3-7-1 dan F8 005001-4-1-12-3-17-3 dengan nilai 0.69 cm. Jumlah rongga buah genotipe-genotipe yang diuji rata-rata berjumlah 2 atau 3, berbeda dengan varietas pembanding Intan (Gambar 12). Varietas Intan memiliki jumlah rongga buah terbanyak yaitu 5 (lebih dari empat). Menurut Murti

et al. (2000) jumlah rongga sedikit (dua atau tiga) dominan terhadap jumlah rongga buah banyak (lebih dari empat).

Gambar 12 Jumlah rongga genotipe-genotipe yang diuji dan varietas pembanding Intan

Kekerasan buah diukur menggunakan fruit hardness tester 5 kg menggunakan prinsip besarnya tekanan yang dapat ditahan oleh permukaan buah tertentu. Semakin besar angka yang ditunjukkan pada alat tersebut maka semakin besar pula kekerasan buahnya. Berdasarkan Tabel 10 buah yang memiliki nilai

F8005001-4-1-12-3-7-1 F8005001-4-1-12-3-17-3 F8005001-4-1-12-3-38-1 F8005001-4-1-12-3-38-3

F8005001-4-1-12-3-46-3 F8005001-4-1-12-3-48-2 F8005001-4-1-12-3-54-3 F8005001-4-1-12-3-66-3

(46)

24

kekerasan terbesar dan berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding adalah genotipe F8 005001-4-1-12-3-46-3. Kekerasan buah genotipe-genotipe lainnya nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Intan dan tidak berbeda nyata dengan varietas Ratna kecuali genotipe F8 005001-4-1-12-3-48-2 yang nilainya nyata lebih rendah dibandingkan varietas Ratna dan tidak berbeda nyata dengan varietas Intan dan F8 005001-4-1-12-3-46-3 yang nilainya nyata lebih tinggi dibandingkan kedua varietas pembanding. Kekerasan buah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penanganan pascapanen termasuk penyimpanan, persentase kandungan kalium dan nitrogen, dan kandungan air dalam buah. Buah yang kehilangan keseimbangan kandungan nitrogen dan kalium akan terasa lunak jika ditekan (Jones 2008).

Padatan terlarut total diukur ketika buah tomat pada fase red (90% permukaan buah berwarna merah). Nilai PTT yang semakin tinggi menunjukkan rasa buah yang semakin manis. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa genotipe F8 005001-4-1-12-3-54-3 memiliki nilai PTT tertinggi dan berbeda nyata dengan kedua varietas pembandingnya. Nilai PTT genotipe uji yang juga berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding antara lain F8 005001-4-1-12-3-7-1, F8 005001-4-1-12-3-48-2, F8 005001-4-1-12-3-82-2, dan F8 005001-4-1-12-3-82-4. Tomat berukuran kecil seperti tomat ceri pada umumnya mempunyai nilai Brix lebih tinggi (antara 6-8) sedangkan tomat ukuran lebih besar mempunyai nilai Brix lebih rendah (antara 4-6) (Jones 2008). Semua nilai PTT pada kedua varietas pembanding maupun genotipe-genotipe yang diuji di bawah 4 oBrix. Rendahnya nilai Brix buah tomat dapat disebabkan oleh penurunan kadar padatan terlarut dalam buah karena pencucian oleh hujan. Selain itu penggunaan alat refraktometer yang berbeda dapat menyebabkan hasil pengukuran yang berbeda pula.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi pada umumnya dilakukan untuk mengetahui hubungan antar karakter yang diamati. Angka hasil analisis korelasi dapat bertanda positif atau negatif yang menunjukkan hubungan satu karakter terhadap karakter yang lainnya. Korelasi antar sifat tanaman penting dalam pemuliaan tanaman karena hubungan antar karakter dapat digunakan dalam seleksi tidak langsung.

(47)

25

tersebut serta peningkatan atau pun penurunan bobot per buah tidak dipengaruhi oleh karakter-karakter tersebut.

Jumlah buah per tanaman sangat nyata berkorelasi positif dengan tinggi tanaman, bobot buah per tanaman, dan produktivitas serta nyata berkorelasi positif dengan jumlah tandan bunga dan jumlah bunga per tandan. Jumlah buah per tanaman juga nyata berkorelasi negatif dengan diameter buah. Semakin banyak jumlah buah per tanaman yang dapat dipanen maka akan meningkatkan bobot buah per tanaman dan produktivitas tanaman per satuan luas serta membutuhkan tanaman yang tinggi dan jumlah tandan bunga dan bunga per tandan yang banyak. Jumlah buah per tanaman yang terlalu banyak akan menurunkan diameter buah yang dihasilkan yang juga akan menurunkan bobot per buah. Tanaman tomat akan menghasilkan buah dalam ukuran yang besar apabila dilakukan penjarangan buah hingga tersisa 3-4 buah per tandan (Jones 2008). Karakter kuantitatif lainnya tidak mempengaruhi atau pun dipengaruhi oleh karakter jumlah buah per tanaman. Tabel 11 Korelasi linear antara karakter kuantitatif yang diamati dan karakter

hasil 10 genotipe tomat dan varietas pembanding

BB JB BBT PB DB KDB PROD KB UB

Keterangan : *=berkorelasi nyata **=berkorelasi sangat nyata, BB=bobot per buah, JB=jumlah buah, BBT=bobot buah per tanaman, PB=panjang buah, DB=diameter buah, KDB=ketebalan daging buah, PROD=produktivitas, PTT=padatan terlarut total, KB=kekerasan buah, UB=umur berbunga, UP=umur panen, TT=tinggi tanaman, PD=panjang daun, LD=lebar daun, JTB=jumlah tandan bunga per tanaman, JBN=jumlah bunga per tandan, FR=fruit set, PP=panjang pedisel, JRB=jumlah rongga buah.

(48)

26

Bobot buah per tanaman tidak dipengaruhi oleh ukuran buah, ketebalan daging buah, kekerasan buah, umur berbunga, umur panen, ukuran daun, jumlah bunga per tandan, fruit set, panjang pedisel, dan jumlah rongga buah.

Karakter panjang buah sangat nyata berkorelasi positif dengan ketebalan daging buah, panjang pedisel, umur berbunga, dan umur panen. Buah yang berukuran lebih panjang cenderung memiliki daging buah tebal dan membutuhkan pedisel (tangkai buah) yang lebih panjang serta waktu berbunga dan waktu panen lebih lama. Panjang buah nyata berkorelasi negatif dengan jumlah rongga buah. Buah yang memiliki bentuk memanjang cenderung memiliki jumlah rongga buah yang sedikit dibandingkan dengan buah yang pipih. Panjang buah tidak mempengaruhi diameter buah begitupun sebaliknya. Diameter buah hanya berpengaruh pada bobot buah dan jumlah buah per tanaman dan tidak berpengaruh terhadap karakter kuantitatif lainnya.

Sifat ketebalan daging buah sangat nyata berkorelasi positif dengan lebar daun dan nyata berkorelasi positif dengan kekerasan buah dan panjang pedisel. Buah yang memiliki daging tebal membutuhkan daun yang lebar dan tangkai buah yang panjang ketika fase pembentukan buah. Pada umumnya buah berdaging tebal memiliki tekstur yang lebih keras. Menurut Pratiwi (2012) tingkat kekerasan bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat, dan kandungan pati yang terdapat pada bahan. Buah yang memiliki daging tebal tetapi tidak memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut dapat juga memiliki tekstur yang lunak seperti hasil peneitian Santosa (2014) dan Apriyanti (2013). Sifat kekerasan buah tomat nyata berkorelasi positif dengan umur berbunga dan umur panen sehingga untuk menghasilkan buah yang keras membutuhkan waktu berbunga dan panen lebih lama. Produktivitas sangat nyata berkorelasi positif dengan tinggi tanaman dan jumlah tandan bunga. Tanaman tomat dengan karakter batang tinggi dan memiliki jumlah tandan bunga yang banyak cenderung memiliki produktivitas yang tinggi.

KESIMPULAN

(49)

27

SARAN

Genotipe yang dapat dilanjutkan untuk uji multilokasi adalah genotipe F8 005001-4-1-12-3-17-3 karena memiliki panjang buah, tebal daging buah, dan kekerasan buah yang lebih baik dibandingkan kedua varietas pembanding, serta produktivitas yang sama baiknya dengan kedua varietas pembanding. Selain itu genotipe tersebut juga memiliki karakteristik bentuk buah agak lonjong dan warna buah merah seperti yang banyak diminati pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelmageed AH, Gruda N, Geyer B. 2003. Effect of high temperature and heat shock on tomato (Lycopersicon esculentum Mill.) genotypes under controlled conditions. Conference on International Agricultural Research for Development. Gottingen (NL). 8-10 Oktober 2003.

Abdul-Baki AA. 1991. Tolerance of tomato cultivars and selected germplasm to heat stress. J Amer. Soc. Hot . Sci. 116(6):1113-1116.

Alsadon AA, Wahb-allah MA, Khalil SO. 2006. In vitro evaluation of heat stress tolerence in some tomato cultivars. Saudi Arabia (SA): King Sand University.

Apriyanti LH. 2013. Daya hasil galur harapan tomat (Solanum lycopersicon L.) di dataran rendah. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi tomat menurut provinsi, 2008-2012. Jakarta (ID): BPS.

Cahyono B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta (ID): Kanisius. 99 hal.

Costa, Heuvelink. 2004. Introduction : The Tomato Crop and Industry. Wegeningen (NL): Wegeningen University.

Cox SE, Stushnoff C, Sampson DA. 2003. Relationship of fruit color and light exposure to lycopene content and antioxidant properties of tomato.

Canadian Journal of Plant Science. 83:913-919

[Deptan]. Departemen Pertanian. 2006. Budidaya tomat. Sulawesi Tengah (ID): Departemen Pertanian.

Dimyati A. 2009. Uji daya hasil 9 genotipe tomat (Lycopersicum esculentum

Mill.) pada budidaya dataran rendah (Tajur, Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dinar M, Rudich J. 1985. Effect of heat stress on assimilate partition in tomato.

Ann. Bot. 56:239-249.

[Ditjen Horti]. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Produksi tomat menurut provinsi, 2008-2012. Jakarta (ID): Ditjen Horti.

Golam F, Prodhan ZH, Nezhadahmadi A, Rahman M. Heat Tolerance in Tomato. Kuala Lumpur (MY): Universitas Malaya.

Gambar

Gambar 2 Pedisel (tangkai buah)
Gambar 6 Tipe tandan bunga tomat
Gambar 9 Bentuk bekas putik buah tomat
Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam beberapa karakter yang diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

12 Meskipun petugas sudah memiliki sikap yang baik dalam mengambil tindakan ketika terjadi KLB DBD dan kemauan dari petugas jika menerima pekerjaan di luar jam

Futures Trading, Spot, Market Volatility, and Market Efficiency: The Case of The Korean Index Futures Markets Return harian dari KOSPI 200 yang bertindak sebagai aset

5.2 VIŠINSKA RAST Za pet od desetih ploskev, kjer smo lahko izvedli debelno analizo, smo v nadaljevanju analizirali potek višinske rasti dreves rdečega bora.. Za prikaz poteka

Kenaikan produksi akan membantu emiten batu bara untuk mendapatkan penda- patan yang lebih baik pada 2021, mengingat sebagian besar emiten telah berhasil menekan

Jika pemilihan topik dilakukan dengan baik, maka akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari fakta dalam konteks yang berarti/bermakna dalam pengembangan

Metode Inquiry menurut Hamruni (2010:88) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri

untukhargapenilaiankonsumen“suka”denganhasilindeks64%,rasapenilaiankonsum en “suka” dengan hasil indeks 69%, aroma penilaian konsumen “sangat suka” dengan hasil