• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

pH Tanah

Data pengukuran pH tanah dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 3 dan 4 menunjukkan bahwa pemberian amelioran dan pupuk SP-36 serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Rataan pH tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2. Nilai pH tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 pada akhir masa inkubasi tanah.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag)

0 1,38 2,77

Kontrol 4,74d 4,86d 4,63d

Biochar Kotoran Ayam 4,76d 5,75b 6,08a Biochar Kotoran Sapi 5,39c 5,90ab 6,00ab Pupuk Kandang Ayam 5,90ab 5,91ab 5,93ab Pupuk Kandang Sapi 5,85ab 6,04a 6,07a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian amelioran dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah. Interaksi pemberian biochar kotoran ayam dengan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan pH tanah tertinggi dibandingkan dengan kontrol yaitu dari 4,74 menjadi 6,08 atau meningkat sebesar 28,27%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemanfaatan amelioran mampu meningkatkan pH tanah Ultisol secara nyata. Nilai pH tanah akibat pemberian pupuk kandang sapi tidak berbeda nyata dengan pupuk kandang ayam namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan nilai pH tanah akibat pemberian biochar kotoran sapi berbeda nyata dibandingkan dengan biochar kotoran ayam.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai pH tanah akibat pemberian pupuk SP-36 berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.

C-Organik

Data pengukuran C-organik dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 6 dan 7 menunjukkan bahwa pemberian amelioran berpengaruh nyata terhadap C-organik, namun pemberian pupuk SP-36 serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah. Rataan C-organik tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai C-organik tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 pada akhir masa inkubasi tanah.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag) Rataan 0 1,38 2,77

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian amelioran yang berasal dari pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah dari 0,14% menjadi 0,37% atau mengalami kenaikan sebesar 164,28%.

Pemberian biochar kotoran ayam dan pupuk kandang ayam tidak berbeda nyata meningkatkan C-organik tanah, namun berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.

P-Tersedia

Data pengukuran P-tersedia dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 8 dan 9 menunjukkan bahwa pemberian amelioran dengan Pupuk

SP-36 serta interaksi kedua nya berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah.

Rataan P – tersedia tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai P – tersedia tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 pada akhir masa inkubasi tanah.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag) 0 1,38 2,77 ---ppm---

Kontrol 2,16d 2,42d 2,84d

Biochar Kotoran Ayam 2,69 d 3,19d 3,21d Biochar Kotoran Sapi 2,49d 4,74c 6,78b Pupuk Kandang Ayam 3,60 cd 6,24b 6,51b Pupuk Kandang Sapi 3,11d 3,10d 8,14a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian amelioran dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah. Interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan P-tersedia tanah tertinggi dibandingkan dengan interaksi pemberian amelioran lainnya dan kontrol yaitu dari 2,16 ppm menjadi 8,14 ppm atau meningkat sebesar 276,85%.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa rataan P-tersedia tanah akibat pemanfaatan pupuk kandang ayam berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya. sedangkan pemberian biochar kotoran ayam, biochar kotoran sapi dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia dibandingkan dengan kontrol.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa pemberian pupuk SP-36 pada taraf P2 (2,77 g/polybag) berbeda nyata meningkatkan P - tersedia tanah dibandingkan dengan kontrol dan taraf P1 (1,38 g/polybag).

Al-dd

Data pengukuran Al-dd dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 10 dan 11 menunjukkan bahwa pemberian amelioran berpengaruh nyata terhadap Al-dd tanah namun pemberian pupuk SP-36 dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap Al-dd tanah. Rataan Al-dd tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Al-dd tanah akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 pada akhir masa vegetatif.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag)

Rataan

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 5 terlihat pemanfaatan amelioran berpengaruh nyata menurunkan Al-dd tanah Ultisol. Rataan Al-dd tanah akibat pemanfaatan amelioran pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi dan biochar kotoran ayam menurunkan nilai Al-dd terendah 0,144 me/100g namun masing – masing tidak berbeda nyata menurunkan Al-dd tanah. Sedangkan pemberian amelioran biochar kotoran sapi berbeda nyata dengan kontrol dan amelioran lainnya.

Tinggi Tanaman

Data pengukuran tinggi tanaman dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 12 dan 13 menunjukkan bahwa pemberian amelioran dan Pupuk SP-36 serta interaksi pemberian keduanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan akibat pemberian bahan amelioran dan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai tinggi tanaman akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 pada akhir masa vegetatif.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag)

0 1,38 2,77

---cm---

Kontrol 63,00g 113,00f 129,33e

Biochar Kotoran Ayam 108,67f 131,00de 137,67d Biochar Kotoran Sapi 111,33f 125,00e 138,00d Pupuk Kandang Ayam 130,00e 145,33c 170,67b Pupuk Kandang Sapi 130,67de 172,67b 179,33a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian amelioran dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan interaksi pemberian amelioran lainnya dan kontrol yaitu 63 cm menjadi 179,33 cm, atau meningkat sebesar 184,65%.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa pemanfaatan amelioran berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung. Rataan tinggi tanaman jagung akibat pemanfaatan amelioran pupuk kandang sapi berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya, namun pemberian biochar kotoran ayam dan biochar kotoran sapi tidak berbeda nyata meningkatkan tinggi tanaman.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk SP-36 pada taraf P2 (2,77 g/polybag) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung dibandingkan dengan pemberian pupuk SP-36 pada taraf P1 (1,38 g/polybag) dan kontrol.

Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman jagung dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 terhadap tinggi tanaman jagung Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 berbentuk kurva linier positif (Gambar 1), semakin tinggi dosis pupuk SP-36 tinggi tanaman jagung semakin meningkat. Penambahan dosis SP-36 pada A4 mampu meningkatkan tinggi tanaman.

Bobot Kering Tajuk.

Data pengukuran bobot kering tajuk dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 14 dan 15 menunjukkan bahwa pemberian amelioran dan pupuk SP-36 serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 terhadap bobot kering tajuk disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai bobot kering tajuk akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 pada akhir masa akhir vegetatif.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag)

0 1,38 2,77

---g---

Kontrol 6,57gh 13,89g 24,54f

Biochar Kotoran Ayam 26,37f 37,77e 41,12cde Biochar Kotoran Sapi 27,66f 38,57de 47,87c Pupuk Kandang Ayam 43,23cde 44,13cde 45,62cd Pupuk Kandang Sapi 58,29b 58,97b 77,16a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian amelioran dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan bobot kering tajuk tertinggi dibandingkan dengan interaksi pemberian amelioran lainnya dan kontrol yaitu 6,57 g menjadi 77,16 g.

Pada Tabel 7 terlihat pemanfaatan amelioran berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Rataan bobot kering tajuk akibat pemanfaatan amelioran pupuk kandang sapi berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya. Pemberian biochar kotoran ayam dan biochar kotoran sapi tidak berbeda nyata dalam meningkatkan bobot kering tajuk.

Pada Tabel 7 terlihat bahwa pemberian pupuk SP-36 pada taraf 2,77 g/polybag berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 terhadap bobot kering tajuk dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 terhadap bobot kering tajuk.

Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 berbentuk kurva linier positif (Gambar 2), semakin tinggi dosis pupuk SP-36 semakin meningkat bobot kering tajuk. Penambahan dosis SP-36 pada A0 mampu meningkatkan bobot kering tajuk. Sementara perlakuan dengan penambahan SP-36 pada A3 tidak menambahkan respon.

Bobot Kering Akar

Data pengukuran bobot kering akar dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 16 dan 17 menunjukkan bahwa pemberian amelioran dan Pupuk SP-36 berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering akar, namun interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Rataan akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 terhadap bobot kering akar disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai bobot kering akar akibat pemberian komposisi bahan organik dan pupuk SP-36 pada akhir masa vegetatif.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag)

Rataan

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 8 terlihat pemanfaatan amelioran berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Rataan bobot kering akar akibat pemanfaatan amelioran pupuk kandang sapi berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya. Peningkatan bobot kering akar akibat pemanfaat amelioran pupuk kandang ayam, biochar kotoran sapi, biochar kotoran ayam, dan pupuk kandang sapi secara berturut yaitu 19,78, 15,66 g, dan 12,42 g.

Pada Tabel 8 terlihat bahwa pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering akar. Aplikasi pupuk SP-36 pada taraf P2 (2,77 g/polybag) meningkatkan bobot kering akar secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol maupun aplikasi pupuk SP-36 pada taraf P1 (1,38 g/polybag).

Serapan P

Data pengukuran serapan P dan hasil sidik ragam tertera pada Lampiran 18 dan 19 menunjukkan bahwa pemberian amelioran dan Pupuk SP-36 serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap serapan P tanaman. Rataan

akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 terhadap serapan P disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Serapan P akibat pemberian amelioran dan pupuk SP-36 pada akhir masa vegetatif.

Amelioran (30 ton/ha) Pupuk SP-36 (g/polybag)

0 1,38 2,77

---mg/tanaman---

Kontrol 20.83h 117.17ef 153.83cd

Biochar Kotoran Ayam 108.67f 144.03ef 169.00bc Biochar Kotoran Sapi 65.83g 143.97ef 192.20ab Pupuk Kandang Ayam 114.87ef 150.83de 177.07bc Pupuk Kandang Sapi 121.83ef 153.37de 218.30a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama pada setiap efek perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian amelioran dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap serapan P. Interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan serapan P tertinggi dibandingkan dengan interaksi pemberian amelioran lainnya dengan pupuk SP-36 dan Kontrol yaitu 20.83 mg/tanaman menjadi 218.30 mg/tanaman.

Pada Tabel 9 terlihat pemberian amelioran berpengaruh nyata meningkatkan serapan P tanaman jagung. Rataan serapan P akibat pemanfaatan amelioran pupuk kandang ayam, dan biochar kotoran ayam secara berurut yaitu 147,59 mg/tanaman, 140,57 mg/tanaman tidak berbeda nyata.

Pada Tabel 9 terlihat pemberian pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) berpengaruh nyata meningkatkan serapan P dibandingkan dengan pemberian pupuk SP-36 (1,38 g/polybag) dan kontrol.

Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 terhadap serapan P dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 terhadap serapan P.

Hubungan amelioran dan pupuk SP-36 berbentuk kurva linier positif (Gambar 3), semakin tinggi dosis pupuk SP-36 semakin meningkat serapan P tanaman jagung. Penambahan dosis SP-36 pada A3 (pupuk kandang ayam) mampu meningkatkan bobot kering tajuk.

Pembahasan pH Tanah

Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi pemberian amelioran yang berasal dari biochar kotoran ayam dengan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) meningkatkan pH tanah dibandingkan dengan kontrol yaitu dari 4,38 (sangat masam) menjadi 6,08 (agak masam (lampiran 5)) . Hal ini disebabkan pupuk kandang menghasilkan asam – asam organik yang dapat mengikat sumber kemasaman tanah dan adanya unsur Ca pada pupuk SP-36 yang dapat mengurangi ion H+ pada larutan tanah. Hal ini sesuai dengan Hakim (2005)

humat,asam vulvat dan asam-asam organik lainnya. Dimana asam-asam organik tersebut dapat mengikat logam seperti Al dan Fe sehingga dapat mengurangi kemasaman tanah, dan didukung oleh Kaya (2012) yang menyatakan bahwa pengaruh pupuk P terhadap peningkatan pH tanah karena adanya pelepasan sejumlah OH- ke dalam larutan akibat adsorpsi sebagian anion fosfat (H2PO4

-) oleh oksida-hidrat Al dan Fe sehingga pH tanah meningkat. Selain itu ion Ca2+

dalam pupuk tersebut akan menggantikan ion H+ dan Al3+ pada kompleks adsorpsi, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion OH- naik.

Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian amelioran yang berasal dari biochar kotoran sapi meningkatkan meningkatkan pH tanah awal (lampiran 1) yaitu dari pH 4,38 menjadi 5,99. Hal ini disebabkan oleh kemampuan biochar menaikkan pH tanah melalui peningkatan kandungan kation basa seperti oksida Ca2+, Mg2+, dan K+ dari abu pada arang hayati, dan melalui penurunan kadar Al3+ yang terlarut dalam tanah. Hal ini sesuai dengan Novak dkk., (2009) yang menyatakan bahwa pada biochar, kation seperti Ca,K, Mg dan

Silikon (Si) dapat membentuk oksida alkali atau karbonat selama proses pirolisis.

Setelah pelepasan oksida ke lingkungan, kemudian kation – kation tersebut bereaksi dengan H+ dan monomer Al, meningkatkan pH tanah, dan mengurangi kemasaman dapat ditukar.

C-Organik

Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian amelioran yang berasal dari Pupuk Kandang Sapi berpengaruh nyata meningkatkan C-organik tanah awal (lampiran 1) dari 0,25% menjadi 0.37%. Hal ini dikarenakan

karbon (C) merupakan penyusun utama dari bahan organik itu sendiri, sehingga dengan penambahan bahan organik berupa pupuk kandang sapi dapat menambah kadar C-organik pada tanah Ultisol yang tergolong sangat rendah menurut kriteria sifat tanah. Hal ini sesuai dengan Hanafiah (2009) yang menyatakan bahwa kadar karbon dalam bahan organik dapat mencapai sekitar 48%-58% dari berat total bahan organik, sehingga pengaplikasian bahan organik dengan kadar C-organik tinggi mampu menyuplai kadar C-organik bagi tanah dengan kadar C-organik rendah.

P-Tersedia

Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi pemberian amelioran yang berasal dari pupuk kandang sapi dan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan P-tersedia tanah tertinggi dibandingkan dengan interaksi pemberian amelioran lainnya dan kontrol yaitu dari 2.16 ppm menjadi 8.14 ppm. Hal ini dikarenakan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan P – Tersedia melalui khelasi asam – asam organik yang dihasilkan oleh pupuk kandang dengan ion Al dan Fe. Hal ini sesuai dengan Hakim (2005) yang menyatakan bahwa pelapukan bahan organik akan menghasilkan asam humat, asam vulvat serta asam organik lainnya yang dapat mengikat logam seperti Al dan Fe sehingga pengikatan P dikurangi dan P lebih tersedia. Hal ini didukung oleh Butar – Butar (1998) yang menyatakan bahwa apabila pupuk SP-36 diberikan kedalam tanah dan bereaksi dengan air dan membentuk fosfat sehingga menambah jumlah P-tersedia di dalam tanah.

Hasil penelitian pada Tabel 4 terlihat bahwa rataan P-tersedia tanah akibat pemberian amelioran yang berasal dari biochar kotoran ayam dan biochar kotoran

sapi berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia dibandingkan dengan kontrol.

Hal ini dikarenakan biochar mampu meningkatkan ketersediaan fosfor melalui kemampuan biochar meretensi P dan menghilangkan efek khelat melalui penjerapan molekul organik sehingga tidak mudah hanyut terbawa air dan akan lebih tersedia didalam tanah. Hal ini sesuai dengan Deluca,et al (2009) yang menyatakan bahwa permukaan biochar yang hidrofobik juga mampu menjerap molekul organik yang terlibat dalam proses khelasi seperti ion Al3+, Fe3+ dan Ca2+

dan menghilangkan efek khelat sehingga kelarutan P di tanah meningkat.

Hasil penelitian pada Tabel 4 terlihat bahwa pemberian pupuk SP-36 pada taraf P2 (2,77 g/polybag) berbeda nyata meningkatkan P - tersedia tanah dibandingkan dengan Kontrol. Hal ini disebabkan kandungan hara fosfor pada SP-36 yang cukup tinggi yakni sebesar SP-36% yang dapat mengikat P dan menyebabkan P-tersedia di dalam tanah menjadi lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur SNI (2005) yang menyatakan bahwa pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara fosfor berupa mono kalsium fosfat Ca(H2PO4).

Al-dd

Hasil penelitian pada Tabel 5 terlihat bahwa pemanfaatan amelioran yang berasal dari biochar kotoran ayam, biochar kotoran sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata menurunkan Al-dd tanah Ultisol. Hal ini dikarenakan biochar dapat mengurangi kemasaman tanah dan kelarutan logam – logam beracun seperti alumunium dalam tanah, selain itu asam – asam organik yang dihasilkan pupuk kandang dapat mengikat Al ditanah sehingga Al akan

menurun. Hal ini sesuai dengan Novak et al (2009) yang menyatakan bahwa kation seperti Ca, K, Mg, dan silikon (Si) pada biochar dapat membentuk oksida alkali atau karbonat selama proses pirolisis. Setelah pelepasan oksida ke lingkungan, mereka dapat bereaksi dengan H+ dan monomer Al, meningkatkan pH tanah, dan mengurangi keasaman dapat ditukar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (2017) yang menyatakan bahwa pemberian bahan organik yang telah terdekomposisi didalam tanah akan menghasilkan asam – asam organik melalui proses mineralisasi bahan organik yang akan membentuk senyawa khelat dengan Al bebas dalam tanah, sehingga Al yang dapat dipertukarkan menurun.

Tinggi Tanaman

Hasil penelitian pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa interaksi pemberian amelioran yang berasal dari pupuk kandang sapi dengan pupuk SP-36 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan Tinggi Tanaman tertinggi dibandingkan dengan interaksi pemberian amelioran lainnya dan Kontrol yaitu 63 cm menjadi 179,33 cm, atau meningkat sebesar 184,65%. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara P dalam pupuk kandang dan pupuk SP-36 yang berperan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur menurut Indrasari dan Syukur (2006) yang menyatakan bahwa pupuk kandang mampu memacu pertumbuhan tanaman. dan didukung oleh Rao (1994) yang menyatakan bahwa fungsi dari fosfor bagi tanaman adalah sebagai berikut : (1) dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman (2) mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya (3) mempercepat pembungaan dan pemasakan buah biji atau gabah (4) dapat meningkatkan produksi dan mutu biji-bijian.

Hasil penelitian pada Tabel 6 pemberian pupuk P (SP-36) pada taraf P2 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan tinggi tanaman yaitu dari 63cm menjadi 151 cm atau meningkat sebesar 139.68%. Hal ini dikarenakan pupuk SP-36 mengandung unsur hara P yang dapat meningkatkan P- tersedia tanah yang berpengaruh terhadap meningkatnya tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siregar dkk., (2015) yang menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang serta interaksi keduanya berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik tanah, tersedia tanah, kadar daun, serapan P-tanaman, tinggi P-tanaman, berat kering tajuk tanaman dan berat kering akar tanaman pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.

Bobot Kering Tajuk

Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa interaksi pemberian amelioran berupa pupuk kandang sapi dengan pupuk SP-36 pada taraf P2 (2,77 g/polybag) mampu meningkatkan bobot kering tajuk tanaman yaitu dari 6,57 g menjadi 77,16 g. Hal ini dikarenakan kandungan P dalam pupuk kandang dan pupuk SP-36 yang memiliki fungsi penting P dalam tanaman yaitu membantu perkembangan akar yang memiliki hubungan dengan bobot kering tajuk, semakin baik perkembangan akar tanaman maka semakin meningkat bobot kering tajuk.

Hal ini sesuai dengan Lakitan (2007) yang menyatakan bahwa ketersediaan P yang cukup bagi tanaman akan berpengaruh terhadap berat kering tanaman.

Semakin tinggi ketersediaan P bagi tanaman maka transfer energi dan metabolisme tanaman akan semakin baik, berat kering tanaman yang dihasilkan juga semakin tinggi.

Bobot Kering Akar

Hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan bahwa Pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk SP-36 mampu meningkatkan bobot kering akar. Hal ini sejalan dengan penyebaran akar dan kemampuan akar dalam menyerap P, semakin baik penyebaran akar maka semakin tinggi pula bobot kering akar. Hal ini sesuai dengan Naibaho (2016) yang menyatakan bahwa berat kering akar berhubungan dengan serapan P oleh tanaman. Semakin besar berat kering akar, semakin besar pula luas serapan akar terhadap unsur hara terutama unsur hara P maka serapan unsur hara akan meningkat.

Serapan P

Pada hasil penelitian Tabel 9 menunjukkan bahwa interaksi pemberian amelioran dari bahan biochar kotoran sapi dan pupuk SP-36 pada taraf P2 (2,77 g/polybag) meningkatkan serapan P tanaman pada akhir masa vegetatif yaitu dari 20,83 mg/tanaman menjadi 218,30 mg/tanaman. Hal ini sejalan dengan P-tersedia yang meningkat dimana P-tersedia memiliki potensi untuk meningkatkan jumlah ketersediaan P dalam larutan tanah. Menurut Buckman dan Brady (1982) serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Dimana P yang tersedia dilarutan tanah berasal dari P-Potensial yang terlepas dari logam-logam akibat aktivitas dari bahan organik. Dan didukung pernyataan Hakim (2005), sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman serta pengambilan P oleh akar

Pada hasil penelitian Tabel 9 menunjukkan bahwa interaksi pemberian amelioran dari bahan biochar kotoran sapi dan pupuk SP-36 pada taraf P2 (2,77 g/polybag) meningkatkan serapan P tanaman pada akhir masa vegetatif yaitu dari 20,83 mg/tanaman menjadi 218,30 mg/tanaman. Hal ini sejalan dengan P-tersedia yang meningkat dimana P-tersedia memiliki potensi untuk meningkatkan jumlah ketersediaan P dalam larutan tanah. Menurut Buckman dan Brady (1982) serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Dimana P yang tersedia dilarutan tanah berasal dari P-Potensial yang terlepas dari logam-logam akibat aktivitas dari bahan organik. Dan didukung pernyataan Hakim (2005), sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman serta pengambilan P oleh akar

Dokumen terkait