• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kemasaman Tanah (pH)

Dari hasil analisis sidik ragam pH tanah pada 6 MST menunjukkan bahwa pemberian amelioran secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap penurunan pH tanah (Lampiran 2 dan 3). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai pH tanah gambut dataran tinggi tersebut tergolong masam hingga agak masam. yaitu berkisar antara 5,28 - 5,93.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan pH tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Rataan pH Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

5,93a

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 5,67ab

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 5,28c

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 5,34bc

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 2 menunjukan bahwa pemberian pasir vulkan + air laut (G2)

berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (G0), pasir vulkan (G1) dan berbeda tidak

nyata dengan perlakuan pasir vulkan + air laut + zeolit (G3).

Daya Hantar Listrik (DHL)

Dari hasil analisis sidik ragam DHL tanah pada 6 MST menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) berbeda sangat nyata

dengan perlakuan kontrol (G0) dan pemberian pasir vulkan (G1) dan secara

(Lampiran 4 dan 5). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai DHL tanah gambut dataran tinggi tersebut masih tergolong sangat rendah.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan DHL tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Rataan DHL Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(mmhos/cm) 0,0417C

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0,0787C

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0,1580AB

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0,1753A

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 1 %

Dari Tabel 3 menunjukan bahwa perlakuan G2 tidak berbeda nyata dengan

perlakuan G3 namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan G0

maupun G1 yang keduanya juga saling tidak berbeda nyata.

Basa-Basa Tukar dan Kejenuhan Basa (KB) Tanah

Dari hasil analisis sidik ragam Basa – Basa Tukar tanah pada 6 MST memperlihatkan bahwa perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) nyata

meningkatkan Na – tukar dan Mg – tukar tanah (Lampiran 6, 7, 12 dan 13) sedangkan perlakuan dengan pemberian zeolit (G3) berpengaruh sangat nyata

menurunkan Ca – tukar dan Kejenuhan Basa tanah (Lampiran 10, 11, 14 dan 15). Sementara pemberian semua amelioran pada tiap perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap K – tukar tanah (Lampiran 8 dan 9). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis KB tanah gambut dataran tinggi tergolong rendah hingga sangat rendah.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan Basa – Basa Tukar dan Kejenuhan Basa (KB) tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 4 – 8.

Tabel 4. Nilai Rataan Na – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 0,0010c

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0,0016bc

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0,0023ab

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0,0029a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum pemberian semua perlakuan meningkatkan Na – tukar tanah. Perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) berbeda nyata dengan perlakuan (G0 dan G1).

Tabel 5. Nilai Rataan K – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 0,0057

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0,0052

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0,0068

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0,0083

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian semua amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai K – tukar tanah.

Tabel 6. Nilai Rataan Ca – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 4,52A

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 4,24A

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 2,91AB

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 1,90B

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 1 %

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) sangat nyata menurunkan nilai Ca – tukar tanah.

Tabel 7. Nilai Rataan Mg – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST Perlakuan Rataan Kontrol (G0) (me/100 gram) 0,1566b

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0,1714ab

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0,2245a

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0,2286a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa secara umum pemberian semua perlakuan meningkatkan Mg – tukar tanah. Perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) berbeda nyata dengan perlakuan (G0 dan G1).

Tabel 8. Nilai Rataan KB Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(%) 22,18A

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 24,86A

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 15,33AB

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 11,39B

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 1 %

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) sangat nyata menurunkan nilai KB tanah gambut sejalan dengan

penurunan Ca – tukar tanah yang sangat signifikan. KB tanah tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu 24,86 % sedangkan terendah

pada perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu 11,39 %.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Hasil analisis sidik ragam KTK tanah pada 6 MST memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada KTK tanah gambut (Lampiran 16 dan 17). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai KTK tanah gambut tersebut tergolong sedang.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan KTK tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Rataan KTK Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 21,20

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 18,28

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 21,35

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 18,93

Dari Tabel 9 menunjukan bahwa kapasitas tukar kation tertinggi pada perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut (G2) dengan 21,35 me/100 gr

sedangkan terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu

18,28 me/100 gr. Bulk Density (BD)

Hasil analisis sidik ragam BD tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan terutama pasir vulkan yang memiliki tekstur pasir belum memberikan pengaruh nyata pada BD tanah gambut (Lampiran 18 – 20). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) BD tanah gambut tersebut tergolong rendah.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan BD tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Rataan BD Tanah Gambut tiap perlakuan pada 20 MST (akhir vegetatif) Perlakuan Rataan Kontrol (G0) (gr/cm3) 0,47

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0,45

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0,41

Dari Tabel 10 menunjukan bahwa BD tertinggi gambut terdapat pada perlakuan G0 dengan 0,47 gr/cm3 sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan

G2 yaitu 0,41 gr/cm3.

Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam Tinggi Tanaman pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman (Lampiran 21 – 26).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11. Nilai Rataan Tinggi Tanaman tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(cm) 26,36

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 26,20

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 28,16

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 28,15

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut (G2) yaitu 28,16 cm sedangkan

terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu 26,20 cm.

Tabel 12. Nilai Rataan Tinggi Tanaman tiap perlakuan pada 20 MST (akhir vegetatif) Perlakuan Rataan Kontrol (G0) (cm) 63.96

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 63.36

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 59.05

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 59.77

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 63,96 cm sedangkan terendah pada perlakuan

Jumlah Anakan Vegetatif

Hasil analisis sidik ragam Jumlah Anakan Vegetatif pada 6 MST memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata tetapi faktor ulangan berbeda nyata pada jumlah anakan vegetatif padi (Lampiran 27 – 29). Namun pada 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa semua amelioran berpengaruh nyata menurunkan jumlah anakan vegetatif (Lampiran 30 – 32).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan vegetatif pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Nilai Rataan Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(tanaman) 10,63

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 9,17

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 9,25

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 8,21

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah anakan vegetatif tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 10,63 tanaman sedangkan

terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu

8,21 tanaman.

Tabel 14. Nilai Rataan Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 20 MST (akhir vegetatif) Perlakuan Rataan Kontrol (G0) (tanaman) 39.13a

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 31.75b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 28.71b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 24.79b

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah anakan vegetatif tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 39,13 tanaman yang berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya sedangkan terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu 24,79 tanaman.

Pembahasan

Hasil pengukuran pH tanah akibat pemberian amelioran pasir vulkan, zeolit dan air laut berpengaruh nyata meningkatkan kemasaman tanah (menurunkan pH) gambut (Tabel 2), tergolong agak masan menurut kriteria BPPM (1982) dengan kisaran 5,28 - 5,93. Meningkatnya kemasaman tanah gambut karena terjadinya pelepasan asam – asam organik akibat pemberian amelioran.

Peran zeolit sebagai penyangga (buffer) dapat dilihat pada hasil pengukuran pH tanah pada perlakuan pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu

5,34 berada diantara pH perlakuan G1 (pasir vulkan) 5,67dan G2 (pasir vulkan +

air laut) 5,28. Berdasarkan hasil tersebut, zeolit yang diaplikasikan dianggap mampu menyangga pH tanah gambut yang cenderung menurun akibat pemberian pasir vulkan dan air laut. Fuji (1974) menyatakan bahwa zeolit tidak asam dan penggunaannya dengan pupuk dapat menyangga pH tanah, sehingga dapat mengurangi takaran kapur.

Secara umum semua perlakuan menurunkan pH tanah. Pemberian pasir vulkan 5 kg / plot (G1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol (G0)

sedangkan pada perlakuan G2 dan G3 dengan adanya pemberian air laut berbeda

nyata dengan perlakuan Kontrol (G0). Hal ini disebabkan karena baik pasir vulkan

Anda dan Wahdini (2010) bahwa pasir vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu. Yufdy dan Jumberi (2008) yang menyatakan bahwa air laut memiliki kandungan kation – kation basa seperti Na dalam konsentrasi yang sangat tinggi dan K, Ca dan Mg dalam konsentrasi yang cukup tinggi dibandingkan unsur lainnya. Kation – kation basa seperti Na, K, Ca dan Mg mampu mendesak ion H+ asam-asam organik dari komplek jerapan keluar dari sistem menyebabkan konsentrasi ion H+ di larutan tanah meningkat sehingga kemasaman tanah meningkat.

Hasil pengukuran DHL pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian air laut berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan DHL tanah gambut. Hal ini dapat dilihat bahwa DHL tanah pada perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg / plot (G1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol (G0) sedangkan DHL

tanah pada perlakuan G2 dan G3 dengan adanya pemberian air laut berbeda sangat

nyata dengan perlakuan Kontrol (G0). Pemberian air laut yang memiliki banyak

ion – ion unsur yang terlarut didalamnya terutama Natrium memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan konsentrasi garam di larutan tanah gambut sehingga DHL tanah meningkat meskipun dalam konsentrasi yang relatif sedikit. Yufdy and Jumberi (2008) menyatakan bahwa bahwa terdapat 11 jenis ion pada air laut. Dari jumlah itu, konsentrasi Chlorite dan Natrium terdapat dalam jumlah yang sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut.

Terhadap nilai basa – basa tukar (Tabel 4 – 7) memperlihatkan bahwa pemberian air laut cenderung meningkatkan jumlah basa – basa tukar tanah

gambut terutama Na – tukar dan Mg – tukar. Sudarman, dkk (2002) menyatakan bahwa air laut dapat berfungsi sebagai amelioran karena air laut mempunyai daya penukar yang besar sehingga Al3+ dan Fe2+ yang berada pada kompleks pertukaran dapat digantikan oleh Na+, Ca2+, atau Mg2+ dari air yang ditambahkan. Oleh karena itu air laut dengan konsentrasi tertentu dapat berperan sebagai ion penukar (ion exchanger) atau sebagai bahan amelioran. Sedangkan pemberian pasir vulkan cenderung meningkatkan nilai kejenuhan basa tanah dimana perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg / plot (G1) memiliki nilai KB tertinggi 24,86 % (Tabel 8).

Fiantis (2006) menyatakan bahwa hasil pelapukan lanjut dari bahan vulkanik mengakibatkan terjadinya penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dibuktikan bahwa bahan vulkanik mengandung kation-kation basa yang dapat meningkatkan Kejenuhan Basa (KB) tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai KB tanah gambut dataran tinggi tersebut masih tergolong rendah.

Untuk parameter Kapasitas Tukar Kation (Tabel 9) menunjukkan bahwa aplikasi semua amelioran belum memberikan pengaruh nyata terhadap nilai KTK yaitu berkisar antara 18 – 22 me/100 g dengan nilai KTK tertinggi terdapat pada perlakuan (G2) dengan 21,35 me/100 gr sedangkan terendah diperoleh pada

perlakuan (G1) yaitu 18,28 me/100 gr. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil

analisis KTK tanah gambut tergolong sedang, berbeda dengan gambut dataran rendah umumnya memiliki nilai KTK dengan kriteria tinggi hingga sangat tinggi (Suhardjo dan Widjaja Adhi, 1976).

Perubahan nilai KTK tanah gambut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, tingkat dekomposisi dan perubahan gugus fungsional di lahan gambut akibat adanya reaksi dengan bahan amelioran yang diberikan. Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid, dalam hal ini koloid organik tanah untuk mengadsorbsi kation-kation di dalam larutan tanah. KTK tanah gambut berbanding lurus dengan pH dimana KTK akan turun bila pH gambut turun dan sebaliknya. Agus dan Subiksa (2008) menyatakan bahwa muatan negatif yang menentukan KTK pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan tergantung pH (pH dependent charge). Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil dissosiasi hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. Oleh karenanya penetapan KTK menggunakan pengekstrak amonium acetat pH 7 akan menghasilkan nilai KTK yang lebih tinggi, sedangkan penetapan KTK dengan pengekstrak amonium klorida (pada pH aktual) akan menghasilkan nilai yang lebih rendah.

Hasil pengukuran BD (Tabel 10) diketahui bahwa semua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan BD tanah gambut yang

tergolong rendah dimana rataan BD tanah semua perlakuan masih dibawah 0,5 gr/cm3. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa lahan gambut telah

memiliki tingkat kematangan gambut saprik yang didukung dengan pengamatan visual dimana warna gambut coklat dengan asal bahan sudah tidak dapat diidentifikasi. Hasil ini didukung oleh penelitian Sihite (2013) bahwa karakterikstik lahan gambut dataran tinggi di Desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara memiliki tingkat kematangan gambut saprik dengan BD 0,51 g/cm3 pada kedalaman 0 – 30 cm.

Untuk parameter tinggi tanaman pada pengamatan 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi, tetapi angka tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) dan terendah pada perlakuan (G3) artinya

pemberian amelioran justru menghambat pertumbuhan tinggi tanaman padi. Hal ini terjadi karena adanya kahat kalsium oleh tanaman akibat adanya penurunan jumlah Ca – tukar di dalam tanah gambut (sesuai dengan hasil pada Tabel 6). Kalsium berperan penting pada fase vegetatif tanaman terutama pembentukan akar dan batang. Kahat kalsium pada tanaman akan menghambat pertumbuhan akar dan batang sehingga tidak mampu tumbuh memanjang dengan cepat akibatnya tidak dapat memperoleh air dan unsur hara yang cukup dari dalam tanah. Secara visual gejala yang tampak pada tanaman yang kahat kalsium dapat dilihat dari pertumbuhannya yang kerdil (Damanik dkk., 2011).

Selain itu, faktor kekeringan juga menganggu pertumbuhan tanaman padi. Penanaman yang dilakukan pada bulan Juli bertujuan agar kebutuhan air tanaman baik pada fase vegetatif hingga fase generatif tanaman padi (Agustus – Oktober) dapat terpenuhi mengingat pada bulan – bulan tersebut merupakan bulan musim penghujan. Namun tidak adanya turun hujan di lokasi saat penelitian dilakukan menyebabkan tanaman mengalami kekeringan sehingga amelioran yang diberikan terutama air laut memberikan dampak lebih buruk pada kondisi kurang air hingga timbul retakan – retakan di permukaan tanah. Keberadaan ion Na+ dalam jumlah yang tinggi menyebabkan terhambatnya adsorbsi kation lainnya di larutan tanah ditambah adanya kekeringan menyebabkan bertambahnya kepekatan garam mudah larut di dalam tanah sehingga tekanan osmotik di larutan tanah meningkat.

Hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman akibat terjadinya plasmolisis yang mengganggu metabolisme tanaman (Cachorro dkk., 1994).

Sementara untuk jumlah anakan vegetatif tanaman pada pengamatan 6 MST (Tabel 9), pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata dengan perlakuan tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) yaitu 10,63 tanaman dan

terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg + air laut + zeolit (G3) yaitu

8,21 tanaman namun pada pengamatan 20 MST (Tabel 10), hasil memperlihatkan pemberian perlakuan berpengaruh nyata dalam menurunkan jumlah anakan vegetatif dimana jumlah terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu 24,79 tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya. Hal ini disebabkan penanaman padi dilakukan pada waktu yang kurang tepat dan lahan sawah gambut lokasi penelitian merupakan lahan sawah tadah hujan dimana ketersediaan air lahan sangat ditentukan oleh banyaknya curah hujan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan adanya indikasi cekaman kekeringan melihat adanya retakan – retakan pada permukaan tanah gambut akibat minimnya jumlah hari hujan di lokasi saat penelitian dilakukan sehingga pasokan air ke areal lahan berkurang mengingat lahan sawah tersebut merupakan lahan sawah tadah hujan. Apriantoro (2009) menyatakan bahwa sawah tadah hujan umumnya hanya dapat ditanami sekali setahun. Pertanaman padi pada areal sawah tadah hujan seringkali mengalami kegagalan panen karena mengalami kekurangan air, baik pada waktu pengolahan tanah maupun pertumbuhan tanaman.

Waktu tanam diakhir musim kering menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan yang terjadi pada pertengahan fase vegetatif hingga

pertengahan fase generatif akibat tidak adanya hujan selama priode penting tersebut. Cekaman air berpengaruh besar terhadap pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman padi terutama dapat mempengaruhi rendahnya hasil panen. Terjadinya cekaman air selama masa pertumbuhan tanaman umumnya menghambat proses pertumbuhan dan menyebabkan gangguan pada fotosintesis (Begg, 1980 dalam Santos, 2009 ).

Dokumen terkait