• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bahan Mineral dan Air Laut terhadap Sifat Fisika – Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi di Lahan Gambut Dataran Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Bahan Mineral dan Air Laut terhadap Sifat Fisika – Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi di Lahan Gambut Dataran Tinggi"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BAHAN MINERAL DAN AIR LAUT TERHADAP SIFAT FISIKA-KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN PADI DI LAHAN

GAMBUT DATARAN TINGGI

SKRIPSI

OLEH:

JUL BAHORI PANGGABEAN 090301065

AET - ILMU TANAH

PRORGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH BAHAN MINERAL DAN AIR LAUT TERHADAP SIFAT FISIKA-KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN PADI DI LAHAN

GAMBUT DATARAN TINGGI

SKIPSI

OLEH:

JUL BAHORI PANGGABEAN 090301065

AET - ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PRORGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi :

Nama : Jul Bahori Panggabean

NIM : 090301065

Program studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Sarifuddin, MP) (Mariani Br. Sembiring, SP., MP Ketua Anggota

)

Mengetahui

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc Ketua Program Studi Agroekoteknologi

)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mempelajari pengaruh pemberian Pasir vulkan, Zeolit dan Air Laut pada sifat fisika-kimia tanah dan pertumbuhan padi Dendang. Penelitian dilakukan di lahan sawah gambut dataran tinggi desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara dan analisis parameter dilakukan di Laboratorium Kimia Kesuburan tanah dan laboratorium Riset dan Teknologi. Penelitian ini menggunakan RAK non faktorial dengan empat perlakuan yaitu G0 (Kontrol), G1

(Pasir vulkan 5kg), G2 (Pasir vulkan 5kg + Air laut 2,5L), G3 (Pasir vulkan 5kg +

Zeolit 1kg + Air laut 2,5L) dan 3 ulangan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian amelioran pasir vulkan (G1) meningkatkan

Kejenuhan Basa (KB) tanah. Perlakuan dengan penambahan air laut (G2 dan G3)

dapat meningkatkan nilai DHL, Na – tukar dan Mg – tukar tanah namun cenderung menurunkan pH tanah, Ca – tukar dan KB tanah. Perlakuan dengan penambahan zeolit (G3) dapat berperan sebagai penyangga (buffer) pH, KTK dan

BD tanah. Aplikasi semua amelioran belum memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan padi dan cenderung menurunkan jumlah anakan vegetatif.

(5)

ABSTRACT

The object of this research is to study effect on physics-chemical properties of highland peat. It was conducted at wet highland peat on Hutabagasan village Sub-district Dolok Sanggul Regency Humbang Hasundutan North Sumatera and fertility-soil chemical laboratory and research laboratories and technology. This research used non-factorial randomized block design with four treatments are G0 (Control), G1 (Volcanic sand 5kg), G2 (Volcanic sand 5kg + Sea water 2,5L),

G3 (Volcanic sand 5kg + Zeolite 1kg + Sea water 2,5L) dan 3 replicants. The

results showed that application of Volcanic sand (G1) influenced significantly

increased of soil base saturation. Treatment with addition of sea water (G2 dan G3)

influenced significantly increase of soil electrical conductivity, exchange sodium, exchange magnesium but inclined to decrease soil acidity, exchange calsium, and base saturation. Treatment with addition of zeolite have a role as buffer of soil acidity, soil electrical conductivity and soil bulk density. The Applicant of all ameliorants not to have a positive influence on the growth of rice plant and inclined decrease number of vegetative tillers.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan kecamatan Medan Amplas pada tanggal 22 September 1991 dari Ayahanda Tamsir Panggabean dan Ibunda Nuraini. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Riwayat pendidikan formal penulis yaitu memasuki pendidikian Sekolah Dasar (SD) di SD Swasta SABILINA Tembung pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 2003. Melanjutkan ke jenjang SMP juga di SMP Swasta SABILINA Tembung pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2006. Selanjutnya memasuki jenjang pendidikan SMA di SMA Swasta PRAYATNA pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009.

Kemudian penulis memasuki pendidikan di bangku kuliah sebagai mahasiswa strata satu di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agroekoteknologi melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama) dan memilih minat studi Ilmu Tanah pada semester VII (Tujuh) hingga selesai.

Akitifitas yang pernah dilakukan selama di perkuliahan :

1. Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan tahun 2012.

2. Mengikuti kegiatan pengajian Nahdatu Subhan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2009-2012

(7)

4. Asisten di Laboratorium Biologi Tanah sejak tahun 2011-2014 untuk praktikum Dasar Ilmu Tanah dan Praktikum Pertanian Organik.

5. Tahun 2012 melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PTPN IV Unit Kebun Pabatu.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal seminar usul penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Bahan Mineral dan Air Laut terhadap Sifat Fisika-Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi di Lahan Gambut Dataran Tinggi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Sarifuddin MP. dan Mariani Br. Sembiring, SP., MP selaku ketua dan anggota

komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini, dan terima kasih kepada kedua orang tua yang dengan segenap dan setulus hati telah mendukung serta mendoakan penulis sehingga semua dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan penelitian ini kedepannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2014

(9)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut ... 5

Pasir Vulkan ... 7

Zeolit ... 9

Air Laut ... 10

BudidayaTanaman Padi di Lahan Gambut ... 10

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Parameter yang Diamati ... 19

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Rata-rata Konsentrasi Ion pada Air Laut ... 10

Nilai Rataan pH Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 20

Nilai Rataan DHL Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 21

Nilai Rataan Na – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 22

Nilai Rataan K – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 22

Nilai Rataan Ca – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 22

Nilai Rataan Mg – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 23

Nilai Rataan KB Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 23

Nilai Rataan KTK Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST ... 24

Nilai Rataan BD Tanah Gambut tiap perlakuan pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 24

Nilai Rataan Tinggi Tanaman tiap perlakuan pada 6 MST ... 25

Nilai Rataan Tinggi Tanaman tiap perlakuan pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 25

Nilai Rataan Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 6 MST ... 26

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Analisis Awal Tanah Gambut ... 37

Hasil Analisis pH Tanah pada 6 MST ... 38

Daftar Sidik Ragam Analisis pH Tanah pada 6 MST ... 38

Hasil Analisis DHL Tanah pada 6 MST ... 38

Daftar Sidik Ragam Analisis DHL Tanah pada 6 MST ... 38

Hasil Analisis Na-Tukar Tanah pada 6 MST ... 39

Daftar Sidik Ragam Analisis Na-Tukar Tanah pada 6 MST ... 39

Hasil Analisis K-Tukar Tanah pada 6 MST ... 39

Daftar Sidik Ragam Analisis K-Tukar Tanah pada 6 MST ... 39

Hasil Analisis Ca-Tukar Tanah pada 6 MST ... 40

Daftar Sidik Ragam Analisis Ca-Tukar Tanah pada 6 MST... 40

Hasil Analisis Mg-Tukar Tanah pada 6 MST ... 40

Daftar Sidik Ragam Analisis Mg-Tukar Tanah pada 6 MST ... 40

Hasil Analisis Kejenuhan Basa (KB) Tanah pada 6 MST ... 41

Daftar Sidik Ragam Analisis KB Tanah pada 6 MST ... 41

Hasil Analisis Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah pada 6 MST ... 41

Daftar Sidik Ragam Analisis KTK Tanah pada 6 MST ... 41

Hasil Pengukuran Bulk Density (BD) Tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 42

Rataan Bulk Density (BD) Tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 42

Daftar Sidik Ragam Analisis BD Tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 42

Data Tinggi Tanaman pada 6 MST ... 43

(12)

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada 6 MST ... 43

Data Tinggi Tanaman pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 44

Rataan Tinggi Tanaman pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 44

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 44

Data Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 6 MST ... 45

Rataan Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 6 MST ... 45

Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 6 MST ... 45

Data Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 46

Rataan Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 46

Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 46

Peta Lokasi Penelitian ... 48

Gambar Tanaman di Plot Perlakuan G0 pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 49

Gambar Tanaman di Plot Perlakuan G1 pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 49

Gambar Tanaman di Plot Perlakuan G2 pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 49

Gambar Tanaman di Plot Perlakuan G3 pada 20 MST (akhir vegetatif) ... 49

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mempelajari pengaruh pemberian Pasir vulkan, Zeolit dan Air Laut pada sifat fisika-kimia tanah dan pertumbuhan padi Dendang. Penelitian dilakukan di lahan sawah gambut dataran tinggi desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara dan analisis parameter dilakukan di Laboratorium Kimia Kesuburan tanah dan laboratorium Riset dan Teknologi. Penelitian ini menggunakan RAK non faktorial dengan empat perlakuan yaitu G0 (Kontrol), G1

(Pasir vulkan 5kg), G2 (Pasir vulkan 5kg + Air laut 2,5L), G3 (Pasir vulkan 5kg +

Zeolit 1kg + Air laut 2,5L) dan 3 ulangan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian amelioran pasir vulkan (G1) meningkatkan

Kejenuhan Basa (KB) tanah. Perlakuan dengan penambahan air laut (G2 dan G3)

dapat meningkatkan nilai DHL, Na – tukar dan Mg – tukar tanah namun cenderung menurunkan pH tanah, Ca – tukar dan KB tanah. Perlakuan dengan penambahan zeolit (G3) dapat berperan sebagai penyangga (buffer) pH, KTK dan

BD tanah. Aplikasi semua amelioran belum memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan padi dan cenderung menurunkan jumlah anakan vegetatif.

(14)

ABSTRACT

The object of this research is to study effect on physics-chemical properties of highland peat. It was conducted at wet highland peat on Hutabagasan village Sub-district Dolok Sanggul Regency Humbang Hasundutan North Sumatera and fertility-soil chemical laboratory and research laboratories and technology. This research used non-factorial randomized block design with four treatments are G0 (Control), G1 (Volcanic sand 5kg), G2 (Volcanic sand 5kg + Sea water 2,5L),

G3 (Volcanic sand 5kg + Zeolite 1kg + Sea water 2,5L) dan 3 replicants. The

results showed that application of Volcanic sand (G1) influenced significantly

increased of soil base saturation. Treatment with addition of sea water (G2 dan G3)

influenced significantly increase of soil electrical conductivity, exchange sodium, exchange magnesium but inclined to decrease soil acidity, exchange calsium, and base saturation. Treatment with addition of zeolite have a role as buffer of soil acidity, soil electrical conductivity and soil bulk density. The Applicant of all ameliorants not to have a positive influence on the growth of rice plant and inclined decrease number of vegetative tillers.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gambut merupakan salah satu jenis tanah marginal yang potensial untuk dikembangkan dalam sektor pertanian. Seiring dengan semakin pesatnya pertambahan penduduk mengakibatkan lahan-lahan pertanian semakin terdesak untuk penggunaan non pertanian maka lahan-lahan marginal seperti gambut harus dimanfaatkan sebagai alternatif perluasan lahan pertanian. Di Sumatera, penyebaran lahan gambut yang luasnya mencapai 7.204.301 ha merupakan yang terluas di Indonesia dan sebagian besar telah dimanfaatkan sebagai areal perkebunan, tanaman pangan dan tanaman hortikultura (Wahyunto dkk., 2005).

Secara umum, lahan gambut memiliki kendala karakteristik fisik seperti berat isi (bulk density) dan daya menahan beban (bearing capacity) yang rendah, penurunan permukaan (subsidence) dan kering tak balik (irreversible drying). Sedangkan karakteristik kimia yaitu kemasaman tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan rasio C/N yang relatif tinggi dan jumlah basa-basa tukar (Na+, K+, Ca2+, Mg2+) yang rendah sehingga Kejenuhan Basa (KB) gambut menjadi sangat rendah ditambah dengan keberadaan asam-asam organik dalam larutan tanah yang sebagian bersifat racun bagi tanaman.

Untuk mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik yang beracun, memperbaiki sifat fisika – kimia serta meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman di lahan gambut dapat dilakukan dengan menambahkan bahan – bahan

yang banyak mengandung kation polivalen seperti Fe, Al, Cu dan Zn. Kation-kation tersebut membentuk ikatan koordinasi dengan ligan organik

(16)

mengandung kation polivalen tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan amelioran gambut (Saragih,1996).

Mineral pasir vulkan memiliki fraksi yang didominasi oleh sebagian besar pasir (>96%) dengan kejenuhan basa dan kandungan silika (SiO) yang tinggi (Ridwandi, 2013). Pasir gunung api baik digunakan untuk penjernih air. Pola silika yang berujung runcing membuat kemampuan pasir menyerap (absorb capability) partikel yang tidak diinginkan jauh lebih baik dibandingkan pasir biasa sehingga peran dan fungsi pasir vulkan diharapkan selain mampu memperbaiki struktur, berat isi dan daya menahan beban lahan gambut, pasir vulkan juga mampu meningkatkan ketersediaan basa-basa tukar dan mengurangi efek racun asam-asam organik di dalam larutan tanah. Meski demikian, penggunaan pasir vulkan sebagai amelioran dan penjernih air tetap membutuhkan bahan lain, seperti zeolit.

Zeolit adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan. Rongga-rongga tersebut diisi oleh kation dan air sehingga zeolit dapat digunakan sebagai penukar ion, penyaring dan penjerap molekul serta katalis. Kemampuan menukar kation merupakan salah satu sifat zeolit yang sangat berguna sebagai amelioran. Selain itu, kandungan Al2O3 yang tinggi pada zeolit juga mampu

(17)

Mengingat tingginya kandungan kation, air laut dapat digunakan sebagai salah satu sumber hara bagi tanaman. Kation-kation basa seperti Cl- dan Na+ terdapat dalam jumlah yang sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut. Di samping itu sulfat, magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan kalium (K) juga terdapat dalam konsentrasi yang cukup tinggi yang merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman (Yufdy dan Jumberi, 2008). Pemberian air laut yang diharapkan dapat meningkatkan basa-basa tukar di tanah gambut dan meningkatkan pH tanah gambut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gambut yang dipengaruhi pasang surut air laut lebih subur.

Lahan gambut di Desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara merupakan gambut dataran tinggi (ombrogen) dengan kedalaman 60 - 100 cm yang dibudidayakan sebagai lahan pertanian terutama budidaya padi sawah. Secara umum produksi padi lokal menunjukan variasi yang cukup besar berkisar dari 0,2 sampai 4,1 ton/hektar gabah kering panen dan penurunan rata-rata produksi padi sawah pada tanah gambut ketebalan 100 cm sebesar 36,7% dibandingkan dengan produksi padi sawah ketebalan kurang dari 60 cm. Produksi tertinggi tercapai pada ketebalan gambut kurang dari 60 cm (Abdullah, 1997). Oleh karena itu, penggunaan padi varietas hibrida diharapkan mampu menjadi solusi permasalahan tersebut.

(18)
(19)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian amelioran pasir vulkan, zeolit dan air laut dalam memperbaiki sifat fisika-kimia tanah serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman padi di lahan gambut dataran tinggi.

Hipotesis Penelitian

− Penambahan amelioran pasir vulkan, zeolit dan air laut dapat mempengaruhi sifat fisika-kimia dan kesuburan lahan gambut dataran tinggi.

− Penambahan amelioran pasir vulkan, zeolit dan air laut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi hibrida di lahan gambut dataran tinggi.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian dan membuat tugas akhir skripsi di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan Gambut

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus dan Subiksa, 2008).

Berdasarkan tempat dan lingkungan pembentukannya, lahan gambut terdiri dari lahan gambut rawa (back swamp peat) dan lahan gambut dataran tinggi (high moore). Lahan gambut rawa meliputi lahan gambut rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (marine peat) disebut juga gambut topogen dan lahan gambut rawa air tawar (fresh water peat) dan tergolong gambut ombrogen. Sedangkan pada lahan gambut dataran tinggi umumnya merupakan gambut pedalaman yang hanya dipengaruhi oleh air hujan (ombrogen). Wiratmoko dkk.

(2008) menyatakan bahwa lahan gambut topogen memiliki karakteristik fisik dan kimia yang lebih baik dibandingkan dengan lahan gambut ombrogen.

(21)

Karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia sangat beragam dan ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis tanaman penyusun gambut, jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), dan tingkat dekomposisi gambut. Gambut yang ada di Sumatera dan Kalimantan umumnya didominasi oleh bahan kayu-kayuan. Oleh karena itu komposisi bahan organiknya sebagian besar adalah lignin yang umumnya melebihi 60% dari bahan kering, sedangkan kandungan komponen lainnya seperti selulosa, hemiselulosa, dan protein umumnya tidak melebihi 11% (Subiksa, 1997).

Kemasaman tanah gambut cenderung menurun seiring dengan kedalaman gambut. Pada lapisan atas pada gambut dangkal cenderung mempunyai pH lebih tinggi dari gambut tebal (Suhardjo dan Widjaja Adhi, 1976). Pengapuran tanah gambut dengan tujuan meningkatkan pH tidak terlalu efektif, karena kadar Al gambut yang rendah. Umumnya pH gambut pantai lebih tinggi dan tanahnya lebih subur dibandingkan dengan gambut pedalaman karena adanya pengayaan basa-basa dari air pasang surut.

(22)

Pasir Vulkan

Abu dan pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh di sekitar kawah sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan kilometer bahkan ribuan

kilometer dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin (Sudaryo dan Sutjipto, 2009).

Dari hasil data analisis kimia tanah untuk bahan vulkan yang digunakan dalam penelitian ini, menunjukan bahwa: pH (H

2O) (5,59), pH (KCl) (5,44),

P-tersedia (5,33 ppm), Retensi P ( 24,19%), P-Total (0,045%), K (0,041 cmol/kg), Ca (0,21 cmol/kg), Mg (0,046 cmol/kg), Na (0,053 cmol/kg), Al (0,68 cmol/kg), KTK (6,3 me/100gram), KB (6,42%) dan kandungan C-organik (0,057%) (Ridwandi, 2013). Hikmatullah (2010) menambahkan dari hasil penelitiannya

bahwa kadar Al dari semua pedon tanah vulkan cukup tinggi mencapai 2.47 - 5.43 %, sedangkan kadar Fe mencapai 0.80 - 2.03 %.

(23)

Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah gambut melalui perbaikan kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan pH secara nyata, mampu memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, dan mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik (Subiksa dkk., 1997).

Penelitian mengenai abu vulkanik sebagai amelioran sebelumnya telah dilakukan oleh Sediyarso dan Suping (1987) yang menggunakan abu Gunung Galunggung sebagai amelioran. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan abu vulkanik dapat meningkatkan pH dan Kdd (Ca dan Mg). Menurut Sediyarso, pemberian abu vulkanik dengan dosis semakin tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat kering bagian atas, dan akar tanaman jagung di tanah Oksisol.

(24)

dapat meningkatkan pH, KTK tanah serta Kejenuhan Basa (KB) yang mengakibatkan kesuburan tanah dan tanaman meningkat. (Fiantis, 2006).

Zeolit

Zeolit sebagai pembenah tanah adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan. Kemampuan menukar kation merupakan salah satu sifat zeolit yang sangat berguna. Zeolit sebagai pembenah yang diberikan ke dalam tanah dengan jumlah relatif banyak dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan. Pembenah tanah seperti zeolit dapat diaplikasikan tidak hanya pada tanah kering, tetapi juga pada tanah sawah. (Suwardi, 2007).

Sifat khas dari zeolit sebagai mineral yang berstruktur tiga demensi, bermuatan negatif, dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan

air secara bolak-balik. Zeolit mempunyai kerangka terbuka dengan jaringan pori-pori yang mempunyai permukaan bermuatan negatif dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+ dari urea dan kation K+ dari KCl keluar dari daerah perakaran,

sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien (Al-Jabri, 2008).

(25)

tidak hanya digunakan sebagai carriers hara tanaman, tetapi juga sebagai perangkap logam berat (Cu, Cd, Pb, Zn) sehingga uptake kedalam rantai makanan atau food chain dicegah atau berkurang (Fuji, 1974).

Pupuk Urea dan KCl yang diberikan ke tanah yang sebelumnya sudah diberi zeolit, maka kation NH4+ dari urea dan kation K+ dari KCl dapat

terperangkap sementara dalam pori-pori zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara perlahan-lahan untuk diserap tanaman. Sejumlah kation Al dan Fe tanah yang masuk dalam rongga-rongga ditahan dalam struktur zeolit yang bermuatan negatif sehingga anion H2PO4- dari pupuk SP-36 sangat sedikit atau belum sempat

diikat Al atau Fe akhirnya mudah diserap akar tanaman. Air Laut

Air laut sudah banyak digunakan untuk mengairi tanaman yang toleran

terhadap salinitas (halophytes) pada daerah – daerah dekat pantai (Pasternak dkk., 1985).

Tabel 1. Rata-rata Konsentrasi Ion pada Air Laut

Ion Unsur Parts per thousand by weight

Chloride, Cl- 18,980

(26)

Mengingat tingginya kandungan kation terlarut khususny Mg, Ca dan K, air laut dapat digunakan sebagai salah satu sumber hara bagi tanaman. Namun kendala yang dihadapi adalah konsentrasi Cl- dan Na+ terdapat dalam jumlah yang sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut. Berkaitan dengan tingginya salinitas air laut, tantangan yang dihadapi adalah upaya untuk memanfaatkan unsur-unsur hara tersebut dengan menurunkan kandungan Na dan Cl sampai pada level yang tidak merugikan pada tanaman. Disamping itu unsur Na juga dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara untuk jenis-jenis tanaman tertentu yang membutuhkannya baik sebagai unsur tambahan maupun sebagai pengganti sebagian dari kebutuhan akan unsur K (Yufdy dan Jumberi, 2008).

Sudarman, dkk (2002) menambahkan bahwa air laut dapat berfungsi sebagai amelioran karena air laut mempunyai daya penukar yang besar sehingga Al 3+ dan Fe2+ yang berada pada kompleks pertukaran dapat digantikan oleh Na+, Ca2+, atau Mg2+ dari air yang ditambahkan. Oleh karena itu air laut dengan konsentrasi tertentu dapat berperan sebagai ion exchange , atau sebagai bahan amelioran.

Efek buruk tingginya konsentrasi Na di tanah terhadap pertumbuhan tanaman dapat dibedakan atas 3 kelompok: a) terhambatnya serapan air karena rendahnya tekanan osmotik, b) terganggunya metabolisme disebabkan tingginya konsentrasi Na pada jaringan tanaman, dan c) terhambatnya absorpsi kation lainnya (Cachorro dkk., 1994).

(27)

mineral berukuran kecil dan partikel organik menyumbat pori tanah mengakibatkan berkurangnya aliran air di tanah. Secara bertahap kondisi ini merubah porositas tanah dan mengurangi permeabilitas air. Akibat dispersi Na pada liat dan bahan organik mengurangi agregasi tanah, permeabilitas terhadap udara dan air, perkecambahan dan pertumbuhan akar. Dispersi tanah terjadi apabila Na – tukar melebihi 10 – 20% KTK (Yufdy dan Jumberi, 2008).

Budidaya Tanaman Padi Hibrida di Lahan Gambut

Dikemukakan oleh Daradjat (2001), varietas unggul hibrida merupakan salah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan

produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Selanjutnya menurut Soewito, dkk. (1995), selama ini sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan

produksi padi nasional cukup besar. Di samping itu, varietas unggul pada umumnya berumur pendek (genjah) sehingga sangat penting artinya bagi petani dalam mengatur pola tanam.

Varietas Dendang merupakan hasil persilangan Osok dan IR52952B-3-3-2, dilepas pada tahun 1999 dan dikembangkan oleh IRRI, umur panen 123-127 hari dengan produksi rata-rata 4 ton/ha dan potensi hasil dapat mencapai 7 ton/ha dengan rasa nasi yang enak. Merupakan varietas padi yang direkomendasikan untuk lahan pasang surut yang cukup toleran terhadap salinitas dan keracunan Fe serta toleran terhadap keracunan Al (Sulistiani, 2010).

(28)

air pasang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tanaman padi, semakin tebal gambut (> 80 cm) semakin rendah hasil padi yang dicapai (Noor, 2001).

Rendahnya hasil padi pada gambut tebal dapat diatasi jika tanaman padi diberi hara lengkap. Pada gambut yang tipis 0-10cm tanah relatip padat tidak gembur dan pembentukan perakaran padi dapat terganggu, kandungan hara tanah juga rendah dan tidak cukup memberikan hasil yang tinggi. Peningkatan ketebalan gambut sampai 60 cm, menyebabkan kesuburan gambut meningkat dan tanah gembur sehingga baik bagi pertumbuhan akar tanaman. Gambut tebal (>1m ) belum berhasil dimanfaatkan untuk penanaman padi sawah, karena sejumlah kendala yang belum dapat diatasi. Keberhasilan budidaya padi sawah tergantung kesuksesan dalam mengatasi beberapa kendala seperti keberhasilan dalam : pengelolaan dan pengendalian air, penanganan sejumlah kendala fisik yang menjadi faktor pembatas, pengendalian sifat toksik dan kekurangan hara makro maupun mikro (Sagiman, 2007).

Padi varietas dendang yang ditanam pada musim kering di lahan gambut lebak Desa Sidomukti, Jambi memiliki hasil produksi rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi padi lokal, yaitu dengan 3,83 - 5,83 ton/ha (Suparwoto dan Waluyo, 1999). Sedangkan varietas untuk lahan pasang surut dengan toleransi moderat seperti Dendang dan Banyu Asin memberikan hasil

gabah yang lebih tinggi, yaitu 2.6 ton/ha dan 2.1 ton/ha. Pada penelitian Sutami, dkk. (2003), varietas Dendang dan Banyu Asin bahkan dapat berproduksi

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan Gambut

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus dan Subiksa, 2008).

Berdasarkan tempat dan lingkungan pembentukannya, lahan gambut terdiri dari lahan gambut rawa (back swamp peat) dan lahan gambut dataran tinggi (high moore). Lahan gambut rawa meliputi lahan gambut rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (marine peat) disebut juga gambut topogen dan lahan gambut rawa air tawar (fresh water peat) dan tergolong gambut ombrogen. Sedangkan pada lahan gambut dataran tinggi umumnya merupakan gambut pedalaman yang hanya dipengaruhi oleh air hujan (ombrogen). Wiratmoko dkk.

(2008) menyatakan bahwa lahan gambut topogen memiliki karakteristik fisik dan kimia yang lebih baik dibandingkan dengan lahan gambut ombrogen.

(30)

Karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia sangat beragam dan ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis tanaman penyusun gambut, jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), dan tingkat dekomposisi gambut. Gambut yang ada di Sumatera dan Kalimantan umumnya didominasi oleh bahan kayu-kayuan. Oleh karena itu komposisi bahan organiknya sebagian besar adalah lignin yang umumnya melebihi 60% dari bahan kering, sedangkan kandungan komponen lainnya seperti selulosa, hemiselulosa, dan protein umumnya tidak melebihi 11% (Subiksa, 1997).

Kemasaman tanah gambut cenderung menurun seiring dengan kedalaman gambut. Pada lapisan atas pada gambut dangkal cenderung mempunyai pH lebih tinggi dari gambut tebal (Suhardjo dan Widjaja Adhi, 1976). Pengapuran tanah gambut dengan tujuan meningkatkan pH tidak terlalu efektif, karena kadar Al gambut yang rendah. Umumnya pH gambut pantai lebih tinggi dan tanahnya lebih subur dibandingkan dengan gambut pedalaman karena adanya pengayaan basa-basa dari air pasang surut.

(31)

Pasir Vulkan

Abu dan pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh di sekitar kawah sampai radius 5-7 km dari kawah, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan kilometer bahkan ribuan

kilometer dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin (Sudaryo dan Sutjipto, 2009).

Dari hasil data analisis kimia tanah untuk bahan vulkan yang digunakan dalam penelitian ini, menunjukan bahwa: pH (H

2O) (5,59), pH (KCl) (5,44),

P-tersedia (5,33 ppm), Retensi P ( 24,19%), P-Total (0,045%), K (0,041 cmol/kg), Ca (0,21 cmol/kg), Mg (0,046 cmol/kg), Na (0,053 cmol/kg), Al (0,68 cmol/kg), KTK (6,3 me/100gram), KB (6,42%) dan kandungan C-organik (0,057%) (Ridwandi, 2013). Hikmatullah (2010) menambahkan dari hasil penelitiannya

bahwa kadar Al dari semua pedon tanah vulkan cukup tinggi mencapai 2.47 - 5.43 %, sedangkan kadar Fe mencapai 0.80 - 2.03 %.

(32)

Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah gambut melalui perbaikan kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan pH secara nyata, mampu memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, dan mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik (Subiksa dkk., 1997).

Penelitian mengenai abu vulkanik sebagai amelioran sebelumnya telah dilakukan oleh Sediyarso dan Suping (1987) yang menggunakan abu Gunung Galunggung sebagai amelioran. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan abu vulkanik dapat meningkatkan pH dan Kdd (Ca dan Mg). Menurut Sediyarso, pemberian abu vulkanik dengan dosis semakin tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat kering bagian atas, dan akar tanaman jagung di tanah Oksisol.

(33)

dapat meningkatkan pH, KTK tanah serta Kejenuhan Basa (KB) yang mengakibatkan kesuburan tanah dan tanaman meningkat. (Fiantis, 2006).

Zeolit

Zeolit sebagai pembenah tanah adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan. Kemampuan menukar kation merupakan salah satu sifat zeolit yang sangat berguna. Zeolit sebagai pembenah yang diberikan ke dalam tanah dengan jumlah relatif banyak dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan. Pembenah tanah seperti zeolit dapat diaplikasikan tidak hanya pada tanah kering, tetapi juga pada tanah sawah. (Suwardi, 2007).

Sifat khas dari zeolit sebagai mineral yang berstruktur tiga demensi, bermuatan negatif, dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan

air secara bolak-balik. Zeolit mempunyai kerangka terbuka dengan jaringan pori-pori yang mempunyai permukaan bermuatan negatif dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+ dari urea dan kation K+ dari KCl keluar dari daerah perakaran,

sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien (Al-Jabri, 2008).

(34)

tidak hanya digunakan sebagai carriers hara tanaman, tetapi juga sebagai perangkap logam berat (Cu, Cd, Pb, Zn) sehingga uptake kedalam rantai makanan atau food chain dicegah atau berkurang (Fuji, 1974).

Pupuk Urea dan KCl yang diberikan ke tanah yang sebelumnya sudah diberi zeolit, maka kation NH4+ dari urea dan kation K+ dari KCl dapat

terperangkap sementara dalam pori-pori zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara perlahan-lahan untuk diserap tanaman. Sejumlah kation Al dan Fe tanah yang masuk dalam rongga-rongga ditahan dalam struktur zeolit yang bermuatan negatif sehingga anion H2PO4- dari pupuk SP-36 sangat sedikit atau belum sempat

diikat Al atau Fe akhirnya mudah diserap akar tanaman. Air Laut

Air laut sudah banyak digunakan untuk mengairi tanaman yang toleran

terhadap salinitas (halophytes) pada daerah – daerah dekat pantai (Pasternak dkk., 1985).

Tabel 1. Rata-rata Konsentrasi Ion pada Air Laut

Ion Unsur Parts per thousand by weight

Chloride, Cl- 18,980

(35)

Mengingat tingginya kandungan kation terlarut khususny Mg, Ca dan K, air laut dapat digunakan sebagai salah satu sumber hara bagi tanaman. Namun kendala yang dihadapi adalah konsentrasi Cl- dan Na+ terdapat dalam jumlah yang sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut. Berkaitan dengan tingginya salinitas air laut, tantangan yang dihadapi adalah upaya untuk memanfaatkan unsur-unsur hara tersebut dengan menurunkan kandungan Na dan Cl sampai pada level yang tidak merugikan pada tanaman. Disamping itu unsur Na juga dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara untuk jenis-jenis tanaman tertentu yang membutuhkannya baik sebagai unsur tambahan maupun sebagai pengganti sebagian dari kebutuhan akan unsur K (Yufdy dan Jumberi, 2008).

Sudarman, dkk (2002) menambahkan bahwa air laut dapat berfungsi sebagai amelioran karena air laut mempunyai daya penukar yang besar sehingga Al 3+ dan Fe2+ yang berada pada kompleks pertukaran dapat digantikan oleh Na+, Ca2+, atau Mg2+ dari air yang ditambahkan. Oleh karena itu air laut dengan konsentrasi tertentu dapat berperan sebagai ion exchange , atau sebagai bahan amelioran.

Efek buruk tingginya konsentrasi Na di tanah terhadap pertumbuhan tanaman dapat dibedakan atas 3 kelompok: a) terhambatnya serapan air karena rendahnya tekanan osmotik, b) terganggunya metabolisme disebabkan tingginya konsentrasi Na pada jaringan tanaman, dan c) terhambatnya absorpsi kation lainnya (Cachorro dkk., 1994).

(36)

mineral berukuran kecil dan partikel organik menyumbat pori tanah mengakibatkan berkurangnya aliran air di tanah. Secara bertahap kondisi ini merubah porositas tanah dan mengurangi permeabilitas air. Akibat dispersi Na pada liat dan bahan organik mengurangi agregasi tanah, permeabilitas terhadap udara dan air, perkecambahan dan pertumbuhan akar. Dispersi tanah terjadi apabila Na – tukar melebihi 10 – 20% KTK (Yufdy dan Jumberi, 2008).

Budidaya Tanaman Padi Hibrida di Lahan Gambut

Dikemukakan oleh Daradjat (2001), varietas unggul hibrida merupakan salah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan

produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Selanjutnya menurut Soewito, dkk. (1995), selama ini sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan

produksi padi nasional cukup besar. Di samping itu, varietas unggul pada umumnya berumur pendek (genjah) sehingga sangat penting artinya bagi petani dalam mengatur pola tanam.

Varietas Dendang merupakan hasil persilangan Osok dan IR52952B-3-3-2, dilepas pada tahun 1999 dan dikembangkan oleh IRRI, umur panen 123-127 hari dengan produksi rata-rata 4 ton/ha dan potensi hasil dapat mencapai 7 ton/ha dengan rasa nasi yang enak. Merupakan varietas padi yang direkomendasikan untuk lahan pasang surut yang cukup toleran terhadap salinitas dan keracunan Fe serta toleran terhadap keracunan Al (Sulistiani, 2010).

(37)

air pasang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tanaman padi, semakin tebal gambut (> 80 cm) semakin rendah hasil padi yang dicapai (Noor, 2001).

Rendahnya hasil padi pada gambut tebal dapat diatasi jika tanaman padi diberi hara lengkap. Pada gambut yang tipis 0-10cm tanah relatip padat tidak gembur dan pembentukan perakaran padi dapat terganggu, kandungan hara tanah juga rendah dan tidak cukup memberikan hasil yang tinggi. Peningkatan ketebalan gambut sampai 60 cm, menyebabkan kesuburan gambut meningkat dan tanah gembur sehingga baik bagi pertumbuhan akar tanaman. Gambut tebal (>1m ) belum berhasil dimanfaatkan untuk penanaman padi sawah, karena sejumlah kendala yang belum dapat diatasi. Keberhasilan budidaya padi sawah tergantung kesuksesan dalam mengatasi beberapa kendala seperti keberhasilan dalam : pengelolaan dan pengendalian air, penanganan sejumlah kendala fisik yang menjadi faktor pembatas, pengendalian sifat toksik dan kekurangan hara makro maupun mikro (Sagiman, 2007).

Padi varietas dendang yang ditanam pada musim kering di lahan gambut lebak Desa Sidomukti, Jambi memiliki hasil produksi rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi padi lokal, yaitu dengan 3,83 - 5,83 ton/ha (Suparwoto dan Waluyo, 1999). Sedangkan varietas untuk lahan pasang surut dengan toleransi moderat seperti Dendang dan Banyu Asin memberikan hasil

gabah yang lebih tinggi, yaitu 2.6 ton/ha dan 2.1 ton/ha. Pada penelitian Sutami, dkk. (2003), varietas Dendang dan Banyu Asin bahkan dapat berproduksi

(38)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan sawah gambut dataran tinggi Desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Terletak 298 km dari kota Medan, berada pada 2º15,5’52’’ LU dan 98º43’36’’ BT dengan ketinggian tempat ±1411 m dpl, memiliki iklim dengan curah hujan rata-rata 1.807 mm/ tahun dan suhu udara rata-rata 20- 26°C. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2013 sampai Desember 2013.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan yang digunakan adalah bahan pasir vulkan dari wilayah kaki Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Zeolit diperoleh dari toko pakan ternak di Medan, dan air laut diambil di perairan laut ± 10 km dari Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Sebagai pupuk dasar digunakan Urea, SP-36 dan KCl, benih padi hibrida varietas Dendang diperoleh dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat sebagai tanaman indikator untuk melihat kesesuaiannya ditanam di lahan gambut. Pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit jika diperlukan.

Alat

(39)

digunakan untuk menimbang bahan dan alat-alat laboratorium serta alat - alat pendukung lainnya yang dipergunakan selama penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok non faktorial dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:

G0: kontrol

G1: pemberian pasir vulkan 5 kg / plot

G2: pemberian pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L / plot

G3: pemberian pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot

Model linier Rancangan Acak Kelompok: Yij = µ + αi + βj + ∑ij

Dimana:

Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

µ = nilai tengah umum. αi = pengaruh perlakuan ke-i.

βj = pengaruh blok ke-j

∑ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Selanjutnya data di analisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter yang di ukur dan di uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

(40)

sedemikian rupa agar tidak terjadi pencampuran perlakuan satu sama lain sehingga diharapkan data hasil pengamatan yang diperoleh lebih akurat. Adapun bagan penelitian yang akan dibuat dapat dilihat seperti pada gambar berikut :

(-) Air Laut (+) Air Laut

• lebar spasi antar ulangan 1 m dan antar perlakuan 1,5 m

• Area I dan Area II dipisahkan oleh bedengan untuk memisahkan perlakuan air laut

Analisis Awal

Sampel tanah masing- masing plot diambil untuk kemudian dianalisis awal yaitu dengan parameter pH tanah, DHL, Basa-basa tukar (Na+, K+, Ca2+, Mg2+), KTK, P-tersedia, N-total dan C-organik tanah. Analisis dilakukan di Laboratorium

Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penyemaian Benih

Penyemaian benih dilakukan selama 3-4 minggu sebelum dilakukannya penanaman di lapangan. Benih disebar di area penyemaian yang telah disediakan

(41)

di dalam polibag 10 kg. Media tanam untuk penyemaian digunakan top soil dengan campuran kompos dengan perbandingan 3:1 dan diaduk secara merata. Penyiraman benih dilakukan setiap hari selama penyemaian.

Aplikasi Perlakuan

Aplikasi perlakuan dilakukan setelah pengolahan tanah dan diaplikasi sesuai dengan perlakuan yang dibutuhkan satu hari sebelum penanaman. Untuk dosis perlakuan pasir vulkan sebanyak 5 kg/plot, zeolit sebanyak 1 kg/plot dan air laut ditambahkan sebanyak 2,5 L/plot (perhitungan berdasarkan rekomendasi penelitian sebelumnya yang telah dikonversikan), disebar secara merata pada setiap plot perlakuan dan diaduk menggunakan garu pada permukaan tanah. Penyiraman lahan dengan air gambut dilakukan sebelum penanaman.

Penanaman di Lapangan

Setelah benih matang semai, benih di seleksi dan ditanam di lapangan dengan jarak tanam 25 x 20 cm dengan luas plot 4 m2 sehingga diperoleh 72 rumpun di dalam satu plot. Setiap lubang tanam ditanami 3-4 tanaman bibit padi.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dilakukan penyiangan apabila terdapat gulma dan dilakukan pengendalian apabila terdapat serangan hama dan penyakit. Tiap area dikelilingi dengan jaring pelindung untuk menghindari serangan hama tikus.

Aplikasi Pupuk Dasar dan Pengambilan Data Pertama

(42)

(1x sebelum penanaman, 1x pada 6 MST dan 1x pada akhir fase vegetatif tanaman), 48,65 gr SP-36/ plot dan 17,5 gr KCl/plot dengan hanya sekali pemberian yaitu sebelum penanaman. Sebelum aplikasi pupuk diambil tanah pada beberapa titik dan kemudian dikompositkan pada masing-masing plot untuk dianalisis di laboratorium sebagai data analisis awal.

Analisis Parameter

- Analisis Parameter Tanah

Sampel tanah untuk masing-masing perlakuan diambil dan dilarutkan di dalam botol kocok dengan perbandingan 1 : 2,5 untuk pengukuran pH menggunakan pH meter dan DHL (Daya Hantar Listrik) tanah dengan menggunakan Electro Conductivity Meter.

Penetapan basa-basa tukar (Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+). Ekstraksi menggunakan prinsip pencucian unsur-unsur basa oleh suatu garam dalam suatu kolom tanah (perkolasi). Ekstraksi menggunakan garam Amonium klorida (NH4-Cl) 1 N akan mengekstrak semua kation-kation basa. Simpan ekstrak

tersebut untuk penetapan basa-basa tukar. Penetapan nitrogen total dalam tanah dapat ditentukan dengan metode Kjeldahl yang didasarkan ketetapan bahwa senyawa nitrogen organik dan anorganik dapat dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat membentuk Amonium sulfat. Amonium sulfat yang terbentuk disuling dengan penambahan NaOH yang akan membebaskan NH3. NH3 yang tersuling

akan diikat oleh asam borat dan dapat dititrasi dengan H2SO4 dengan

(43)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah diukur dengan prinsip pembebasan sejumlah ion amonium yang digunakan pada pengekstakan basa tukar dengan menggunakan KCL 0,1 N. Sebelum dicuci dengan larutan KCL, kolom tanah terlebih dahulu dicuci dengan alkohol (etanol) yang berfungsi untuk mencuci ion amonium yang berada pada larutan tanah. Ion amonium yang terlepas kemudian ditampung. Ekstrak kemudian didestilasi dengan suasana basa. Analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

- Analisis Parameter Tanaman.

Tinggi Tanaman diukur dengan menggunakan meteran (cm). Jumlah anakan produktif dihitung secara manual dengan menghitung jumlah anakan (tanaman) yang telah memiliki malai pada 10% (8 rumpun) sampel tanaman tiap masing-masing plot. Sedangkan Jumlah anakan per rumpun dihitung jumlah semua anakan (tanaman) pada 10% (8 rumpun) sampel tanaman tiap plot tersebut. Parameter Yang Diamati

1. Parameter Tanah

a. Kemasaman Tanah (pH) 1: 2,5 (potensiometrik) b. Daya Hantar Listrik (DHL) (potensiometrik)

c. Basa-basa tukar (ekstrak Amonium Klorida 1 N), Kejenuhan Basa (KB) tanah d. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah

e. Bulk Density (BD) tanah dengan metode ring sampel 2. Parameter Tanaman

a. Tinggi tanaman

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kemasaman Tanah (pH)

Dari hasil analisis sidik ragam pH tanah pada 6 MST menunjukkan bahwa pemberian amelioran secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap penurunan pH tanah (Lampiran 2 dan 3). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai pH tanah gambut dataran tinggi tersebut tergolong masam hingga agak masam. yaitu berkisar antara 5,28 - 5,93.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan pH tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Rataan pH Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

5,93a

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 5,67ab

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 5,28c

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 5,34bc

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 2 menunjukan bahwa pemberian pasir vulkan + air laut (G2)

berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (G0), pasir vulkan (G1) dan berbeda tidak

nyata dengan perlakuan pasir vulkan + air laut + zeolit (G3).

Daya Hantar Listrik (DHL)

Dari hasil analisis sidik ragam DHL tanah pada 6 MST menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) berbeda sangat nyata

dengan perlakuan kontrol (G0) dan pemberian pasir vulkan (G1) dan secara

(45)

(Lampiran 4 dan 5). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai DHL tanah gambut dataran tinggi tersebut masih tergolong sangat rendah.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan DHL tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Rataan DHL Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(mmhos/cm) 0,0417C

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0,0787C

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0,1580AB

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0,1753A

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 1 %

Dari Tabel 3 menunjukan bahwa perlakuan G2 tidak berbeda nyata dengan

perlakuan G3 namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan G0

maupun G1 yang keduanya juga saling tidak berbeda nyata.

Basa-Basa Tukar dan Kejenuhan Basa (KB) Tanah

Dari hasil analisis sidik ragam Basa – Basa Tukar tanah pada 6 MST memperlihatkan bahwa perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) nyata

meningkatkan Na – tukar dan Mg – tukar tanah (Lampiran 6, 7, 12 dan 13) sedangkan perlakuan dengan pemberian zeolit (G3) berpengaruh sangat nyata

(46)

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan Basa – Basa Tukar dan Kejenuhan Basa (KB) tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 4 – 8.

Tabel 4. Nilai Rataan Na – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum pemberian semua perlakuan meningkatkan Na – tukar tanah. Perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) berbeda nyata dengan perlakuan (G0 dan G1).

Tabel 5. Nilai Rataan K – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian semua amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai K – tukar tanah.

Tabel 6. Nilai Rataan Ca – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 1 %

(47)

Tabel 7. Nilai Rataan Mg – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa secara umum pemberian semua perlakuan meningkatkan Mg – tukar tanah. Perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) berbeda nyata dengan perlakuan (G0 dan G1).

Tabel 8. Nilai Rataan KB Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 1 %

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) sangat nyata menurunkan nilai KB tanah gambut sejalan dengan

penurunan Ca – tukar tanah yang sangat signifikan. KB tanah tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu 24,86 % sedangkan terendah

pada perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu 11,39 %.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

(48)

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan KTK tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Rataan KTK Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Dari Tabel 9 menunjukan bahwa kapasitas tukar kation tertinggi pada perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut (G2) dengan 21,35 me/100 gr

sedangkan terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu

18,28 me/100 gr. Bulk Density (BD)

Hasil analisis sidik ragam BD tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan terutama pasir vulkan yang memiliki tekstur pasir belum memberikan pengaruh nyata pada BD tanah gambut (Lampiran 18 – 20). Berdasarkan kriteria BPPM (1982) BD tanah gambut tersebut tergolong rendah.

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan BD tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 10.

(49)

Dari Tabel 10 menunjukan bahwa BD tertinggi gambut terdapat pada perlakuan G0 dengan 0,47 gr/cm3 sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan

G2 yaitu 0,41 gr/cm3.

Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam Tinggi Tanaman pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman (Lampiran 21 – 26).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12. Tabel 11. Nilai Rataan Tinggi Tanaman tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut (G2) yaitu 28,16 cm sedangkan

terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu 26,20 cm.

Tabel 12. Nilai Rataan Tinggi Tanaman tiap perlakuan pada 20 MST

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 63,96 cm sedangkan terendah pada perlakuan

(50)

Jumlah Anakan Vegetatif

Hasil analisis sidik ragam Jumlah Anakan Vegetatif pada 6 MST memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata tetapi faktor ulangan berbeda nyata pada jumlah anakan vegetatif padi (Lampiran 27 – 29). Namun pada 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa semua amelioran berpengaruh nyata menurunkan jumlah anakan vegetatif (Lampiran 30 – 32).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan vegetatif pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Nilai Rataan Jumlah Anakan Vegetatif Tanaman pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah anakan vegetatif tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 10,63 tanaman sedangkan

terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu

8,21 tanaman.

(51)

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah anakan vegetatif tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 39,13 tanaman yang berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya sedangkan terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu 24,79 tanaman.

Pembahasan

Hasil pengukuran pH tanah akibat pemberian amelioran pasir vulkan, zeolit dan air laut berpengaruh nyata meningkatkan kemasaman tanah (menurunkan pH) gambut (Tabel 2), tergolong agak masan menurut kriteria BPPM (1982) dengan kisaran 5,28 - 5,93. Meningkatnya kemasaman tanah gambut karena terjadinya pelepasan asam – asam organik akibat pemberian amelioran.

Peran zeolit sebagai penyangga (buffer) dapat dilihat pada hasil pengukuran pH tanah pada perlakuan pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu

5,34 berada diantara pH perlakuan G1 (pasir vulkan) 5,67dan G2 (pasir vulkan +

air laut) 5,28. Berdasarkan hasil tersebut, zeolit yang diaplikasikan dianggap mampu menyangga pH tanah gambut yang cenderung menurun akibat pemberian pasir vulkan dan air laut. Fuji (1974) menyatakan bahwa zeolit tidak asam dan penggunaannya dengan pupuk dapat menyangga pH tanah, sehingga dapat mengurangi takaran kapur.

Secara umum semua perlakuan menurunkan pH tanah. Pemberian pasir vulkan 5 kg / plot (G1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol (G0)

sedangkan pada perlakuan G2 dan G3 dengan adanya pemberian air laut berbeda

nyata dengan perlakuan Kontrol (G0). Hal ini disebabkan karena baik pasir vulkan

(52)

Anda dan Wahdini (2010) bahwa pasir vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu. Yufdy dan Jumberi (2008) yang menyatakan bahwa air laut memiliki kandungan kation – kation basa seperti Na dalam konsentrasi yang sangat tinggi dan K, Ca dan Mg dalam konsentrasi yang cukup tinggi dibandingkan unsur lainnya. Kation – kation basa seperti Na, K, Ca dan Mg mampu mendesak ion H+ asam-asam organik dari komplek jerapan keluar dari sistem menyebabkan konsentrasi ion H+ di larutan tanah meningkat sehingga kemasaman tanah meningkat.

Hasil pengukuran DHL pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian air laut berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan DHL tanah gambut. Hal ini dapat dilihat bahwa DHL tanah pada perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg / plot (G1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol (G0) sedangkan DHL

tanah pada perlakuan G2 dan G3 dengan adanya pemberian air laut berbeda sangat

nyata dengan perlakuan Kontrol (G0). Pemberian air laut yang memiliki banyak

ion – ion unsur yang terlarut didalamnya terutama Natrium memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan konsentrasi garam di larutan tanah gambut sehingga DHL tanah meningkat meskipun dalam konsentrasi yang relatif sedikit. Yufdy and Jumberi (2008) menyatakan bahwa bahwa terdapat 11 jenis ion pada air laut. Dari jumlah itu, konsentrasi Chlorite dan Natrium terdapat dalam jumlah yang sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut.

(53)

gambut terutama Na – tukar dan Mg – tukar. Sudarman, dkk (2002) menyatakan bahwa air laut dapat berfungsi sebagai amelioran karena air laut mempunyai daya penukar yang besar sehingga Al3+ dan Fe2+ yang berada pada kompleks pertukaran dapat digantikan oleh Na+, Ca2+, atau Mg2+ dari air yang ditambahkan. Oleh karena itu air laut dengan konsentrasi tertentu dapat berperan sebagai ion penukar (ion exchanger) atau sebagai bahan amelioran. Sedangkan pemberian pasir vulkan cenderung meningkatkan nilai kejenuhan basa tanah dimana perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg / plot (G1) memiliki nilai KB tertinggi 24,86 % (Tabel 8).

Fiantis (2006) menyatakan bahwa hasil pelapukan lanjut dari bahan vulkanik mengakibatkan terjadinya penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari keadaan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dibuktikan bahwa bahan vulkanik mengandung kation-kation basa yang dapat meningkatkan Kejenuhan Basa (KB) tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai KB tanah gambut dataran tinggi tersebut masih tergolong rendah.

Untuk parameter Kapasitas Tukar Kation (Tabel 9) menunjukkan bahwa aplikasi semua amelioran belum memberikan pengaruh nyata terhadap nilai KTK yaitu berkisar antara 18 – 22 me/100 g dengan nilai KTK tertinggi terdapat pada perlakuan (G2) dengan 21,35 me/100 gr sedangkan terendah diperoleh pada

perlakuan (G1) yaitu 18,28 me/100 gr. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil

(54)

Perubahan nilai KTK tanah gambut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, tingkat dekomposisi dan perubahan gugus fungsional di lahan gambut akibat adanya reaksi dengan bahan amelioran yang diberikan. Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid, dalam hal ini koloid organik tanah untuk mengadsorbsi kation-kation di dalam larutan tanah. KTK tanah gambut berbanding lurus dengan pH dimana KTK akan turun bila pH gambut turun dan sebaliknya. Agus dan Subiksa (2008) menyatakan bahwa muatan negatif yang menentukan KTK pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan tergantung pH (pH dependent charge). Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil dissosiasi hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. Oleh karenanya penetapan KTK menggunakan pengekstrak amonium acetat pH 7 akan menghasilkan nilai KTK yang lebih tinggi, sedangkan penetapan KTK dengan pengekstrak amonium klorida (pada pH aktual) akan menghasilkan nilai yang lebih rendah.

Hasil pengukuran BD (Tabel 10) diketahui bahwa semua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan BD tanah gambut yang

tergolong rendah dimana rataan BD tanah semua perlakuan masih dibawah 0,5 gr/cm3. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa lahan gambut telah

(55)

Untuk parameter tinggi tanaman pada pengamatan 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi, tetapi angka tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) dan terendah pada perlakuan (G3) artinya

pemberian amelioran justru menghambat pertumbuhan tinggi tanaman padi. Hal ini terjadi karena adanya kahat kalsium oleh tanaman akibat adanya penurunan jumlah Ca – tukar di dalam tanah gambut (sesuai dengan hasil pada Tabel 6). Kalsium berperan penting pada fase vegetatif tanaman terutama pembentukan akar dan batang. Kahat kalsium pada tanaman akan menghambat pertumbuhan akar dan batang sehingga tidak mampu tumbuh memanjang dengan cepat akibatnya tidak dapat memperoleh air dan unsur hara yang cukup dari dalam tanah. Secara visual gejala yang tampak pada tanaman yang kahat kalsium dapat dilihat dari pertumbuhannya yang kerdil (Damanik dkk., 2011).

(56)

Hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman akibat terjadinya plasmolisis yang mengganggu metabolisme tanaman (Cachorro dkk., 1994).

Sementara untuk jumlah anakan vegetatif tanaman pada pengamatan 6 MST (Tabel 9), pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata dengan perlakuan tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) yaitu 10,63 tanaman dan

terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg + air laut + zeolit (G3) yaitu

8,21 tanaman namun pada pengamatan 20 MST (Tabel 10), hasil memperlihatkan pemberian perlakuan berpengaruh nyata dalam menurunkan jumlah anakan vegetatif dimana jumlah terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu 24,79 tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya. Hal ini disebabkan penanaman padi dilakukan pada waktu yang kurang tepat dan lahan sawah gambut lokasi penelitian merupakan lahan sawah tadah hujan dimana ketersediaan air lahan sangat ditentukan oleh banyaknya curah hujan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan adanya indikasi cekaman kekeringan melihat adanya retakan – retakan pada permukaan tanah gambut akibat minimnya jumlah hari hujan di lokasi saat penelitian dilakukan sehingga pasokan air ke areal lahan berkurang mengingat lahan sawah tersebut merupakan lahan sawah tadah hujan. Apriantoro (2009) menyatakan bahwa sawah tadah hujan umumnya hanya dapat ditanami sekali setahun. Pertanaman padi pada areal sawah tadah hujan seringkali mengalami kegagalan panen karena mengalami kekurangan air, baik pada waktu pengolahan tanah maupun pertumbuhan tanaman.

(57)
(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan dengan pemberian amelioran pasir vulkan (G1) meningkatkan

Kejenuhan Basa (KB) tanah.

2. Perlakuan dengan penambahan air laut (G2 dan G3) dapat meningkatkan

nilai DHL, Na – tukar dan Mg – tukar tanah namun cenderung menurunkan pH tanah, Ca – tukar dan KB tanah.

3. Perlakuan dengan penambahan zeolit (G3) dapat berperan sebagai

penyangga (buffer) pH, KTK dan BD tanah.

4. Aplikasi semua amelioran belum memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan padi di lahan gambut dan cenderung menurunkan jumlah anakan vegetatif.

Saran

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S. 1997. Tanah Gambut: Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penggunaan, Kendala dan Penyebaranya di Indonesia. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Bogor.

Agus, F. dan I.G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Al-Jabri, M. 2008. Kajian Metode Penetapan Kapasitas Tukar Kation Zeolit sebagai Pembenah Tanah untuk Lahan Pertanian Terdegradasi. Jurnal Standardisasi. Vol. 10, No. 2. BSN.

Anda, M. dan W. Wahdini. 2010. Sifat, Komposisi Mineral, dan Kandungan Berbagai Unsur pada Abu Erupsi Merapi, Oktober-November 2010 [Unpublish]. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Apriantoro, A. 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Tadah Hujan. Badan Litbang Deptan. Bogor.

Begg, J. E. 1980. Morphological Adaptation of Leaves to Water Stress. Pp. 33-42 in Turner, N.C., and P. J. Krame (ed.). Adaptation of Plants to Water and High Temperature Stress. John Wiley and Sons, New York.

Daradjat, A.A. 2001. Program Pemuliaan Partisipatif pada Tanaman Padi : Konsep dan Realisasi. Makalah disampaikan pada Lokakarya dan Penyelarasan Perakitan Varietas Unggul Komoditas Hortikultura melalui Penerapan Program Shuttle Breeding, Jakarta, 19-20 April 200.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan

Fiantis, D. 2006. Properties of Volcanic Ash Soils from The Merapi and Talamau Volcanoes in West Sumatera (Indonesia). MSc. Thesis. Univ. Of Gent. 130hal

Fuji, S. 1974. Heavy metal adsorption by pulverized zeolites: Japan. Kokai 74,079,849, Aug. 1, 1974, 2 pp.

Hikmatullah. 2010. Sifat-Sifat Tanah Yang Berkembang Dari Bahan Volkan Di Halmahera Barat, Maluku Utara. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) 12 (1): 40-48.

(60)

Sagiman, S. 2007. Pemanfaatan Lahan Gambut dengan Perspektif Pertanian Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Tanjung Pura. Pontianak.

Santos, J.D. 2009. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Produktivitas dan Total Produksi Padi Sawah di Timor Leste selama 5 tahun (2005 – 2009). Staf Peneliti MAP. Timor Leste.

Saragih, E.S. 1996. Pengendalian Asam-Asam Organik Meracun dengan Penambahan Fe (III) pada Tanah Gambut Jambi, Sumatera. Tesis S2. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sediyarso, M. dan S. Suping. 1987. Pengaruh Abu Galunggung terhadap Tanah Pertanian. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.

Sihite, L. 2013. Karakteristik Tanah Gambut Topogen yang Dijadikan Sawah dan Dialihfungsikan Menjadi Pertanaman Kopi Arabika dan Hortikultura. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Subiksa, I.G.M., K. Nugroho, Sholeh and I.P.G.W. Adhi. 1997. The effect of ameliorants on the chemical properties and productivity of peat soil. In: Rieley and Page (Eds). Pp:321-326. Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatlands. Samara Publishing Limited, UK.

Sudarman, K., Azwar, M., dan Bambang, H. S. 2002. Pengaruh Pemberian Gambut disertai Pelindian dan Penambahan Amelioran pada Tanah Sulfat Masam terhadap Kemasaman Tanah dan Serapan Hara Makro Tanaman Padi. Laporan Penelitian, Program Studi Ilmu Tanah, Program Pascasarjana, UGM. Yogyakarta.

Suparwoto dan Waluyo. 2011. Inovasi Teknologi Varietas Unggul Baru (VUB) Meningkatkan Produktivitas Padi dan Pendapatan Petani di Lahan Rawa Lebak. Jurnal Pembangunnan Manusia. Palembang.

Sudaryo dan Sutjipto. 2009. Identifikasi dan Penentuan Logam Pada Tanah Vulkanik di Daerah Cangkringan Kabupaten Sleman Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Batan, Yogyakarta.

Sulistiani, R. 2010. Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Akibat Pemberian Amandemen Bokashi Jerami dan Pemupukan Spesifik Lokasi pada Tanah Salin. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Suhardjo, H. and I P.G. Widjaja-Adhi. 1976. Chemical Characteristics of The

(61)

Sutami, F. Azzahra, M. Imberan. 2003. Penampilan dua belas galur padi terpilih dan hasil persilangan dan introduksi di lahan pasang surut bergambut. Bul. Agron. 31:89-93.

Suwardi. 2007. Pemanfaatan zeolit untuk Perbaikan Sifat-sifat Tanah dan Peningkatan Produksi Pertanian. Disampaikan pada Semiloka PembenahTanah Menghemat Pupuk Mendukung Peningkatan Produksi Beras, di Departemen Pertanian, 5 April 2007. Jakarta.

Soewito, T., Z. Harahap dan Suwarno. 1995. Perbaikan Varietas Padi Sawah Mendukung Pelestarian Swasembada Beras. Dalam Proseding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta/bogor, 23-25 Agustus 1993. Kinerja Tanaman Pangan Buku 2, Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian. Wahyunto, Sofyan Ritung, Suparto, dan H. Subagjo. 2005. Sebaran Gambut dan

Kandungan Karbon di Sumatera dan Kalimantan.Wetland International Indonesia Programme. Bogor.

Widjaja-Adhi, I P.G. 1988. Physical and chemical characteristic of peat soil of Indonesia. Ind. Agric. Res. Dev. J. 10:59-64.

Wiratmoko, D., Winarna, S. Rahutomo, dan H. Santoso. 2008. Karakteristik Gambut Topogen dan Ombrogen di Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara Untuk Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal PPKS Vol 16 (3) (2008) p: 119-126.

(62)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Awal Tanah Gambut

No Parameter Tanah Gambut* Keterangan** Air Laut*

1. pH H2O 5,30 Agak Masam 9,010

2. DHL (mmhos/cm) 0,027 Sangat Rendah 40,000 3. Na-dd (me/100 g); (%) 0,08 Sangat Rendah

4. K-dd (me/100 g); (%) 0,06 Sangat Rendah 5. Ca-dd (me/100 g); (%) 0,17 Sangat Rendah 6. Mg-dd (me/100 g); (%) 0,40 Rendah

7. Kejenuhan Basa (%) 2,33 Sangat Rendah

8. KTK (me/100 g) 30,40 Tinggi

9. C-organik (%) 12,42 Sangat Tinggi

10. N-Total (%) 0,95 Sangat Tinggi

11. P-tersedia (ppm) 34,14 Tinggi

12. C/N 13,07 Sedang

* Dianalisis di Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, Medan

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata Konsentrasi Ion pada Air Laut
Tabel 1.  Rata-rata Konsentrasi Ion pada Air Laut
Tabel 9. Nilai Rataan KTK Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST
Tabel 11. Nilai Rataan Tinggi Tanaman tiap perlakuan pada 6 MST

Referensi

Dokumen terkait

The strategies of these techniques to achieve the five main attributes of modularity (low coupling, low complexity, and high cohesion, open for extension, close

Kasus yang kami akan bahas dalam makalah ini merupakan kasus-kasus yang terjadi di hutan- hutan Indonesia, seperti pada kasus penyelundupan kayu Merbau di Papua yang di ekspor ke

Karena menggunakan akad ijarah maka pihak BMT Tumang berhak untuk mendapatkan Ujroh atau imbalan dari fasilitas-fasilitas yang akan BMT Tumang berikan kepada anggota

Akan tetapi masih banyak kejadian peserta BPJS yang rutin membayar iuran BPJS tetapi masih belum menerima manfaat dari kartu BPJS tersebut seperti kasus diatas, serta masih ada

Oleh karena itu, penelitian pakan dan nutrisi pada kelompok ini sebaiknya difokuskan kepada pencarian sistem produksi alternatif yang dapat menjamin ketersediaan pakan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Apakah pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai pada Badan. Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh Maria dkk (2012) hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan kalium