• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan data pengataman dan hasil sidik ragam (Lampiran 4 - 60) diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per plot, dan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 6 dan 7 MST, jumlah umbi, bobot basah umbi per rumpun dan bobot kering umbi per rumpun. Perlakuan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah umbi per rumpun, bobot basah dan bobot kering umbi per plot dan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah umbi, bobot kering umbi per rumpun. Interaksi perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada 2-12 MST dapat dilihat pada lampiran 4-25. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman 2-12 MST pada perlakuan sistem jarak tanam dan waktu penyiangan gulma dapat dilihat pada Tabel 1.

Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa tinggi bawang sabrang pada umur 12 MST tertinggi pada perlakuan jarak tanam jarak tanam 15 cm x 20 cm (J2) sebesar 35,38 cm dan terendah pada perlakuan 10 x 20 cm (J1) sebesar 31,67 cm.

sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan tinggi bawang sabrang tertinggi bawang sabrang pada perlakuan P2 (disiang sampai 56 HST, selanjutnya

cm

dibiarkan sampai panen) dan terendah terdapat pada perlakuan P0 (disiang sampai panen).

Jumlah Daun per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun pada 2-12 MST dapat dilihat pada Lampiran 26-47. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 6 MST dan 7 MST, sedangkan perlakuan waktu penyiangan dan interaksi antara jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun 2-12 MST pada perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah daun bawang sabrang umur 12 MST tertinggi pada perlakuan J2 sebesar 26,32 dan terendah pada perlakuan J1 sebesar 18,90. Sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan tinggi bawang sabrang tertinggi bawang sabrang pada perlakuan P0 (disiang sampai panen) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (disiang hingga 28 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen).

Tabel 2. Jumlah daun bawang sabrang 2-12 MST dengan sistem jarak tanam dan Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Jumlah Umbi per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah umbi bawang sabrang per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 48-49. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per rumpun.

Rataan jumlah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma rumpun tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada perlakuan J3 (20 cm x 20 cm) sebesar 9,38 sedangkan terendah pada J1 (10x20 cm). Jumlah umbi bawang sabrang pada perlakuan J3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J1 (10 cm x 20 cm) sebesar 5,97 umbi.

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P0 (gulma disiang sampai panen) sebesar 9,13 dan terendah pada P2 (gulma disiang hinggs 56 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 6,3. Jumlah umbi bawang sabrang

g

pada pelakuan P0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 dan P3 dan berbeda nyata dengan perlakuan P2.

Bobot Basah Umbi per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 50-51. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun sedangkan perlakuan waktu penyiangan gulma serta interaksi antara jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi tanaman bawang sabrang per rumpun.

Rataan bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam rumpun tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada perlakuan J3 (20 cm x 20 cm) sebesar 30,66 g dan terendah pada J1 (10x20 cm) sebesar 24,43 g. Bobot basah umbi bawang sabrang pada perlakuan J3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J1 (10 cm x 20 cm).

g

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P0 sebesar 31,41 dan terendah pada perlakuan P2 sebesar 24,93.

Bobot Kering Umbi per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering umbi bawang sabrang per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 52-53. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per rumpun sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per rumpun.

Rataan bobot kering umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering umbi per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa bobot kering umbi bawang sabrang per rumpun tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada perlakuan J3 (20 cm x 20 cm) sebesar 26,54 g dan terendah pada J1 (10x20 cm) sebesar 21,02 g. Bobot basah umbi bawang sabrang pada perlakuan J3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J1 (10 cm x 20 cm).

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P0 (gulma disiang

g

HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 20,83 g. Bobot kering umbi pada pelakuan P0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 dan P3 dan berbeda nyata dengan perlakuan P2.

Bobot Basah Umbi per Plot

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah umbi bawang sabrang per plot dapat dilihat pada Lampiran 54-55. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan perlakuan waktu penyiangan gulma serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi bawang sabrang per plot.

Rataan bobot basah umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 6.

Rataan bobot basah umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot basah umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam

sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan bobot basah umbi per plot tertinggi bawang sabrang pada perlakuan P3 (disiang sampai 84 HST, selanjutnya

g

dibiarkan sampai panen) sebesar 624,91 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (disiang hingga 56 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 553,51.

Bobot Kering Umbi per Plot

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering umbi bawang sabrang per plot dapat dilihat pada Lampiran 57-58. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan perlakuan waktu penyiangan gulma serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi bawang sabrang per plot.

Rataan bobot kering umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam pada perlakuan jarak tanam jarak tanam 15 cm x 20 cm (J2) sebesar 577,70 g dan terendah pada perlakuan 10 x 20 cm (J1) sebesar 522,25 g. sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan bobot kering umbi per plot tertinggi pada perlakuan P3 (disiang sampai 84 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 593,87 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (disiang hingga 28 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 479,90.

g Bobot Basah Gulma per Plot

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah gulma per plot dapat dilihat pada Lampiran. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah gulma per plot.

Rataan bobot basah gulma per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot basah gulma per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu sebesar 106,59 g dan terendah pada J2 (15x20 cm) sebesar 88,30 g. Jarak tanam J3 (20 cm x 20 cm) berbeda nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan J1 (10 cm x 20 cm).

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P3 (gulma disiang Hhingga 84 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 107,24 g dan terendah pada P0 (gulma disiang sampai panen) sebesar 17,01 g. Bobot kering umbi pada pelakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P0.

Pembahasan

Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Sabrang

Hasil data analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada 6 MST dan 7 MST, jumlah umbi per rumpun, bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun berpengaruh nyata.

Dari data penelitian dapat dilihat bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada 6 MST dan 7 MST dan rataan tertinggi pada perlakuan jarak tanam J2 (15 cm x 20 cm) dan terendah pada perlakuan J1 (10 cm x 20 cm). Hal ini dikarenakan pada jarak tanam 15 cm x 20 cm pada pertanaman bawang sabrang yaitu untuk menghasilkan daun tanaman bawang sabrang. Sesuai dengan pernyataan Raga (2012) bahwa untuk Jarak tanam 15x20 cm memiliki jumlah daun terbanyak dibandingkan perlakuan lainnya dengan jarak tanam yang lebih renggang.

Dari data penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun bawang sabrang pada 6 MST dan 7 MST, jumlah umbi tanaman bawang sabrang per rumpun, bobot basah umbi tanaman bawang sabrang per rumpun, bobot kering umbi tanaman per rumpun dan rataan tertinggi pada perlakuan jarak tanam J3 ( 20 cm x 20 cm). Hal ini dikarenakan jarak tanam untuk menghasilkan umbi pada pertanaman bawang sabrang yaitu jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pada jarak tanam 20 cm x 20 cm kerapatan tanaman lebih kecil sehingga dalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari lebih baik untuk pembentukan umbi apabila dibandingkan pada

kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya.

Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Sabrang

Hasil data analisis secara statistik menunjukkan bahwa penyiangan gulma berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun, berat basah gulma per plot dan berat kering gulma per plot.

Dari data penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan waktu penyiangan gulma berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per plot, bobot kering umbi per plot, bobot kering gulma per plot dan bobot basah gulma per plot dan rataan tertinggi pada perlakuan P3 (gulma disiang sampai 84 HST). Hal ini diduga pembentukan jumlah umbi untuk bawang sabrang, bobot kering umbi per plot pada tanaman bawang sabrang terletak di awal umur sampai saat berbunga yaitu dari 10 MST sampai 12 MST sehingga penyiangan gulma hingga 84 HST hal ini diduga mendukung pembentukan jumlah umbi karena tanaman bawang sabrang tidak berkompetisi dengan gulma dalam memperebutkan unsur hara baik difase pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Hal ini sesuai dengan Sukman dan Yakup (1995) mengemukakan bahwa penyiangan gulma yang sempurna akan menghambat keberadaan gulma sebagai kompetitor hara bagi tanaman.

Pengaruh Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Sabrang

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi pengaruh perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma berpengaruh tidak nyata terhadap terhadap semua parameter amatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal

tanpa adanya interaksi. Bila interaksinya tidak nyata, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain. Hal ini didukung oleh Steel and Torrie (1993) yang menyatakan bahwa bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor adalah sama pada semua taraf faktor lainnya dalam batas-batas keragaman acak.

Dokumen terkait