• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JARAK TANAM DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH JARAK TANAM DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JARAK TANAM DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr.)

SKRIPSI

OLEH :

YULI HOTMA YOGA LIMBONG 130301120

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH JARAK TANAM DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr.)

SKRIPSI

OLEH :

YULI HOTMA YOGA LIMBONG 130301120

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk dapat Meraih Gelar Sarjana Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(3)

Judul Penelitian : Pengaruh Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr.)

Nama : Yuli Hotma Yoga Limbong

NIM : 130301120

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:

(Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.) (Dr. Ir. Charloq, MP)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP.) Ketua Program Studi Agroteknologi

(4)

weeding on growth and production of onion sabrang (Eleutherine americana Merr.). Guided by RATNA ROSANTY LAHAY dan CHARLOQ.

This study was conducted to determine the effect of plant spacing and weeding time on the growth and production of onion sabrang, located on the land Faculty of Agricultur USU, Medan Baru, in September-December 2017. Research using Randomized Block Design with 2 factor of first factor treatment is plant spacing with 3 kinds that is 10 cm x 20 cm; 15 cm x 20 cm; 20 cm x 20 cm and second factor is time with 3 kinds that is : Weeds will cultivate until harvest;

Weeds were up to 28 HST, then weeds were left to harvest; Weeds were up to 56 HST, then weeds were left to harvest; Weeds got up to 84 HST, then weeds were left to harvest. The results showed that the treatment of plant spacing significantly affected the number of leaf 6 and 7 MST, the number of tubers, wet bulb weight per hill and dry weight of tubers per hill. Treatment time of weeding significantly affect the number of tubers, dry weight of tubers per hill. Treatment interaction between planting distance and weeding time had no significant effect on all parameters observed.

Keywords: sabrang onion, plant spacing, weeding time of weeding.

(5)

penyiangan terhadap pertumbuhan dan produksi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.). Dibimbing oleh RATNA ROSANTY LAHAY dan CHARLOQ.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan produksi bawang sabrang, bertempat di lahan pertanian USU, Medan Baru, Kota Medan, pada bulan September-Desember 2017. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan faktor pertama adalah jarak tanam dengan 3 macam yaitu: 10 cm x 20 cm; 15 cm x 20 cm; 20 cm x 20 cm dan faktor kedua adalah waktu dengan 3 macam yaitu: Gulma disiang sampai panen; Gulma disiang hingga 28 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen; Gulma disiang hingga 56 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen; Gulma disiang hingga 84 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 6 dan 7 MST, jumlah umbi, bobot basah umbi per rumpun dan bobot kering umbi per rumpun. Perlakuan waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi, bobot kering umbi per rumpun. Interaksi perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Kata kunci : bawang sabrang, jarak tanam, waktu penyiangan gulma.

(6)

dari 4 bersaudara dari Ayahanda Horas Limbong dan Ibunda Tingse Sitanggang.

Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Katolik Mariana Medan dan pada tahun 2013 penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur undangan (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi Kelompok Mahasiswa Kristen (KMK) dan terdaftar dalam kegiatan organisasi di HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Asian Agri Kebun Batu Anam pada bulan Juli-Agustus 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Pengaruh Jarak Tanam Dan Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr.)” sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., selaku Ketua dan Dr. Ir. Charloq, MP., selaku

anggota yang telah membimbing, memberikan saran dan kritik serta berbagai masukan yang berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul hingga penyelesaian usulan penelitian ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staff pengajar dan pegawai di program studi Agroekoteknologi serta semua rekan mahasiswa stambuk 2013 terkhusus buat sahabatku manis manja, buat dukungan semangatnya selama kuliah, BPP 2013 dan kepada teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juli 2018

Penulis

(8)

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Sabrang ... 5

Jarak Tanam ... 6

Waktu Penyiangan ... 7

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan... 12

Pemupukan ... 12

Persiapan Bahan Tanam ... 12

Penanaman ... 12

Pemeliharaan Tanaman ... 13

Penyiraman ... 13

Penyiangan Gulma ... 13

Pembumbunan ... 13

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 13

Panen ... 13

Peubah Amatan ... 14

Tinggi Tanaman... 14

Jumlah Daun per Rumpun ... 14

(9)

Bobot Basah Umbi per Plot ... 14

Bobot Kering Umbi per Plot... 14

Bobot Basah Gulma per Plot ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 16

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 33

(10)

1. Tinggi tanaman bawang sabrang 2-12 MST pada perlakuan jarak

tanam dan waktu penyiangan gulma. ... 17

2. Jumlah daun bawang sabrang 2-12 MST pada perlakuan jarak

tanam dan waktu penyiangan gulma. ... 19

3. Jumlah umbi bawang sabrang per rumpun pada perlakuan jarak

tanam dan waktu penyiangan gulma ... 20

4. Bobot basah umbi tanaman bawang sabrang per rumpun pada

perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma... 21

5. Bobot kering umbi per rumpun pada perlakuan jarak tanam dan

waktu penyiangan gulma ... 22

6. Bobot basah umbi bawang sabrang per plot pada perlakuan jarak

tanam dan waktu penyiangan gulma ... 23

7. Bobot kering umbi bawang sabrang per plot pada perlakuan jarak

tanam dan waktu penyiangan gulma ... 24

8. Bobot basah gulma per plot dengan perlakuan jarak tanam dan

waktu penyiangan gulma ... 25

(11)

1. Deskripsi Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr.) ... 33

2. Bagan Penelitian ... 34

3. Bagan Letak Tanaman pada Plot ... 35

4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST ... 38

5. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 38

6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST ... 39

7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ... 39

8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST ... 40

9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 40

10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST ... 41

11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST ... 41

12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST ... 42

13. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 42

14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST ... 43

15. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST ... 43

16. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST ... 44

(12)

19. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 9 MST ... 45

20. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 10 MST ... 46

21. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST ... 46

22. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 11 MST ... 47

23. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 11 MST ... 47

24. Pengamatan Tinggi Tanaman 12 MST ... 48

25. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST ... 48

26. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST ... 49

27. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ... 49

28. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST ... 50

29. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST ... 50

30. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST ... 51

31. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ... 51

32. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST ... 52

33. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST ... 52

34. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST ... 53

35. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST ... 53

(13)

37. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST ... 54

38. Data Pengamatan Jumlah Daun 8 MST ... 55

39. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST ... 55

40. Data Pengamatan Jumlah Daun 9 MST ... 56

41. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 9 MST ... 56

42. Data Pengamatan Jumlah Daun 10 MST ... 57

43. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST ... 57

44. Data Pengamatan Jumlah Daun 11 MST ... 58

45. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 11 MST ... 58

46. Data Pengamatan Jumlah Daun 12 MST ... 59

47. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST ... 59

48. Data Jumlah Umbi Per Rumpun ... 60

49. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Per Rumpun ... 60

50. Data Bobot Basah Umbi Per Rumpun ... 61

51. Daftar Sisik Ragam Bobot Basah Umbi Per Rumpun ... 61

52. Data Bobot Kering Umbi Per Rumpun ... 62

53. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Umbi Per Rumpun... 62

(14)

55. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Umbi Per Plot ... 63

56. Data Bobot Kering Umbi Per Plot ... 64

57. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Umbi Per Plot ... 64

58. Data Bobot Basah Gulma Per Plot ... 65

59. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Gulma Per Plot ... 65

60. Foto Selama Penelitian ... 66

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bawang sabrang atau bawang dayak merupakan tanaman khas Kalimantan Tengah. Dalam umbi bawang dayak terkandung senyawa fitokimia yakni alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid dan zat tannin. Secara empiris bawang dayak sudah dipergunakan masyarakat lokal sebagai obat berbagai jenis penyakit seperti kanker payudara, penurun hipertensi, penyakit kencing manis (diabetes melitus), menurunkan kolesterol, obat bisul, kanker usus, mencegah stroke, pelancar air susu ibu dan mengurangi sakit perut setelah melahirkan (Galingging, 2009).

Potensi bawang sabrang sebagai tanaman obat untuk skala industri sangat besar sebab tumbuhan ini dapat tumbuh dan beradaptasi di semua iklim dan jenis tanah dengan waktu panen yang relatif singkat (3 – 4 bulan), namun belum lengkapnya informasi yang mengenai teknik budidaya tumbuhan ini menghambat penggunaannya sebagai bahan obat modern (Raga et al., 2012).

Jarak tanam pada tanaman bawang perlu mendapat perhatian karena jarak tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman bawang itu sendiri. Hal ini didukung pula oleh Keddy (1991); Grace dan Tilman (1990) yang menyatakan bahwa semakin rapat jarak tanam semakin tinggi populasi tanaman per satuan luas lahan sehingga mengakibatkan kompetisi antar tanaman semakin meningkat pula.

Kerapatan jarak tanam berhubungan sangat erat dengan populasi tanaman per satuan luas, dan persaingan antar tanaman dalam penggunaan cahaya, air, unsur hara, dan ruang, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

(16)

Jarak tanam yang biasa digunakan untuk tanaman bawang merah yang berasal dari umbi adalah 15 x 20 cm dan 20 x 20 cm. Sedangkan jarak tanam yang direkomendasikan untuk penanaman bawang merah dengan menggunakan biji adalah 10 x 10 cm (Sitepu, 2013). Hasil penelitian Raga et al., (2012) jarak tanam 15x20 cm menunjukkan hasil bobot segar umbi bawang sabrang per sampel tertinggi sebesar 47,88 g, penggunaan jarak tanam 20x20 cm sebesar 40,91 g dan 25x20 cm sebesar 40,65 g. Hasil penelitian Anggriani et al., (2014) menyatakan bahwa bobot basah umbi bawang sabrang tertinggi terdapat pada jarak tanam 15x15 (J2) yaitu 45,76 g dan terendah pada jarak tanam 10x15 (J3) yaitu 37,80 g.

Sumarni dan Hidayat (2005) menyatakan bahwa penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat merangsang pertumbuhan gulma, sehingga menurunkan hasil. Dalam pemeliharaan tanaman bawang sabrang pengendalian gulma juga mendapat perhatian yang khusus. Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman utama terhadap kebutuhan sumberdaya (resources) yang sama yaitu unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan tersebut, produksi tanaman menjadi tidak optimal atau dengan kata lain ada kehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki tanaman (Purba, 2009).

Pengendalian gulma yang efektif dan efisien dengan tidak menggunakan bahan kimia bisa dilakukan dengan teknik-teknik budidaya antaranya yaitu dapat dilakukan dengan penyiangan. Penyiangan dapat dilakukan dengan mengganggu pertumbuhannya dengan cara merusak seluruh bagian dari gulma tersebut (Gafur et al., 2013).

Untuk mencegah persaingan antar tanaman bawang sabrang dan gulma maka perlu mengetahui periode kritis tanaman bawang sabrang tersebut. Periode

(17)

kritis suatu tanaman pada dasarnya adalah periode peka terhadap gangguan termasuk karena persaingan gulma. Adapun periode kritis tanaman bawang merah terletak antara umur 15 sampai 40 HST (Siswanto dan Moenandir, 2006). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Herianto (2012) yang menyatakan bahwa periode kritis tanaman bawang merah akibat adanya persaingan gulma terjadi antara umur 2 sampai 4 MST. Hasil penelitian Abdillah (2016) menunjukkan bahwa kompetisi periode gulma berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Periode kritis tanaman bawang merah terdapat kompetisi dengan gulma terjadi pada 20-40 HST.

Pengaturan jarak tanam dan waktu pengendalian gulma memberikan pengaruh besar terhadap produksi bawang sabrang. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang jarak tanam dan waktu penyiangan yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.) yang maksimal.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan produksi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.).

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh yang signifikan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi bawang sabrang (Eleutherine americana Merr.).

(18)

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Sabrang

Klasifikasi bawang sabrang menurut Galingging (2007) adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida,

Ordo: Liliales, Family: Iridaceae, Genus: Eleutherine, Species: Eleutherine Americana Merr.

Tanaman bawang sabrang mempunyai akar serabut. Akar bawang Sabrang berwarna coklat muda (Backer et al., 1968; Heyne, 1987).

Tanaman bawang sabrang mempunyai daun berbentuk pita, ujung dan pangkal runcing warna hijau rata (Backer et al., 1968; Heyne, 1987). Daunnya ada dua macam yaitu yang sempurna berbentuk pita dengan ujungnya runcing, sedang daun-daun lainnya berbentuk menyerupai batang (Kloppenburg, 1988).

Tanaman bawang sabrang berupa terna semusim yang merumpun sangat kuat. Tanaman ini merupakan rumpun-rumpun besar, dan memiliki tinggi 20-50 cm. umbi dibawah tanam berbentuk bulat telur memanjang dan berwarna merah (Backer et al., 1968; Heyne, 1987).

Tanaman bawang sabrang mempunyai bunga tunggal, warnanya putih, terdapat pada ketiak-ketiak daun atas, dalam rumpun-rumpun bunga yang terdiri dari 4 sampai 10 bunga (Backer et al., 1968).

Tanaman bawang sabrang mempunyai buah kotak berbentuk jorong dengan bagian ujungnya berlekuk. Nila masak merekah menjadi 3 rongga yang berisi banyak biji (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1978).

(20)

Tanaman bawang sabrang mempunyai bentuk biji bundar telur atau hampir bujur sangkar. Warna biji coklat dan hamper mendekati warna hitam (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1978).

Jarak Tanam

Salah satu teknik budidaya yang perlu diperbaiki ialah pengaturan jarak tanam. Kerapatan jarak tanam berhubungan sangat erat dengan populasi tanaman per satuan luas, dan persaingan antar tanaman dalam penggunaan cahaya, air, unsur hara, dan ruang, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah (Sumarni et al., 2012).

Tujuan pengaturan kerapatan tanaman atau jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami persaingan dalam hal pengambilan air, unsur hara, cahaya matahari, dan memudahkan pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat merangsang pertumbuhan gulma, sehingga dapat menurunkan hasil.

Secara umum hasil tanaman per satuan luas tertinggi diperoleh pada kerapatan tanaman tinggi akan tetapi bobot masing-masing umbi secara individu menurun karena terjadinya persaingan antar tanaman (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Hasil penelitian Ming (1995) mengindikasikan bahwa ukuran umbi yang lebih besar dengan jarak tanam yang lebih lebar meningkatkan biomasa umbinya, sementara indeks pemanenan yang lebih tinggi berasal dari umbi/bibit yang lebih berat dengan jarak tanam yang sempit

Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya. Pada umumnya produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi tinggi karena tercapainya

(21)

penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian tertentu (Simamora, 2006).

Waktu Penyiangan

Populasi gulma menentukan persaingan dan makin besar pula penurunan produksi tanaman. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panen utama. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma

menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil (Sukman dan Yakup, 2002).

Persaingan disebabkan interaksi negatif antara tanaman pokok dan gulma.

Hal ini dikarenakan keterbatasan lingkungan pertumbuhan dalam menyediakan faktor tumbuh seperti air, CO2, unsur hara dan cahaya matahari mendorong terjadinya interaksi negatif tersebut (Soerjani, 2007). Sesuai dengan pendapat Ichsan (2007), bahwa gulma ketika berusia muda secara karateristik menunjukkan penyebaran yang cepat dan memiliki system perakaran yang daya tembusnya dalam sehingga memberikan keuntungan lebih awal untuk mendapatkan air dan unsur hara. Ditambah pula bahwa persaingan terhadap cahaya dan ruang seiring dengan pengurangan fotosintesis menyebabkan kerugian terhadap tanaman pokok.

Pemilihan waktu yang tepat saat penyiangan penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan efisiensi tenaga dan biaya saat menyiang gulma yang

(22)

dilakukan sewaktu-waktu selama pertumbuhan tanaman tidak akan memecahkan masalah akibat persaingan gulma terhadap tanaman (Moenandir, 2005) Biaya pengendalian gulma merupakan bagian dari produksi pokok. Dengan berkurangnya biaya pengendalian maka biaya produksi dapat berkurang dan keuntungan yang didapat lebih tinggi (Wicks et al., 2007).

Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi meningkat (Simamora, 2006).

(23)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember tahun 2017 di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 23 meter di atas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang sabrang, pupuk kandang ayam sebagai pupuk organik tanaman dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah tanah, meteran untuk mengukur areal lahan percobaan, timbangan analitik untuk menimbang umbi bawang merah, mistar untuk mengukur jarak tanam, gembor untuk menyiram tanaman, format data, alat tulis dan kamera.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor 1 : Jarak tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : J1 = 10 cm x 20 cm

J2 = 15 cm x 20 cm J3 = 20 cm x 20 cm

Faktor 2 : Waktu Penyiangan (P) yang terdiri dari 4 taraf dosis yaitu : P0 = Gulma disiang sampai panen

P1 = Gulma disiang hingga 28 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen

(24)

P2 = Gulma disiang hingga 56 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen

P3 = Gulma disiang hingga 84 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen

Dengan demikian diperoleh 12 faktor kombinasi yaitu :

J1P1 J2P1 J3P1

J1P2 J2P2 J3P2

J1P3 J2P3 J3P3

J1P4 J2P4 J3P4

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Ukuran plot : 100 cm x 100 cm

Jarak antar blok : 50 cm Jarak antar plot : 30 cm Jumlah sampel/plot : 5 tanaman

Jumlah tanaman/plot : sesuai dengan perlakuan jarak tanam (Lampiran 3) Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rancangan acak kelompok 2 faktorial berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = μ+ρi+αj+βk+(αβ)jk+εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3,4 Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan jarak tanam ke-j dan waktu penyiangan ke-k

μ = Nilai tengah ρi = Pengaruh blok ke-i

(25)

αj = Pengaruh perlakuan jarak tanam ke-j

βk = Pengaruh perlakuan waktu penyiangan ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan jarak tanam ke-j dan waktu penyiangan ke-k

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan jarak tanaman ke-j dan waktu penyiangan ke-k

Pengujian secara statistik dari hasil percobaan dilapangan menggunakan analisis lanjutan dengan menggunakan analisis sidik ragam (Anova), lalu dilanjutkan analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Rata-Rata Duncan denga taraf 5 % (Steel and Torrie, 1995).

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Persiapan lahan bertujuan untuk menggemburkan dan menghilangkan

gulma pada lahan penanaman. Persiapan lahan dibuat dengan mencangkul

± 30 cm untuk menggemburkan tanah. Pada lahan penanaman juga dibuat parit drainase untuk menghindari penggenangan air pada pertanaman. Penanaman dibuat dengan ukuran plot 100 cm x 100 cm.

Pemupukan

Pupuk kandang diberikan dua minggu sebelum tanam dengan dosis 15 ton/ha (0,75 kg/plot) dengan menyebar pupuk secara merata pada petak penelitian.

Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam yang digunakan adalah umbi bibit bawang sabrang yang berasal dari Tarutung. Umbi bibit yang sehat terlihat padat dan berisi dan berasal dari tanaman tua. Umbi bibit dipilih yang berukuran sedang, ukurannya seragam dan kulit yang tidak luka atau sobek. Sebelum ditanam, akar dan bagian terluar dari umbi yang telah mengering dibuang dan ujung umbi dipotong.

Penanaman

Bawang sabrang ditanam dengan jarak tanam yang sesuai dengan masing- masing perlakuan. Untuk menanam umbi bibit bawang sabrang, pada petak tanam dibuat lubang menggunakan tugal dengan kedalaman sama dengan tinggi umbi.

Penanaman umbi dalam lubang dilakukan dengan posisi ujung umbi di atas dan tidak terlalu dalam karena dapat menimbulkan kebusukan pada umbi. Selanjutnya umbi ditutup dengan tanah tipis-tipis dan plot disiram untuk menjaga kelembaban.

(27)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari.

Penyiangan Gulma

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada disekitar plot penelitian sesuai dengan perlakuan. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut rumput-rumput yang tumbuh di sekitar plot penelitian.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan agar perakaran tanaman bawang sabrang selalu tertutup tanah sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman bawang sabrang.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan kondisi di lapangan.

Panen

Pemanenan dilakukan jika 75% tanaman dari keseluruhan tanaman telah berbunga. Pada penelitian ini dilakukan pada umur 16 MST (102 HST).

(28)

Peubah Amatan Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur pada 2-14 MST, dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali . Dilakukan pengukuran dari permukaan tanah sampai ke ujung daun dengan menggunakan penggaris.

Jumlah Daun per Rumpun

Jumlah daun dihitung pada 2-14 MST, dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali, dilakukan penghitungan seluruh jumlah daun pada setiap tanaman.

Jumlah umbi per Rumpun

Jumlah anakan dihitung pada saat panen (16 MST), dihitung seluruh anakan yang terdapat dalam 1 rumpun.

Bobot Basah Umbi per Rumpun

Bobot basah umbi per rumpun ditimbang saat panen (16 MST).

Bobot Kering Umbi per Rumpun

Bobot kering umbi per rumpun ditimbang setelah seminggu bobot basah umbi per rumpun dikeringanginkan.

Bobot Basah Umbi per Plot

Bobot basah umbi per plot ditimbang saat panen (16 MST).

Bobot Kering Umbi per Plot

Berat kering umbi per plot ditimbang setelah seminggu bobot basah umbi per rumpun dikeringanginkan.

(29)

Bobot Basah Gulma per Plot

Berat basah gulma per plot diukur pada saat penyiangan gulma dilakukan dan diukur untuk setiap plot penelitian

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan data pengataman dan hasil sidik ragam (Lampiran 4 - 60) diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per plot, dan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 6 dan 7 MST, jumlah umbi, bobot basah umbi per rumpun dan bobot kering umbi per rumpun. Perlakuan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah umbi per rumpun, bobot basah dan bobot kering umbi per plot dan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah umbi, bobot kering umbi per rumpun. Interaksi perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam tinggi tanaman pada 2-12 MST dapat dilihat pada lampiran 4-25. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman 2-12 MST pada perlakuan sistem jarak tanam dan waktu penyiangan gulma dapat dilihat pada Tabel 1.

Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa tinggi bawang sabrang pada umur 12 MST tertinggi pada perlakuan jarak tanam jarak tanam 15 cm x 20 cm (J2) sebesar 35,38 cm dan terendah pada perlakuan 10 x 20 cm (J1) sebesar 31,67 cm.

sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan tinggi bawang sabrang tertinggi bawang sabrang pada perlakuan P2 (disiang sampai 56 HST, selanjutnya

(31)

cm

dibiarkan sampai panen) dan terendah terdapat pada perlakuan P0 (disiang sampai panen).

Tabel 1. Tinggi tanaman bawang sabrang 2-12 MST dengan sistem jarak tanam dan waktu penyiangan gulma.

Umur (MST)

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

2 J1 (10x20 cm) 8,21 8,29 7,80 8,91 8,30

J2 (15x20 cm) 9,54 8,81 8,39 9,33 9,02

J3 (20x20 cm) 9,19 8,71 9,18 8,63 8,93

Rataan 8,98 8,60 8,46 8,95

3

J1 (10x20 cm) 12,56 12,07 10,97 13,54 12,28 J2 (15x20 cm) 13,66 13,52 12,12 12,99 13,07 J3 (20x20 cm) 13,36 12,81 13,01 14,04 13,31

Rataan 13,19 12,80 12,03 13,52

4

J1 (10x20 cm) 14,38 13,51 13,31 14,42 13,91 J2 (15x20 cm) 15,57 14,71 14,53 15,45 15,06 J3 (20x20 cm) 14,76 14,91 14,80 16,04 15,13

Rataan 14,90 14,38 14,21 15,30

5

J1 (10x20 cm) 16,73 16,23 15,13 17,55 16,41 J2 (15x20 cm) 18,77 17,45 16,89 18,95 18,02 J3 (20x20 cm) 17,49 16,50 17,73 18,57 17,57

Rataan 17,66 16,73 16,58 18,36

6

J1 (10x20 cm) 15,11 19,05 15,32 20,19 17,42 J2 (15x20 cm) 21,67 19,03 18,07 17,51 19,07 J3 (20x20 cm) 16,63 16,39 20,11 17,25 17,60

Rataan 17,80 18,15 17,83 18,32

7

J1 (10x20 cm) 16,24 21,33 15,89 21,79 18,81 J2 (15x20 cm) 23,41 20,64 21,69 19,22 21,24 J3 (20x20 cm) 17,73 17,43 21,65 22,36 19,79

Rataan 19,13 19,80 19,74 21,12

8

J1 (10x20 cm) 18,15 24,04 18,07 23,94 21,05 J2 (15x20 cm) 25,65 23,50 25,21 20,82 23,80 J3 (20x20 cm) 19,25 19,54 24,31 23,62 21,68

Rataan 21,02 22,36 22,53 22,79

9

J1 (10x20 cm) 20,00 26,89 21,21 26,17 23,57 J2 (15x20 cm) 29,01 24,87 27,87 23,57 26,33 J3 (20x20 cm) 20,56 20,73 26,25 26,75 23,57

Rataan 23,19 24,16 25,11 25,50

10

J1 (10x20 cm) 24,83 31,11 23,95 30,30 27,55 J2 (15x20 cm) 31,14 31,48 32,36 25,10 30,02 J3 (20x20 cm) 23,51 23,42 29,75 30,03 26,68

Rataan 26,49 28,67 28,69 28,48

11

J1 (10x20 cm) 27,11 35,06 27,61 33,83 30,90 J2 (15x20 cm) 35,89 32,96 35,89 27,63 33,09 J3 (20x20 cm) 25,39 24,71 34,55 33,43 29,52

Rataan 29,46 30,91 32,68 31,63

12

J1 (10x20 cm) 27,11 36,16 28,35 35,09 31,68 J2 (15x20 cm) 38,10 35,11 39,45 28,88 35,38 J3 (20x20 cm) 26,68 26,32 38,31 35,37 31,67

Rataan 30,63 32,53 35,37 33,12

(32)

Jumlah Daun per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun pada 2-12 MST dapat dilihat pada Lampiran 26-47. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 6 MST dan 7 MST, sedangkan perlakuan waktu penyiangan dan interaksi antara jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun 2-12 MST pada perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah daun bawang sabrang umur 12 MST tertinggi pada perlakuan J2 sebesar 26,32 dan terendah pada perlakuan J1 sebesar 18,90. Sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan tinggi bawang sabrang tertinggi bawang sabrang pada perlakuan P0 (disiang sampai panen) dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (disiang hingga 28 HST, selanjutnya gulma dibiarkan sampai panen).

(33)

Tabel 2. Jumlah daun bawang sabrang 2-12 MST dengan sistem jarak tanam dan waktu penyiangan gulma.

Umur (MST)

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

2

J1 (10x20 cm) 1,73 1,40 1,67 1,73 1,63

J2 (15x20 cm) 1,80 1,80 1,47 1,98 1,76

J3 (20x20 cm) 2,13 1,67 1,80 1,73 1,83

Rataan 1,89 1,62 1,64 1,82

3

J1 (10x20 cm) 2,73 3,73 2,93 3,00 3,10

J2 (15x20 cm) 3,60 3,33 3,27 4,47 3,67

J3 (20x20 cm) 4,27 3,33 3,53 3,40 3,63

Rataan 3,53 3,47 3,24 3,62

4

J1 (10x20 cm) 5,20 4,87 4,60 5,00 4,92

J2 (15x20 cm) 6,40 5,87 5,07 6,80 6,03

J3 (20x20 cm) 6,67 4,93 5,87 5,67 5,78

Rataan 6,09 5,22 5,18 5,82

5

J1 (10x20 cm) 6,07 6,67 5,60 6,40 6,18

J2 (15x20 cm) 9,47 7,73 6,93 8,80 8,23

J3 (20x20 cm) 7,93 7,33 8,27 6,47 7,50

Rataan 7,82 7,24 6,93 7,22

6

J1 (10x20 cm) 8,27 8,07 7,13 7,87 7,83 b

J2 (15x20 cm) 12,60 11,20 9,93 11,60 11,33a J3 (20x20 cm) 10,20 8,33 10,73 8,53 9,45 ab

Rataan 10,36 9,20 9,27 9,33

7

J1 (10x20 cm) 9,87 10,40 8,27 9,53 9,52 b J2 (15x20 cm) 15,33 12,60 12,07 14,33 13,58a J3 (20x20 cm) 12,20 10,13 13,07 10,60 11,50ab

Rataan 12,47 11,04 11,13 11,49 8

J1 (10x20 cm) 11,60 12,13 9,67 11,53 11,23 J2 (15x20 cm) 20,73 14,87 14,00 16,00 16,40 J3 (20x20 cm) 13,60 12,40 14,13 12,73 13,22

Rataan 15,31 13,13 12,60 13,42

9

J1 (10x20 cm) 13,20 13,73 11,33 13,53 12,95 J2 (15x20 cm) 23,93 17,13 16,47 17,73 18,82 J3 (20x20 cm) 14,93 14,20 16,13 15,07 15,08

Rataan 17,36 15,02 14,64 15,44

10

J1 (10x20 cm) 15,80 16,40 13,33 15,13 15,17 J2 (15x20 cm) 26,73 20,47 19,20 17,60 21,00 J3 (20x20 cm) 16,33 15,53 17,47 17,33 16,67

Rataan 19,62 17,47 16,67 16,69

11

J1 (10x20 cm) 18,20 18,40 14,60 15,60 16,70 J2 (15x20 cm) 31,20 22,00 21,07 20,40 23,67 J3 (20x20 cm) 18,47 18,40 20,20 18,93 19,00

Rataan 22,62 19,60 18,62 18,31

12

J1 (10x20 cm) 19,20 20,33 17,00 19,07 18,90 J2 (15x20 cm) 35,13 23,53 24,60 22,00 26,32 J3 (20x20 cm) 22,73 20,73 23,87 21,47 22,20

Rataan 25,69 21,53 21,82 20,84

Keterangan : Angka - angka yang diikuti huruf yang sama pada baris serta waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

(34)

Jumlah Umbi per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah umbi bawang sabrang per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 48-49. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi per rumpun.

Rataan jumlah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

J1 (10x20 cm) 6,53 4,47 3,80 9,07 5,97 b

J2 (15x20 cm) 9,47 8,00 6,33 10,40 8,55 ab

J3 (20x20 cm) 11,40 8,87 8,93 8,33 9,38 a

Rataan 9,13ab 7,11 ab 6,36c 9,27 a

Keterangan : Angka - angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa jumlah umbi bawang sabrang per rumpun tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada perlakuan J3 (20 cm x 20 cm) sebesar 9,38 sedangkan terendah pada J1 (10x20 cm). Jumlah umbi bawang sabrang pada perlakuan J3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J1 (10 cm x 20 cm) sebesar 5,97 umbi.

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P0 (gulma disiang sampai panen) sebesar 9,13 dan terendah pada P2 (gulma disiang hinggs 56 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 6,3. Jumlah umbi bawang sabrang

(35)

g

pada pelakuan P0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 dan P3 dan berbeda nyata dengan perlakuan P2.

Bobot Basah Umbi per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 50-51. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun sedangkan perlakuan waktu penyiangan gulma serta interaksi antara jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi tanaman bawang sabrang per rumpun.

Rataan bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

J1 25,96 21,58 21,67 28,49 24,43b

J2 29,88 29,41 24,13 29,93 28,34ab

J3 38,40 28,52 28,99 26,72 30,66a

Rataan 31,41 26,51 24,93 28,38

Keterangan : Angka - angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa bobot basah umbi bawang sabrang per rumpun tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada perlakuan J3 (20 cm x 20 cm) sebesar 30,66 g dan terendah pada J1 (10x20 cm) sebesar 24,43 g. Bobot basah umbi bawang sabrang pada perlakuan J3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J1 (10 cm x 20 cm).

(36)

g

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P0 sebesar 31,41 dan terendah pada perlakuan P2 sebesar 24,93.

Bobot Kering Umbi per Rumpun

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering umbi bawang sabrang per rumpun dapat dilihat pada Lampiran 52-53. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per rumpun sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per rumpun.

Rataan bobot kering umbi bawang sabrang per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering umbi per rumpun dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

J1 22,84 19,09 18,75 23,41 21,02b

J2 26,84 26,05 18,64 26,38 24,48ab

J3 34,48 24,81 25,11 21,77 26,54a

Rataan 28,05a 23,32ab 20,83bc 23,85ab

Keterangan : Angka - angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa bobot kering umbi bawang sabrang per rumpun tertinggi pada perlakuan jarak tanam terdapat pada perlakuan J3 (20 cm x 20 cm) sebesar 26,54 g dan terendah pada J1 (10x20 cm) sebesar 21,02 g. Bobot basah umbi bawang sabrang pada perlakuan J3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J1 (10 cm x 20 cm).

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P0 (gulma disiang

(37)

g

HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 20,83 g. Bobot kering umbi pada pelakuan P0 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 dan P3 dan berbeda nyata dengan perlakuan P2.

Bobot Basah Umbi per Plot

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah umbi bawang sabrang per plot dapat dilihat pada Lampiran 54-55. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan perlakuan waktu penyiangan gulma serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi bawang sabrang per plot.

Rataan bobot basah umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 6.

Rataan bobot basah umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot basah umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

J1 509,87 525,45 546,81 665,91 562,01

J2 690,67 499,46 602,52 710,21 625,72

J3 633,49 663,50 511,20 552,62 590,20

Rataan 611,35 562,80 553,51 642,91

Data pada Tabel 6. menunjukkan bahwa bobot basah umbi per plot tertinggi pada perlakuan jarak tanam jarak tanam 15 cm x 20 cm (J2) sebesar 625,72 g dan terendah pada perlakuan 10 x 20 cm (J1) sebesar 562,01 g.

sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan bobot basah umbi per plot tertinggi bawang sabrang pada perlakuan P3 (disiang sampai 84 HST, selanjutnya

(38)

g

dibiarkan sampai panen) sebesar 624,91 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (disiang hingga 56 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 553,51.

Bobot Kering Umbi per Plot

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering umbi bawang sabrang per plot dapat dilihat pada Lampiran 57-58. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan perlakuan waktu penyiangan gulma serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi bawang sabrang per plot.

Rataan bobot kering umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering umbi bawang sabrang per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

J1 480,67 494,85 513,12 600,35 522,25

J2 631,90 468,98 526,34 683,58 577,70

J3 661,98 475,86 468,54 497,67 526,01

Rataan 591,52 479,90 502,67 593,87

Dari Tabel 7. menunjukkan bahwa bobot kering umbi per plot tertinggi pada perlakuan jarak tanam jarak tanam 15 cm x 20 cm (J2) sebesar 577,70 g dan terendah pada perlakuan 10 x 20 cm (J1) sebesar 522,25 g. sedangkan pada perlakuan waktu penyiangan bobot kering umbi per plot tertinggi pada perlakuan P3 (disiang sampai 84 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 593,87 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 (disiang hingga 28 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 479,90.

(39)

g Bobot Basah Gulma per Plot

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah gulma per plot dapat dilihat pada Lampiran. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah gulma per plot.

Rataan bobot basah gulma per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot basah gulma per plot dengan perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

Jarak Tanam (cm)

Waktu Penyiangan Gulma (HST)

Rataan

P0 P1 P2 P3

J1 18,67 172,51 101,22 172,51 101,24 b

J2 14,72 157,22 93,37 87,86 88,30 b

J3 17,63 112,22 115,52 180,97 106,59 a

Rataan 17,01a 147,32c 103,37 c 170,24 b 127,13 Keterangan : Angka - angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom

menunjukkan perbedaan yang nyata pada DMRT taraf 5 %.

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa bobot basah gulma per plot pada perlakuan jarak tanam tertinggi terdapat pada perlakuan J3 (20 cm x 20 cm) sebesar 106,59 g dan terendah pada J2 (15x20 cm) sebesar 88,30 g. Jarak tanam J3 (20 cm x 20 cm) berbeda nyata dengan perlakuan J2 (15 cm x 20 cm) dan J1 (10 cm x 20 cm).

Waktu penyiangan gulma tertinggi pada perlakuan P3 (gulma disiang Hhingga 84 HST, selanjutnya dibiarkan sampai panen) sebesar 107,24 g dan terendah pada P0 (gulma disiang sampai panen) sebesar 17,01 g. Bobot kering umbi pada pelakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P0.

(40)

Pembahasan

Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Sabrang

Hasil data analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada 6 MST dan 7 MST, jumlah umbi per rumpun, bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun berpengaruh nyata.

Dari data penelitian dapat dilihat bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada 6 MST dan 7 MST dan rataan tertinggi pada perlakuan jarak tanam J2 (15 cm x 20 cm) dan terendah pada perlakuan J1 (10 cm x 20 cm). Hal ini dikarenakan pada jarak tanam 15 cm x 20 cm pada pertanaman bawang sabrang yaitu untuk menghasilkan daun tanaman bawang sabrang. Sesuai dengan pernyataan Raga (2012) bahwa untuk Jarak tanam 15x20 cm memiliki jumlah daun terbanyak dibandingkan perlakuan lainnya dengan jarak tanam yang lebih renggang.

Dari data penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun bawang sabrang pada 6 MST dan 7 MST, jumlah umbi tanaman bawang sabrang per rumpun, bobot basah umbi tanaman bawang sabrang per rumpun, bobot kering umbi tanaman per rumpun dan rataan tertinggi pada perlakuan jarak tanam J3 ( 20 cm x 20 cm). Hal ini dikarenakan jarak tanam untuk menghasilkan umbi pada pertanaman bawang sabrang yaitu jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pada jarak tanam 20 cm x 20 cm kerapatan tanaman lebih kecil sehingga dalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari lebih baik untuk pembentukan umbi apabila dibandingkan pada

(41)

kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya.

Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Sabrang

Hasil data analisis secara statistik menunjukkan bahwa penyiangan gulma berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun, berat basah gulma per plot dan berat kering gulma per plot.

Dari data penelitian dapat dilihat bahwa perlakuan waktu penyiangan gulma berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per plot, bobot kering umbi per plot, bobot kering gulma per plot dan bobot basah gulma per plot dan rataan tertinggi pada perlakuan P3 (gulma disiang sampai 84 HST). Hal ini diduga pembentukan jumlah umbi untuk bawang sabrang, bobot kering umbi per plot pada tanaman bawang sabrang terletak di awal umur sampai saat berbunga yaitu dari 10 MST sampai 12 MST sehingga penyiangan gulma hingga 84 HST hal ini diduga mendukung pembentukan jumlah umbi karena tanaman bawang sabrang tidak berkompetisi dengan gulma dalam memperebutkan unsur hara baik difase pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Hal ini sesuai dengan Sukman dan Yakup (1995) mengemukakan bahwa penyiangan gulma yang sempurna akan menghambat keberadaan gulma sebagai kompetitor hara bagi tanaman.

Pengaruh Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Sabrang

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi pengaruh perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan gulma berpengaruh tidak nyata terhadap terhadap semua parameter amatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal

(42)

tanpa adanya interaksi. Bila interaksinya tidak nyata, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain. Hal ini didukung oleh Steel and Torrie (1993) yang menyatakan bahwa bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor adalah sama pada semua taraf faktor lainnya dalam batas-batas keragaman acak.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman.

2. Waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman dan berpengaruh nyata produksi tanaman.

3. Interaksi perlakuan jarak tanam dan waktu penyiangan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, untuk memperoleh produksi bawang sabrang yang tinggi disarankan menggunakan jarak tanam 20x20.

Tanaman bawang sabrang memerlukan penyiangan terus-menerus sampai panen.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, G.M. 2016. Periode Kritis Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Bima terhadap Persaingan Gulma. [Skripsi].

Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Puurwokerto

Anggriani, T.L., Haryati, T. Irmansyah. 2014. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Kompos Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine Americana Merr.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.2, No.3 : 974 – 981. USU. Medan.

Backer, C.A. and R. C. Bachuizen van den Brink. 1968. Flora of Java (Spermathophytes only). Volume III Angiospermae, Famili 91-238, Addenda etCorrigen Da General Index To Volumes I-III, Wolter- Noordhoftt N.V, Groningen, The Netherlands. hal. 150.

Gafur, W. A., Pembengo W., dan Zakaria, F. 2013. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.) Berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda. [Skripsi]. Gorontalo: Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.

Galingging, R.Y. 2009. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai Tanaman Obat Multifungsi. Warta Penelitian dan Pengembangan 15(3):2-4.

Grace, J. and B. Tilman. 1990. Perspective on Plant Competition. California:

Academic Press Inc.

Herianto, E. 2012. Pengaruh Penyemprotan Triacontanol dan Waktu Penyiangan Terhadap Periode Kritis Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) Akibat Persaingan Gulma. Jurnal Ilmu Pertanian. Program Studi Biologi FKIP. Universitas Muhammadiyah Jember.

Heyne, K. 1987. Iridaceae. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I, 551-552. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. hal. 616.

Ichsan, M.C. 2007. Responsibilitas Bawang Merah (Allium cepa) terhadap Penggunaan Beberapa Macam Dekatsar dan Konsentrasi Dekamon.

Agritrop 5(1):19-24.

Keddy, P. A. 1991. Competition Population and Community Biology. Great Britain : St. Edmundsbury Press Ltd.

Kloppenburg-Versteegh J. 1988. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam-tanaman Di Indinesia dan Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisional. Jilid I Bagian Botani. Yogyakarta: CD.RS.Bethesda Yogyakarta dan Andi Offset.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1978. Tumbuhan Obat. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

(45)

Ming, L. C. 1995. Yield of Eleutherine bulbosa - Iridaceae as Affected by Weight of Bulbs and Planting Spacing. Presented in International Symposium on Medicinal and Aromatic Plants.

Moenandir, J. 2005. Weed-Crop Interaction in the Sugarcane-Peanut Intercroping System. Disertasi UNIBRAW, Malang: 166-168.

Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Raga, Y.P., Haryati, Lisa, L.Mawarni. 2012. Respons Pertumbuhan dan Hasil Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr.) pada Beberapa Jarak Tanam dan Berbagai Tingkat Pemotongan Umbi Bibit. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1, No. 1. USU. Medan.

Simamora, T.J. L. 2006. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman jagung (Zea mays L.) Varietas DK3.

Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siswanto, B. dan J. Moenandir. 2006. Periode Kritis Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) Karena Adanya Persaingan dengan Gulma. Pros.

Konf. VIII. HIGI, Bandung: 1-49.

Sitepu, B. H. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L. Var. Tuktuk) Asal Biji terhadap Pemberian Pupuk Kalium dan Jarak Tanam. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soerjani, M. 2007. Crop and Weed Association. Biotrop 4th Weed Sci., Train course, Biotrop, Bogor.

Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya: Palembang, Fakultas Pertanian Universtias Sriwijaya Palembang.

Sumarni, N. dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Panduan Teknis.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sumarni, N. Rosliani, R. dan Suwandi. 2012. Optimasi Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPK untuk Produksi Bawang Merah dari Benih Umbi Mini di Dataran Tinggi. Jurnal hortikultura. 22(2): 148- 155.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.

(46)

Wicks, G.A., D.N. Johnson, D.S. Nuland and E.J. Kinsbacker. 2007. Competition Between Annual Weeds and Sweet Spanish Onion. Weed Sci 21(5): 436- 439.

(47)

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Bawang Sabrang (Eleutherine americana Merr.) Asal tanaman : lokal Kalimantan Tengah

Umur berbunga : 52 hari setelah tanam Umur panen : 90 – 114 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 27,9 – 43,6 cm

Kemampuan berbunga (alami) : mudah

Banyak anakan : 6 – 12 umbi per rumpun Bentuk daun : daun tunggal berbentuk pita

Warna daun : Hijau

Banyak daun : 22 – 43 helai

Bentuk bunga : bunga berkelopak lima

Warna bunga : putih

Banyak buah/tangkai : 90 - 120 (107) Banyak bunga/tangkai : 60 – 80 (65) Banyak tangkai bunga/rumpun : 2 – 4

Bentuk biji : bulat, gepeng dan berkeriput

Warna biji : hitam

Bentuk umbi : bulat telur memenjang

Warna umbi : merah

Produksi umbi : 10,9 ton per hektar umbi kering Susut bobot umbi (basah-kering) : 21,4 %

Ketahanan terhadap penyakit : cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii)

Kepekaan terhadap penyakit : peka terhadap busuk ujung daun (Phytopthoraporri)

Keterangan : baik untuk dataran rendah

(48)

Lampiran 2. Bagan Penelitian

Blok I Blok II Blok III

J1P2 B

J2P3

J2P1

J2P0

J3P2

J2P2

J3P0

J1P3

J1P1

J3P3

J3P1

J1P0

J1P2

J3P1

J1P2

J2P0 J2P3

J3P3

J1P0

J1P1

J2P1 J3P0

J3P2

J1P3 J1P3

J1P3

4

J1P2

J2P0 A

J1P2

J3P0

J2P2 J1P1 J2P1

J2P3

J1P0 J3P1 J1P3

J1P3

4 J3P3

Keterangan :

A = Jarak antar ulangan 50 cm

B = Jarak antar plot 30 cm

(49)

Lampiran 3. Bagan Letak Tanaman pada Plot 100 cm

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

X X X X X

Jarak Tanam = 10 x 20 cm Ukuran plot = 100 x 100 cm Jumlah tanaman/plot = 50 tanaman

20 cm 10 cm

100 cm

Gambar

Tabel  1.  Tinggi  tanaman  bawang  sabrang  2-12  MST  dengan  sistem  jarak  tanam  dan waktu penyiangan gulma
Tabel 2. Jumlah daun bawang sabrang 2-12 MST dengan sistem jarak tanam dan  waktu penyiangan gulma

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam data yang diperoleh pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian dosis PGPR 4 gram/liter air dan pupuk phonska 1,56

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis

2.2.3 Penerapan TeknikBehaviorContract Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Penerapan Behavior Contract pada kemandirian anak adalah pentingnya guru untuk dapat

sebagai sebuah organisasi keagamaan, majelis taklim perempuan pun tidak terlepas dalam dinamika sosial politik yang ada di masyarakat, namun otonomi yang dimiliki

 benih kedelai dalam proses produksi yaitu calon benih yang belum lulus uji laboratorium atau masih dalam pertanaman yang siap panen dan dapat disalurkan bulan juni

elalui Aplikasi SPSE Kementerian Keuangan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Renovasi Parkir Balai Diklat Keuangan Balikpapan Tahun Anggaran. enang

Perawatan beton umur 28 hari dilakukan dengan cara merendam benda uji dalam air pada hari kedua selama 21 hari, kemudian beton dikeluarkan dari air dan

In this project, thermal imagery collected via a lightweight remote sensing Unmanned Aerial Vehicle (UAV) was used to create a surface temperature map for the purpose of