• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil pengamatan dan analisis data yang dilakukan, diperoleh bahwa perlakuan bahan tanam, pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata pada semua parameter.

Jumlah Tunas

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah tunas dapat dilihat pada Lampiran 6-7 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam, pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas.

Jumlah tunas setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah tunas setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan Lampiran 8-9 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam, pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Jumlah tunas setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan data jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan S1A3 yaitu 3,47.

Panjang Tunas

Data pengamatan dan sidik ragam panjang tunas dapat dilihat pada Lampiran 10-11 yang menunjukkan bahwa interaksi pada kedua perlakuan memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata.

Panjang tunas setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang tunas setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan

Data panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan S3A2 yaitu 24,50 dan data panjang tunas terendah terdapat pada perlakuan S2A2 yaitu 14,33.

Persentase Kecepatan Setek Berakar

Data pengamatan dan sidik ragam persentase kecepatan setek berakar dapat dilihat pada Lampiran 12-14 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam memberikan pengaruh yang nyata, tetapi pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecepatan setek berakar.

Persentase kecepatan setek berakar setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase kecepatan setek berakar setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin. menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Data persentase kecepatan setek berakar tertinggi terdapat pada perlakuan S1A0, S1A2 dan S1A3 yaitu 100% dan data persentase kecepatan setek berakar terendah terdapat pada perlakuan S3A1 dan S3A3 yaitu 44,44.

Persentase Setek bertunas

Data pengamatan dan sidik ragam persentase setek bertunas dapat dilihat pada Lampiran 15-16 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam,

pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas.

Persentase setek bertunas setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase setek bertunas setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin.

Bahan Tanam (Ruas)

Pemberian Auksin (ml/L)

Rataan A0 (0) A1 (1,5) A2 (3) A3 (4,5)

---%---

S1 (1) 100,00 86,67 93,33 93,33 93,33 S2 (2) 100,00 93,33 100,00 93,33 96,67 S3 (3) 100,00 100,00 86,67 100,00 96,67 Rataan 100,00 93,33 93,33 95,56

Data persentase setek bertunas tertinggi terdapat pada perlakuan S1A0, S2A0, S2A2, S3A0, S3A1, dan S3A3 yaitu 100% dan data persentase setek bertunas terendah terdapat pada perlakuan S1A1 dan S3A2 yaitu 86,67.

Persentase Setek Berakar

Data pengamatan dan sidik ragam persentase setek berakar dapat dilihat pada Lampiran 17-18 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam, pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek berakar.

Persentase setek berakar setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Persentase setek berakar setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam terendah terdapat pada perlakuan S1A1 yaitu 86,67.

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 19-20 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata, tetapi pada pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Bobot kering tajuk setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering tajuk setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin. menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Data bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan S3A0 yaitu 8,72 dan data bobot kering tajuk terendah terdapat pada perlakuan S1A0 yaitu 4,26.

Bobot Kering Akar

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 21-22 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam, pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Bobot kering akar setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering akar setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin.

yaitu 1,83 dan data bobot kering akar terendah terdapat pada perlakuan S1A2 yaitu 1,07.

Rasio Tajuk Akar

Data pengamatan dan sidik ragam rasio tajuk akar dapat dilihat pada Lampiran 23-24 yang menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam, pemberian auksin, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar.

Rasio tajuk akar setek lada pada perlakuan bahan tanam dan pemberian auksin dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rasio tajuk akar setek tanaman lada pada perlakuan bahan tanam dan

Data rasio tajuk akar tertinggi terdapat pada perlakuan S3A0 yaitu 5,90 dan data rasio tajuk akar terendah terdapat pada perlakuan S2A3 yaitu 3,96.

Pembahasan

Respon pertumbuhan setek lada terhadap bahan tanam dan pemberian zat pengatur tumbuh auksin dengan konsentrasi yang berbeda

Berdasarkan hasil penilitian diketahui bahwa bahan tanam setek berpengaruh nyata pada parameter kecepatan setek berakar. Hal ini diduga karena ketiga bahan tanam tersebut berasal dari sulur panjat, walaupun memiliki panjang yang berbeda. Bahan tanam yang berasal dari sulur panjat memiliki potensi yang bagus untuk tumbuh, menurut Budi et al. (2012) bahwa zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah auksin, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin.

Kandungan auksin dan sitokinin yang seimbang pada stek sulur panjat diduga akan meningkatkan persentase hidup stek asal sulur panjat. Selain itu stek sulur panjat tidak menghabiskan energi untuk menghasilkan bunga sehingga kandungan karbohidrat tetap tinggi sampai stek itu ditanam. Kandungan fotosintat ini tidak lagi tersedot ke calon bunga dan buah, melainkan tetap tersimpan dalam batang dan daun yang tinggal, sehingga pada saatnya akan digunakan kembali untuk pertumbuhan tunas.

Bahan tanam satu ruas cenderung berakar lebih cepat dibandingkan bahan tanam yang tiga ruas. Hal ini dikarenakan pendeknya bahan tunas, yang menyebabkan bahan setek berakar lebih cepat. Semakin pendek bahan setek, maka semakin sedikit tanaman membutuhkan cadangan makanan untuk tetap hidup, sehingga cadangan makanan yang ada dapat difokuskan untuk pertumbuhan akar. Menurut Djamhuri (2011) cadangan karbohidrat pada tanaman yang merupakan hasil dari keseimbangan proses respirasi dan fotosintesis, perombakannya dapat dikurangi karena tidak ada pembungaan, sehingga memungkinkan tanaman mengakumulasi cadangan makanan. Dengan demikian pada kondisi optimum karbohidrat akan berintegrasi dengan bahan pembangun lainnya. Selanjutnya Haryadi et al. (1996), menyatakan bahwa korbohidrat berperan dalam meningkatkan pembelahan sel jaringan meristem pada titik-titik tumbuh. Ketersediaan zat makanan sangat mempengaruhi persentase keberhasilan pertumbuhan bibit asal setek, terutama ketersediaan bahan-bahan pembangun seperti karbohidrat. Kandungan karbohidrat ini dalam setek sangat mempengaruhi sekali terhadap perkembangan tunas dan akar (Kafrawi, 2007).

Perlakuan bahan tanam juga berpengaruh nyata pada parameter berat kering tajuk. Data menunjukkan bahwa pada parameter panjang tunas, setek bertunas, setek berakar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan rasio tajuk akar tertinggi diperoleh pada perlakuan bahan tanam tiga ruas (S3). Hal ini diduga karena persediaan cadangan makanan pada bahan tanam tiga ruas lebih banyak.

Ketersediaan bahan makanan ini menyebabkan cukup tersedianya energi bagi tanaman untuk melakukan proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan organ tanaman yang lebih baik,

hal ini sesuai dengan Hartmann et al. (2002) yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan setek dapat menghasilkan tunas disebabkan oleh kandungan cadangan makanan yang dimiliki oleh setek untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Wulandari, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian pemberian zat pengatur tumbuh auksin dengan konsentrasi yang berbeda juga tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Wulandari (2017) mengatakan bahwa pada dasarnya bahan tanam lada sudah mempunyai cukup auksin endogen sehingga pemberian zat pengatur tumbuh auksin cenderung tidak direspon jika dilihat sebagai faktor tunggal. Hal ini diduga berkaitan dengan adanya dominansi apikal dimana auksin yang terakumulasi di daerah pucuk akan terdistribusi ke bagian meristem lain seperti buku di dekat mata tunas akibat adanya pemotongan di daerah pucuk sehingga akan mempengaruhi aktivitas meristem pada mata tunas untuk tumbuh membentuk tunas lateral.

Interaksi bahan tanam setek dan pemberian zat pengatur tumbuh auksin tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali panjang tunas.

Menurut Hidayanto dkk., (2003) hal ini diduga karena kandungan karbohidrat yang lebih banyak, akan mampu memacu pertumbuhan awal tunas, sehingga pertumbuhan panjang tunas juga akan lebih cepat. Karbohidrat dari cadangan makanan yang berada di dalam setek, setelah tunas berkembang, bersama-sama dengan protein yang diperoleh dari proses fotosintesis digunakan dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Perpanjangan sel pada akibat titik tumbuh akan mengakibatkan bertambahnya tinggi tanaman. Auksin berpengaruh pada pemanjangan, pembelahan dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan

pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral (samping) tumbuhan. Fungsi lain dari hormon auksin adalah membantu proses pertumbuhan akar dan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pertumbuhan akar dan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem (Dwiati, 2016). Menurut Kusumo (2004) atonik yang merupakan zat pengatur tumbuh yang bahan aktif triakontanol, yang umumnya berfungsi mendorong pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh terhadap tanaman dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman, oleh karena itu interaksi antara panjang bahan tanam setek 3 ruas dan auksin sebanyak 3 ml/L memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Dokumen terkait