• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil penelitian dan anallisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis hidrogel berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5 MST, bobot basah per paralon dan bobot kering jual per paralon. Perlakuan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 2, 3, 4 dan 5 MST, bobot basah per paralon dan bobot kering jual per paralon. Sedangkan interaksi hidrogel dan frekuensi penyiraman hanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah per paralon dan bobot kering jual per paralon.

Panjang Tanaman (cm)

Data hasil analisis sidik ragam pada lampiran 4 - 13 menunjukan bahwa perlakuan dosis hidrogel, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman pada semua waktu pengamatan (2 sampai 6 MST).

Dari tabel 1 dapat dilihat panjang tanaman bawang merah 2 – 6 MST pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman. Panjang tanaman terpanjang pada umur 2 dan 3 MST diperoleh pada perlakuan dosis hidrogel 0,1 g/tanaman

(H2) yaitu 11,22 cm dan 16,12 cm dan pada umur 4, 5, dan 6 MST panjang

tanaman terpanjang diperoleh pada perlakuan dosis hidrogel 0,2 g/tanaman (H3)

yaitu 20,87 cm, 22,70 cm dan 23,39 cm. Sedangkan panjang tanaman terpendek diperoleh pada umur 2, 3, 4, dan 6 MST pada perlakuan tanpa hidrogel (H1) yaitu

berturut – turut 10,48 cm, 14,98 cm, 19,48 cm, dan 22,33 cm dan pada umur 5 MST pada perlakuan hidrogel 0,1 g/tanaman (H2) yaitu 21, 65cm.

Tabel 1. Panjang tanaman bawang merah 2-6 MST pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

MST Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...cm... 2 H1 (kontrol) 10,98 10,82 9,63 10,48 H2 (0,1) 11,24 10,72 11,69 11,22 H3 (0,2) 11,02 12,17 10,37 11,18 Rataan 11,08 11,24 10,56 3 H1 (kontrol) 15,75 15,47 13,71 14,98 H2 (0,1) 16,16 15,34 16,86 16,12 H3 (0,2) 15,81 17,54 14,84 16,07 Rataan 15,91 16,12 15,14 4 H1 (kontrol) 20,39 20,11 17,94 19,48 H2 (0,1) 20,78 20,00 21,44 20,74 H3 (0,2) 21,00 22,06 19,56 20,87 Rataan 20,72 20,72 19,65 5 H1 (kontrol) 22,44 22,11 21,33 21,96 H2 (0,1) 21,22 21,06 22,67 21,65 H3 (0,2) 22,67 24,11 21,33 22,70 Rataan 22,11 22,43 21,78 6 H1 (kontrol) 23,00 22,83 21,17 22,33 H2 (0,1) 22,28 21,67 23,89 22,61 H3 (0,2) 23,16 24,28 22,72 23,39 Rataan 22,81 22,93 22,59

Pada umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST, tanaman terpanjang dihasilkan oleh perlakuan frekuensi penyiraman 3 hari 1 kali (P2) yaitu 11,24 cm, 16,12 cm, 20,72 cm, 22,43 cm, dan 22,93 cm dan panjang tanaman terpendek pada perlakuan frekuensi penyiraman 6 hari 1 kali (P3) yaitu 10,56 cm, 15,14 cm, 19,65 cm, 21,78 cm, dan 22,59 cm.

Jumlah daun per rumpun (helai)

Data hasil analisis sidik ragam pada lampiran 14 - 23 menunjukan bahwa perlakuan hidrogel berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 5 MST dan perlakuan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap jumlah daun

penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun per rumpun pada semua waktu pengamatan.

Jumlah daun per rumpun bawang merah 2 - 6 MST pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun per rumpun bawang merah umur 2 – 6 MST pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

MST Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...helai... 2 H1 (kontrol) 8,50 6,50 6,17 7,06 H2 (0,1) 9,00 7,61 7,11 7,91 H3 (0,2) 8,06 7,33 7,84 7,74 Rataan 8,52a 7,15b 7,04b 3 H1 (kontrol) 10,94 8,50 7,94 9,13 H2 (0,1) 11,67 9,72 9,17 10,18 H3 (0,2) 10,33 9,56 10,22 10,04 Rataan 10,98a 9,26b 9,11b 4 H1 (kontrol) 14,05 10,89 10,22 11,72 H2 (0,1) 14,95 12,50 11,95 13,13 H3 (0,2) 13,17 12,39 13,17 12,91 Rataan 14,06a 11,92b 11,78b 5 H1 (kontrol) 15,33 13,67 10,00 13,00b H2 (0,1) 15,94 13,22 12,50 13,89ab H3 (0,2) 15,50 14,78 14,00 14,76a Rataan 15,59a 13,89b 12,17c 6 H1 (kontrol) 15,27 13,30 10,17 13,06 H2 (0,1) 14,40 13,41 13,22 13,68 H3 (0,2) 14,69 14,48 15,15 14,89 Rataan 14,94 13,85 12,85

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom atau baris pada minggu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 2 menunjukkan tanaman pada umur 2 sampai 5 MST pada perlakuan frekuensi penyiraman, jumlah daun per rumpun terbanyak diperoleh pada P1 (1 hari 1 kali) yaitu 8,52 helai, 10,98 helai, 14,06 helai dan 15,59 helai yang berbeda nyata terhadap P2 dan P3. Pada umur 5 MST jumlah daun terbanyak diperoleh pada perlakuan dosis hidrogel 0,2 g/tanaman (H3) yaitu 14,76 helai yang

berbeda nyata dengan perlakuan tanpa hidrogel (H1) (13,00 helai) tetapi berbeda

tidak nyata dengan perlakuan hidrogel 0,1 g/tanaman (H2) (13,89 helai).

Pada perlakuan hidrogel, jumlah daun per rumpun umur 6 MST terbanyak pada perlakuan hidrogel 0,2 g/tanaman (H3) yakni 14,89 helai dan paling sedikit

pada perlakuan tanpa hidrogel (H1) yakni 13,06 helai. Sedangkan pada perlakuan

frekuensi penyiraman, jumlah daun per rumpun terbanyak yaitu pada perlakuan frekuensi penyiraman 1 hari 1 kali (P1) yakni 14,94 helai dan terendah pada P3 yakni 12,85 helai.

Hubungan jumlah daun per rumpun bawang merah umur 5 MST dengan dosis hidrogel dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram hubungan jumlah daun per rumpun bawang merah umur 5 MST dengan dosis hidrogel

Hubungan jumlah daun per rumpun bawang merah 5 MST dengan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Histogram hubungan jumlah daun per rumpun bawang merah 5 MST dengan frekuensi penyiraman.

Jumlah anakan per rumpun (anakan)

Data hasil analisis sidik ragam pada lampiran 24 dan 25 menunjukkan bahwa dosis hidrogel, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan per rumpun.

Rataan jumlah anakan per rumpun bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah anakan per rumpun bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...anakan...

H1 (kontrol) 4,94 5,50 5,36 5,27

H2 (0,1) 4,69 4,67 4,78 4,71

H3 (0,2) 5,44 5,08 5,06 5,19

Dari tabel 3 dapat dilihat jumlah anakan per rumpun (anakan) bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman. Jumlah anakan per rumpun terbanyak pada perlakuan tanpa hidrogel (H1) yakni 5,27 anakan dan

paling sedikit pada perlakuan hidrogel 0,1 g/tanaman (H2) yakni 4,71 anakan.

Jumlah anakan per rumpun terbanyak pada perlakuan frekuensi penyiraman 3 hari 1 kali (P2) yakni 5,08 anakan dan jumlah anakan per rumpun paling sedikit pada perlakuan frekuensi penyiraman 1 hari 1 kali (P1) yakni 5,03 anakan.

Diameter umbi per sampel (mm)

Data hasil analisis sidik ragam pada lampiran 26 dan 27 menunjukkan bahwa dosis hidrogel, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi per sampel.

Dari tabel 4 dapat dilihat Diamater umbi per sampel bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman. Diameter umbi per sampel terbesar yaitu pada perlakuan hidrogel 0,1 g/tanaman (H2) yakni 13,18 mm dan

terkecil pada perlakuan tanpa hidrogel (H1) yakni 11,21 mm.

Tabel 4. Diameter umbi per sampel bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...mm...

H1 (kontrol) 13,87 11,12 8,65 11,21

H2 (0,1) 11,58 14,52 13,43 13,18

H3 (0,2) 12,43 10,26 13,18 11,96

Rataan 12,63 11,97 11,75

Diameter umbi per sampel terbesar pada perlakuan frekuensi penyiraman 1 hari 1 kali (P1) yakni 12,63 mm dan diameter umbi terkecil pada perlakuan

frekuensi penyiraman 6 hari 1 kali (P3) yakni 11,75 mm. Frekuensi penyiraman yang semakin lama akan menurunkan besar diameter umbi per sampel bawang merah.

Bobot basah umbi per sampel (g)

Data hasil analisis sidik ragam pada lampiran 28 dan 29 menunjukkan bahwa dosis hidrogel, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel.

Bobot basah umbi per sampel bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot basah umbi per sampel bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...g...

H1 (kontrol) 2,76 2,26 1,81 2,28

H2 (0,1) 2,40 2,87 2,69 2,66

H3 (0,2) 2,43 2,29 2,65 2,46

Rataan 2,53 2,47 2,39

Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot basah umbi per sampel terberat pada perlakuan pemberian hidrogel 0,1 g/tanaman (H2) yakni 2,66 g dan bobot basah

umbi per sampel teringan pada perlakuan tanpa hidrogel (H1) yakni 2,28 g.

Bobot basah umbi per sampel terberat yaitu pada perlakuan frekuensi penyiraman 1 hari 1 kali (P1) yakni 2,53 g dan bobot basah umbi per sampel teringan yaitu pada perlakuan frekuensi penyiraman 6 hari 1 kali (P3) yakni 2,39 g.

Bobot kering jual umbi per sampel (g)

Data hasil analisis sidik ragam pada lampiran 30 dan 31 menunjukkan bahwa dosis hidrogel, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering jual umbi per sampel.

Bobot kering jual umbi per sampel (g) bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering jual umbi per sampel bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...g...

H1 (kontrol) 2,18 1,78 1,43 1,80

H2 (0,1) 1,90 2,28 2,14 2,10

H3 (0,2) 1,93 1,80 2,08 1,94

Rataan 2,00 1,95 1,88

Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot kering jual umbi per sampel terberat pada perlakuan hidrogel 0,1 g/tanaman (H2) yaitu 2,10 g dan teringan pada

perlakuan tanpa hidrogel (H1) yaitu 1,80 g.

Bobot kering jual umbi per sampel terberat pada perlakuan frekuensi penyiraman 1 hari 1 kali (P1) yaitu 2,00 g dan bobot kering jual umbi per sampel teringan pada perlakuan frekuensi penyiraman 6 hari 1 kali (P3) yaitu 1,88 g. Frekuensi penyiraman yang semakin lama akan menurunkan bobot kering jual umbi per sampel bawang merah.

Bobot basah umbi per paralon (g)

Data hasil analisis sidik ragam pada lampiran 32 dan 33 menunjukkan bahwa perlakuan hidrogel, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per paralon.

Bobot basah umbi per paralon bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot basah umbi per paralon bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...g... H1 (kontrol) 48,78ab 32,44cd 25,56d 35,59

H2 (0,1) 52,63a 53,76a 41,21bc 49,20

H3 (0,2) 57,03a 48,48ab 51,68a 52,40

52,81 44,90 39,48

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 7 menunjukkan pada perlakuan H1 (tanpa hidrogel), bobot basah

umbi per paralon terberat diperoleh pada P1 (48,78 g) yang berbeda nyata terhadap P2 dan P3. Pada perlakuan H2 (hidrogel 0,1 g/tanaman), bobot basah

umbi per paralon terberat diperoleh pada P2 (53,76 g) yang berbeda tidak nyata dengan P1dan berbeda nyata dengan P3. Perlakuan H3 (hidrogel 0,2 g/tanaman),

bobot basah umbi per paralon terberat diperoleh pada P1 (57,03 g) yang berbeda tidak nyata dengan P2 dan P3.

Hubungan interaksi dosis hidrogel pada berbagai frekuensi penyiraman

terhadap bobot basah umbi per paralon bawang merah dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram hubungan interaksi dosis hidrogel dengan frekuensi penyiraman terhadap bobot basah umbi per paralon

Bobot kering jual umbi per paralon (g)

Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 34 dan 35 menunjukkan bahwa perlakuan hidrogel, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per paralon.

Bobot kering jual umbi per paralon (g) bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering jual umbi per paralon bawang merah pada berbagai dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman

Hidrogel (g/tanaman)

Frekuensi penyiraman

Rataan P1 (1 hr 1 kali) P2 (3 hr 1 kali) P3 (6 hr 1 kali)

...g... H1 (kontrol) 37,36ab 24,86cd 19,59d 27,27

H2 (0,1) 40,33a 41,13a 31,61bc 37,69

H3 (0,2) 45,17a 37,14ab 39,63ab 40,65

40,95 34,38 30,28

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.

Tabel 8 menunjukkan pada perlakuan H1 (tanpa hidrogel), bobot kering

jual umbi per paralon terberat diperoleh pada P1 (37,36 g) yang berbeda nyata terhadap P2 dan P3. Pada perlakuan H2 (hidrogel 0,1 g/tanaman), bobot kering

jual umbi per paralon terberat diperoleh pada P2 (41,13 g) yang berbeda tidak

nyata dengan P1 dan berbeda nyata dengan P3. Perlakuan H3 (hidrogel 0,2

g/tanaman), bobot kering jual umbi per paralon terberat diperoleh pada P1 (45,17 g) yang berbeda tidak nyata dengan P2 dan P3.

Hubungan interaksi dosis hidrogel pada berbagai frekuensi penyiraman

terhadap bobot kering jual umbi per paralon bawang merah dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Histogram hubungan interaksi dosis hidrogel dengan frekuensi penyiraman terhadap bobot kering jual umbi per paralon

Pembahasan

Dari hasil penelitian didapat bahwa pada pengamatan minggu ke 2 sampai ke 6 setelah tanam perlakuan dosis hidrogel, frekuensi penyiraman, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman. Hal ini diduga karena panjang tanaman bawang lebih dipengaruhi oleh faktor genetik, sehingga perlakuan hidrogel dan frekuensi penyiraman tidak mempengaruhi panjang tanaman bawang tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan hidrogel berpengaruh nyata terhadap jumlah daun per rumpun pada tanaman bawang merah umur 5 MST yang ditunjukan pada perlakuan dosis hidrogel 0,2 g/tanaman (H3) yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa hidrogel (H1), tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan dosis hidrogel 0,1 g/tanaman (H2). Hal ini diduga karena pada minggu ke 5 setelah tanam adalah masa pembentukan umbi bawang merah yang terjadi akibat mobilisasi karbohidrat yang diperoleh dari hasil fotosintesis sehingga tanaman memperbanyak jumlah daun agar memperoleh hasil fotosintesis yang optimal (Sumarni dan Sumiati, 1995). Dengan adanya pemberian hidrogel akan membantu meningkatkan ketersediaan air didalam tanah sehingga perkembangannya tidak terganggu. Hal ini dapat dilihat dari rataan perlakuan dosis hidrogel 0,1 g (H2) dan 0,2 g (H3) per tanaman yaitu 13,89 dan 14,76 sedangkan perlakuan tanpa hidrogel hanya 13,00. Pada perlakuan frekuensi penyiraman, frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan 2 MST sampai 5 MST yaitu pada jumlah daun per rumpun terbanyak diperoleh pada perlakuan P1 (1 hari 1 kali) yang berbeda nyata dengan perlakuan P2 (3 hari 1 kali) maupun P3 (6 hari 1 kali). Hal ini diduga karena ketersediaan

air didalam tanah mempengaruhi perkembangan jumlah daun per rumpun. Ini dapat dilihat dari rataan jumlah daun terbanyak yaitu pada perlakuan penyiraman 1 hari 1 kali pada 2 MST sampai 5 MST yakni 8,52 helai, 10,98 helai, 14,06 helai, dan 15,59 helai serta yang paling sedikit yaitu pada perlakuan penyiraman 6 hari 1 kali yakni 7,04 helai, 9,11 helai, 11,78 helai dan 12,17 helai.

Dari hasil penelitian didapat bahwa pada parameter jumlah anakan dan diameter umbi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan dosis hidrogel, frekuensi penyiraman, dan interaksi keduanya. Menurut Sufyati (2006), hal ini dikarenakan jumlah anakan dan ukuran umbi lebih dipengaruhi oleh indukan atau benih yang digunakan sebagai bibit dibandingkan dengan ketersediaan air. Akan tetapi, kurangnya penyiraman pada periode kritis juga dapat mengakibatkan penurunan produksi bawang merah karena terganggunya proses pembentukan umbi (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Dari hasil penelitian di dapat bahwa interaksi antara perlakuan dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per paralon. Hal ini diduga karena bobot umbi basah per paralon di pengaruhi oleh ketersediaan air selama masa pembentukan umbi yang mana salah satu fungsi air itu sendiri yaitu sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman, sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman, dan sebagai bahan baku photosintesis. Hal ini dapat dilihat dari interaksi perlakuan penyiraman dan dosis hidrogel pada perlakuan H1P3 yaitu 1 kali dalam 6 hari dan tanpa pemberian hidrogel mengakibat kan bobot umbi basah terendah yaitu 25,56 g. Sedangkan pada perlakuan penyiraman yang sama (1 kali 6 hari)

namun dengan pemberian dosis hidrogel terlihat pada perlakuan bobot basah umbi per paralon yang berbeda nyata pada pemberian hidrogel 0,1 g/tanaman (H2P3) sebesar 41,21 g yang berbeda nyata pula dengan perlakuan H3P3 dengan pemberian dosis 0,2 g/tanaman sebesar dan 51,68 g. Pada perlakuan H3P3 didapat hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyiraman penyiraman 1 hari 1 kali.

Dari hasil penelitian di dapat bahwa interaksi antara perlakuan pemberian hidrogel dan frekwensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap bobot kering jual umbi per paralon tanaman dimana bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan H3P1 (hidrogel 0,2 gr dan penyiraman 1 hari 1 kali) sebesar 45.17 gr yang berbeda nyata terhadap perlakuan H1P2, H1P3, dan H2P3 dan berbeda tidak nyata pada perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nani Sumarni dan Etty Sumiati (1995) yang menyatakan bahwa ketersediaan air pada tanaman mempengaruhi hasil fotosintesis yang berpengaruh terhadap pertambahan ukuran dan berat kering tanaman sesuai dengan pernyataan.

Dokumen terkait