• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditi unggulan di beberapa daerah di Indonesia. Bawang merah termasuk ke dalam kelompok sayuran rempah yang dapat digunakan sebagai bumbu masakan. Selain itu bawang merah memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan (Deptan, 2005).

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2015) menyatakan produksi bawang merah tahun 2014 sebesar 7.810 ton, mengalami penurunan sebanyak 495 ton (5,96%) dibandingkan pada tahun 2013. Penurunan produksi tersebut disebabkan menurunnya luas panen sebesar 45 hektar (4,29%) dan produktivitas sebesar 0,14 ton per hektar (1,74%).

Meningkatnya penyempitan lahan pertanian yang terus terjadi, khususnya di wilayah perkotaan mengakibatkan kelangkaan lahan pertanian. Maka sangat diperlukan upaya peningkatan pola pertanian intensif dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Pola bertani secara vertikal atau dikenal sebagai vertikultur merupakan suatu solusi sistem budidaya pertanian yang merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas (Lukman, 2011).

Vertikultur merupakan teknologi hemat lahan yang dapat digunakan di pekarangan sempit. Vertikultur menggunakan bahan paralon sangat diminati di daerah perkotaan karena selain dapat menghemat lahan juga dapat dimanfaatkan untuk menghias halaman rumah. Keuntungan dari budidaya tanaman secara vertikultur yaitu efisien dalam penggunaan lahan, mudah dalam pemeliharaan,

penghematan pemakaian pupuk dan biopestisida, praktis dan mudah dalam pengendalian gulma, dapat dipindahkan dengan mudah, tanaman sayuran yang dipanen lebih bersih dan sehat (Werdhany, 2012).

Selain masalah penyempitan areal lahan pertanian, ketersediaan air merupakan salah satu masalah yang juga sering di hadapi masyarakat Indonesia, terutama saat musim kemarau panjang. Pada kondisi ini air tanah akan terus berkurang karena tingginya proses evapotranspirasi. Selain berdampak buruk bagi tanah, kekurangan air juga berdampak buruk bagi tanaman kerena unsur hara yang diperlukan oleh tanaman tidak terlarut oleh air yang menyebabkan suplai hara pada tanaman berkurang dan dapat mengakibatkan produktivitas tanaman menurun atau bahkan layu (Suriadikusumah, 2014).

Meskipun tanaman bawang merah tidak menghendaki banyak hujan, tetapi tanaman tersebut memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya melalui penyiraman. Dalam keadaan terik di musim kemarau, tanaman bawang memerlukan penyiraman yang cukup, biasanya satu kali dalam sehari pada pagi atau sore hari, sejak tanam sampai menjelang panen (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Tetapi, perubahan pola iklim kemarau yang tidak stabil di Indonesia saat ini mengakibatkan menurunnya ketersediaan air untuk irigasi ataupun air bersih serta pendangkalan sungai-sungai. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia mengalami jeda musim kekeringan panjang selama musim penghujan yang kini menjadi makin sering sehingga menimbulkan gagal panen (UNDP, 2007).

Salah satu cara untuk mengefektifkan pemberian air pada tanaman adalah dengan aplikasi hidrogel. Hidrogel merupakan bahan yang memiliki kemampuan

dalam menahan air yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman (Setiawan, 2013).

Hidrogel pertama kali digunakan dalam bidang pertanian pada awal tahun 1980-an. Hidrogel merupakan salah satu solusi di bidang pertanian dalam menghemat penggunaan air karena mampu menghemat penggunaan air (Djurovic, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman yang tepat dalam menghemat penggunaan air pada sistem vertikultur.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman air yang sesuai pada pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah pada sistem vertikultur.

Hipotesa Penelitian

Pemberian hidrogel dan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah pada sistem vertikultur.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh data dalam penyusunan skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRAK

NORI ANDRIAN : Pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada pemberian hidrogel dan frekuensi penyiraman

dengan sistem vertikultur dibimbing oleh MARIATI dan FERRY EZRA T. SITEPU. Tujuan penilitian untuk mengidentifikasi dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman air yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dengan sistem vertikultur. Penelitian dilakukan di Desa Karang Sari, Kec. Medan Polonia dengan ketinggian 25 meter diatas permukaan laut yang dimulai pada bulan Februari sampai April 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis hidrogel 0,1 g/tanaman, 0,2 g/tanaman, dan tanpa hidrogel dan faktor kedua adalah frekuensi penyiraman 1 hari 1 kali, 3 hari 1 kali, dan 6 hari 1 kali. Data dianalisis sidik ragam menggunakan Microsoft Excel. Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT) pada taraf uji 5%. Peubah amatan yaitu panjang tanaman, jumlah daun per rumpun, jumlah anakan per rumpun, diameter umbi, bobot segar dan bobot kering umbi per sampel dan per plot. Hasil penelitian menunjukan jumlah daun pada perlakuan frekuensi penyiraman 3 hari sekali (P2) dan 6 hari sekali (P3) lebih rendah dari perlakuan 1 hari sekali (P1) pada umur 2 sampai 5 minggu setelah tanam (MST) sedangkan perlakuan dosis hidrogel 0,1 g/tanaman (H2) dan 0,2 g/tanaman (H3) memberikan peningkatan jumlah daun pada 5 MST dibandingkan kontrol (H1). Bobot produksi bawang merah tertinggi terdapat pada perlakuan H3P1. Interaksi antara dosis hidrogel dan frekuensi penyiraman terbaik dalam upaya menghemat penggunaan air adalah pada kombinasi perlakuan dosis hidrogel 0,2 g/tanaman pada frekuensi penyiraman 6 hari sekali.

ABSTRACT

NORI ANDRIAN : Growth and Production of shallot (Allium ascalonicum L.) on

hydrogel application and watering frequency with verticulture system guided by

MARIATI and FERRY EZRA T. SITEPU. The aim of the research was to

identify the right doses of hydrogel and watering frequency on growth shallot and production in verticulture system. The design of the research was conducted at Desa Karang Sari, Medan Polonia with a height of 25 meter above sea level that began from February until April 2016. The research was factorial Randomized Block Design (RBD) with two factors and replicated three times. The first factor was the doses of hydrogel 0,1 g/plant, 0,2 g/plant, and without hydrogel and the second was the watering frequency 1 day 1 time, 3 days 1 time, and 6 days 1 time. ). The data were analized by Analysis of variance used Microsoft Excel and the treatment were different significantly continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The parameters observed were shoot length, leaf number and tiller number per clump, bulb diameter, fresh and dry weight of bulb per sample and per plot. The results showed that leaf number on watering frequency 3 days 1 time

(P2) and 6 days 1 time (P3) were lower than once for 1 day (P1) on age 2 until 5

weeks after planted (WAP) while on doses hydrogel 0,1 g/plant (H2) and 0,2 g/plant (H3) were more increase of leaf number on 5 WAP than control (H1). The higest production of shallots are on treated H3P1. The best interaction of doses hydrogel and watering frequency to improve on save water was on combination of hydrogel 0,2 g/plant in watering frequency 6 days 1 time (H3P3).

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN

Dokumen terkait