• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kecepatan Melentis (hari)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam kecepatan melentis (Lampiran 1 dan 2)diketahui bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % dan media tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan melentis.

Rataan kecepatan melentisperlakuan konsentrasiasam asetik naftalen 3,0% dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Kecepatan mata okulasi melentis pada perlakuan konsentrasiasam asetik naftalen 3,0% dan media tanam

Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0 % (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 G0 16.88 18.58 17.54 19.39 18.10 G1 19.28 17.72 22.67 17.27 19.23 G2 21.06 18.77 20.13 17.94 19.48 G3 19.61 19.86 21.52 18.26 19.81 Total 19.21 18.73 20.46 18.22 19.15 Pada Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan pemberian konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 75 mg (G3) yakni 19.81, yang tidak berpengaruh nyata pada perlakuan lain.

Perlakuan pemberian media tanam tertinggi terdapat pada perlakuan top soil : pasir 1:2 (M2) yakni 20.46 yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lain.

Persentase Bertunas

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam persentase bertunas (Lampiran 3-4)diketahui bahwa perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata namun perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan interaksi keduanya berpengaruh nyata menurunkan terhadap persentase bertunas.

Rataan persentase bertunas perlakuan konsentrasiasam asetik naftalen 3,0% dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Persentase bertunas pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam

Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 G0 72.22 ab 75.00 a 69.44 ab 52.78 abcd 67.36 a G1 61.1 abc 41.67 cde 25.00 e 47.22 bcde 43.75 b G2 41.67 cde 72.22 ab 50.00 abcde 33.33 de 49.31 b G3 52.78 abcd 33.33 de 47.22 bcde 50.00 abcde 45.83 b Total 56.94 55.56 47.92 45.83 51.56 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan.berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% (G0) dan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% 50 mg (G2),persentase bertunas tertinggi pada media tanam top soil : pasir (1:1) (M1) yaitu 75.00% dan 72.22% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% 25 mg(G1) dan 75 mg (G3), persentase bertunas tertinggi pada media tanam top soil : pasir (1:0) (M0) yaitu 61.1 % dan 52.78% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Pada media tanam top soil : pasir (1:0) (M0), topsoil : pasir (1:1) (M1), topsoil : pasir (1:3) (M3), persentase bertunas tertinggi pada G0 (tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% ) yaitu 72.22%, 75.00%, dan 52.78% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Pada media tanam top soil : pasir (1:2) (M2), persentase bertunas tertinggi pada G0 (tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% )yaitu 69.44 % yang berbeda nyata dengan G1 (25 mg) yaitu 25.00 % , namun tidak berbeda nyata dengan G2 (50 mg) yaitu 50.00 % dan G3 (75 mg) yaitu 47.22 %.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% , persentase bertunas tertinggi pada G0 (tanpa pemberian) yaitu 67.36 % yang berbeda nyatadengan G2 (50 mg) yaitu sebesar 49.31 %, G3 (75 mg) yaitu 45.83 % , G1 (25 mg) yaitu 43.75 %.

Panjang Tunas (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang tunas 6, 8, 10, dan 12 MST (Lampiran 5-12)diketahui bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas.

Rataan panjang tunas perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam umur 6, 8, 10, 12 MST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang tunas pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan perlakuan media tanam umur 6, 8, 10, 12 MST

Umur (MST) Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 6 G0 14.74 15.33 14.35 13.00 14.35 G1 14.53 14.92 8.04 18.82 14.08 G2 13.90 17.69 12.98 16.59 15.29 G3 13.26 16.01 11.64 15.30 14.05 Rataan 14.11 15.99 11.75 15.93 14.44 8 G0 16.26 16.99 18.02 18.66 17.48 G1 16.68 16.39 12.48 19.79 16.34 G2 15.43 20.04 16.31 15.99 16.94 G3 17.28 17.18 15.72 15.61 16.44 Rataan 16.41 17.65 15.63 17.51 16.80

10 G0 17.60 17.89 19.01 18.82 18.33 G1 16.28 17.01 14.38 17.33 16.25 G2 17.46 20.36 16.79 16.53 17.79 G3 18.63 18.63 15.41 17.84 17.63 Rataan 17.49 18.47 16.40 17.63 17.50 12 G0 18.26 18.96 18.93 19.09 18.81 G1 16.97 17.69 15.11 19.53 17.33 G2 17.88 20.73 17.22 16.06 17.97 G3 17.76 18.38 15.84 17.27 17.31 Rataan 17.72 18.94 16.78 17.99 17.85 Pada Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan pemberian konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % tertinggi pada 6 MST terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 50 mg (G2) yakni 15.29, dan pada 8, 10, 12 MST terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 0 mg (G0) yakni 17.48, 18.33, 18.81 yang tidak berpengaruh nyata pada perlakuan lain.

Perlakuan pemberian media tanam tertinggi pada 6, 8, 10, 12 MST terdapat pada perlakuan top soil : pasir 1:2 (M2) yakni 15.99, 17.65, 18.47, 18.94 yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lain.

Diameter Tunas (mm)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam diameter tunas 6, 8, 10, dan 12 MST (Lampiran 13-20)diketahui bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tunas.

Rataan diameter tunas perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam umur 6, 8, 10, 12 MST dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Diameter tunas pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan perlakuan media tanam umur 6, 8, 10, 12 MST

Umur (MST) Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 6 G0 5.14 5.17 5.07 5.04 5.11 G1 5.11 5.16 4.09 5.42 4.94 G2 4.47 5.47 4.61 5.10 4.91 G3 4.67 5.31 4.68 4.99 4.91 Rataan 4.85 5.28 4.61 5.14 4.97 8 G0 5.01 5.11 5.34 5.45 5.23 G1 5.19 5.35 4.60 5.78 5.23 G2 4.62 5.49 5.03 4.93 5.02 G3 4.93 5.37 4.95 4.83 5.02 Rataan 4.94 5.33 4.98 5.25 5.12 10 G0 5.12 5.07 5.43 4.99 5.15 G1 5.13 5.31 5.01 5.31 5.19 G2 5.21 5.22 5.43 5.23 5.27 G3 5.44 5.41 5.65 5.15 5.41 Rataan 5.23 5.25 5.38 5.17 5.26 12 G0 5.25 5.23 5.52 5.00 5.25 G1 5.22 5.27 5.29 5.45 5.31 G2 5.42 5.46 5.52 5.27 5.42 G3 5.65 5.69 5.67 5.36 5.59 Rataan 5.39 5.41 5.50 5.27 5.39 Pada Tabel 4 diketahui bahwa perlakuan pemberian konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % tertinggi pada 6 dan 8 MST terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 0 mg (G0) yakni 5.11 dan 5.23, serta pada 10 dan 12 MST terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 75 mg (G3) yakni 5.41 dan 5.59 yang tidak berpengaruh nyata pada perlakuan lain.

Perlakuan pemberian media tanam tertinggi pada 6 dan 8 MST terdapat pada perlakuan top soil : pasir 1:1 (M1) yakni 5.28 dan 5.33, serta pada 10 dan 12 MST terdapat pada perlakuan top soil : pasir 1:2 (M2) yakni 5.38 dan 5.50 yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lain.

Jumlah Daun (helai)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah daun (Lampiran 21 dan 22)diketahui bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % dan media tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap parameterjumlah daun.

Rataan jumlah daundari perlakuankonsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Jumlah daun pada perlakuankonsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan mediatanam

Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 G0 21.38 19.60 17.48 20.21 19.67 G1 20.05 20.73 16.80 19.60 19.29 G2 17.65 22.53 20.92 17.68 19.69 G3 17.49 17.80 18.16 19.04 18.12 Rataan 19.14 20.16 18.34 19.13 19.19 Pada Tabel 5 diketahui bahwa perlakuan pemberian konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 50 mg (G2) yakni 19.69 yang tidak berpengaruh nyata pada perlakuan lain.

Perlakuan pemberian media tanam tertinggi terdapat pada perlakuan top soil : pasir 1 : 1 (M1) yakni 20.16yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lain.

Berat Segar Tajuk (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam berat segar tajuk (Lampiran 23-24)diketahui bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% tidak berpengaruh nyata namun perlakuan media tanam dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat segar tajuk.

Rataan berat segar tajuk dari perlakuankonsentrasi asam asetik naftalen 3,0% danmedia tanam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Berat segar tajuk pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam.

Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 G0 32.05 abc 29.17 bcd 24.70 cd 28.21 bcd 28.53 G1 27.18 bcd 28.92 bcd 20.07 d 35.75 ab 27.98 G2 23.93 cd 39.77 a 30.89 bc 26.35 cd 30.23 G3 23.36 cd 26.21 cd 25.12 cd 26.95 bcd 25.41 Rataan 26.63 bc 31.02 a 25.19 c 29.31 ab 28.04 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan ..berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 6dapat dilihat bahwa pada perlakuan tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% (G0), berat segar tajuk tertinggi pada media tanam top soil : pasir (1:0) (M0) yaitu 32.05 g yang tidak berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:1) (M1) yaitu 29.17 g top soil : pasir (1:3) (M3) yaitu 28.21 g dan top soil : pasir (1:2) (M2) yaitu 24.70 g.

Pada konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% 25 mg (G1),berat segar tajuk pada media tanam top soil : pasir (1:3) (M3) yaitu 35.75 g yang berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:2) (M2) yaitu 20.07 g, namun tidak berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:2) (M2) yaitu 28.92 g, top soil : pasir (1:0) (M1) yaitu 27.18 g. Pada konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% 50 mg (G2), berat segar tajuk tertinggi pada media tanam top soil : pasir (1:1) (M1) yaitu 39.77 g yang tidak

berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:2) (M2) yaitu 30.89 g, top soil : pasir(1:3) (M3) yaitu 26.35 g, dan top soil : pasir(1:0) (M0) yaitu 23.93 g.

Pada konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% 75 mg (G3), berat segar tajuk tertinggi pada media tanam top soil : pasir (1:3) (M3) yaitu 26.95 g yang tidak berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:1) (M1) yaitu 26.21 g, top soil : pasir (1:2) (M2) yaitu 25.12 g, dan top soil : pasir (1:0) (M0) yaitu 23.36 g.

Pada perlakuan media tanam top soil : pasir (1:0) (M0), berat segar tajuk tertinggi pada G0 (tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% ) yaitu 32.05 g yang tidak berbeda nyata dengan G1(25 mg) yaitu 27.18 g, G2 (50 mg) yaitu 23.93 g, dan G3 (75 mg) yaitu 23.36 g.

Pada media tanam top soil : pasir (1:1) (M1), berat segar tajuk tertinggi pada G2 (50 mg) yaitu 39.77 g yang tidak berbeda nyata denganG0 (tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% ) yaitu 29.17 g, G1 (25 mg) yaitu 28.92 g, dan G3 (75 mg) yaitu 26.21 g.

Pada media tanam top soil : pasir (1:2) (M2), berat segar tajuk tertinggi pada G2 (50 mg) yaitu 30.89 g yang tidak berbeda nyata denganG3 (75 mg) yaitu 25.12 g dan G0 (tanpa pemberian Asam asetik naftalen 3,0% ) yaitu 24.70 g, namun berbeda nyata dengan G1 (25 mg) yaitu 20.07 g,

Pada media tanam top soil : pasir (1:3) (M3), berat segar tajuk tertinggi pada G1 (25 mg) yaitu 35.75 g yang tidak berbeda nyata denganG0 (tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% ) yaitu 28.21 g dan G3 (75 mg) yaitu 26.9, namun berbeda nyata dengan G2 (50 mg) yaitu 26.35 g.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuanmedia tanam, berat segar tajuk tertinggi pada top soil : pasir (1:1) (M1) yaitu 31.02 g yang tidak berbeda nyata

dengan top soil : pasir (1:0) (M0) yaitu 26.63 g dan top soil : pasir (1:2) (M2) yaitu sebesar 25.19 g, namun tidak berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:3) (M3) yaitu 29.31 g.

Berat Kering Tajuk (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam berat kering tajuk (Lampiran 25-26)diketahui bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap parameterberat kering tajuk.

Rataan berat kering tajuk dari perlakuankonsentrasi asam asetik naftalen 3,0% danmedia tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Beratkering tajuk pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam

Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 G0 18.66 15.62 17.09 14.98 16.59 G1 15.11 15.95 10.70 19.97 15.43 G2 9.20 23.48 15.17 14.09 15.48 G3 14.58 14.81 14.14 13.92 14.36 Rataan 14.39 17.46 14.27 15.74 15.47 Pada Tabel 7 diketahui bahwa perlakuan pemberian konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 0 mg (G0) yakni 16.59 yang tidak berpengaruh nyata pada perlakuan lain.

Perlakuan pemberian media tanam tertinggi terdapat pada perlakuan top soil : pasir 1 : 1 (M1) yakni 17.46 yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lain.

Berat Segar Akar (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam berat segar akar (Lampiran 27-28)diketahui bahwa perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam serta interaksi keduannya tidak berpengaruh nyata pada parameter berat segar akar.

Rataan berat segar akar dari perlakuankonsentrasi asam asetik naftalen 3,0% danmedia tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.Berat segar akar pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam

Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 G0 4.27 3.68 4.56 5.13 4.41 G1 5.90 4.42 2.73 3.96 4.25 G2 3.24 7.06 5.42 5.68 5.35 G3 5.23 5.99 4.67 4.67 5.14 Rataan 4.66 5.29 4.34 4.86 4.79

Pada Tabel 8 diketahui bahwa perlakuan pemberian konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0 % 50 mg (G2) yakni 5.35 yang tidak berpengaruh nyata pada perlakuan lain.

Perlakuan pemberian media tanam tertinggi terdapat pada perlakuan top soil : pasir 1 : 1 (M1) yakni 5.29 yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan lain.

Berat Kering Akar (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam berat kering akar (Lampiran 37-38)diketahui bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata namun kosentrasi asam asetik naftalen 3,0 %dan interaksi keduannya tidakberpengaruh nyata pada parameter berat kering akar.

Rataan berat kering akar dari perlakuankonsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.Berat keringakar pada perlakuan konsentrasi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam

Konsentrasi Asam asetik naftalen 3,0% (mg) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 G0 1.98 1.80 1.85 2.03 1.91 G1 2.24 2.17 1.38 1.95 1.94 G2 1.60 3.23 2.23 2.40 2.37 G3 2.04 2.96 2.02 1.88 2.22 Rataan 1.96 b 2.54 a 1.87 b 2.07 ab 2.11

Keterangan :.Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan.berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuanmedia tanam, berat kering akar tertinggi pada top soil : pasir (1:1) (M1) yaitu 2.54 g yangberbeda nyata dengantop soil : pasir (1:0) (M0) yaitu 1.96 g, dan top soil : pasir (1:2) (M2) yaitu sebesar 1.87 g, namun tidak berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:3) (M3) yaitu 29.31 g.

Pembahasan

Pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg)pada pemberian Asam asetik naftalen 3,0%

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperolehbahwa, pemberian asam asetik naftalen 3,0% menurunkan hampir semua parameter, dimana parameter kecepatan melentis, persentase melentis, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat segar tajuk, dan berat kering akar semakin diberikan asam asetik naftalen 3,0% dengan taraf yang lebih tinggi maka hasilnya semakin menurun. Pemberian asam asetik naftalen 3,0% berpengaruh nyata menurunkan persentase melentis serta memperlama waktu kecepatan melentis. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yakni Panggabean (2015) dimana pemberian asam asetik naftalen 3,0% berpengaruh signifikan terhadap parameter persentase melentis, diameter tunas, dan berat kering tajuk. Perbedaan hasil dari pemberian asam asetik naftalen 3,0% pada penelitian ini dengan pemberian asam asetik naftalen 3,0% pada penelitian sebelumya diduga diakibatkan oleh ketidaktelitian peneliti dalam pengaplikasian praktik di lapangan dalam melakukan penelitian pemberian asam asetik naftalen 3,0% serta kemungkinan pemberian asam asetik naftalen 3,0% dengan kadar yang semakin bertambah menjadi efek pembatas dalam pembelahan sel maka munculnya tunas terhambat, sehingga pertumbuhan panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat segar tajuk, dan berat kering akar menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ardana (2009) yang menyatakan penggunaan ZPT yang tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman namun apabila dalam jumlah terlalu banyak justru akan merugikan tanaman karena akan meracuni tanaman tersebut, serta pernyataan Alfiansyah (2015) yang menyatakaan auksin eksogen dapat berperan

sebagai pemicu pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel apabila pemberiannya berada pada batas konsentrasi optimum. Diduga semakin lamanya persentase melentis dan menurunnya hampir semua parameter tidak hanya disebabkan oleh pemberian asam asetik naftalen 3,0% yang tidak sesuai dosisnya namun diduga cara pemberian asam asetik naftalen 3,0% dengan cara pengolesan juga menjadi salah satu penyebabnya, dikarenakan pemberian ZPT yakni asam asetik naftalen 3,0% dengan pengolesan tidak merata pada luka pemotongan akar tunggang sehingga sulit masuk dan diserap oleh jaringan tanaman, sama seperti yang dinyatakan oleh peneliti sebelumnya Panggabean (2015) yang menyatakan cara pengaplikasian ZPT sangat penting diperhatikan, mengingat pengaplikasian dengan cara pengolesan memiliki resiko besar yaitu dapat mengakibatkan tidak meratanya ZPT, serta diperkuat oleh pernyataan Goenawan (2006) yang menyatakan cara aplikasi dengan pengolesan diduga dapat mengakibatkan pemberian ZPT yang menjadi tidak merata pada bagian akar tanaman. Berbeda dengan cara perendaman, yaitu dimana akar tanaman direndam dalam larutan sehingga ZPT langsung masuk ke jaringan tanaman.

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diperoleh bahwa, pemberian asam asetik naftalen 3,0% tidak berpengaruh nyata terhadap parameterberat segar akar dan berat kering akar. Hal ini diduga karena zat pengatur tumbuh eksogen yang diberikan ke tanaman melalui luka pemotongan akar tunggang tidak terserap sepenuhnya oleh jaringan tanaman yang dikarenakan oleh kepekaan jaringan tanaman itu sendiri serta kemampuannya berinteraksi dengan hormon tanaman itu sendiri, hal ini didukung oleh peneliti sebelumnya Panggabean (2015) yang menyatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi

aktifitas auksin sintetis salah satu nya adalah kemampuan auksin tersebut berinteraksi dengan hormon tumbuhan lainnya. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pengaruh penyerapan auksin tidak hanya dilihat dari konsentrasi auksin tetapi dari kepekaan jaringan penerima (protein tanaman), serta pernyatan Wattimena (1987) yang mengatakan bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktifitas dari auksin sintetik adalah: 1) kesanggupan senyawa untuk dapat menembus lapisan kutikula atau epidermis yang berlilin; 2) sifat translokasi didalam tanaman; 3) pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif didalam tanaman (destruksi atau pengikatan); 4) berinteraksi dengan hormon tumbuh lainnya; 5) spesies tanaman; 6) fase pertmbuhan dan 7) lingkungan (suhu, radiasi dan kelembaban). Selain faktor internal tanaman dalam menyerap ZPT yang diberikan, adanya faktor eksternal yang dapat mengganggu proses penyerapan ZPT itu sendiri, seperti cahaya matahari, suhu dan kelembaban. Hal ini didukung oleh pernyataan Suwasono (1989) yang menyatakan bahwa faktor eksternal juga mempunyai peran penting dalam keberhasilan perbanyakan setek seperti intensitas cahaya, kelembaban dan temperatur.

Pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg)pada pemberian media tanam

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa, perlakuan media tanam topsoil : pasir (1:1) berpengaruh nyata pada parameter berat segar tajuk dan berat kering akar, namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat kering tajuk, dan berat segar akar. Hal tersebut sama dengan penelitian sebelumnya yakni Panggabean (2015) dimana perlakuan media tanam top soil : pasir (1:1) menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada hampir semua parameter penelitiannya.

Hal ini diduga karena pemberian pasir pada media tanam top soil dengan perbandingan (1:1) sudah cukup baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman yakni dalam hal menyediakan hara serta dapat menjaga sirkulasi udara dalam tanah (aerasi) dan memperlancar laju air dalam tanah (drainase) sehingga akar mampu berkembang dengan baik dan menyalurkan nutrisi ke bagian taajuk tanaman.Peneliti sebelumnya Panggabean (2015) menyatakan bahwa media tanam top soil : pasir (1:1) merupakan media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Ismail (2013) yang menyatakan bahwa media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, Fahmi (2013) menambahkan bahwa prinsipnya media tumbuh tanaman menggunakan media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanamanPernyataan di atas juga didukung oleh Anisa (2011) yang menyatakan bahwa, tanah dengan tata udara yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup merupakan media yang tepat. Dimana penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman, penambahan pasir berfungsi untuk memperlancar laju air dan meningkatkan ruang pori tanah.

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam top soil : pasir (1:0) (M0) menunjukkan hasil yang lebih tinggi hanya pada parameter persentase melentis. Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya Nadapdap (2015) dimana perlakuan media tanam top soil : pasir

menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada hampir seluruh parameter penelitiannya. Hal ini disebabkan oleh media tanam hanya dengan top soil dapat menyediakan cukup hara bagi tanaman dan mampu mendukung perkembangan perakaran sehingga akar mampu menyerap hara yang digunakan untuk merangsang perkembangan jaringan tanaman untuk munculnya tunas. Dalam mendukung pertumbuhan akar yang baik, tanaman membutuhkan media yang subur, cukup bahan organik, dan air.Pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh perkembangan akar yang baik. Hal ini didukung oleh pernyataan Fatimahdan Handarto (2008) yang menyatakan media tanam harus diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman untuk hasil yang optimal.Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan air.Kondisi fisik tanah sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman menjadi dewasa Diduga dengan penambahan pasir yang semakin banyak dapat mengakibatkan kurangnya daya tanah dalam menahan air sehingga ketersediaan air pada media tanam berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Istiana dan Sadikin (2008)yang menyatakan bahwa media tumbuh yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur ringan, dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan stump karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg)pada pemberian Asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam

Interaksi antara dosis asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bertunas, dimana persentase bertunas terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan G0M1 yakni 75.00 g. Hal ini diduga karena tanpa pemberian asam asetik naftalen 3,0% (G0), tanaman tetap

mampu tumbuh dengan baik pada media tanam pencampuran top soil : pasir (1:1) yang cukup menyediakan hara, ruang perakaran, serta aerase dan drainase yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang memilik banyak ruang pori mampu membantu akar tanaman untuk berkembang dan menyerap unsur hara, dengan demikian unsur hara tersebut dapat disalurkan ke bagian tajuk tanaman untuk perkembagan jaringan tanaman untuk pemunculan tunas. Fahmi (2013) menyatakan bahwa pada prinsipnya penggunaan media tanam yang menyediakan nutrisi, air, dan oksigen mampu memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman.Haryati (2012) ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang dapat mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman dan pembongkaran unsur-unsur dan senyawa-senyawa organik dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Interaksi antara dosis asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter berat segar tajuk, dimana berat segar tajuk terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan G2M1 yaitu sebesar 39.77 g. Hal tersebut diduga karena ZPT yang diberikan telah cukup mempengaruhi pertumbuhan tajuk dan akar sehingga akar dapat menyerap unsur hara yang berasal dari media tanam yang memiliki aerasi dan drainase yang baik, dengan demikian dapat mendorong pertumbuhan tanaman terutama perkembangan tajuk tanaman. ZPT dapat merangsang pembentukan jaringan tanaman yakni tajuk dan akar, perkembangan tajuk tanaman tidak terlepas dari penyerapan unsur hara oleh akar pada media tanam yang aerase dan drainasenya baik sehingga dapat mempengaruhi seluruh proses metabolisme dan akumulasi hara tersebut dalam jaringan tanaman. Hal tersebut didukung oleh pernyataan peneliti sebelumnya

Panggabean (2015) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman yang dibantu oleh ZPT, erat kaitannya dengan media tanam, serta didukung oleh pernyataan Hartmann et al (1997) mengatakan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh akan memberikan hasil yang efektif apabila ditunjang dengan penggunaan media tanam yang baik.

Interaksi antara dosis asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam tidak berpengaruh nyata pada parameterkecepatan melentis, diameter tunas, panjang tunas, jumlah daun, berat segar akar, berat kering akar, dan berat kering tajuk. Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya, yakni Panggabean (2015) dimana interaksi asam asetik naftalen 3,0% dan media tanam tidak berpengaruh nyata pada delapan parameter pengamatan. Hal tersebut diungkapkan Panggabean (2015) karena ada banyak faktor yang mempengaruhi aktifitas auksin sintetis salah satu nya adalah kemampuan auksin tersebut berinteraksi dengan hormon tumbuhan lainnya.Adanya persamaan hasil penelitian tersebut diduga karena adanya pengaruh internal dari tanaman dalam menerima pemberian ZPT maupun pengaruh eksternal seperti ketidaktelitian peneliti dalam pengaplikasian ZPT sehingga dalam penyerapan hara pada media tanam menjadi terganggu.Faktor internal yang mempengaruhi tanaman dalam menerima ZPT, yakni spesies tanaman, umur tanaman serta ZPT tersebut dalam menembus lapisan kutikula tananam, dan adanya interaksi dengan hormon lainnya.Faktor eksternal yang mempengaruhi tanaman dalam menerima ZPT yakni intensitas cahaya, kelembaban dan temperatur.Hal tersebut didukung oleh pernyataan Wattimena (1987) yang mengatakan bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktifitas dari auksin sintetik adalah:1) kesanggupan senyawa untuk dapat menembus

lapisan kutikula; 2) sifat translokasi tanaman; 3) pengubahan auksin menjadi

Dokumen terkait