• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Secara geografis sebelah utara Desa Ciaruteun Ilir berbatasan dengan Desa Cidokom, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Leuwengkolot, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujug, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciampea. Desa Ciaruteun Ilir memiliki luas 360 Ha dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.108 jiwa dengan 3.104 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk di Desa Ciaruteun Ilir bermatapencaharian sebagai petani. Jenis komoditas pertanian didominasi oleh komoditas hortikultura seperti bayam, kangkung, cesin, sawi dan daun bawang. Terdapat empat dusun yang terbagi atas 10 Rukun Warga (RW) dan 35 Rukun Tetangga (RT) di Desa Ciaruteun Ilir. Selain itu, juga terdapat 10 kampung di Desa Ciaruteun Ilir, yaitu Kampung Pabuaran, Kampung Tegal Salam, Kampung Ciaruteun Ilir, Kampung Munjul, Kampung Tutul, Kampung Muarajaya, Kampung Wangunjaya, Kampung Cikarang, Kampung Padati Mondok, dan Kampung Bubulak.

Karakteristik Keluarga dan Anak

Hasil penelitian menunjukan lebih dari separuh ayah (55.1%) berada pada kategori usia dewasa madya sedangkan lebih dari separuh ibu (70.8%) berada pada kategori dewasa awal. Pengkategorian usia ayah dan ibu berdasarkan Papalia dan Old (1981), dimana terdapat 3 kategori usia dewasa, yaitu dewasa awal (21-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan dewasa akhir (>65 tahun). Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata lama pendidikan ibu dan ayah adalah 5.60 dan 5.44 tahun (tidak tamat Sekolah Dasar). Tingkatan sekolah yang paling banyak ditempuh oleh ayah dan ibu adalah SD, yaitu terdapat 42.7 persen ayah dan 53.9 persen ibu merupakan tamatan SD. Besar keluarga responden rata-rata empat orang dalam satu keluarga. Rata-rata pendapatan keluarga per kapita per

13 bulan sebesar Rp626 472.1. Apabila merujuk pada garis kemiskinan daerah pedesaan di Indonesia pada Bulan Maret 2013, yaitu sebesar Rp253 273 per kapita per bulan, dari 89 keluarga terdapat 17 keluarga yang terkategori miskin dan 72 keluarga yang terkategori tidak miskin.

Ayah yang berstatus sebagai petani pemilik sebanyak 56.2 persen, penggarap/sewa sebanyak 38.2 persen, dan sisanya (5.6%) berstatus sebagai buruh tani. Selain memiliki pekerjaan utama pada sektor pertanian, lebih dari separuh ayah juga memiliki pekerjaan tambahan diluar sektor pertanian. Terdapat 57.3 persen ayah memiliki pekerjaan tambahan seperti pedagang, buruh bangunan, ojeg, supir, peternak dan pengontrakkan lahan. Rata-rata penghasilan yang didapat ayah dari pekerjaan tambahan sebesar Rp1 223 011 per bulan. Hal ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata penghasilan utama yang dimiliki ayah yaitu sebesar Rp1 709 202 per bulan. Selain itu, ada pula ibu yang turut bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga. Terdapat 69.7 persen ibu yang bekerja, 77.4 persen ibu bekerja pada sektor pertanian dan 22.6 persen ibu bekerja di luar sektor pertanian yang terdiri atas karyawan konveksi, pedagang, sales perabotan rumah tangga, dukun melahirkan, Pembantu Rumah Tangga (PRT), guru, dan kader Posyandu. Rata-rata pendapatan yang dihasilkan ibu bekerja yaitu sebesar Rp653 429.6 per bulan. Ibu yang bekerja di sektor pertanian melakukan kegiatan seperti mengikat sayur dan membantu ayah di kebun.

Tabel 2 Nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi karakteristik keluarga dan karakteristik anak

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± SD Karakteristik

keluarga

Usia ayah (tahun) 28 63 42.10 ± 7.64

Usia ibu (tahun) 24 61 37.17 ± 7.34

Lama pendidikan ayah (tahun)

0 12 5.44 ± 2.48

Lama pendidikan ibu (tahun)

0 12 5.60 ± 2.12

Besar keluarga (orang) 3 9 4.70 ± 1.23 Pendapatan keluarga

(Rp/bulan/kapita)

112 666.67 2 314 583 626 472.10 ± 453 116.40 Karakteristik anak

Usia anak (tahun) 6 12 9.85 ± 1.61

Kelas anak 1 6 3.53 ± 1.70

Urutan kelahiran anak (anak ke- )

1 4 3.09 ± 0.92

Karakteristik anak terdiri atas jenis kelamin, usia anak, urutan kelahiran anak dan tingkatan kelas anak. Usia anak berkisar antara 6-12 tahun dengan rata-rata usia anak adalah 9 tahun. Jumlah anak laki-laki (50.6%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (49.4%). Pada Tabel 2 rata-rata anak merupakan anak ketiga dalam keluarga dan rata-rata anak berada pada kelas 3 SD. Persentase terbesar sebaran tingkatan kelas anak yaitu berada pada kelas 4 SD.

14

Alokasi Waktu Pengasuhan Orang Tua

Alokasi waktu pengasuhan orang tua dilihat dari waktu yang diluangkan oleh ibu dan ayah untuk kegiatan pengasuhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah (Tabel 3). Rata-rata alokasi waktu pengasuhan ayah adalah 90.6 menit per hari sedangkan ibu 120.8 menit per hari.

Ayah memiliki waktu antara 0 sampai 360 menit per hari untuk kegiatan pengasuhan. Curahan waktu untuk kegiatan pengasuhan yang paling banyak dilakukan oleh ayah adalah pada kegiatan mengobrol bersama anak di waktu senggang. Terdapat 95.5 persen ayah yang melakukan kegiatan mengobrol bersama anak di waktu senggang dengan rata-rata waktu 42.2 menit per hari (Tabel 3). Selain itu, ada pula kegiatan pengasuhan yang tidak sama sekali dilakukan oleh seluruh ayah, yaitu kegiatan menyuapi anak pada saat makan siang dan menemani anak saat tidur siang. Terdapat satu orang ayah yang tidak meluangkan waktunya sama sekali untuk kegiatan pengasuhan. Hal ini dikarenakan bahwa ayah merasa sudah ada ibu yang dapat melakukan kegiatan pengasuhan sehingga ayah lebih memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk bekerja, beristirahat dan bergaul dengan tetangga. Kegiatan yang memdapatkan alokasi waktu paling sedikit dari ayah yaitu kegiatan memandikan anak pada pagi hari (1.1%), menyuapi anak ketika sarapan (1.1%), memandikan anak pada saat sore hari (1.1%), dan menyuapi anak makan sore atau makan malam (1.1%).

Ibu memiliki waktu antara 4 sampai 330 menit per hari untuk kegiatan pengasuhan. Kegiatan pengasuhan yang curahan waktunya paling banyak diluangkan oleh ibu adalah kegiatan mengobrol bersama anak di waktu senggang dengan rata-rata waktu 52.60 menit per hari. Terdapat 96.6 persen ibu yang melakukan kegiatan mengobrol bersama anak di waktu senggang (Tabel 3). Kegiatan pengasuhan yang tidak pernah dilakukan oleh seluruh ibu adalah kegiatan menemani anak tidur siang, sedangkan kegiatan pengasuhan yang paling sedikit mendapatkan curahan waktu dari ibu adalah kegiatan menjemput anak sekolah (1.1%) dan menyuapi anak pada saat makan siang (1.1%).

Selain itu, kegiatan-kegiatan pengasuhan lain yang alokasi waktunya banyak dilakukan oleh ayah dan ibu yaitu mengajarkan pengetahuan tentang agama, mengajarkan anak mengenai keterampilan, dan menemani anak belajar. Terdapat lebih dari separuh ibu (66.3%) dan ayah (65.2%) yang melakukan kegiatan mengajarkan pengetahuan tentang agama. Kegiatan mengajarkan anak mengenai keterampilan dilakukan oleh 60.7 persen ibu dan 56.2 persen ayah. Lebih dari separuh ibu (65.2%) dan kurang dari separuh ayah (46.1%) melakukan kegiatan menemani anak belajar.

Kegiatan mengajarkan pengetahuan tentang agama, bermain bersama anak di rumah, mengantar anak ke sekolah, dan menjemput anak ke sekolah lebih didominasi oleh ayah. Kegiatan memandikan anak pada pagi hari, menyuapi anak, menyisirkan atau menguncir rambut anak, menemani anak belajar, mendongengkan cerita pada anak, menemani anak tidur malam, dan mengajarkan anak mengenai keterampilan dan membimbing anak dalam mengerjakan PR lebih banyak dilakukan oleh ibu dibandingkan dengan ayah.

15 Tabel 3 Rataan alokasi waktu pengasuhan ayah dan ibu berdasarkan jenis kegiatan No. Kegiatan pengasuhan

Ayah Ibu Melakukan (%) Waktu (menit/hari) Melakukan (%) Waktu (menit/hari) 1. Memandikan anak pada

pagi hari

1.1 3.0 14.6 11.6

2. Menyuapi anak saat sarapan

1.1 1.0 21.3 12.9

3. Menyisirkan atau menguncir rambut anak

5.6 2.5 38.2 2.4

4. Mengantarkan anak ke sekolah

12.4 8.4 3.4 9.0

5. Menjemput anak ke sekolah 6.7 10.3 1.1 10.0 6. Menyuapi anak makan

siang

0.0 0.0 1.1 10.0

7. Memandikan anak pada sore hari

1.1 5.0 10.1 8.5

8. Menemani anak belajar 46.1 24.5 65.2 31.9 9. Mendongengkan cerita

kepada anak

12.4 16.6 12.4 21.2

10. Menyuapi anak makan malam atau sore

1.1 3.0 10.1 10.0

11. Menemani anak tidur malam

14.6 21.4 27.0 13.6

12. Mengobrol bersama di waktu senggang

95.5 42.2 96.6 52.6

13. Bermain bersama anak di rumah.

24.7 30.3 15.7 42.7

14. Mengajarkan pengetahuan tentang agama kepada anak sesuai dengan kepercayaan di dalam keluarga

65.2 25.6 66.3 23.8

15. Mengajarkan anak mengenai keterampilan (membaca, menulis dan berhitung) dan

membimbing dalam mengerjakan PR.

56.2 13.6 60.7 20.7

Rata-rata alokasi waktu

pengasuhan 89 90.6 89 120.8

p-value 0.007**

ket : *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Pola Asuh Ibu

Pola asuh ibu dalam penelitian ini meliputi dimensi pola asuh makan, pola asuh hidup sehat, pola asuh akademik, pola asuh sosial emosi, dan pola asuh moral dan spiritual. Hasil penelitian menunjukan bahwa 74.2 persen ibu memiliki pola asuh yang cukup baik dan 25.8 persen ibu memiliki pola asuh yang baik (Tabel 4). Pola asuh yang cukup baik adalah ketika hal-hal yang baik dalam pengasuhan belum dilakukan oleh ibu secara optimal sedangkan pola asuh yang

16

baik yaitu ketika hal-hal yang baik dalam pengasuhan sudah diterapkan oleh ibu kepada anak secara optimal. Skor rata-rata indeks pola asuh yaitu 60.52 dengan skor indeks terendah sebesar 35.40 dan skor indeks tertinggi sebesar 87.10.

Tabel 4 menunjukkan skor rata-rata dimensi pola asuh makan sebesar 62.49. Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat ibu yang memiliki pola asuh yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya ibu yang membiarkan anak apabila anak sedang tidak nafsu makan (47.2%) dan jarangnya ibu membiasakan anak untuk konsumsi buah (40.4%). Ibu yang memiliki pola asuh makan yang kurang baik yaitu ibu yang memiliki lama sekolah kurang dari 6 tahun (tidak tamat SD) dan termasuk dalam kategori keluarga miskin. Selain itu, terdapat 29.2 persen ibu yang sudah memiliki pola asuh yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan ibu yang membiasakan anak untuk mengonsumsi makanan yang mengandung protein hewani (88.8%) dan nabati (41.6%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata dimensi pola asuh hidup sehat yaitu sebesar 56.18. Pada dimensi pola asuh hidup sehat terdapat 10.1 persen ibu terkategori memiliki pola asuh yang kurang baik. Hal ini karena 10.1 persen ibu tersebut tidak membiasakan anak untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, tidak pernah mengajak anak olahraga seminggu sekali dan tidak membatasi waktu anak untuk menonton televisi. Ibu yang memiliki pola asuh yang kurang baik merupakan ibu yang tidak tamat SD (44.4%), 44.4 persen tamat SD, dan 11.1 persen ibu tamatan SMA sederajat. Selain itu, sebagian besar anak yang memiliki ibu dengan pola asuh kurang baik merupakan anak dengan usia tua, 88.9 persen anak berusia 9 sampai dengan 12 tahun dan 11.1 persen berusia 8 tahun.

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa selain dimensi pola asuh hidup sehat, dimensi pola asuh akademik juga memiliki skor rata-rata yang rendah yaitu sebesar 56.09. Pada dimensi ini, terdapat 3.4 persen ibu yang terkategori memiliki pola asuh yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan ibu tidak menentukan waktu belajar anak pada saat di rumah, ibu tidak pernah menanyakan hasil pelajaran sekolah anak, dan ibu tidak pernah membantu atau mengajari anak dalam mengulang pelajaran. Tingkat pendidikan yang ditempuh ibu paling tinggi yaitu tidak tamat SD (66.7%) sisanya adalah tamat SD (33.3%).

Dimensi pola asuh sosial emosi memiliki skor rata-rata indeks terbesar dibandingkan dimensi yang lainnya, yaitu sebesar 64.23. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola asuh sosial emosi ibu sudah cukup baik (61.8%).Hal ini ditunjukkan dengan seringnya ibu mengajarkan kepada anak untuk meminta izin terlebih dahulu jika ingin meminjam sesuatu atau barang kepada orang lain (49.4%), meminta maaf bila salah (49.4%), mengungkapkan yang dirasakan (47.2%), dan bekerja sama (40.4%). Hanya terdapat 1.1 persen ibu yang memiliki pola asuh yang kurang baik yaitu keluarga yang terkategori keluarga sedang yang memiliki besar keluarga sebanyak 7 orang. Selain itu, usia ibu termasuk dalam usia dewasa madya (50 tahun).

Berdasarkan hasil pada Tabel 4 skor rata-rata dimensi pola asuh moral spiritual sebesar 63.62. Hasil penelitian menunjukan bahwa dimensi pola asuh moral spiritual yang dilakukan oleh ibu termasuk dalam kategori cukup baik (61.8%). Akan tetapi, masih terdapat 3.4 persen ibu yang memiliki pola asuh yang kurang baik. Hal ini karena 3.4 persen ibu belum mengajarkan kepada anak mengenai konsep ikhlas secara sederhana seperti tidak meminta imbalan atas

17 bantuan yang telah diberikan dan belum mengenalkan sifat-sifat baik yang disuka oleh Tuhan, seperti sikap saling memaafkan antar sesama.

Tabel 4 Sebaran dimensi pola asuh ibu berdasarkan kategori pola asuh Dimensi

pola asuh

Kategori pola asuh ibu Skor rata-rata±sd Kurang baik (0-33.33) Cukup baik (33.34-66.67) Baik (66.68-100) n % n % n % Makan 2 2.3 61 68.5 26 29.2 62.49±15.77 Hidup sehat 9 10.1 57 64.0 23 25.9 56.18±16.60 Akademik 3 3.4 73 82.0 13 14.6 56.09±13.40 Sosial emosi 1 1.1 55 61.8 33 37.1 64.23±13.77 Moral spiritual 3 3.4 55 61.8 31 34.8 63.62±15.96 Pola asuh total 0 0.0 66 74.2 23 25.8 60.52±09.98

Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak merupakan luaran yang dimiliki oleh anak dari proses pengasuhan orang tua. Pada penelitian ini, kesejahteraan anak meliputi empat dimensi yaitu dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial, dan dimensi pendidikan. Tabel 5 menunjukkan bahwa kurang dari separuh anak (46.1%) terkategori tidak sejahtera dan sisanya terkategori sejahtera (53.9%). Skor rata-rata kesejahteraan anak sebesar 75.17 dengan skor terendah 50.25 dan skor tertinggi 90.28.

Terdapat 38.2 persen anak yang terkategori tidak sejahtera pada dimensi fisik (Tabel 5). Hal ini digambarkan dari seluruh anak tidak ada yang rutin melakukan kontrol kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali dan seluruh anak hanya melakukan olahraga satu minggu sekali, yaitu pada jam pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) di sekolah. Anak yang terkategori tidak sejahtera pada dimensi fisik memiliki ayah dengan alokasi waktu pengasuhan yang sedikit. Ayah meluangkan waktu untuk pengasuhan rata-rata 70.51 menit per hari, sedangkan anak yang terkategori sejahtera rata-rata mendapatkan waktu pengasuhan dari ayah sebanyak 103.03 menit per hari.

Pada dimensi psikologis hampir seluruh anak (93.3%) termasuk dalam kategori sejahtera. Hal ini dikarenakan anak dapat menunjukkan emosi yang dirasakan dengan perbuatan (84.3%) dan anak percaya akan kemampuan dirinya (82.0%). Hanya terdapat 6.7 persen anak yang termasuk dalam kategori tidak sejahtera pada dimensi psikologis. Anak yang terkategori tidak sejahtera memiliki ibu yang sebagian besar (83.33%) memiliki lama pendidikan 6 tahun dan sisanya memiliki lama pendidikan 4 tahun. Selain itu, lebih dari separuh anak (66.67%) termasuk dalam keluarga yang memiliki anak lebih dari empat.

Dimensi sosial memiliki lebih dari separuh anak (70.8%) yang termasuk ke dalam kategori sejahtera dan sisanya terkategori tidak sejahtera (29.2%). Hal yang menunjukkan bahwa anak memiliki kesejahteraan pada dimensi sosial antara lain adalah anak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua (96.6%), anak izin ketika ingin keluar rumah (83.1%), dan anak dapat bergaul dengan teman seusianya (98.9%). Sementara itu, hal yang menunjukkan ketidaksejahteraan anak pada dimensi sosial adalah masih terdapat lebih dari separuh anak (62.9%) yang

18

suka mengejek temannya. Hal ini mengakibatkan anak sering bertengkar dan dijauhi oleh temannya.

Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak (80.9%) pada dimensi pendidikan merupakan anak yang terkategori sejahtera dan sisanya terkategori tidak sejahtera (19.1%). Anak yang terkategori tidak sejahtera adalah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar seperti pemahaman anak dalam menerima pelajaran di sekolah. Selanjutnya, hal yang menunjukkan kesejahteraan anak adalah terdapat lebih dari separuh anak (53.9%) yang memiliki waktu untuk membaca dalam sehari.

Tabel 5 Sebaran dimensi kesejahteraan anak berdasarkan kategori Dimensi Kategori kesejahteraan anak Rataan±sd

Tidak sejahtera (< 75%) Sejahtera (≥ 75%)

n % n % Fisik 34 38.2 55 61.8 72.56±07.44 Psikologis 6 6.7 83 93.3 56.44±16.83 Sosial 26 29.2 64 70.8 90.22±12.45 Pendidikan 17 19.1 72 80.9 46.44±12.50 Total 41 46.1 48 53.9 75.17±07.65

Sumber: Modifikasi dari Moore et al. 2008

Hubungan Antar Variabel

Hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan alokasi waktu pengasuhan orang tua

Berdasarkan Tabel 6, lama sekolah ibu berhubungan positif signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ibu (r=0.231;p=0.029). Artinya, semakin lama sekolah ibu maka alokasi waktu untuk pengasuhan akan semakin lama pula. Pada variabel karakteristik anak (jenis kelamin dan usia anak) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ibu.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa usia ibu memiliki hubungan negatif sangat signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=-0.296;p=0.005). Artinya semakin tua usia ibu maka alokasi waktu yang diluangkan ayah untuk pengasuhan anak akan semakin sedikit. Selanjutnya, lama sekolah ayah memiliki hubungan positif signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=0.253;p=0.017). Artinya, semakin lama sekolah ayah maka alokasi waktu untuk kegiatan pengasuhan yang dilakukan ayah akan semakin lama pula. Lama sekolah ibu memiliki hubungan positif sangat signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=0.282;p=0.007). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama sekolah ibu maka alokasi waktu untuk kegiatan pengasuhan yang dilakukan ayah akan semakin lama pula. Selain itu, pekerjaan ayah memiliki hubungan negatif signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=-0.240;p=0.023). Artinya, ayah yang merupakan petani pemilik memiliki waktu yang sedikit untuk kegiatan pengasuhan. Usia anak juga memiliki hubungan yang negatif sangat signifikan dengan alokasi waktu pengasuhan ayah (r=-0.277;p=0.009). Hal ini berarti semakin tua usia anak maka alokasi waktu pengasuhan yang diluangkan oleh ayah akan semakin sedikit.

19 Tabel 6 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak

dengan alokasi waktu pengasuhan orang tua

Variabel Alokasi waktu pengasuhan orang tua

Ibu Ayah

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) 0.038 -0.201

Usia ibu (tahun) 0.039 -0.296 **

Lama sekolah ayah (tahun) 0.065 0.253 *

Lama sekolah ibu (tahun) 0.231 * 0.282 **

Pekerjaan ayah (0=bukan pemilik, 1=petani pemilik)

-0.040 -0.240 * Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja,

1=bekerja)

0.080 -0.094

Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak ada, 1=ada)

0.065 0.109

Besar keluarga (orang) 0.054 0.001

Pendapatan perkapita (Rp/bulan) -0.105 -0.056

Karakteristik anak

Jenis kelamin (0=laki-laki, 1= perempuan)

-0.003 -0.053

Usia anak (tahun) -0.177 -0.277 **

Keterangan: *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Hubungan antara karakteristik keluarga dan anak serta alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola asuh ibu

Tabel 7 menunjukkan nilai koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak serta alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola asuh ibu. Pada Tabel 7 lama sekolah ibu berhubungan positif signifikan dengan pola asuh ibu (r=0.217;p=0.042). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama sekolah ibu maka semakin baik pola asuh yang diterapkan oleh ibu kepada anaknya. Selanjutnya, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pekerjaan tambahan ayah memiliki hubungan yang positif sangat signifikan dengan pola asuh ibu (r=0.273;p=0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ayah yang memiliki pekerjaan tambahan mempunyai istri dengan pola asuh yang lebih baik. tidak terlihat adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik anak (jenis kelamin dan usia anak) dengan pola asuh ibu.

Selain itu, hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa alokasi waktu pengasuhan ibu berhubungan positif signifikan dengan pola asuh ibu (r=0.253;p=0.017). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki waktu pengasuhan yang banyak memiliki pola asuh yang lebih baik. Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa alokasi waktu pengasuhan ayah memiliki hubungan yang positif sangat signifikan pola asuh ibu (r=0.373;p=0.000). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak ayah mengalokasikan waktunya untuk pengasuhan maka pola asuh ibu juga akan semakin baik.

20

Tabel 7 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak serta alokasi waktu pengasuhan orang tua dengan pola asuh ibu

Variabel Pola asuh ibu

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) -0.084

Usia ibu (tahun) -0.073

Lama sekolah ayah (tahun) 0.130

Lama sekolah ibu (tahun) 0.217 *

Pekerjaan ayah (0=bukan pemilik, 1=petani pemilik)

-0.080 Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) -0.027 Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak ada, 1=ada) 0.273 **

Besar keluarga (orang) 0.031

Pendapatan perkapita (Rp/bulan) 0.083

Karakteristik anak

Jenis kelamin (0=laki-laki, 1= perempuan) -0.076

Usia anak (tahun) 0.032

Alokasi waktu pengasuhan orang tua

Alokasi waktu pengasuhan ibu 0.253 *

Alokasi waktu pengasuhan ayah 0.373 **

Keterangan: *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Hubungan antara karakteristik keluarga dan anak dengan kesejahteraan anak

Pada Tabel 8, jenis kelamin anak dan usia anak memiliki hubungan tidak signifikan dengan kesejahteraan anak. Jenis kelamin anak memiliki hubungan yang positif tidak signifikan dengan kesejahteraan anak. Selanjutnya, usia anak berhubungan negatif tidak signifikan dengan kesejahteraan anak.

Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dan karakteristik anak dengan kesejahteraan anak

Variabel Kesejahteraan anak

Karakteristik keluarga

Usia ayah (tahun) -0.098

Usia ibu (tahun) -0.044

Lama sekolah ayah (tahun) 0.145

Lama sekolah ibu (tahun) 0.156

Pekerjaan ayah (0=bukan pemilik, 1=petani pemilik) -0.012 Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) 0.003 Pekerjaan tambahan ayah (0=tidak ada, 1=ada) 0.043

Besar keluarga (orang) 0.050

Pendapatan perkapita (Rp/bulan) 0.030

Karakteristik anak

Jenis kelamin (0=laki-laki, 1= perempuan) 0.178

Usia anak (tahun) -0.050

21 Hubungan antara alokasi waktu pengasuhan orang tua dan pola asuh ibu dengan kesejahteraan anak

Pada Tabel 9 alokasi waktu pengasuhan ibu dan ayah berhubungan tidak signifikan dengan kesejahteraan anak. Hanya variabel pola asuh ibu yang memiliki hubungan dengan kesejahteraan anak. Pada pola asuh ibu terdapat hubungan yang positif signifikan dengan kesejahteraan anak (r=0.257;p=0.015). Artinya, semakin baik pola asuh yang dilakukan oleh ibu maka akan semakin tinggi tingkat kesejahteraan anaknya.

Tabel 9 Koefisien korelasi antara alokasi waktu pengasuhan orang tua dan pola asuh ibu dengan kesejahteraan anak

Variabel Kesejahteraan anak

Alokasi waktu pengasuhan orang tua

- Alokasi waktu pengasuhan ibu 0.146

- Alokasi waktu pengasuhan ayah 0.206

Pola asuh ibu 0.257 *

Keterangan: *)signifikan pada p<0.05; **)signifikan pada p<0.01

Pembahasan

Waktu merupakan salah satu komponen investasi anak (Bryant & Zink 2006). Pada pelaksanaan pengasuhan, waktu menjadi sumber daya yang dimiliki orang tua. Alokasi waktu pengasuhan adalah waktu yang diluangkan oleh orang tua untuk melakukan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan yang baik dari orang tua dapat menjadikan anak berkembang dengan baik pula. Selain ibu, ayah juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam pengasuhan agar anak dapat mencapai perkembangan fisik, komunikasi, kognisi dan sosial secara optimal (Briawan & Herawati 2005). Meskipun demikian, tetap terdapat pembagian peran ayah dan ibu yang spesifik sesuai dengan kodratnya masing-masing.

Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata alokasi waktu yang disediakan oleh ibu dan ayah untuk kegiatan pengasuhan. Alokasi waktu yang diluangkan ibu (2 jam 1 menit) untuk kegiatan pengasuhan anak lebih lama dibandingkan dengan alokasi waktu yang diluangkan oleh ayah (1 jam 31 menit). Hal ini karena ibu memiliki waktu di rumah lebih banyak dibandingkan dengan ayah. Pada penelitian ini semua ayah adalah pencari nafkah utama di sektor publik sedangkan ibu yang bekerja di sektor publik terdapat 69.7 persen dan sisanya (30.3%) merupakan ibu yang tidak bekerja.

Temuan dari penelitian ini sesuai dengan teori struktural fungsional yang

Dokumen terkait