• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kelompok Tani Kopi di Kelurahan Tigarunggu

Dinamika Kelompok merupakan suatu pergerakan kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.

Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:

1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.

2. Memudahkan segala pekerjaan.

3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan

mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien.

4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat. setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

Adanya pertemuan, pertentangan, motivasi, struktur dan kepemimpinan yang terjadi, akan mengakibatkan suatu kelompok melakukan pergerakan yang artinya adalah bahwa kelompok tersebut dinamis. Kelurahan Tigarunggu mempunyai 20 sampel kelompok tani kopi yang akan dibahas pada penelitian ini, untuk menilai apakah ke-20 kelompok tani tersebut dinamis atau tidak, dapat dilihat pada lampiran 2.3.2.

Terdapat 4 kelompok tani yang interpretasenya rendah dengan nilai (-22.90) – (-9.96), ada 6 kelompok tani yang interpretasenya sedang dengan nilai

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

(-9.95) – 2.98, serta ada 10 kelompok tani yang interpretasenya tinggi dengan nilai antara 2.99 – 15.91. Karena interpretase dengan nilai tinggi yang mendominasi hasil, maka dinyatakan hipotesis diterima.

Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi di Kelurahan Tigarunggu Produktivitas

Produktivitas adalah perbandingan antara produksi dengan luas lahan. Kopi biasanya diperdagangkan dalam bentuk kopi beras atau biasa disebut biji kering, petani tidak pernah menjual kopi dalam bentuk biji basah dengan alasan harga yang terlalu rendah dan dapat merugikan petani. Sebagian kopi akan dipasarkan ke pedagang pengumpul atau kepada rentenir yang sudah membiayai usaha tani kopi pada kelompok tani tersebut.

Pada tanaman kopi dalam 1 Ha akan terdapat ±1.600 batang dan pada setiap batangnya akan dihasilkan ±1 Kg biji kopi kering setiap musim panen. Maka pada saat panen raya produktivitas rata-rata tanaman kopi pada kelompok tani di Kelurahan Tigarunggu adalah 1.8 ton/Ha selama satu tahun pada tahun ke-5, dapat dilihat pada lampiran 3.

Bila dibandingkan dengan kabupaten Dairi yang hanya menghasilkan 0,44 ton/Ha pada tahun ke-5 (Sumber : Dinas perkebunan kabupaten Dairi tahun 2007), maka kelurahan Tigarunggu lebih unggul dan memiliki produktivitas yang tinggi.

Hal ini dapat menjadi pembanding dalam menentukan produktivitas, mengingat topografi kelurahan Tigarunggu dan Kabupaten Dairi tidak jauh berbeda. Dapat disimpulkan bahwa produktivitas usahatani kopi di Tigarunggu adalah tinggi dan hipotesis diterima.

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

Pendapatan

Tanaman kopi pada saat ini adalah tanaman unggulan Kelurahan Tigarunggu. Hingga saat ini kelompok tani di Kelurahan Tigarunggu sudah mengusahakan komoditi kopi selama lima tahun terakhir.

Kelompok tani di kelurahan Tigarunggu, mengusahakan jenis kopi arabika dengan bibit unggul, yaitu bibit ateng, bor-bor, dan sigalar hutang yang mereka dapat dari petani di Aceh Tenggara.

Kelurahan Tigarunggu memiliki harga kopi yang fluktuatif. Artinya harga dapat berubah sewaktu-waktu. Harga tertinggi yang pernah dicapai adalah Rp. 13,500 dan harga terendahnya adalah Rp. 8,000 sehingga dapat diasumsikan bahwa harga rata-rata biji kopi kering adalah Rp. 10,000.

Kelompok tani kopi di Kelurahan Tigarunggu pada tahun ke-5 rata-rata memperoleh pendapatan sekitar Rp. 309,982,925 pada setiap masing-masing kelompok tani. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi. Dapat dilihat pada lampiran 8.

Bila dibandingkan dengan kabupaten Dairi yang topografinya tidak jauh berbeda dari Kelurahan Tigarunggu, maka kelurahan Tigarunggu lebih unggul dalam hal pendapatannya. Kabupaten dairi hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp. 17,291,023 pada tahun ke-5 (Sumber : Dinas perkebunan kabupaten Dairi tahun 2007). Maka hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan usaha tani kopi di Kelurahan Tigarunggu Kabupaten Simalungun tinggi diterima.

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

Hubungan Dinamika Kelompok Tani dengan Produktivitas Usaha Tani Kopi di Kelurahan Tigarunggu

Luas lahan kopi yang rata-rata dimiliki oleh kelompok tani yang ada di Kelurahan Tigarunggu adalah 17.75 Ha. Luas lahan dapat mempengaruhi tingkat efisiensi suatu lahan pertanian.

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada lampiran 9 tampak bahwa korelasi

antara dinamika kelompok tani kopi dengan produktivitas usaha tani kopi di Kelurahan Tigarunggu menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0.933357

dan tingkat korelasi 0.214856567 yang menyatakan bahwa korelasi lemah.

Berdasarkan nilai klasifikasi hubungan statistika antara dua peubah, maka pada r ≤ 1 berarti tidak terdapat hubungan antara dinamika kelompok tani kopi dengan produktivitas usaha tani kopi di Kelurahan Tigarunggu atau hubungannya sangat lemah. Tingkat signifikansi 0.933357≤ 2. 110, maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dinamika kelompok tani kopi dengan produktivitas usaha tani kopi di Kelurahan Tigarunggu ditolak.

Hal ini diakibatkan karena anggota kelompok tani masih ada yang bersifat defensif (menolak) inovasi-inovasi terbaru yang telah dipublikasikan melalui media cetak, media elektrik,dan melalui penyuluh pertanian, serta mereka masih beranggapan bahwa mereka berusaha tani hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup saja, tapi mereka belum berpikir untuk mengembangkan usaha taninya menjadi suatu perusahaan kecil yang bertujuan untuk mensejahterakan hidup petani dan keluarganya.

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

Hubungan Dinamika Kelompok Tani dengan Pendapatan Usaha Tani Kopi di Kelurahan Tigarunggu

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada lampiran 9.1, tampak bahwa korelasi antara dinamika kelompok tani kopi dengan pendapatan usaha tani kopi di Kelurahan Tigarunggu menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0.823451575

dan nilai koefisien korelasi sebesar 0.190533803 yang menyatakan bahwa korelasi lemah.

Tingkat signifikansi 0.823451575 ≤ 2.110, maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dinamika kelompok tani kopi dengan pendapatan usaha tani kopi di Kelurahan Tigarunggu ditolak.

Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi dari dalam diri individu kelompok, yang menyebabkan anggota lebih memilih bekerja seharian di ladangnya daripada harus berkumpul untuk membahas perkembangan kelompok taninya.

Masalah-Masalah yang Terdapat dalam Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Usaha Tani Kopi di Kelurahan Tigarunggu

Dalam setiap usaha tani pasti akan banyak dijumpai masalah-masalah, adapun masalah-masalah yang terdapat dalam berusaha tani kopi:

1. Lalat buah atau penggerek buah yang dapat menyebabkan busuk buah sehingga apabila dipanen buah akan menjadi kosong setengah.

2. Bercak daun atau karat daun yang dapat menyebabkan turunnya produksi buah kopi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

3. Kurangnya informasi pasar yang diberikan kepada petani dan panjangnya rantai tata niaga menyebabkan seringnya petani berada pada posisi tawar yang lemah.

4. Kurangnya minat petani untuk berkelompok dikarenakan petani lebih suka menghabiskan waktu mengurusi lahan mereka daripada menghadiri pertemuan-pertemuan kelompok tani yang menyebabkan kurang bertambahnya pengetahuan dari petani untuk menerima inovasi terbaru sehingga produktivitas usaha tani kopi dan pendapatan petani rendah. 5. Tidak adanya pasar dengan jarak yang dekat menyebabkan petani sulit

untuk menjual hasil produksinya secara cepat, sehingga harus menunggu calo atau agen terlebih dahulu untuk menjual hasil produksi mereka.

Beberapa masalah yang dihadapi oleh petani tersebut akan menyebabkan rendahnya produktivitas dan pendapatan usaha tani kopi di dalam suatu kelompok tani untuk dapat maju dan berkembang, maka kesimpulannya adalah hipotesis diterima.

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

Upaya-Upaya yang dapat Dilakukan dalam Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Usaha Tani Kopi di Kelurahan Tigarunggu

Terdapatnya beberapa masalah pada kelompok tani, mengakibatkan petani harus bekerja keras untuk memikirkan dan menjalankan upaya-upaya dalam memecahkan masalah yang ada, agar dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha tani kopi di dalam kelompok tani tersebut.

Adapun upaya-upaya tersebut:

1. untuk membasmi lalat buah atau penggerek buah dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan Basiana bauvera yang sering disebut dengan jamur putih. Jamur putih ini baru di temukan oleh BPTP SUMUT (menurut Bapak Soparman Purba), dan telah dipublikasikan kepada petani kopi, untuk diterapkan sehingga dapat menguntungkan petani.

Jamur putih ini dapat dibuat sendiri oleh petani dengan cara:

a. jamur yang terdapat pada buah kopi diambil, lalu dimasukkan ke dalam media agar-agar (pati kentang) yang terdapat di dalam botol dan ditutup dengan kertas timah, lalu dimasukkan ke dalam pendingin (lemari es). Dapat dilihat pada gambar 5.

b. Setelah didiamkan selama 4 hari, lalu jamur yang sudah

berkembang biak dapat diambil dengan menggunakan kawat steril.

c. Disaring dan setelah itu dimasukkan ke dalam sprayer,

ditambahkan air sebanyak ±1 gelas. d. Lalu disemprotkan ke tanaman kopi.

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

2. Sampai saat ini belum ada obat yang tepat untuk pembasmian karat daun, namun petani dapat menyiasatinya dengan cara tumpang sari, yaitu menanam tanaman jagung, cabai dan tomat di sekeliling tanaman kopi. Hal ini juga efektif bagi petani. Dapat dilihat pada gambar 6.

3. Saat ini Penyuluh Pertanian Lapangan telah mempunyai sistem informasi harga pasar yang akan diperbaharui setiap 2 mingguan. Ini akan sangat

Gambar 6. Tanaman Kopi yang Ditumpang Sari dengan Hortikultura

Gambar 5. Jamur pada Media Pati Kentang

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

membantu para petani yang tergabung dalam kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar mereka.

4. Adanya peran Penyuluh Pertanian Lapangan dalam memberikan motivasi, pembinaan, kursus tani dan pengalaman keberhasilan oleh kelompok tani lain, serta adanya study banding yang dapat meningkatkan gairah para petani untuk bergbung dalam kelompok tani, dengan tujuan peningkatan produktivitas dan pendapatan usaha tani kopi di Kelurahan Tigarunggu. 5. Dibangunnya Sub Terminal Agribisnis di Saribu Dolog, yang jaraknya

±15 Km dari kelurahan Tigarunggu, diharapkan dapat meringankan biaya petani dalam memasarkan hasil produksi mereka tanpa harus menunggu agen.

Dengan adanya upaya dalam setiap penyelesaian masalah, maka hipotesis diterima.

Cut Farhani Rizky : Hubungan Dinamika Kelompok Tani Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kopi (Kasus : Kelurahan Tigarunggu, Kabupaten Simalungun), 2010.

Dokumen terkait