Karakteristik Petani Manggis di Desa Karacak
Karakteristik petani manggis yang dibahas adalah umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tanaman yang diusahakan, status usahatani dan status kepemilikan lahan. Penggolongan responden dibuat dalam bentuk tabel kontingensi. Tabel kontingensi yaitu tabel yang berisi data atau informasi dalam bentuk baris dan kolom yang disajikan secara umum. Kolom tabel berisi penggolongan, kriteria, jumlah dan persentase. Sedangkan kolom berisi penggolongan karateristik yang dikaji.
Umur
Umur responden bervariasi mulai dari 27-82 tahun. Umur digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu muda, sedang dan tua. Umur muda dengan kriteria 27 – 37 tahun, umur sedang dengan kriteria 38 – 64 tahun dan tua dengan kriteria umur petani diatas 65 tahun. Penggolongan petani manggis berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.
22
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa jumlah petani terbanyak terdapat pada golongan umur sedang yaitu 38 – 64 tahun dengan jumlah petani 31 orang atau sebesar 69 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani Desa Karacak berada pada usia produktif. Golongan umur muda lebih sedikit jika dibandingkan dengan golongan umur tua. Padahal umur muda sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya tanaman manggis Ketidaktertarikan pemuda pada bidang pertanian khususnya budidaya manggis menyebabkan pelaku usahatani manggis mayoritas adalah petani dengan golongan umur sedang dan golongan umur tua. Golongan umur tua akan memiliki sifat kehati-hatian dan penuh pertimbangan dalam hal membuat suatu keputusan.
Tingkat Pendidikan Formal
Ditinjau dari tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti responden, maka penggolongan berdasarkan tingkat pendidikan petani dapat digolongkan atas tiga kelompok. Tujuh persen dari 45 responden tidak tamat Sekolah Dasar (SD), bahkan terdapat dua responden tidak mengeyam sama sekali pendidikan dasar. Pendidikan formal paling tinggi yang pernah responden alami adalah tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Secara keseluruhan petani dengan pendidikan golongan rendah tinggal sedikit yaitu tujuh persen atau tiga orang. Pendidikan petani menggambarkan bahwa masyarakat yang buta huruf (karena tidak mengenyam pendidikan dasar) sudah jarang dan hanya sebagian kecil. Secara terperinci penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Penggolongan Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Golongan
Pendidikan Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%) a
Rendah Tidak sekolah atau
tidak tamat SD 3 7
Sedang Tamatan SD/sederajat 26 58
Tinggi Minimal tamatan
SMP/ sederajat 16 36
Jumlah 45 100
aangka di bulatkan
Tabel 10 Penggolongan Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Golongan Umur Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)a
Muda 27 – 37 tahun 6 13
Sedang 38 – 64 tahun 31 69
Tua Diatas 65 tahun 8 18
Jumlah 45 100
a
23
Berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh, sebagian besar responden telah mengenyam pendidikan dasar, hal ini dapat dilihat pada Tabel 11. Lima puluh delapan persen tamat SD dan 36 persen tamat SMP. Pendidikan formal berpengaruh pada kemampuan baca tulis. Di tempat responden golongan pendidikan rendah tidak mampu membaca dan menulis.
Untuk pendidikan non formal, mayoritas petani di Desa Karacak pernah mengikuti pelatihan atau penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan Universitas maupun pihak swasta.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani dihitung dari lamanya responden melakukan kegiatan berusahatani manggis yang di ukur dengan satuan tahun. Rata-rata pengalaman responden di Desa Karacak diperoleh sejak kecil, jadi dalam menghitung pengalaman berusahatani manggis berdasarkan keterangan responden dimana petani mulai berkecimpung dalam usaha budidaya manggis. Walaupun pada saat itu responden hanya membantu sebagai tenaga dalam keluarga. Profil responden penelitian mempunyai pengalaman berusahatani manggis yang beragam dari mulai 10 tahun sampai 59 tahun. Penggolongan petani berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 menunjukkan manyoritas responden memiliki golongan pengalaman sedang yaitu 20-40 tahun. Pengalaman respoden berpengaruh pada pengelolaan usaha budidaya tanaman manggis. Pengalaman berusahatani memiliki peranan yang penting bagi petani responden dalam mengembangkan usaha budidaya manggisnya. Dari pengalaman juga, petani responden merasakan berbagai dampak dari penerapan sistem ijon dari tahun-ketahun. Hal ini akan mempengaruhi pandangan petani tentang sistem ijon yang terjadi pada saat ini, jika dibandingkan dengan sistem ijon pada tahun-tahun yang lalu.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga petani responden yang ditanggung dan dibiayai oleh kepala rumah tangga dalam satu Tabel 12 Penggolongan Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani
Manggis Golongan
Pengalaman Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%) a
Rendah Kurang dari 19 tahun 12 27
Sedang 20 – 40 tahun 20 44
Banyak Lebih dari 41 tahun 13 29
Jumlah 45 100
24 keluarga. Penggolongan jumlah tanggungan keluarga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sedikit, sedang dan banyak. Golongan tanggungan sedikit memiliki kriteria tanggungan kurang sama dengan dua orang. Golongan tanggungan sedang dengan kriteria 3 – 4 orang, sedangkan golongan tanggungan banyak dengan kriteria tanggungan lebih dari 5 orang. Adapun hasil penelitian tentang penggolongan petani berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 menunjukkan dari 45 responden hanya satu responden yang tidak memiliki tanggungan keluarga disebabkan petani tersebut belum berkeluarga. Dilihat dari jumlah tanggungan petani, mayoritas tanggungan keluarga memiliki jumlah tanggungan golongan sedikit yaitu kurang dari dua orang. Dua puluh sembilan persen atau 13 petani memiliki tanggungan keluarga golongan sedang, dan hanya 16 persen atau 7 responden memiliki tanggungan lebih dari 5 orang.
Tanggungan keluarga berdampak pada pemenuhan kebutuhan baik itu kebutuhan sandang, pangan, kesehatan dan pendidikan. Tanggungan yang banyak akan membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Biaya kesehatan yang datangnya tiba-tiba mempengaruhi kondisi keuangan keluarga petani. Jika petani responden tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan tersebut maka mereka mencari pinjaman agar kebutuhan kesehatan dapat terpenuhi. Belum lagi kebutuhan akan pendidikan, biaya pendidikan akan terasa besar pada saat bulan Juni-Juli dimana semester baru dimulai.
Jumlah Pohon Manggis yang Diusahakan
Jumlah pohon manggis yang dimaksud dalam penelitian adalah jumlah pohon maggis yang diusahakan petani responden dan sudah produktif (menghasilkan). Pohon manggis yang sudah produktif dapat diketahui dengan melihat umur pohon yaitu umur pohon diatas 9 tahun. Jumlah pohon produktif dari 45 responden adalah 47 persen, sisanya belum semua pohon yang diusahakan petani menghasilkan. Perbandingan antara jumlah pohon produktif dengan pohon yang belum produktif dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil dari penelitian, jumlah pohon manggis dibagi dalam tiga golongan yaitu sedikit, sedang dan banyak. Golongan sedikit dengan kriteria jumlah pohon kurang dari 50, golongan sedang dengan kriteria jumlah pohon 51 sampai 100 pohon, dan golongan banyak dengan kriteria jumlah pohon yang dimilki oleh Tabel 13 Penggolongan Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
Golongan
Tanggungan Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%) a
Sedikit Kurang dari 2 orang 25 56
Sedang 3 – 4 orang 13 29
Banyak Lebih dari 5 orang 7 16
Jumlah 45 100
25
petani responden yaitu lebih dari 101 pohon. Adapun penggolongan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Berdasarkan penggolongan jumlah pohon pada Tabel 14, mayoritas petani responden di Desa Karacak memiliki jumlah pohon manggis kurang dari 50 pohon. Golongan dengan jumlah pohon sedang sama dengan jumlah golongan banyak yaitu 10 oranga atau 22 pesen. Jumlah pohon berdampak pada jumlah panen buah manggis yang didapatkan. Semakin banyak pohon yang sudah produktif semakin banyak pula buah manggis yang dihasilkan.
Status Usahatani
Petani responden pada umumnya menjadikan usahatani manggis bukan sebagai kegiatan usahatani yang utama. Tanaman manggis memiliki masa panen yang lama (selama satu tahun) menjadikan budidaya manggis bukanlah penerimaan yang utama. Status usahatani sampingan yang dimaksud dalam penelitian adalah petani selain membudidayakan manggis, petani tesebut juga mempunyai usaha atau pekerjaan lain. Seperti disajikan pada Tabel 15, mayoritas petani responden yaitu 78 persen atau 35 petani memiliki usaha lain artinya petani tersebut selain membudidayakan tanaman manggis, ia juga memiliki usaha atau pekerjaan lain seperti berdagang, seorang PNS, karyawan swasta (hal ini dapat dilihat pada Lampiran 4).
Berdasarkan Tabel 15, hasil dari wawancara terhadap responden hanya 10 petani atau 22 persen yang mengganggap budidayakan tanamam manggis merupakan penerimaan yang utama artinya petani tersebut tidak memiliki usaha lain selain berusahatani manggis.
Tabel 15 Penggolongan Responden Berdasarkan Status Usahatani
Status Usahatani Jumlah Persentase (%)a
Sampingan 10 22
Utama 35 78
Jumlah 45 100
aangka di bulatkan
Tabel 14 Penggolongan Responden Berdasarkan Jumlah Pohon Golongan
Jumlah Pohon Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%) a
Sedikit Kurang dari 50 pohon 25 56
Sedang 51 – 100 pohon 10 22
Banyak Lebih dari 101 pohon 10 22
Jumlah 45 100
26
Status Kepemilikan Lahan
Status kepemilikan lahan manggis adalah pernyataan hubungan antara tanah usahatani manggis dengan kepemilikan atau pengusahaanya. Adapun status tanah dalam skripsi dibedakan menjadi tiga, yaitu penggarap, penyakap dan hak milik. Penggarap yang dimaksud adalah petani manggis yang mengusahakan lahan milik orang lain hanya sebagai pengelola tanpa adanya bagi hasil. Petani penyakap yang dimaksud adalah petani maggis yang mengusahakan atau mengelola lahan milik orang lain dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Hak milik adalah petani manggis yang memiliki lahan pertanian atas namanya sendiri dan petani tersebut juga mengusahakan lahan pertaniannya sendiri.
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki status tanah adalah hak milik yaitu sebesar 93 persen dengan jumlah 42 petani. Status tanah hak milik sebagian besar diberikan kepada orang tua petani sebagai warisan. Sedangkan petani penggarap sebesar empat persen atau 2 orang dan hanya seorang saja petani sebagai penyakap.
Pembagian kedalam penggolongan pada ketujuh karakteristik tersebut dimasudkan untuk mempermudah intepretasi data yang semula berupa data primer (data mentah) agar lebih mudah dibaca. Penggolongan yang dimaksud disini adalah penamaan untuk membedakan kriteria pada setiap data. Setiap karakteristik memiliki kriteria penggolangan yang berbeda hal ini disesuaikan dengan karakteristik itu sendiri. Penggologan pada umur akan berbeda dengan penggolongan pendidikan, walupun ada karakteristik yang dalam penggolongannya sama yaitu jumlah tanggungan keluarga dan jumlah pohon, namun memiliki kriteria yang berbeda.
Sistem Ijon di Desa Karacak
Proses Ijon di Desa Karacak
Ijon adalah menjual hasil panen manggis sebelum waktunya dimana pemasaran hasil usahatani ditransaksikan beberapa bulan sebelum masa panen ketika buah dalam keadaan “mengkal” (setengah matang) bahkan dalam keadaan berbunga. Dilihat dari Gambar 4 dapat dijelaskan bahwa petani manggis dikatakan Tabel 16 Penggolongan Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Tanah
Status Kepemilikan Lahan Jumlah Persentase (%)a
Penggarap 2 4
Penyakap 1 2
Hak milik 42 93
Jumlah 45 100
27
ijon jika petani tersebut menjual pada gambar huruf A sampai huruf F. Huruf A sampai huruf D adalah kondisi dimana buah manggis masih berbentuk bunga, sedangkan huruf E dan huruf F buah pentil.
Untuk mendeskripsikan ijon yang terjadi di Desa Karacak dapat dijabarkan sebagai berikut. Diskripsi ini diperoleh saat wawancara dengan petani responden dan pengalaman serta pengetahuan yang didapat mengenai sistem ijon:
Petani X memiliki 102 pohon manggis yang berumur dari dua tahun sampai
diatas 15 tahun. Istrinya tiba-tiba sakit dan perlu dibawa kerumah sakit, petani tersebut mengijonkan tanaman manggis kepada cucunya yang berprofesi sebagai pedagang. Lima puluh enam pohon manggis yang sudah berbunga diberikan kepada cucunya sebagai jaminan. Petani X berjanji akan mengembalikan dengan cara diangsur selama empat musim panen manggis yang dimulai sejak musim panen pada tahun 2008/2009. Total yang dibayar petani X adalah sesuai dengan pinjaman petani X lakukan. Sejak awal panen yaitu pertengahan bulan Desember 2008 cucunya memberi harga selisih Rp 150/kg dari harga pasar. Bulan Januari 2012 petani tersebut sudah dapat melunasi pinjamannya, namun harga yang diterima petani sampai akhir panen musim ini (musim panen 2011/2012) tetap sama pada saat pinjamannya belum lunas.
Uraian di atas memperlihatkan bahwa transaksi ijon yang terjadi di Desa Karacak memiliki beberapa ciri umum, yaitu: Pertama, satu-satunya jaminan bagi pemberi pinjaman adalah tanaman produktif yang dimiliki petani. Kedua, uang dikembalikan sesuai dengan pinjaman yang diberikan. Ketiga, petani mengijonkan hasil panen manggis karena kebutuhan yang tidak terduga dan petani tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya tersebut. Keempat, pemberi pinjaman adalah orang yang sudah dikenal petani dan merangkap sebagai pedagang. Kelima, waktu pengembalian pinjaman sesuai dengan kemampuan petani pengijon. Keenam, harga jual yang dipakai adalah harga yang telah ditentukan oleh tengkulak sampai petani pengijon melunasi pinjamannya.
Sumber : http://1.bp.blogspot.com
28 Hal lain yang terjadi di Desa Karacak dalam transaksi ijon, jumlah hari tidak menjadi masalah. Apabila petani meminjam pada pertengahan tahun yaitu bulan Juni dan berjanji akan mengembalikan pada awal tahun depan, petani tersebut boleh meminjam kembali pada permulaan, pertengahan, atau akhir bulan, misal bulan September. Jika pada saat yang ditentukan petani pengijon belum mampu meyelesaikan pinjaman, maka batas waktu pengembalian boleh sampai akhir bulan tahun depan atau musim panen berikutnya. Fleksibilitas jangka pinjaman di atas adalah ciri lain sistem ijon yang terjadi di Desa Karacak. Menurut Tohir (1983), ciri ijon ini hampir mirip dengan pinjaman dengan tanaman sebagai jaminan dengan mengijonkan cara ngijon.
Penentuan Harga dalam Sistem Ijon
Besar pinjaman yang diberikan oleh tengkulak dengan sistem ijon, atau berapa banyak petani yang melakukan ijon dalam satu musim panen manggis selalu berbeda-beda tiap tahunnya. Terdapat kendala untuk mengetahui data yang riil tentang perkembangan sistem ijon jika dilihat dari jumlah pinjaman dan jumlah petani yang mengijonkan hasil panennya. Dua puluh tujuh persen atau 12 petani dari 45 responden melakukan ijon pada musim panen 2011/2012. Hal ini, membuktikan bahwa praktek ijon masih dilakukan di kalangan petani buah manggis. Ijon adalah suatu bentuk pinjaman yang diberikan tengkulak kepada petani dengan syarat hasil panen kelak akan dijual kepada tengkulak yang telah memberi pinjaman. Syarat lain dari ijon adalah penentuan harga ditetapkan oleh tengkulak. Petani responden juga bersedia jika harga yang ditawarkan oleh tengkulak lebih rendah dari harga normal (harga manggis di tingkat produsen) dengan selisih Rp 100 – Rp 400 per kg. Perbedaan harga tersebut dikarenakan status hubungan petani pengijon dengan tengkulak. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 17.
Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa status hubungan keluarga berdampak pada harga yang ditawarkan tengkulak pemberi pinjaman kepada petani pengijon. Hubungan keluarga, misalnya anak atau cucu akan menawar dengan harga yang lebih tinggi jika dibandingkan pengijon yang hanya sebagai teman (kenalan). Rasa sungkan kepada keluarga masih ditunjukkan tengkulak jika petani pengijon tersebut adalah keluarganya sendiri.
Petani yang memiliki hubungan keluarga tidak harus penjual hasil panennya Tabel 17 Selisih Harga Beli Tengkulak Dilihat dari Status Hubungan Keluarga
pada Tahun 2012 di Desa Karacak No. Status hubungan Selisih harga
(Rp/kg)
Harga yang ditawarkan dari tengkulak ke petani
pengijon (Rp/kg)a
1 Keluarga 100-200 2300-2400
2 Tetangga 200-300 2300-2200
3 Teman 300-400 2200-2100
a
29
kepada tengkulak yang telah memberi pinjaman. Petani bebas menjual hasil panen kepada pedagang lain. Namun berbeda jika petani hanya sekedar tetangga atau teman kenalan selain perbedaan selisih harga yang di tawarkan petani wajib menjual hasil panennya kepada tengkulak yang telah memberikan pinjaman.
Hubungan Sistem Ijon dengan Karakteristik Petani
Ada tujuh karakteristik yang digunakan dalam penelitian, karakteristik tersebut meliputi karakteristik internal (umur, pendidikan, pengalaman, tanggungan keluarga) dan eksternal (jumlah tanaman, status usahatani, status kepemilikan lahan).
Umur Petani
Jumlah responden dengan tingkat umur muda sebanyak enam petani, 17 persen diantaranya petani melakukan ijon. Jumlah responden dengan tingkat umur sedang sebanyak 31 petani, 70 persen diantara petani responden termasuk petani non-ijon. Sedangkan jumlah responden dengan tingkat umur tua sebanyak delapan petani, 18 persen petani adalah non-ijon. Selengkapnya informasi jumlah responden dari tingkatan umur dapat dilihat pada Tabel 18.
Pada tabulasi silang, nilai chi-square hitung lebih kecil dari pada nilai chi-square tabel maka dapat dikatakan terima H0, dimana H0 adalah tidak ada hubungan antara sistem ijon dengan umur petani.
Kegiatan disektor petanian idealnya membutuhkan tenaga-tenaga muda sebab dalam aktifitasnya membutuhkan fisik yang kuat. Petani responden sebagai salah satu dari komponen masyarakat tidak terlepas dengan kebutuhan sehari-hari. Petani akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan antara petani berbeda-beda, umur yang sudah tua kebutuhan semakin berkurang. Fakta dilapang menunjukkan responden yang sudah berumur bahwa kebutahan sehari-hari sudah dapat dipenuhi tanpa harus melakukan pinjaman kepada orang lain. Tidak ada kebutuhan mendesak yang petani alami, pengeluaran kebutuhan harian petani tidak membutuhkan biaya yang besar. Umumnya kebutuhan harian tersebut adalah kebutuhan pangan. Selain itu Tabel 18 Jumlah Responden dilihat dari Umur Petani di Tahun 2012
Tingkat Umur Petani ijon Persentasi (%)a Petani non-ijon Persentasi (%)a Muda 2 17 4 12 Sedang 8 67 23 70 Tua 2 17 6 18 Jumlah 12 100 33 100 aangka di bulatkan
30 petani dengan tingkat umur tua tidak memiliki tanggungan biaya untuk anak. Anak-anak mereka sudah dewasa dan dapat mencari nafkah sendiri.
Berdasarkan Tabel 18 tingkatan umur muda lebih didominasi oleh petani pengijon yaitu sebesar 17 persen sedangkan petani non-ijon hanya 12 persen. Tingkat umur sedang dan tua lebih didominasi oleh petani non-ijon. Petani dengan umur muda harus berusaha memenuhi kebutuhan keluarga mulai dari kebutuhan pendidikan, kesehatan, sandang, pangan dan papan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kadang tidak dapat dipenuhi oleh petani. Petani harus mencari pinjaman agar kebutuhannya dapat terpenuhi.
Pendidikan
Jumlah responden dengan tingkat pendidikan sedang (tidak sekolah atau tidak tamat SD) sebanyak tiga petani, delapan persen diantaranya termasuk petani pengijon. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan sedang (tamat SD/sederajat) sebanyak 26 petani, 58 persen diantaranya termasuk petani pengijon. Sedangkan jumlah responden dengan tingkat pendidikan tinggi (minimal tamat SMP) sebanyak 16 petani, 36 persen petani adalah non-ijon. Selengkapnya informasi jumlah responden dari tingkatan umur dapat dilihat pada Tabel 18.
Pada tabulasi silang, nilai square hitung lebih besar dari pada nilai chi-square tabel maka dapat dikatakan tolak H0, dimana H0 adalah tidak ada hubungan antara sistem ijon dengan pendidikan petani jenjang pendidikan yang rendah tidak mempengaruhi petani untuk melakukan ijon, bahkan dari Tabel 19 dapat dilihat petani yang tidak pernah sekolah tetapi petani tersebut tidak melakukan ijon sebagai pilihan untuk menjual buah manggisnya. Petani pengijon lebih banyak didominasi pada tingkat pendidikan tamatan SMP yaitu sebesar 58 persen.
Pendidikan tamatan SMP tidak menjadi jaminan bahwa petani tersebut akan dapat memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Ada beberapa kebutuhan yang kadang-kadang tidak dapat dipenuhi oleh kepala keluarga. Kebutuhan tersebut
biasanya bersifat “dadakan” artinya kebutuhan tidak diperkirakan sebelumnya
tetapi membutuhkan biaya atau uang tunai yang tidak sedikit. Pilihan ijon menjadi pilihan satu-satunya karena petani tidak memiliki tabungan dan lingkungan sosial (tetangga) mengalami hal yang sama (tidak memiliki uang untuk dipinjamkan). Tabel 19 Jumlah Responden dilihat dari Tingkat Pendidikan di Tahun 2012
Tingkat Pendidikan Petani ijon Persentase (%)a Petani non-ijon Persentase (%)a Tidak sekolah 0 0 2 6 Tidak tamat SD 1 8 0 0 Tamat SD/sederajat 7 58 19 58 Tamat SMP/sederajat 4 33 6 18 Tamat SMA/sederajat 0 0 6 18 Jumlah 12 100 33 100 aangka di bulatkan
31
Pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam memutuskan suatu hal termasuk tindakan untuk mengijonkan hasil panen. Petani mengetahui kalau mengijonkan hasil panen manggis akan mengurangi penerimaan. Penerimaan antara petani ijon dengan non-ijon perbeda. Jika dilihat dari Tabel 20 dapat dilihat jumlah produksi rata-rata tanaman manggis petani yang melakukan ijon adalah 17.633 kg dengan penerimaan Rp 38.793.33 sedangkan petani non-ijon sebanyak 11.118 kg dengan penerimaan Rp 27.969.697.
Berdasarkan Tabel 20 terdapat perbedaan harga jual antara harga manggis yang diterima petani pengijon dan petani non-ijon. Perbedaan harga disebabkan harga yang ditawarkan oleh tengkulak kepada petani jauh lebih kecil, jika petani melakukan ijon.
Pengalaman
Jumlah responden dengan tingkat pengalaman rendah sebanyak 12 petani, 33 persen diantaranya petani responden melakukan ijon. Jumlah responden dengan tingkat pengalaman sedang sebanyak 20 petani, 38 persen diantaranya petani responden termasuk petani non-ijon. Sedangkan jumlah responden dengan tingkat pengalaman banyak sebesar 33 persen atau empat petani adalah pengijon. Selengkapnya informasi petani pengijon dan non-ijon berdasar tingkat pengalaman dapat dilihat pada Tabel 21.
Pada tabulasi silang, nilai chi-square hitung lebih kecil dari pada nilai chi-square tabel maka dapat dikatakan terima H0, dimana H0 adalah tidak ada hubungan antara sistem ijon dengan pengalaman petani. Berdasarkan Tabel 21 dapat dijelaskan bahwa dari berbagai tingkat pengalaman petani, mayoritas petani dengan tingkat pengalaman sedang tidak melakukan ijon, walaupun ada sebagian Tabel 21 Jumlah Responden dilihat dari Pengalaman Petani di Tahun 2012
Tingkat Pengalaman Petani ijon Persentase (%)a Petani non-ijon Persentase (%)a Rendah 4 33 8 24 Sedang 4 33 16 48 Banyak 4 33 9 27 Jumlah 12 100 33 100 aangka di bulatkan
Tabel 20 Penerimaan Usahatani Manggis Petani Ijon dan Non-Ijon Berdasarkan Rata-rata Panen Responden pada Musim Panen 2011/2012a
Sikap petani Jumlah Panen (kg) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp)
Ijon 17.633 2.200 38.793.333
Non-ijon 11.188 2.500 27.969.697
32 kecil petani yang melakukan ijon. Peristiwa yang dialami dalam hidup petani dapat menjadi pengalaman yang berharga dimasa yang akan datang. Salah satu pengalaman yang dirasakan petani adalah tentang sistem ijon. Sebelum adanya