• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan Imunisasi dasar pada bayi melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 15 Agustus – 08 September 2011 terhadap 38 orang responden di Kelurahan Sayurmatinggi Tapanuli Selatan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden, Tingkat pengetahuan dan kelengkapan Imunisasi dasar serta hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan Imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Sayurmatinggi Kabupaten Tapanuli selatan tahun 2011.

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada Tabel 5.1 dari 38 responden, sebesar 71,1% umur ibu yang memiliki bayi usia 9-10 bulan di Kelurahan Sayurmatinggi adalah 20-30 tahun, dengan mempunyai anak yang berusia 9 bulan sebesar 55,3%, berpendidikan SMP sebesar 39,5%, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 42,1%.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Sayurmatinggi Tapanuli Selatan Tahun 2011.

Karakteristik Responden Jumlah N=38 Persentase (%) Usia ibu 20-30 31-40 27 11 71,1 28,9 Usia anak 9 bulan 10 bulan 21 17 55,3 44,7 Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 11 15 7 2 3 28,9 39,5 18,4 5,3 7,9 Pekerjaan PNS Petani Wiraswasta IRT 6 9 7 16 15,8 23,7 18,4 42,1

5.1.2. Pengetahuan Ibu tentang Kelengkapan Imunisasi Dasar

Pada tabel 5.2 diperoleh data hasil penelitian bahwa mayoritas responden sebesar 68,4% memiliki pengetahuan kurang baik, sedangkan sebesar 31,6% responden memiliki pengetahuan baik.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar di Kelurahan Sayurmatinggi Kabupaten Tapanuli Selatan (n=38)

Pengetahun Ibu tentang imunisasi dasar Frekuensi Persentase (%) Baik Kurang baik 12 26 31,6 68,4

5.1.3 Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Kelurahan Sayurmatinggi

Pada tabel 5.3 dari 38 responden, hasil penelitian sebesar 73,7%, dikategorikan imunisasi tidak lengkap dan sebesar 26,3% kategori imunisasi lengkap.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase kelengkapan Imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Sayurmatinggi (n=38)

Pengetahun Ibu tentang imunisasi dasar Frekuensi Persentase (%) Lengkap Tidak lengkap 10 28 26,3 73,7

5.1.4 Hubungan pengetahuan ibu tentang Imunisasi dasar dengan Kelengkapan Imunisasi dasar pada bayi.

Table 5.4 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan Ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di kelurahan Sayurmatinggi tahun 2011.

Status imunisasi Lengkap Tidak lengkap

X2 p value

Pengetahuan F % F %

Baik 7 58,3 5 41,7 9,272 0,002

Kurang baik 3 11,5 23 88,5

Pada tabel 5.5 hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunissasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar dengan nilai p=0,002 (α) sebesar 0,05 (p<0,05) dengan nilai korelasi X2 = 9,272 yang berarti bahwa semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar maka semakin baik kelengkapan imunisasi dasar bayi di Kelurahan Sayurmatinggi.

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar

Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sayurmatinggi sebesar 68,4 % berpengetahuan kurang baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Metawati (2010) yang menyatakan bahwa secara umum didapatkan 50 % ibu berpengetahuan kurang baik tentang imunisasi pada balita. Notoadmodjo (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Hal tersebut mencerminkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 9-10 bulan di Kelurahan Sayurmatinggi memiliki pengetahuan yang kurang baik dengan mayoritas tingkat pendidikan ibu SMP sebesar 39,5%.

Hasil penelitian tentang pengetahuan ibu di kelurahan Sayurmatinggi terkait imunisasi BCG sebesar 55,3% berpengetahuan baik, hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang usia pemberian imunisasi BCG 50,0% berpengetahuan baik. Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Proverawati (2010) mengatakan bahwa Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.

Hasil penelitian yang didapat tentang pengetahuan ibu di Kelurahan Sayurmatinggi terkait imunisasi Imunisasi DPT sebesar 42,1% berpengetahuan baik hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang Jadwal imunisasi DPT 50,0%,berpengetahuan baik. Hasil tersebut mencerminkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 9-10 bulan di Kelurahan Sayurmatinggi berpengetahuan baik. Berdasarkan karakteristik demografi ibu di Kelurahan Sayurmatinggi bahwa sebagian besar ibu berusia 20-30 tahun sebesar 71,1%. Proverawati (2010) mengatakan bahwa Imunuisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus.

Hasil penelitian yang didapat tentang pengetahuan ibu dikelurahan Sayurmatinggi terkait imunisasi polio sebesar 63,2% berpengetahuan baik, hal tersebut dibuktikan hal tersebut dibuktikan dari usia pemberian imunisasi polio 44,7% berpengetahuan baik. Hasil tersebut mencerminkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 9-10 bulan di Kelurahan Sayurmatinggi berpengetahuan baik. Berdasarkan karakteristik data demografi ibu di Kelurahan Sayurmatinggi bahwa sebagian besar ibu mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 42,1%. Notoadmodjo (2007) menyatakan lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Hasil penelitian yang didapat tentang pengetahuan ibu di Kelurahan Sayurmatinggi terkait imunisasi campak sebesar 44,7% berpengetahuan baik, hal tersebut dibuktikan dari jadwal pemberian imunisasi campak 60,5%

berpengetahuan baik. Hasil tersebut mencerminkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 9-10 bulan di Kelurahan Sayurmatinggi berpengetahuan baik. Berdasarkan karakteristik data demografi ibu di Kelurahan Sayurmatinggi bahwa sebagian besar ibu mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 42,1%.

Hasil penelitian yang didapat tentang pengetahuan ibu terkait imunisasi hepatitis B sebesar 55,3%, jadwal imunisasi Hepatitis B 42,1%,usia pemberian imunisasi Hepatitis B 44,7%, efek samping imunisasi Hepatitis B 47,4%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar usia responden 20-30 tahun sehingga masih kurang berpengalaman terkait pemberian imunisasi campak terhadap bayinya, Notoadmodjo (2007) mengatakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Proverawati (2010) yang menyatakan bahwa Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati.

5.2.2. Kelengkapan Imunisasi bayi di Kelurahan Sayurmatinggi.

Hasil penelitian tentang kelengkapan imunisasi bayi di Kelurahan Sayurmatinggi usia 9-10 bulan di dapat sebesar 73,7% tidak lengkap dan 26,3 % imunisasi lengkap. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang manfaat imunisasi. Maryunani (2010) mengatakan bahwa manfaat imunisasi bagi bayi dapat mencegah penyakit cacat dan kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila bayi sakit.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008, cakupan imunisasi BCG sebesar 86,9%, imunisasi campak sebesar 81,6%, imunisasi Polio sebesar 71%, imunisasi DPT sebesar 67,7%, dan imunisasi Hepatitis B sebesar 62,8%, sedangkan cakupan imunisasi lengkap sebesar 46,2% (Depkes RI, 2008).

Sedangkan di Sumatera Utara pencapaian sasaran imunisasi pada bayi diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG sebesar 93,47%, imunisasi DPT1+HB1 sebesar 96,50%, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 90,54%, imunisasi Polio3 93,51%, imunisasi campak sebesar 92,27%, dan imunisasi hepatitis B3 sebesar 46,45%. (Dinkes Sumut, 2009).

Berdasarkan cakupan imunisasi di Puskesmas Sayurmatinggi tahun 2011 didapatkan imunisasi Bacillus celmette Guerin (BCG) sebanyak 40 jiwa bayi (45,97%), imunisasi DPT 1 sebanyak 28 jiwa bayi (32,18%), imunisasi DPT 2 sebanyak 20 jiwa bayi (22,98%), imunisasi DPT 3 sebanyak 6 jiwa bayi (6,89%), imunisasi Polio 1 sebanyak 50 jiwa bayi (57,47%), imunisasi polio 2 sebanyak 44 jiwa bayi (50,57%), imunisasi Polio 3 sebanyak 30 jiwa bayi (34,48%), imunisasi Polio 4 sebanyak 15 jiwa bayi (17,28%), dan imunisasi campak sebanyak 33 jiwa bayi (37,93%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa seluruh jenis imunisasi belum mencapai target cakupan, dan cakupan yang paling rendah adalah pada imunisasi DPT 3 sebanyak 6 jiwa bayi (6,89%) dan imunisasi polio 4 sebanyak 15 jiwa (17,24%).

Banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tersebut, seperti pendidikan yang rendah, dan kekhawatiran ibu nanti anak mereka malah jatuh

sakit setelah diberi vaksin, dan ibu juga belum paham pentingnya imunisasi bagi kesehatan balita karena selama ini anak meraka dalam kondisi sehat dan kurangnya berbagai informasi yang diperoleh ibu.

5.2.3. Hubungan pengetahuan ibu tentang Imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

Hasil uji chi square dengan nilai p=0,002 (α) sebesar 0,05 (p<0,05) dengan nilai korelasi X2 = 9,272, artinya ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar, berarti arah korelasi positif dengan interprestasi sedang, yang berarti bahwa semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar maka semakin baik kelengkapan imunisasi dasar bayi. Hal ini dapat dibuktikan dari responden yang berpengetahuan baik memiliki kelengkapan imunisasi dasar bayinya sebesar 58,3% dan responden yang berpengetahuan kurang baik kelengkapan imunisasinya 11.5%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maryani (2009) di Kabupaten Boyolali menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Sedangkan menurut hasil penelitian Cahyono (2003), seorang anak memiliki kesempatan lebih besar tidak di imunisasi lengkap terutama bagi yang tinggal di pedesaan, dengan pendidikan rendah, dan kurang pengetahuan, serta tidak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat), tidak punya akses ke media massa (surat kabar, majalah, radio, tv). Semakin banyak jumlah anak, semakin besar kemungkinan seorang ibu tidak mengimunisasikan anaknya dengan lengkap. hal ini sesuai dengan pendapat Ayubi (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang

imunisasi, semakin tinggi peluang anak untuk memperoleh imunisasi lengkap. Hal tersebut mencerminkan bahwa cakupan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi masih perlu di optimalkan oleh tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Sayurmatinggi.

Dokumen terkait